Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

RUANG LINGKUP RETORIKA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Retorika Dakwah


Dosen Pengampu: Lamazi, M.Hum

Disusun Oleh:
SAPUTRA
201.2019.005

SEMESTER IV
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN HUMANORA
INSTITUT AGAMA ISLAM
SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS
TAHUN 2021 M/1442 H
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan bahasa sebagai
alat berkomunikasi dengan sesama kita baik melalui bahasa langsung
(berbicara) maupun tidak langsung (bahas tulis). Ada berbagai macam maksud
yang hendak kita sampaikan seperti meyakinkan, mempengaruhi, mengajak,
memerintah dan lain-lain. Keberhasilan kita dalam berkomunikasi sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah logos (meyakinkan
dengan logika-logika), patos (kejiwaan atau aspek pisikologi), etos
(kepercayaan atau kredibilitas).
Dalam kajian ilmu pengetahuan seni berbicara atau komunikasi ini
sering disebut dengan retorika. Orang yang menguasai ilmu retorika atau
memiliki retorika yang bagus dalam berkomunikasi maka akan lebih mudah
menyampaikan maksud dan tujuan dari apa yang dibicarakannya serta terasa
enak didengarkannya dan tidak membuat bosan pendengarnya.
Retorika, bukan hanya ilmu pidato, tetapi meliputi pengetahuan sastra,
gramatika, dan logika. Karena dengan rasio tidak cukup untuk meyakinkan
orang, untuk meyakinkan orang lain memerlukan teknik-teknik memanipulasi
emosi dan menggunakan prasangka untuk menyentuh hati pendengar.
Berbicara telah membedakan manusia dari makhluk lain. Dengan
berbicara, manusia mengungkapkan dirinya, mengatur lingkungannya, dan
pada akhirnya menciptakan bangunan budaya insan. Lama sebelum lambang-
lambang tulisan digunakan, orang sudah menggunakan bicara sebagai alat
komunikasi. Bahkan setelah tulisan ditemukan sekalipun, bicara tetap lebih
banyak digunakan. Ada beberapa kelebihan bicara yang tidak dapat digantikan
dengan tulisan. Bicara lebih akrab, lebih pribadi (personal), lebih manusiawi.
Tidak mengherankan, bila ilmu bicara telah dan sedang menjadi perhatian
manusia. Kemampuan bicara bukan saja diperlukan di depan sidang parlemen,
dimuka hakim atau dihadapan massa.

1
2

Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa hal tentang retorika


beserta ruang lingkup retorika. Dengan uraian historis ini kita ingin
mengingatkan bahwa retorika adalah bidang studi komunikasi yang telah
berumur tua, disamping menujukkan tempatnya yang layak dalam
perkembangan ilmu komunikasi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang menjadi patokan penulis adalah
sebagai berikut:
1. Apa definisi retorika?
2. Bagaimana sejarah perkembangan retorika?
3. Bagaimana tujuan dan fungsi retorika?
4. Apa saja jenis retorika?
5. Apa saja metode retorika?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Retorika
Retorika berasal dari bahasa inggris, rethoric yang artinya ilmu berbicara,
yang dalam perkembangannya berarti seni berbicara di hadapan umum atau
ucapan untuk menciptakan kesan yang diinginkan Walaupun beragam pendapat
tentang retorika, namun dengan jelas dapat diketahui bahwa tujuan utama retorika
adalah tercapainya tujuan pembicaraan atau terjadinya komunikasi yang efektif. 1
Bersumber dari perkataan Latin rhetorica yang berarti ilmu bicara.
Cleanth Brooks dan Robert Penn Waren dalam bukunya, Modern Rhetoric,
mendefinisikan retorika sebagai the art of using language effectively atau seni
penggunaan bahasa secara efektif. Kedua pengertian tersebut menunjukan bahwa
retorika mempunyai pengertian sempit: mengenai bicara, dan pengertian luas;
penggunaan bahasa, bisa lisan dapat juga tulisan. Oleh karena itu, sementara
orang yang mengartikan retorika sebagai public speaking atau pidato di depan
umum, banyak juga yang beranggapan bahwa retorika tidak hanya berarti pidato
di depan umum, tetapi juga termasuk seni menulis.2
Seni berbicara disebut retorika. Retorika adalah seni persuasi, suatu uraian
yang harus singkat, jelas dan meyakinkan, dengan keindahan bahasa yang disusun
untuk hal-hal yang bersifat memperbaiki (corrective), memerintah (instructive),
mendorong (suggestive), dan mempertahankan (defensive).3
Dalam bahsa Yunani, rhetor, orator, teacher, retorika adalah teknik
pembujukrayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui
karakter pembicara, emosional, atau argumen (logo). Plato secara umum
memberikan definisi terhadap retorika sebagai seni manipulatif yang bersifat
transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara

1
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003), hlm. 4.
2
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 53.
3
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003), hlm. 4
3
4

dengan pendengar melalui pidato dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam
merumuskan nilai, kepercayaan, dan pengharapan mereka.4
Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata
atau kalimat kepada seseorang atau kelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan
tertentu (misalnya memberi motivasi atau memberi informasi). Berbicara adalah
salah satu kemampuan khusus pada manusia. Oleh karena itu pembicara itu setua
umur bangsa manusia.
Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik, yang dicapai berdasarkan
bakat alam (talenta), dan keterampilan teknis. Retorika juga sering diartikan
sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses
komunikasi antar manusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara
lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan
untuk berbicara dan berpidato secara singkat, padat, dan mengesankan. Retorika
modern mencakup ingatan yang kuat, banyak kreasi dan fantasi yang tinggi,
teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat.
Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran,
kesenian dan kesanggupan berbicara.

B. Sejarah Perkembangan Retorika


Objek studi retorika setua kehidupan manusia. Kefasihan bicara mungkin
pertama kali dipertunjukkan dalam upacara adat: kelahiran, kematian, lamaran,
perkawinan dan sebagainya. Pidato disampaikan oleh orang yang mempunyai
status tinggi. Dalam perkembangan peradaban pidato melingkupi bidang yang
lebih luas.5
Sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syracuse, sebuah
koloni Yunani di Pulau Sicilia. Bertahun-tahun koloni-koloni itu diperintah para
tiran. Tiran di mana pun pada zaman apapun, senang menggusur tanah rakyat.
Kira-kira tahun 465 SM, rakyat melancarkan revolusi. Diktator ditumbangkan dan

4
Yusuf zainal Abiidn, Pengantar Retorika, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), hlm. 49
5
Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2008), hlm. 5
5

demokrasi ditegakkan. Pemerintah mengembalikan lagi tanah rakyat kepada


pemiliknya yang sah.6
Di sinilah kemusykilan terjadi. Untuk mengambil haknya, pemilik tanah
harus sanggup meyakinkan dewan juri di pengadilan. Waktu itu, tidak ada
pengacara dan tidak ada sertifikat tanah. Setiap orang harus meyakinkan
mahkamah dengan pembicaraan saja. sering orang tidak berhasil memperoleh
kembali tanahnya, hanya karena ia tidak pandai bicara.
Untuk membantu orang memenangkan haknya di pengadilan, Corax
menulis makalah retorika, yang diberi nama Techne Logon (Seni Kata-kata).
Walaupun makalah ini sudah tidak ada, dari para penulis sezaman, kita
mengetahui bahwa dalam makalah itu ia berbicara tentang “teknik kemungkinan”.
Bila kita tidak dapat memastikan sesuatu, mulailah dari kemungkinan umum.
Seorang kaya mencuri dan dituntut di pengadilan untuk pertama kalinya. Dengan
teknik kemungkinan, kita bertanya, “mungkinkah seorang yang berkecukupan
mengorbankan kehormatannya dengan mencuri ? Bukankah sepanjang hidupnya,
ia tidak pernah diajukan ke pengadilan karena mencuri”. Sekarang seorang miskin
mencuri dan diajukan ke pengadilan untuk kedua kalinya. Kita bertanya “Ia
pernah mencuri dan pernah dihukum. Mana mungkin ia berani melakukan lagi
pekerjaan yang sama”. Akhirnya retorika memang mirip “ilmu silat lidah”.
Disamping teknik kemungkinan, Corak meletakkan dasar-dasar organisasi
pesan. Ia membagi pidato pada lima bagian: pembukaan, uraian, argumen,
penjelasan tambahan, dan kesimpulan. Dari sini, para ahli retorika kelak
mengembangkan organisasi pidato.7
Walaupun demokrasi gaya Syracuse tidak bertahan lama, ajaran Corax
tetap berpengaruh. Konon, Gelon, penguasa yang menggulingkan demokrasi dan
menegakkan kembali tirani, menderita halitosis (bau mulut). Karena ia tiran yang
kejam, tak seorangpun berani memberitahukan hal itu kepadanya. Sampai di
negeri yang asing, seorang perempuan asing berani menyebutkannya. Ia terkejut.
Ia memarahi istrinya, yang bertahun-tahun begitu dekat dengannya, tetapi tidak
memberitahukannya. Istrinya menjawab bahwa karena ia tidak pernah dekat

6
Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, … hlm. 3
7
Ibid
6

dengan laki-laki lain, ia mengira semua laki-laki sama. Gelon tidak jadi
menghukum istrinya. Tampaknya sang istri sudah belajar retorika dari Corax.

C. Tujuan dan Fungsi Retorika


Tujuan Retorika adalah persuasi, yaitu keyakinan pendengar akan
kebenaran gagasan hal yang dibicarakan. Artinya tujuan retorika adalah membina
saling pengertian yang mengembangkan kerjasama dalam menumbuhkan
kedamaian dalam kehidupan masyarakat dalam kegiatan bertutur. 8
Retorika bukan sekedar memperhatikan seni dalam berbicara, seni
berbicara dalam retorika juga dapat diartikan sebagai cara supaya pendengar
benar-benar percaya dan yakin terhadap informasi yang kita sampaikan. Dari tutur
kata yang rapi dan jelas diharapkan informasi yang kita sampaikan dapat
dipahami dan dicerna oleh pendengar.
Membimbing penutur mengambil keputusan yang tepat, memahami
masalah kejiwaan manusia pada umumnya dan kejiwaan orang-orang yang akan
dan sedang dihadapi, menemukan ulasan yang baik, dan mempertahankan diri
serta mempertahankan kebenaran dengan alasan yang masuk akal.21 9
Dengan demikian, seorang pembicara atau penutur ketika ia akan atau
hendak berbicara, terlebih dulu dapat membaca atau memahami bagaimana
kondisi kejiwaan orang-orang yang akan dihadapinya, sehingga bahasa yang ia
sampaikan bisa diterima oleh mereka tanpa mengurangi maksud dari informasi
yang disampikan tersebut.

D. Jenis Retorika
Arman Agung dalam tulisannya berjudul Keterampilan Berbicara :
Retorika dan Berbicara Efektif menjelaskan bahwa dari segi kepentingannya atau
tujuan yang ingin dicapai, retorika dapat dibagi dalam dua.
Pertama, retorika persuasif, yaitu retorika yang bertujuan memengaruhi
orang dengan tidak begitu memerhatikan/mempertimbangkan nilai-nilai
kebenaran moralitas. Retorika yang seperti ini dapat kita jumpai di mana-mana.

8
Yusuf zainal Abiidn, Pengantar Retorika, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), hlm. 58
9
Ibid
7

Contohnya adalah retorika yang digunakan oleh sebagian besar penjual obat kaki
lima dalam menawarkan dagangannya, dan lain sebagainya.
Kedua, retorika dialektika. Retorika ini sering juga disebut sebagai
retorika psikologi, yaitu retorika yang muncul sebagai kebalikan dari retorika
persuasif. Retorika ini sangat memperhatikan nilai-nilai kebenaran, kebajikan,
moralitas dan sifatnya dapat menenangkan jiwa manusia. Tujuan utama retorika
ini mengarah kepada pembinaan spiritual. Retorika yang seperti ini umumnya
digunakan di dalam ceramah-ceramah agama.
Sedangkan Dori Wuwur Hendrikus membagi retorika sebagai bagian dari
ilmu bina bicara menjadi tiga. Pertama, monologtika. Artinya ilmu tentang seni
bicara secara monolog. Di sini pelakunya atau pembicaranya tunggal. Contohnya
pidato, kata sambuan, kuliah, ceramah, dan juga bisa teater monolog. Kedua,
dialogika, yakni ilmu tentang seni berbicara secara dialogis. Biasanya ada dua
orang atau lebih yang berbicara. Contohnya diskusi, tanya-jawab, perundingan,
percakapan, dan debat. Ketiga, pembinaan teknik bicara. Bagian ini biasanya
lebih diarahkan pada pembinaan teknis pernapasan, teknik mengucap artikulasi,
bina suara, teknik membaca dan bercerita.10

E. Metode Retorika
1. Exordium (Pendahuluan)
Fungsinya pengantar ke arah pokok persoalan yang akan dibahas dan
sebagai upaya menyiapkan mental para hadirin (mental prepation) dan
membangkitkan perhatian (attention arousing). Berbagai cara yang dapat
ditampilkan untuk memikat perhatian hadirin, adalah :
Mengemukakan kutipan (ayat kitab suci, pendapat ahli kenamaan, dan
lain-lain)
1. Mengajukan pertanyaan
2. Menyajikan ilustrasi yang spesifik
3. Memberikan fakta yang mengejutkan
4. Menyajikan hal yang bersifat manusia
5. Mengetengahkan pengalaman yang ganjil

10
Fitriana Utami Dewi, public speaking, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 62-63
8

2. Protesis (Latar Belakang)


Mengemukakan hakikat pokok persoalan tersebut secara faktual atau
secara kesejahteraan nilainya serta fungsinya dalam kehidupan. Jadi, pembahasan
ini dikemukakan sedemikian rupa sehingga tampak jelas kaitannya dengan
kepentingan pendengar.
3. Argumentasi (isi)
Memberikan ulasan-ulasan tentang topik yang akan disajikan secara
teoritis, kemudian mengemukakan kekuatan posisinya.
4. Conclusio (Kesimpulan)
Suatu penegasan hasil pertimbangan yang mengandung justifikasi atau
pembenaran menurut penalaran orator atau pembawa naskah
1. Hal-hal yang perlu dihindari dalam pembuatan kesimpulan adalah:
2. Mengemukakan fakta baru
3. Mengemukakan kata-kata mubadzir dan tidak fungsional
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Retorika berasal dari bahasa inggris, rethoric yang artinya ilmu berbicara.
Secara istilah, retorika adalah seni persuasi, suatu uraian yang harus singkat,
jelas dan meyakinkan, dengan keindahan bahasa yang disusun untuk hal-hal
yang bersifat memperbaiki (corrective), memerintah (instructive), mendorong
(suggestive), dan mempertahankan (defensive).
2. Secara sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syracuse,
sebuah koloni Yunani di Pulau Sicilia.
3. Tujuan Retorika adalah persuasi, yaitu keyakinan pendengar akan kebenaran
gagasan hal yang dibicarakan
4. Jenis retorika ada dua yaitu retorika persuasif dan retorika dialektika.
5. Metode retorika ada lima, Exordium (Pendahuluan), Protesis (Latar
Belakang), Argumentasi (isi), dan Conclusio (Kesimpulan).
5. Hadits mutawatir adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh perawi
yang banyak, Perawi tersebut tidak mungkin bersepakat untuk berbohong
tentang hadit tersebut.

B. Saran
Penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari
pembaca untuk mencapai kesempurnaan dalam makalah ini. Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pribadi dan umumnya bagi para pembaca yang di
rahmati Allah SWT.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yusuf Zaina. 2013. Pengantar Retorika. Bandung: CV Pustaka Setia.


Dewi, Fitriana Utami Dewi. 2014. Public Speaking. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaludin Rakhmat. 2008. Retorika Modern Pendekatan Praktis.
Bandung: Remaja Rosda Karya.

10

Anda mungkin juga menyukai