1
1 variabel yang signifikan yaitu variabel acitivity dan 4 variabel tahun. Informasi
bahwa perusahaan akan membagikan dividen cash kepada investor apabila kondisi
perusahaan dalam kondisi yang baik sesuai hasil pengujian yang signifikan
sedangakn hasil pengujian yang tidak signifikan perusahaan tidak membagikan
dividen secara cash kepada para investor melaikan perusahaan membagikan berupa
saham dan sebagainya. Keterbatasan penelitian ini pada objek penelitian hanya
menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
periode pengamatan yang dilakukan hanya 4 tahun saja.
2
eksternal, seperti tingkat suku bunga, kondisi sosial politik, dan pertumbuhan
ekonomi. Sedangkan untuk faktor internal meliputi pengumuman dividen,
pendapatan perusahaan, dan kondisi perusahaan.
D. Reaksi Harga Saham Saat Pengumuman Deviden Tunai Di Moderasi Oleh Free
Cash Flow
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, penelitian ini memperoleh 2
kesimpulan.
Pertama, pengumuman deviden tunai berpengaruh positif pada reaksi harga
saham hal ini berarti semakin tinggi jumlah deviden tunai yang di umumkan maka
harga saham akan semakin baik. Investor melihat pengumuman deviden tunai
sebagai suatu informasi baik atau good news, sehingga menyebabkan reaksi pasar
yang positif melalui kenaikan harga saham. Selain itu, kecepatan reaksi yang terjadi
dan tidak berkepanjangan menunjukan bahwa pasar modal indonesia telah efisien
dalam bentuk setengah kuat secara informasi.
Kedua, free cash flow tidak terbukti sebagai pederasi yang memperkuat
pengaruh pengumuman dividen tunai pada reaksi harga saham. Variabel free cas
flow pada penelitian ini terbukti berpotensi sebagai variabel intervening. Exogen
anteseden atau prediktor (independen). Tinggi rendahnya free cash flow yang
terdapat dalam perusahaan, tidak lagi digunakan sebagai suatu pertimbangan oleh
investor dalam keputusan menahan atau melepas sahamnya saat terjadi pengumuman
dividen tunai. Hal ini karena free cash flow telah di perhitungkan oleh pihak
manajemen perusahaan sebelum membuat keputusan mengenai besarnya dividen
yang di bagikan, yang di umumkan saat rapat umum pemegang saham (RUPS).
Gitman (2003) menyatakan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan dividen
suatu perusahaan diantaranya: debt covenant, likuiditas, posisi kas, prospek
pertumbuhan perusahaan, dan kuasa kendali para pemegang saham mayoritas saham
perusahaan. Pembayaran dividen, khususnya dividen tunai kepada para pemegang
saham bergantung pada posisi kas yang tersedia. Hal ini dibuktikan oleh penelitian
Sutrisno (2001) yang menemukan bahwa hanya faktor posisi kas (cash position) dan
Debt to Equity Ratio yang berpengaruh signifikan di antara beberapa faktor lain yang
mempengaruhi Dividend
3
Payout Ratio. Free Cash Flow atau aliran kas bebas menggambarkan tingkat
fleksibilitas keuangan perusahaan. Jensen (1986) mendefinisikan aliran kas bebas
sebagai kas yang tersisa setelah seluruh proyek yang menghasilkan net present value
positif dilakukan. Perusahaan dengan free cash flow berlebih akan memiliki kinerja
yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya. Hal ini karena perusahaan dapat
menggunakan free cash flow untuk memperoleh keuntungan atas berbagai
kesempatan yang mungkin tidak dapat diperoleh perusahaan lain. Perusahaan yang
memiliki free cash flow tinggi diduga lebih survive dalam situasi yang buruk.
Sedangkan, apabila terdapat free cash flow yang negatif, berarti sumber dana internal
perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan investasi, sehingga
memerlukan tambahan dana eksternal baik dalam bentuk utang maupun penerbitan
saham baru.
E. Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Aktivitas Pendanaan Terhadap Dividen
Pada Perusahaan Manufaktur Di Kota Batam Periode 2012-2016
Berdasarkan hasil penelitian pada bab-bab sebelumnya, menunjukan bahwa :
1. Laba bersih secara parsial berpengaruh signifikan terhadap dividen. Hal ini
mungkin di sebabkan nilai persediaan pada setiap perusahaan nilai tidak tetap
sehingga modal kerja perusahaan juga sering berubah sehingga dividen juga
sering mengalami perubahan.
Laba bersih merupakan kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk
suatu periode tertentu setelah dikurangi pajak penghasilan yang disajikan dalam
laporan laba rugi. Laba bersih dinilai dengan satuan rupiah. Setiap perusahaan
memiliki tujuan utama yaitu menghasilkan laba. Dalam kegiatan jual beli saham,
informasi keuangan khususnya laba bersih suatu perusahaan dapat menjadi salah
satu cerminan atau tolak ukur seorang investor untuk mengambil keputusannya
berinvestasi. Laba bersih juga membantu para investor untuk memprediksi
imbalan investasi yang akan diterimanya apabila investor berinvestasi di
perusahaan dan menafsirkan risiko atau kecenderungan hasil kinerja manajemen
perusahaan dari waktu ke waktu. Pengumuman informasi akuntansi khususnya
informasi laba bersih akan memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai
prospek yang baik di masa yang akan datang dan mengestimasi kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang.
4
2. Arus kas aktivitas pendanaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
dividen. Hal ini mungkin disebabkan rata-rata perusahaan sampel melaksanakan
penagihan piutangnya dengan lancar sehingga modal kerja perusahaan
meningkat dan meningkatkan dividen.
Kegiatan pendanaan meliputi kegiatan dengan pemilik dan kreditor yang
berpengaruh pada kas, seperti penyetoran modal dan pengambilan prive (pada
perusahaan perorangan) atau pembagian dividen tunai (pada perusahaan
perseroan), dan penarikan bank serta pelunasannya (Sugiri, 2011:23).
Menurut standar akuntansi keuangan di Indonesia (IAI, 2012:10) aktivitas
pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta
komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Arus kas yang timbul dari aktivitas
pendanaan perlu dilakukan pengungkapan terpisah karena berguna untuk
memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal
perusahaan.
Menurut (Prastowo, 2012: 35), menjelaskan bahwa aktivitas pendanaan adalah
aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi
kewajiban (utang) jangka panjang dan modal (ekuitas) perusahaan. Aktivitas
pendanaan adalah semua aktivitas yang berkaitan dengan upaya untuk
mendukung operasi perusahaan dengan menyediakan kebutuhan dana dari
berbagai sumber beserta konsekuensinya (Rudianto, 2012: 18).
Arus kas pendanaan adalah semua yang berkaitan dengan upaya untuk
mendukung opersasi perusahaan dengan menyadiakan kebutuhan dana dari
berbagai sumber beserta konsekuensinya.
3. Laba bersih dan arus kas aktivitas pendanaan secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap dividen.
Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan
pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio)
menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber
pendanaan.akan tetapi dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih
besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi
pembayaran dividen pada saat ini. Jadi aspek utama dalam kebijakan dividen
perusahaan adalah menetukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen
dengan penambahan laba ditahan perusahaan (James, 2012: 270). Menurut
5
(Sartono, 2012: 281) “kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen
atau akan ditahan guna pembiayan investasi dimasa datang”. Kebijakan dividen
bersangkutan dengan penentuan pendapatan (earning) antara pengunaan
pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau
untuk digunakan didalam perusahaan yang berarti laba tersebut harus ditahan
didalam perusahaan (Sartono, 2012: 265).
6
penambahan jumlah sampel juga dapat di pertimbangkan untuk mengetahui apakah
ada perbedaan dengan hasil yang di peroleh dari penelitian ini.
7
meningkat. Selain itu ketika perusahaan menjaga likuiditas dan meningkatkan
komposisi hutang maka perusahaan harus mampu membayar dividen dari cadang
likuiditas yang tersedia. Jumlah hutang atau modal pinjaman yang diperoleh
perusahaan harus dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan omzet
perusaahan sehingga menghasilkan laba untuk dibagikan kepada pemegang saham
8
1. Hasil Analisis menggunakan analisis regresi ( Uji t ) didapat bahwa variabel
profitabilitas (ROA) dan Kebijakan Deviden (DPR) secara parsial
berpengaruh signifikan positif terhadap Nilai perusahaan (PBV). Semakin
tinggi ROA dan DPR maka akan semakin tinggi pula PBV.
2. Hasil uji F menunjukan secara bersama-sama seluruh variabel independen
profitabilitas (ROA) dan kebijakan deviden (DPR) berpengaruh significan
terhadap nilai perusahaan (PBV).
3. Hasil penelitian diperoleh nilai Adjust R square sebesar 0,897 yang berarti
Hal ini menunjukkan bahwa besar pengaruh variabel independen yaitu
Profitabilitas (ROA) dan kebijakan deviden(DPR) terhadap variabel
dependen yaitu nilai perusahaan (PBV) yang dapat diterangkan oleh model
persamaan ini adalah sebesar 90,6% sedangkan sisanya sebesar 9,4%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model
regresi.
9
manajer (insiders) atau semakin kecil yang dikuasai oleh pihak luar
(outsider), maka semakin berkurangnya agency problems, karena semakin
selarasnya antara kepentingan manajemen dengan kepentingan pemilik yang
sebagian besar adalah manajemen itu sendiri. Dalam hal demikian maka akan
semakin kecil pula ketergantungan kepada dividen sebagai mekanisme
monitoring.
10
kebijakan dividen, dengan demikian H0.2 ditolak dan Ha.2 diterima.
Nilai koefisien regresi untuk return on asset sebesar (-0,463)
menunjukkan bahwa return on asset mempunyai arah koefisien
negatif terhadap kebijakan dividen, yang berarti semakin tinggi
return on asset suatu perusahaan semakin kecil dividen suatu
perusahaan tersebut, dan sebaliknya, semakin rendah return on asset
suatu perusahaan semakin besar tingkat pembayaran dividen
perusahaan tersebut.
Growth ketika 0,009 dimana nilai ini lebih kecil dari α =0,05. Dengan
demikian H0.3 diterima dan Ha.3 ditolak artinya growth berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen. Nilai koefisien regresi untuk
growth sebesar (-0,481) menunjukkan bahwa growth mempunyai ara
koefisien negatif terhadap kebijakan dividen, yang berarti semakin
besar growth suatu perusahaan semakin kecil tingkat pembayaran
dividen perusahaan tersebut.
Ukuran Perusahaan 0,460 dimana ini lebih besar dari α = 0,05. Dengan
demikian H0.4 ditolak dan Ha.4 diterima artinya size tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Nilai koefisien
regresi untuk size sebesar (0,009) yang menunjukkan bahwa size
mempunyai arah koefisien positif terhadap kebijakan dividen, yang
berarti semakin besar size suatu perusahaan semakin besar pula tingkat
pembayaran dividen perusahaan tersebut.
11
manajerial suatu perusahaan maka semakin besar dividen yang dibagikan
kepada pemegang saham.
3. Tingkat pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia periode 2010-2013. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat
pertumbuhan suatu perusahaan maka semakin kecil dividen yang
dibagikan kepada pemegang saham karena manajer lebih memilih
menahan laba perusahaan guna membiayai investasi perusaha di masa
yang akan datang.
4. Efektivitas usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan
dividen pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode
2010-2013. Hal ini menunjukkan semakin efektif tingkat pengembalian
suatu perusahaan maka semakin besar dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham.
12
Dengan semakin tinggin ya rasio leverage menunjukkan semakin
besarnya dana yang disediakan oleh kreditur. Hal tersebut akan
membuat investor berhati-hati untuk berinvestasi di perusahaan yang
rasio leverage nya tinggi karena semakin tinggi rasio leveragenya
semakin tinggi pula resiko investasinya. Penelitian Johan Halim (2005)
mengatakan bahw a leverage memiliki hubungan yang negatif
signifikan terhadap nilai perusahaan.
4. Rasio profitabilitas, likuiditas, aktivitas berpengaruh positif signifikan
secara simultan terhadap kebijakan deviden pada perusahaan manu
faktur yang terdaftar di LQ45.
13