Anda di halaman 1dari 8

Cek alamat :thoriqulmubtadi.blogspot.

com/
Jumat, 21 februari 2014
Tradisi Keilmuan Islam dari Masa Sahabat
Hingga Masa Dinasti Kekhalifahan Islam

Islam memberikan perhatian besar pada ilmu pengetahuan. Di dalam ajaran Islam ilmu pengetahuan memiliki arti penting, tidak hanya sebagai dasar melakukan
amalan ibadah, tetapi juga merupakan bekal bagi umat manusia untuk mengemban tugas sebagai khalifah fil ardh. Al quran yang merupakan kitab suci umat islam banyak
mengandung pelajaran dan ilmu pengetahuan, antara lain pengetahuan alam, sejarah, muamalah, dan sebagainya. Karenanya dari awal kemunculannya, agama islam,
telah banyak tradisi keilmuan yang ditinggalkan oleh umat islam. Bahkan ketika Islam meraih kejayaannya yakni ketika kepemimpinan diemban oleh umat muslim, tradisi
keilmuan tetap dipelihara dan menjadi salah satu tonggak membangun peradaban.
MASA SAHABAT
Setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw, umat islam mengangkat para sahabat secara bergantian sebagai pemimpin umat muslim (amirul mukminin). Mereka
dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin yang berarti para khalifah yang empat yang memperoleh petunjuk Allah Swt. Masa Khulafaur Rasyidin memerintah selama 29
tahun, yakni dari tahun 632 – 661 H. Khulafaur Rasyidin ini yaitu :
1) Abu Bakar as Shiddiq, memimpin pada tahun 11 – 13 H (632 – 634 M)
2) Umar bin Khaththab, memimpin pada tahun 13 – 23 H (634 – 644 M)
3) Utsman bin Affan, memimpin pada tahun 23 – 35 H (644 – 656 M)
4) Ali bin Abi Thalib, memimpin pada tahun 35 – 40 H (656 – 661 M)
Pada masa sahabat telah dikenal ilmu penafsiran Al quran. Sahabat yang ahli dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran adalah sahabat Nabi Saw yang bernama
Ibnu Abbas (wafat tahun 68 H). Al quran yang ditulis pada masa Nabi Muhammad Saw masih hidup, pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakar ra dihimpun menjadi
sebuah himpunan lembaran. Pada masa khalifah Utsman adalah masa pembukuan Alquran. Saat itu dibuat mushaf Al Qur an yang dikenal dengan nama Mushaf Utsmani,
yang berjumlah lima dan kemudian disebar di kota Madinah, Makkah, Basrah, Kuffah, dan Mesir.
Ketika Umar bin Khaththab menjadi khalifah, ia membangun 3 kota yang menjadi pusat penyebaran dan dakwah Islam yaitu :
1. Kota Basrah (Irak) pada tahun 15 H oleh utusan bernama Uthbah bin Gaswah
2. Kota Kufah (Irak) pada tahun 17 H oleh utusan bernama Salman al Farisi
3. Kota Fustat (Mesir) pada tahun 21 H oleh utusan bernama Amr bin Ash
Kota – kota ini di kemudian hari menjadi pusat pengetahuan di dunia, yaitu terdapatnya perpustakaan terbesar yang dibangun pada masa daulah bani
abbasiyah. Sedangkan pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib dikenal dengan pengembangan ilmu pengetahuannya, salah satunya adalah pemberian tanda bacaan Al Qur
an.

MASA DINASTI KEKHALIFAHAN ISLAM


A. DINASTI UMAYYAH
Sepeninggalnya Khulafaur Rasyidin, kepemimpinan umat islam diemban oleh beberapa periode daulah yang dipimpin oleh dinasti kekhalifahan. D inasti
Umayyah menjadi Dinasti pertama. Dinasti Umayyah artinya keturunan Umayyah bin Abdi Syams bin Manaf. Bani Umayyah mempunyai hubungan keluarga dengan Nabi
Muhammad Saw, karena sama-sama termasuk keturunan Abdi Manaf. Pendiri Dinasti Umayyah adalah Mu’awiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdi Syams
bin Manaf. Mu’awiyah bin Abu Sufyan mengambil alih kekuasaan dari khalifah terakhir Khulafaur Rasyidin yakni Ali bin Abi Talib yang wafat pada bulan Ramadan 40 H / 661
M (Ali bin Abi Talib adalah menantu Rasulullah Saw yang lahir pada tahun 23 sebelum Hijrah).
Khalifah yang memerintah pada masa Dinasti Umayyah I di Damaskus (661 – 750)
No. Nama Khalifah Masa pemerintahan (Hijriah) Masa pemerintahan (masehi)
1 Mu’awiyah bin Abu Sufyan (Mu’awiyah I) 41 661
2 Yazid bin Mu’awiyah 61 681
3 Muawiyah II 64 683
4 Marwan bin Al-Hakam (Marwan I) 65 684
5 Abdul Malik bin Marwan 65 685
6 Al-Walid bin Abdul Malik (Walid I) 86 705
7 Sulaiman bin Abdul Malik 96 715
8 Umar bin Abdul Aziz 99 717
9 Yazid bin Abdul Malik (Yazid II) 101 720
10 Hisyam bin Abdul Malik 105 724
11 Al-Walid bin Yazid (al-Walid II) 125 743
12 Yazid bin Al-Walid bin Abdul Malik (Walid III) 126 744
13 Ibrahim bin Walid bin Abdul Malik 127 744
14 Marwan bin Muhammad (Marwan II) 127-132 745 – 750

Dinasti Bani Umayyah I berpusat di Damaskus , berkuasa selama 90 tahun dan berakhir setelah khalifah Marwan II dibunuh dalam pelariannya menuju
Mesir oleh kaki tangan Bani Abbasiyah. Satu-satunya keluarga Dinasti Umayyah yang dapat berhasil meloloskan diri dan lari ke Afrika Utara, kemudian
menyeberang ke Andalusia (Spanyol) bernama Abdurrahman (cucu khalifah Hisyam bin Malik). Beliaulah yang membangun Dinasti Bani Umayyah yang
baru dan berpusat di Cordova (Spanyol). Beliau menjadi penguasa pertama dari tahun 756-788 M. Setelah Abdurrahman wafat, pemerintahan dilanjutkan
oleh keturunannya, sampai dengan penguasa terakhir Bani Umayyah yaitu Abdullah, yang pada tahun 1492 M, menyerahkan seluruh kedaulatannya
kepada Raja Ferdinan dan Ratu Isabella yang menaklukkannya.Walid bin Abdul Malik mendirikan Bimaristan (RS)

Khalifah yang memerintah pada masa Dinasti Bani Umayyah II di Cordova (756 -1027 M)

1
No. Nama Khalifah Masa Pemerintahan (Hijriah) Masa Pemerintahan (Masehi)
1 Abdurrahman I (ad-Dakhil) (756-788) 138 756
2 Hisyam I (Abul-Walid) 172 758
3 Hakam I (al-Muntashir) 180 796
4 Abdur Rahman II (al-Ausath) 206 822
5 Muhammad I 238 852
6 Munzhir 273 886
7 Abdullah 275 888
8 An-Nashir li Dinillah Abdur Rahman III 300 912
9 Al-Muntashir billlah, Hakam II 350 961
10 Al-Muwayyid billah 366 976
11 Al-Mahdi, Muhammad II 399 1009
12 Al-Musta’in billah, Sulaiman 400 1009
13 Muhammad II(lagi) 400 1010
14 Hisyam II 400 1010
15 Sulaiman (lagi) 403 1013
16 Ali bin Hamud (an Nasir al-Idrisi) 407 1016
17 Abdur Rahman IV (al-Murtadha) 408 1018
18 Qasim bin Hamud (al-Ma’mun) 408 1018
19 Yahya bin Ali bin Hamud (al-Musta’li) 412 1021
20 Qasim bin Hamud (lagi) 413 1022
21 Abdur Rahman V (al-Mustazhir billah) 414 1023
22 Muhammad III (al-Mustakfi billah) 414 1024
23 Yahya bin Ali bin Hamud (lagi) 416 1025
24 Hisyam III (al-Mu’taz billah) 418 1027

Di masa Bani Umayyah, agama Islam telah tersebar ke berbagai wilayah yaitu : Semenanjung Arabia, Suriah, Irak, Persia, wilayah yang sekarang bernama
Pakistan, Palestina, Afrika Utara, sebagian dari Asia kecil, Turkmenia, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah. Demikian juga pulau-pulau yang berada di laut Tengah telah
dimasuki oleh ajaran Islam. Pada masa Dinasti Bani Umayyah, ajaran Islam, ilmu pengetahuan dan kebudayaan berkembang ke arah yang lebih maju bila dibandingkan
dengan masa sebelumnya atau masa Khualafaur Rasyidin. Ilmu pengetahuan mengalami perkembangan pada masa Dinasti Bani Umayyah yang antara lain :
A. Ilmu tentang Alquran
Pada masa Dinasti Umayyah Alquran yang telah dibukukan disalin dan diperbanyak, kemudian disebarkan ke seluruh kota Islam yang termasuk wilayah
kekuasaan Bani Umayyah. Bersamaan dengan itu sahabat Nabi Saw dan tabi’in (murid sahabat) menyebar ke berbagai kota Islam yang termasuk wilayah
kekuasaan Dinasti Bani Umayyah, untuk menjadi guru agama Islam yang mengajarkan antara lain tentang cara membaca Alquran (ilmu qiraat) dan menafsirkan
Al quran (ilmu tafsir).
Pada masa Dinasti Umayyah ilmu Qiraat sudah tersebar ke berbagai wilayah dari benua Afrika, Asia dan Eropa, agar umat Islam di mana pun mereka berada di
dalam membaca Al quran memiliki pedoman yang sama. Pada masa tabi’in ini lahir tujuh macam bacaan Alquran yang disebut “ Qiraat Sab’ah”, yang kemudian
ditetapkan menjadi dasar bacaan Alquran ( Usulun Lilqiraah). Adapun orang-orang ahli dalam membaca Alquran ( Qurra) yang menjadi pelopor qiraat Sab’ah itu
kebanyakan berasal dari kaum Mamaly (orang Islam bukan bangsa Arab). Mereka adalah :
1. Abdullah bin Kasir, keturunan Persia yang wafat di Mekah tahun 120 H
2. Ashim bin Abun Najud (Islam Mawaly), wafat di Kufah tahun 127 H
3. Abdullah bin Amir Al-Yahsubi, wafat di Damaskus tahun 118 H
4. Ali bin Hamzah Abul Hasan Al-Kisai, yang memimpin para Qurra di Kufah, wafat tahun 189 H
5. Hamzah bin Habib az-Zayat, wafat di Halwan (Irak) pada tahun 156 H
6. Abu Amir bin Al-‘Ala wafat tahun 155 H di Kufah
7. Nafi bin Abi Nu’aim wafat tahun 169 H di Madinah
B. Ilmu Tafsir
1. Mujahid
2. Athak bin Abu rabah
3. Ikrimah
4. Qatadah
5. Said bin Jubair
6. Masruq bin al-Ajda’
7. Wahab bin Munabbih
8. Abdullah bin Salam
9. Abd Malik Ibnu Juraid al-Maliki.
Ilmu tafsir apda masa itu belum mengalami perkembangan pesat sebagaimana masa Abbasiyah. Ahli tafsir masa itu yang terkenal adalah Ibnu Abbas sahabat
sekaligus paman Nabi saw
Pada zaman Dinasti Bani Umayyah ilmu tafsir belum berkembang pesat dibandingkan pada zaman Dinasti Abbasiyah.
C. Ilmu tentang Al-hadis
Ulama yang ahli dalam ilmu hadis (muhaddisin) yang termasyhur pada masa Dinasti Bani Umayyah antara lain :
1. Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaiddilah bin Abdullah bin Syihab Az-Zuhri, wafat tahun 123 H
2. Abu Zubair Muhammad bin Muslim bin Idris
3. Ibnu Abi Malikah (Abdullah bin Abi Malikah At Tayammy Al Maky), seorang murid sahabat Ibnu Abbas dan wafat tahun 119 H
4. Al-Auzai Abdurrahman bin Amir (ahli hadis dari Syam), wafat tahun 159 H
5. Hasan Basri, ahli hadis di Basrah wafat tahun 110 H
6. As Sa’by (Abu Amr bin Syurahbil), wafat tahun 104 H di Kufah
Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, para muhaddisin baru mengadakan pembukuan terhadap Hadis. Ahli hadis yang pertama membukukan hadis
ialah : Ibnu Syihab Az Zuhri yang wafat tahun 124 H. Lalu disusul oleh ahli-ahli lainnya yaitu : Said bin Abi Arubah dan Rabi bin Shabih (Basrah), Al Walid bin
Muslim (Syam), Jarir bin Abdurrahman, Abu Abdillah bin Mubarak (Khurasan), Hasyim bin Basyir (Iraq) dan Abu Bakar bin Abi Syibah (Kufah)
D. Ilmu tentang Bahasa Arab

2
Pada masa Daulah Bani Umayyah Bahasa Arab mengalami perkembangan ke arah yang lebih maju. Hal ini disebabkan karena banyaknya orang-orang Islam
yang bukan bangsa arab, yang tentu saja merasa perlu untuk mempelajari Bahasa Arab agar mereka dapat memahami Al quran dan Al hadis, dapat
berkomunikasi dengan Bahasa Arab dan dapat memahami administrasi negara yang juga menggunakan Bahasa Arab. Adapun ulama yang ahli dalam Bahasa
Arab yang kemudian menyusun dan membukukan ilmu tentang tata Bahasa Arab (ilmu nahwu) untuk yang pertama kalinya bernama Abu Aswad Ad-Dualy
(wafat tahun 69 H). Beliau berguru kepada sahabat Ali bin Abi Talib, yang terkenal dalam sejarah sebagai “Bapaknya ilmu nahwu”. Pada masa Dinasti Bani
Umayyah itu, berkembang pula ilmu sastra Arab, sehingga bermunculan ahli-ahli di bidang syair seperti : Nukman bin Basyir Al-Ansari (wafat tahun 65 H), Abu
Aswad Ad-Dualy (wafat tahun 69 H) dan Umar bin Abi Rabi’ah (wafat tahun 93 H). tokoh imu nahwu Sibawaihi al-Farisy (karya al-kitab, al-Zujaj, Ibnu Malik
(kitab alfiyah), Ibn Sayyidih, Ibnu Khuruf, Ibn Al-Haj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-hasn IbnUsfur, dan Abu Al-Hayyan Al-Garnathi.
Bidang Sastra : Qays Bin Mullawah wafat 699 (bukunya Lalila Majnun), Jamil Al-Uzri (701), Al-Akhtal (701 M), Umar Ibn Abi Rubi’ah (719), Al-Farazdaq (732),
Ibnu Muqoffa (756), Ibnu Al-Jarir (792).

CINTA
(AL-Mahabbah)
Oleh : Rabi’ah al-’Adawiyyah

Aku mencintai-Mu dengan dua cinta,


Cinta karena diriku dan cinta karena diri-Mu,
Cinta karena diriku
Adalah keadaanku senantiasa mengingat-Mu,
Cinta karena diri-Mu
Adalah keadaan-Mu mengungkap tabir
Hingga Engkau kulihat
Baik untuk ini maupun itu
Pujian bukanlah bagiku
Bagi-Mu lah pujian untuk kesemuanya

Selain bermunculan ahli-ahli syair, pada zaman Dinasti Bani Umayyah itu terdapat pula ahli-ahli pidato, yang pandai menyampaikan kisah-kisah kepada umat,
dan menyebarluaskan program pemerintah kepada rakyat. Fungsi ahli syair dan ahli pidato pada zaman itu kira-kira sama dengan fungsi surat kabar pada
zaman sekarang ini.

E. Ilmu fiqih
Melahirkan sejumlah mujtahid fikih. Dinasti Umayah di Spanyol memegang Madhab Maliki. Yang memperkenalkan madhab Maliki ini adalah Ziyad ibn Abd Al-
Rahman.lalu dieprkanlkan oleh Ibn yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam ibn Abd Rahman.
1. Imam Abu Hanifah di Irak
2. Imam Malik bin Anas di Madinah
Sementara Syafi’i dan Hambali lahir masa Abbasiyah.
Ahli fiqih lainnya adalah Abu bakar ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Said Al-Baluthi dan ibn Hazm, munzir bin saif, ibnu hazim
F. Ilmu tentang Tarikh (sejarah)
Pada masa Dinasti Bani Umayyah telah lahir dan berkembang ilmu tentang sejarah (tarikh). Hal ini disebabkan karena para khalifah Bani Umayyah menyukai
cerita-cerita tentang sejarah bangsa Arab dan bangsa bukan Arab, para pemimpinnya, para pahlawannya, para rajanya dan cara mereka di dalam memimpin
negara. Oleh karena itu ada dua bidang sejarah yang mereka kaji dan pelajari yaitu sejarah islam dan sejarah umum. Sejarah Islam membahas apa-apa yang
telah dialami umat Islam dan riwayat hidup para pemimpin dan pahlawannya, untuk dijadikan pelajaran. Sedangkan sejarah umum mempelajari sejarah bangsa-
bangsa di dunia, termasuk kerajaan-kerajaannya dan para rajanya serta orang-orang besar di dunia, seperti : Iskandar Abar, Yulius Caesar, Hanibal, dan lain-
lain.
Ilmu tentang sejarah, sebenarnya mulai dibukukan pada masa Dinasti Bani Umayyah tetapi baru tahap merintis. Ilmu sejarah baru berkembang pembukuannya
pada masa Dinasti Bani Abasiyah.

G. Ilmu filsafat
Tokoh pertama sejarah filsafat Andalusia :
1. Abu bakr Muhammad bin al_Syaigh yang dikenal dengan Ibnu Bajjah. Karyanya Tadbir al-Muwahhid
2. Abu Bakr bin Thufail, banyak menulis maslaah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafat yang etrkenal Ha bin Yaqzhan.
3. Ibnu Rusyd (cordova). Ia menafsirkan naskah-naskah aristoteles dan amslaah tentang kesesasian filsafat agama.

H. Ilmu Jugrafia/Geografi (ilmu bumi)


Sebenarnya ilmu jugrafia bukan ilmu yang berasal dari bangsa Arab, tetapi umat Islam merasa terpanggil untuk mempelajari dan menguasainya. Hal ini
disebabkan manfaat-manfaatnya yang sangat besar, yaitu :
 Untuk menunaikan ibadah haji ke kota suci Mekah bagi umat Islam yang bertempat tinggal jauh dari kota Mekah seperti India, Afganistan, dan Andalusia
 Untuk kepentingan menuntut ilmu yang bermanfaat, yang terdapat di berbagai penjuru dunia
 Untuk keperluan menyebarkan ajaran Islam ke seluruh umat manusia yang bertempat tinggal di berbagai benua, kepulauan dan negara. Islam
mengajarkan bahwa berdakwah atau menyiarkan agama Islam itu wajib hukumnya
Namun, perlu diketahui bahwa ilmu jugrafia pada masa Dinasti Bani Umayyah ini baru dalam taraf perintisan.
I. Ilmu Kimia, Kedokteran dan Ilmu Perbintangan
Pada masa Daulah Bani Umayyah telah dirintis usaha menyalin, menterjemahkan, dan menyempurnakan ilmu kimia, ilmu kedokteran dan ilmu perbintangan ke
dalam bahasa Arab. Orang pertama yang merintis usaha ini ialah Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah (wafat 68 H). Beliau mendatangkan sejumlah orang Romawi
yang bermukim di Mesir, diantaranya seorang pendeta yang bernama Maryanus, untuk mengajarkan ilmu kimia. Setelah dipelajari, lalu disalin dan diterjemahkan
ke dalam Bahasa Arab oleh seorang yang bernama Isthafan.
Selain itu, Khalid menyenangi ilmu perbintangan dan beliau telah mengeluarkan banyak dana untuk mempelajari ilmu tersebut dan membeli alat-alatnya yang
diperlukan utuk penelitian.
Kaum muslimin di Syam telah mempelajari ilmu kedokteran karangan Qis Ahron yang telah diterjemahkan dari Bahasa Suryani ke dalam bahasa Arab oleh
Masarjuwaihi. Kemudian pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, buku kedokteran ini lebih dikembangkan lagi ke masyarakat.

3
Khalifah Abdul Malik bin Marwan telah menterjemahkan buku tentang tata usaha pemerintahan dari bahasa Persia di Irak dan bahasa Yunani di Mesir dan Syam
ke dalam bahasa Arab. Selain itu, khalifah Abdul Malik bin Marwan merupakan orang yang gemar pada ilmu perbintangan, sehingga setiap pergi ke medan
perang, beliau banyak mengajak orang yang ahli dalam ilmu perbintangan. Pada tahun 752 M dikenal ahli kimia Ibnu Hizam. Dan ilmuwan Islam yang
menemukan cat anti api adalah Jabir ibnu Hayyat yang kemudian dijuluki Bapak Ilmu Kimia.

J. Musik dan Kesenian


Tokoh Seni musik ini Hasan bin Nafi yang dijuluki Zaryah.
Kesenian merupakan perwujudan dari hasil ciptaan, pikiran dan perasaan manusia yang bermutu dan mengandung unsur keindahan. Termasuk ke dalam
kesenian yang berkembang pada masa Dinasti Umayyah ialah kasidah, qiraat dan seni ukir. Kasidah merupakan salah satu dari seni sastra Arab yang
berbentuk puisi atau sajak dan bisa juga lirik yang dinyayikan disertai dengan iringan alat-alat musik terutama rebana. Kemudian setelah Islam lahir yaitu pada
masa Khulafaur Rasyidin dan Bani Umayyah seni kasidah lebih dikembangkan lagi. Kasidah tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga digunakan
sebagai media dakwah. Bait-bait sajak yang dinyayikan dalam kasidah berupa pujian kepada Allah Swt dan rasul-Nya, seruan bertakwa kepada-Nya, kabar
gembira bagi yang bertakwa dan berita duka bagi yang durhaka.
Kesenian lainnya adalah qiraat. Kata qiraat dalam Bahasa Arab merupakan bentuk jamak dari kata “qira’ah” yang berarti bacaan. Menurut istilah, qiraat adalah
cara-cara mengucapkan kalimat-kalimat atau ayat-ayat Alquran dengan benar, baik dan indah.
Selain kasidah dan qiraat, seni ukir atau seni pahat mengalami perkembangan yang lebih maju. Motif ukiran (pahat) yang menonjol dan digunakan pada masa
Daulah Bani Umayyah ialah khat (tulisan) Arab. Banyak ayat Alquran, hadis Nabi Saw, syair-syair bermutu, dan kata-kata mutiara yang diukir dengan indahnya
di dinding mesjid, tembok istana, dan gedung megah. Salah satu peninggalan ukiran indah Bani Umayyah ialah ukiran berpahat pada dinding tembok istana
yang dibangun oleh Khalifah Walid bin Abdul Malik dan yang bernama “Qusair Amrah” (Istana Mungil Amrah). Istana ini terletak di daerah pegunungan sebelah
timur laut mati dan digunakan sebagai tempat peristirahatan pada musim panas.

K. Arsitektur
Arsitektur (seni bangunan) yang terdapat pada masa dinasti Bani Umayyah adalah seni bangunan sipil, seni bangunan agama, dan seni bangunan militer.
Termasuk ke dalam bangunan sipil seperti istana yang megah dan gedung-gedung milik pemerintah atau pribadi yang indah-indah. Sedangkan yang dimaksud
dengan bangunan agama adalah masjid, bangunan militer yaitu benteng-benteng. Gedung-gedung atau bangunan-bangunan tersebut umumnya bergaya
campuran antara Romawi, Persia dan Arab yang kemudian diwarnai dengan warna Islam. Gedung-gedung tersebut tersebar di berbagai kota, seperti :
Damaskus (ibu kota dinasti Daulah Bani Umayyah), Kairawan (Afrika Utara), Kordoba (Andalusia atau Spanyol). Di Damaskus telah dibangun gedung-gedung
megah dan indah, jalan-jalan teratur dan pepohonan yang rimbun, sungai-sungai yang mengalir air jernih dengan ikan yang bermacam-macam dan juga taman-
taman rekreasi yang menyenangkan. Selain itu, di sana terdapat sebuah masjid yang besar, megah dan indah yang berukuran panjang 300 M, lebar 200 M,
dengan pilar-pilar dan dinding-dindingnya yang diukir dengan ukiran-ukiran yang indah, dan ditaburi aneka batu yang bernilai tinggi. Masjid tersebut dinamakan
Masjid Damaskus, yang dibangun dengan memanfaatkan ahli-ahli bangunan dari Romawi dan menghabiskan dana kurang lebih 33.600.000 dolar Amerika.
Kairawan merupakan sebuah kota yang didirikan oleh Aqabah bin Nafi (Gubernur Afrika Utara) yang kemudian ditetapkan bahwa Kairawan ini merupakan
ibukota dari wilayah Afrika Utara. Sebagai sebuah kota Islam, maka Kairawan dibangun dengan gaya arsitektur Islam. Hal ini terlihat dalam berbagai gedung,
masjid, taman rekreasi, daerah perdagangan, daerah industri, daerah militer dan lain-lain. Karena Kairawan menjadi ibukota negara maka lama kelamaan kota
ini menjadi kota internasional, yang dijadikan tempat tinggal dan tempat berusaha oleh berbagai bangsa, seperti bangsa Arab, Barbar, Romawi dan Persia.
Selain itu, Kairawan terkenal sebagai kota militer yang kuat dan juga sebagai pusat ilmu pengetahuan.
Di dalam masjid diajarkan berbagai macam ilmu, terutama ilmu-ilmu tentang agama Islam. Misalnya, di pekarangan Ka’bah Masjidil Haram Mekah, Abdullah bin
Abas ra (sahabat Nabi Saw), mengajarkan tentang ilmu tafsir. Rabi’ah dan beberapa muridnya seperti Malik dan Hasan mengajar di Masjid Nabawi di Madinah
dan Hasan Basri mengajar di masjid kota Basrah.
Kordoba merupakan ibukota dari Andalusia pada masa pemerintahan Bani Umayyah periode Kordoba (756-1031). Semenjak Andalusia diperintah oleh
Abdurrahman Ad-Dakhil (Abdurrahaman I), 756-788 kota Kordoba mulai meningkat maju. Kordoba mengalami puncak kejayaannya pada masa pemerintahan
Abdurrahman III (912-961) dan Al-Hakam II (961-976). Kejayaan tersebut dapat dilihat dari kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang, seperti bidang
pendidikan dan ilmu pengetahuan serta bidang kebudayaan. Dalam bidang pendidikan di Kordoba terdapat sebuah perguruan tinggi ternama yaitu Universitas
Kordoba, 27 sekoah swasta, 70 buah perpustakaan dan sejumlah toko buku. Sebelah timur kota Kordoba 170 orang wanita yang berprofesi sebagai penulis
kitab suci Alquran dengan bentuk tulisan yang indah. Di samping itu terdapat 80 buah sekolah tempat mengasuh dan mendidik anak-anak yatim dan anak-anak
terlantar dengan biaya sepenuhnya ditanggung pemerintah.
Dalam bidang ilmu pengetahuan pada masa pemerintahan Bani Umayyah periode Kordoba inipun mengalami kemajuan. Berbagai macam ilmu pengetahuan
yang dipelajari, disempurnakan dan dikembangkan seperti kedokteran, matematika, filsafat, kesusasteraan dan musik. Demikian juga berbagai naskah keilmuan
telah disalin dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dari bahasa Yunani dan latin.
Di bidang kemajuan kebudayaan Islam, dapat dilihat antara lain dari keberadaan kota Kordoba (Cordova) yang megah dan indah, diterangi lampu-lampu hias,
jalan-jalan yang teratur rapih, bangunan yang sedap dipandang mata. Kordoba yang dihiasi dengan Istana “Az-Zahra” yang mengagumkan bagi siapa saja yang
memandangnya. Di Istana inilah para khalifah menerima dan menjamu tamu-tamu negara.

BANI ABASIYAH
Dinasti Abbasiyah berdiri pada tahun 132 H/ 750 M. Dinasti ini merupakan kelanjutan Dinasti Umayyah yang berakhir setelah Marwan II (Khalifah terakhir Bani
Umayyah) meninggal pada bulan Zulhijjah 132 H. Dinasti ini dinamakan Abbasiyah karena para pendiri dan para khalifahnya merupakan keturunan dari Abbas bin Abdul
Mutalib, paman Nabi Muhammad Saw. Pendiri sekaligus khalifah pertama Dinasti Abbasiyah bernama Abu Abbas As-Saffah. Abbas As-Saffah memerintah semenjak tahun
132 H/ 750 M hingga tahun 136 H/ 753 M.
Dinasti Abbasiyah berkuasa cukup lama, yakni dari tahun 132 H/ 720 M hingga tahun 656 H / 1258 M. Dalam kurun waktu yag cukup lama teresbut, khalifah
demi khalifah (yakni sebanyak tiga puluh tujuh orang) silih berganti memerintah. Khalifah terakhir bernama Al-Musta’sim Billah, yang memerintah dari tahun 640 H/ 1242 M
hingga tahun 656 H/ 1258 M.

Khalifah yang memerintah pada masa Dinasti Abbasiyah di Baghdad (750-1242)


No. Nama Khalifah Masa Pemerintahan (Hijriah) Masa Pemerintahan (Masehi)
1 As-Shaffah, Abul-Abbas Abdullah 132 750
2 Al-Manshur, Abu Ja’far 136 754
3 Al-Mahdi (Muhammad) 158 775

4
4 Al-Hadi (Musa) 168 785
5 Ar-Rasyid (Harun) 170 786
6 Al-Amin (Muhammad) 193 809
7 Al-Ma’mun (Abdullah) 198 813
8 Al-Mu’tashim billah (Abu Ishaq Mhd) 218 833
9 Al-Wasik billah (Abu Ja’far Harun) 227 842
10 Al-Mutawakkil ‘alallah (Ja’far) 232 847
11 Al-Muntashir billah (Muhammad) 247 861
12 Al-Musta’in billah (Ahmad) 248 862
13 Al-Mu’taz billah (Muhammad) 252 866
14 Al-Muhtadi billah(Muhammad Abu Ishaq) 255 869
15 Al-Mu’tamid ‘alallah (Ahmad Abul Abbas) 256 870
16 Al-Mutazid billah(Ahmad Abul Abbas) 279 892
17 Al-Muktafi billah (Ali Abu Muhammad) 289 902
18 Al-Muqtadir billah (Ja’far Abul-Fadhl) 295 908
19 Al-Qahir bilah (Muhammad Abu Manshur) 320 932
20 Ar-Razi billah (Muhammad Abil-Abbas) 322 934
21 Al-Muttaqi billah (Ibrahim Abul-Ishaq) 329 940
22 Al-Mustakti billah (Abdullah Abul-Qasim) 333 944
23 Al-Muthi’ulah (Fadhal Abul-Qasim) 334 946
24 At-Tha’i billah (A.Karim Abu Bakar) 363 974
25 Al-Qadir billah (Ahmad Abul-Abbas) 381 991
26 Al-Qa’im bi Amrillah (Abdullah Abu Ja’far) 422 1031
27 Al-Muqtadi bi Amrillah (Abdullah A.Qasim) 467 1075
28 Al-Mustazhir billah (Ahmad Abul-Abbas) 487 1094
29 Al-Mutarsyid billah (Fadal Abul-Manshur) 512 1118
30 Ar-Rasyid billah (Yusuf Abul-Muzaffar) 555 1160
31 Al-Muktafi bi Amrillah (M. Abu Abdullah) 530 1136
32 Al-Mustanjid billah (Yusuf Abul-Muzaffar) 555 1160
33 Al-Mustazi bi Amrillah (Hasan Abu Muhammad) 566 1170
34 An-Nashir li Dinillah (Ahmad Abul-Abbas) 575 1180
35 Az-Zhahir bi Amrillah (Muhammad Abu Nashr) 622 1225
36 Al-Mustanshir billah (Mansur Abu Ja’far) 623 1226
37 Al-Musta’shim billah (Abdullah Abu Ahmad) 640 1242

Pada masa Dinasti Abbasiyah ini, wilayah pemerintahan Islam meliputi wilayah yang telah diperintah oleh Dinasti Umayyah seperti Hijaz, Yaman, Oman, Kuwait
Irak, Iran (Persia), Yordania, Palestina, Libanon, Mesir, Tunisia, Aljazair Maroko, Spanyol dan Afganistan. Perluasan wilayah kekuasaan dan penyebaran Islam pada masa
Dinasti Abbasiyah semakin berkembang, sehingga meliputi wilayah Turki, Armenia, sekitar Laut Kaspia (sekarang wilayah Rusia) bagian barat India, Asia Tengah, dan
wilayah perbatasan Cina sebelah barat. Di antara khalifah termasyhur dari Dinasti Abbasiyah adalah Harun Ar-Rasyid (170-193 H atau 786-809 M) dan putranya Al-Ma’mun
(813-833 M). Dinasti Abbasiyah berakhir setelah kota Baghdad diserang, dikuasai, dan dihancurleburkan oleh tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan (cucu Jengiz
Khan) pada tahun 1256 M.
Masa Dinasti Abbasiyah adalah masa keemasan Islam. Pada masa itu Islam telah mencapai puncak kemuliannya, baik dalam bidang ekonomi dan keuangan,
maupun dalam bidang kebudayaan dan kekuasaan. Demikian pula dalam bidang ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan tentang keislaman ataupun ilmu pengetahuan
umum mengalami kemajuan yang sangat pesat. Penerjemahan berbagai macam buku ilmu pengetahuan dari bahasa asing ke dalam Bahasa Arab juga telah dilaksanakan
dengan baik.
Dinasti Abbasiyah lebih menekankan pada pembinaan ilmu pengetahuan, peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah kekuasaan
sebagaimana yang dilakukan oleh Dinasti Umayyah. Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Dinasti Bani Abbasiyah yakni :
A. Ilmu tafsir
Ulama tafsir yang hidup pada masa Dinasti Abbasiyah antara lain Ibnu Jarir at-Thabari (225-310 H), Abu Athiyah al Andalusi (481-546 H), dan Abu Muslim bin
Bahar Isfahani (wafat tahun 322 H).
B. Ilmu Hadis
Pada masa Dinasti Abbasiyah telah bermunculan ulama hadis terkenal dengan kitab-kitab hadis yang mereka susun. Mereka itu antara lain :
 Imam Bukhari (194-252 H / 810-866 M), kitab hadis susunannnya berjudul “Shahih Bukhari”
 Imam Muslim (204-261 H / 820-875 M), kitab hadis susunannya berjudul “Shahih Muslim”
 Ibnu Majah (207-273 H / 822-887 M), kitab hadis susunannya berjudul “Sunan Ibnu Majah”
 Abu Dawud (202-275 H / 818-889 M), kitab hadis susunannya berjudul “Sunan Abu Dawud”
 At-Tirmidzi (200-279 H / 816-82 M), kitab hadis susunannya berjudul “Sunan At-Tirmidzi"
C. Ilmu Kalam
Ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang kepercayaan (aqidah) Islam, misalnya tentang rukun iman. Ulama yang ahli dalam ilmu kalam, dalam
membahas akidah Islam menggunakan dua macam dalil, yaitu dalil naqli dan dalil aqli. Para pelopor ilmu kalam antara lain Abu Hasan Al-Asy’ari (260-324 H)
dan Abu Hamid al-Gazali (450-505 H).
D. Ilmu tasawuf
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mengajarkan cara-cara menyucikan diri, meningkatkan akhlak, dan membangun kehidupan jasmani serta rohani untuk mencapai
kebahagiaan abadi. Umat muslim yang menjalani kehidupan tasawuf disebut “sufi” yang tokoh-tokohnya antara lain Rabi’ah Al-Adawiyah (95-185 H), Al-Hallaj
(244-309 H), dan Al-Gazali (450-505 H).
Diantara ajaran tasawuf Al-Gazali adalah tentang keutamaan. Keutamaan akan diperoleh seseorang melalui empat cara, yaitu :
 Memiliki keyakinan agama yang benar
 Bertaubat dari segala dosa, dengan taubat yang sungguh-sungguh
 Minta kerelaan lawan
 Mempelajari ilmu syariat (fikih) agar dapat beribadah dengan benar, sehingga terbebas dari siksa neraka
E. Ilmu fikih

5
Ilmu fikih adalah ilmu yang mempelajari hukum Islam. Ulama fikih terkenal pada masa Dinasti Abbasiyah antara lain Imam Abu Hanifah (80-150 H), Malik bin
Anas (93-179 H), Imam Syafi’i (150-204 H), dan Imam Ahmad (164-241 H).
F. Filsafat
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat diartikan sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada,
sebab, asal, dan hukumya. Pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan Khalifah Al-Ma’mun (813-833 M) kitab-kitab filsafat Yunani
diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab, kemudian dipelajari, didalami, dan diadakan perubahan-perubahan sesuai dengan ajaran Islam. Adapun tokoh-tokoh
filsafat (ahli filsafat) Islam yang hidup pada masa Dinasti Abbasiyah antara lain Abu Ishak Al-Kindi (809-873 M), Abu Nashr al-Farabi (870-950 M), Ibnu Sina
(980-1036 M), Al-Gazali (1058-1111 M), dan Ibnu Rusyd (1126-1198).
G. Kedokteran
Pada masa Dinasti Abbasiyah kedokteran mengalami perkembangan dan kemajuan, khususnya tatkala Harun Ar-Rasyid menjabat sebagai khalifah dan
khalifah-khalifah sesudahnya. Pada waktu itu, beberapa sekolah tinggi kedokteran didirikan dan para mahasiswanya yang telah berhasil menjadi dokter,
diperkerjakan di rumah sakit, khususnya di Rumah Sakit Baghdad.
Dokter-dokter muslim terkenal pada masa Dinasti Abbasiyah antara lain :
 Hunain Ibnu Ishak (804-874 M), terkenal sebagai dokter yang ahli di bidang penyakit mata
 Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Ar-Razi (809-873 M), terkenal sebagai dokter ahli di bidang penyakit cacar dan campak
 Ibnu Sina (980-1036 M), seorang dokter di Istana Amir Nuh Ibnu Mansur di Bukhara. Karya tulisnya yang terkenal berjudul “ Al-Qanun Fi At-Tib”.

TUGAS MAKALAH

KULIAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

6
TRADISI KEILMUAN ISLAM DARI MASA SAHABAT

HINGGA MASA DINASTI KEKHALIFAHAN ISLAM

HERI RUSDI

LEMBAGA PENDIDIKAN INSANI (LPI) YOGYAKARTA

2007

ILMUWAN2 ISLAM

Beberapa ilmuwan muslim menjadi pakar ilmu pengetahuan di zamnnya. Mereka antara lain :

ABAD KLASIK (650-1250 M) ABAD PERTENGAHAN (1250-1800 M)

- Hasan al-Basri (641 M) - Ibn ‘Ata’illah al-Sakandri (1307 M wafat)


- Rabi’ah al-‘Adawiyyah (801 M) - Alwi al-Haddad (1634)
- Ibrahim ibn Adham (777 M)
- Al- Farabi (870 -950 M)
- Al- Gazali (1058-1111M)
- Abd-Qadir al-Jailani (1077-1166 M)
- Al-Suhrawardi (1144-1234 M)

Sumber: Amin Syukur (1997), Zuhud di Abad Moderen

Lampiran
Biografi Mu’awiyah bin Abu Sufyan

Mu’awiyah lahir di kota Mekah pada tahun 602 M, dan wafat pada tahun 680 M. Beliau masuk Islam pada usia muda, dan ikut hijrah ke
Madinah, serta diangkat oleh Rasulullah Saw sebagai seorang penulis wahyu Alquran. Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, beliau
diangkat menjadi gubernur untuk wilayah Suriah, dan menduduki jabatan gubernur selama 20 tahun. Mu’awiyah menjadi penguasa
pertama Dinasti Bani Umayyah dari tahun 661-680 M (41-61 H). Beliau memindahkan pusat pemerintahan, yang pada masa Khulafaur
Rasyidn berpusat di Madinah, lalu dipusatkan ke Damaskus Suriah. Beliau pula yang mengubah sistem pemerintahan yang berlaku pada
masa Khulafaur Rasyidin yaitu sistem musyawarah atas dasar demokrasi menjadi sitem monarki (kerajaan atau dinasti).
Mu’awiyah terkenal sebagai penguasa yang tegas dan keras, tetapi penuh toleransi, lapang dada, dan bersifat dermawan. Sifat dan
kepribadian inilah yang melapangkan jalan pemerintahan Mu’awiyah, termasuk masa keemasan bagi Dinasti Umayyah, Mu’awiyah
berhasil menciptakan keamanan dan ketentraman dalam wilayah kekuasaannya, serta beliau berhasil merampas para pemberontak.
Beliau juga berhasil memakmurkan negara dan rakyatnya serta berhasil pula memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencapai Afrika
Utara, termasuk Khurasan dan Bhukara (Turkistan), setelah berhasil menyeberangi Sungai Oxus. Usaha yang menonjol yang dilakukan
oleh Mu’awiyah bin Abu Sofyan selama beliau memerintah antara lain: mendirikan dinas pos yang bertugas mengirim surat dan barang
titipan dari suatu tempat ke tempat lain, juga membangun pabrik percetakan mata uang. Mata uang yang terbuat dari perak, beredar
pada masa dinasti Bani Umayyah.

Lampiran II

7
Biografi Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz bin Marwan lahir di Madinah pada tahun 680 M (61 H) dan wafat pada tahun 720 M (101 H). Ibunya adalah Ummu
Asim Laila binti Asim bin Umar bin Al-Khattab. Pada masa mudanya beliau berguru pada ulama-ulama besar di Madinah, seperti Soleh bin
Kaisar, Sulaeman bin Yasar dan Mujahid bin Jubaer.
Umar bin Abdul Aziz menjadi gubernur untuk wilayah Madinah, Mekah dan Taif (Hijaz) selama 7 tahun yaitu tahun 705-712 M (86-93 H).
Tatkala beliau menjabat gubernur, beliau berhasil melaksanakan perintah khalifah Al-Walid I (705-715) untuk memperluas dan
memperindah masjid nabawi di Madinah (706-710 M / 87-91 H). Selain itu, berbagai tempat yang bersejarah bagi Nabi Saw seperti rumah
dan masjid di sekitar Madinah dipugar. Demikian juga berbagai fasilitas umum seperti sumur-sumur, jalan-jalan, dan tempat-tempat
pemberhentian diperbaiki dan ditambah.
Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah Dinasti Umayyah menggantikan Khalifah Sulaeman bin Abdul Malik yang wafat pada tahun 717 M.
Beliau menjadi khalifah pada tahun 717-720 M.
Sifat kepribadian dan kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz selama beliau menjabat sebagai khalifah adalah sebagai berikut :
 Senantiasa bersikap adil dan bijaksana serta berpola hidup sederhana. Umar bin Abdul Aziz menjual pakaian, perhiasan dan harta
lainnya yang berharga, milik dirinya dan keluarganya, yang hasilnya dimasukkan ke Baitul Mal untuk kepentingan negara
 Pajak (jizyah) yang dipungut dari orang-orang nasrani yang terlalu memberatkan, dikurangi jumlahnya. Demikian juga pajak yang
dipungut dari orang-orang yang baru masuk Islam dihentikan. Tindakan Umar bin Abdul Aziz tersebut menyebabkan orang-orang
yang belum masuk Islam berbondong-bondong masuk Islam
 Melaksanakan pembangunan dan usaha-usaha yang menyangkut kepentingan masyarakat luas seperti : pembangunan masjid,
jalan-jalan umum, tempat penampungan para fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar, dinas pos, pembangunan di bidang
pertanian dan kesehatan masayarakat, dll.
 Kelompok-kelompok yang menentang Diansti Bani Umayyah seperti kelompok khawarij dan syiah tidak diperangi, bahkan didekati,
diajak berdiskusi dan diajak untuk bersama-sama membangun negara, demi ketinggian Islam dan kaum muslimin. Sikap Umar yang
demikian menyebabkan situasi negara menjadi aman, tenteram dan damai karena tidak adanya pemberontakan yang dilakukan
oleh kelompok syiah dan khawarij
 Kebijakan Umar di bidang pengadilan terlihat dalam untaian kata mutiara yang beliau sampaikan : “Apabila seorang hakim memiliki
lima sifat, maka sempurnalah dia, yaitu : mengetahui kejadian terdahulu, tidak mata duitan, tidak menaruh dendam, berteladan
kepada imam yang adil dan berteman dengan ahli imu dan ahli pikir.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz disebut-sebut sebagai satu-satunya khalifah Dinasti Bani Umayyah yang kepemimpinannya sebanding
dengan Kulafaur Rasyidin.

Anda mungkin juga menyukai