Anda di halaman 1dari 3

Nama : Emy Yunarsih

Nim : 201.2019.007
Prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Semester : 1 (Satu)

Resensi Buku

Judul Buku : Kekerasan Agama dan Resolusi Bagi Pembangunan


Perdamaian
Pengarang : Romsidi, S.Pd.I, M.S.I.
Penerbit : Sedaun
Tahun Terbit : 2012
Cetakkan : Cetakkan I
Jumlah Halaman : 107 Halaman

Sinopsis:
Kekerasan agama selama berabad-abad merupakan kejahatan terburuk
yang telah mengisi peradaban manusia. Sesuatu yang paradoks, karena agama
mengajarkan nilai-nilai luhur, tetapi agama juga bertanggung jawab terhadap
terjadinya kerusakan di muka bumi ini. Kekerasan dan agama adalah dua kata
yang memiliki arti yang sangat berbeda. Agama merujuk pada suatu ajaran yang
tidak kacau balau. Agama memang merupakan hal yang sensitif. Sifatnya yang
menusuk batin manusia sekaligus membentuk identitas pribadi hingga sosial
rentan menimbulkan konflik. Dalam Islam pun hal ini sering terjadi. Sehingga
yang menjadi permasalahan adalah bagaimana mengelola sensifitas tersebut agar
tidak menimbulkan konflik antar agama, bahkan sesama umat Islam.
Resolusi konflik merupakan istilah yang komprehensif dalam usaha
menghadapi konflik. Resolusi konflik mengimplikasikan bahwa sumber utama
konflik telah diketahui dan ditransformasikan. Resolusi konflik pada hakikatnya
berorientasi pada usaha untuk mewujudkan perdamaian yang positif. Perdamaian
yang mampu menyingkap sebuah konflik dengan cara yang kreatif dan tanpa
kekerasan.
Sejak krisis multidimensi 1997, khususnya setelah lengsernya Soeharto
dari kursi kepresidenan Indonesia yang terdiri dari beranekaragaman suku,
agama, ras dan antar golongan (SARA), sering terjadi konflik kekerasan atas
nama agama, yang dampaknya sangat luar biasa dan menimbulkan korban ribuan
jiwa dan harta serta trauma yang sangat dalam bagi generasi berikutnya.
Keunggulan:
Dapat memberikan informasi bagi pembaca mengenai konflik, penyebab
konflik dan resolusinya bagi penciptaan perdamaian dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga pembaca dapat mengambil pelajaran dari hal tersebut agar tidak
menimbulkan korban jiwa.
Kekurangan:
Selain mempunyai keunggulan buku ini juga mempunyai kekurangan,
seperti: terdapat banyak bahasa ilmiah atau pun bahasa-bahasa yang asing yang
dapat menimbulkan pemahanan yang berbeda dari pembaca. Selain itu di dalam
pembahasannya terlalu singkat sehingga tidak terlalu jelas dengan pembahasan
bab tersebut sehingga menimbulkan tanda tanya.
Kesimpulan:
Bangsa Indonesia memiliki berbagai macam agama yang di peluk oleh
bangsa ini, seperti Islam, Kristen, Khatolik, hindu, Budha, dan Konghucu. Oleh
karena itu, sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ikha
memiliki nilai positif dan negatifnya yang tidak dapat untuk dihindarkan lagi.
Kekerasan dan agama adalah dua hal yang berbeda, dimana agama dilihat sebagai
seperti aturan-aturan yang selalu mendorong pemeluknya untuk mengamalkan
kasih dan menebarkan perdamaian. Sementara kekerasan adalah wilayah yang
tidak mungkin berbanding lurus dengan perdamian.
Perluasan wilayah kekuasaan Islam merupakan usaha dalam dakwah Islam
yang tidak terlepas dari perperangan dengan tujuan untuk mendorong orang
bergabung dalam perluasan wilayah islam. Perperangan merupakan salah satu
bentuk jihad kepada Allah.
Peristiwa kurban (memotong hewan ternak: kambing, biri-biri, sapi, unta
dan lainnya. Dan begitu juga dengan peristiwa penyaliban Yesus yang mana
dikatakan bahwa yesus membela yang benar dan pembelaanya menyebabkan ia di
salib oleh penguasa politik romawi. Peristiwa yesus tersebut dianggap kurbannya
yesus dalam membela yang benar.
Menurut Nur Ichwan ada 5 sebab yang dapat menimbulkan konflik antar
umat beragama, yaitu: motif, sarana atau simbol, obyek dana sasaran, tujuan
konflik dan aktor atau agen konflik. Berbagai hipotesis dan penjelasan
dikemukakan oleh banyak pihak untuk menganalisa salah satu faktor terjadinya
konflik di era Reformasi ialah; adanya prinsip kebebasan atau keterbukaan politik
dimana sebelum reformasi pemerintah tidak memberi ruang kepada masyarakat
untuk mengaktualisasikan dirinya, kemudian saat kran kebebasan dibuka, rakyat
dapat mengekspresikan dirinya, sehingga kadang-kadang tidak terkendali,
sehingga memberi peluang untuk konflik, karena masyarakat belum terbiasa
dengan perbedaan dan tata cara mengelolanya.
Langkah dalam menghadapi konflik ada 4 tahap sebagai mana yang
ditawarkan oleh Kriesbeng, Zartman dan Mitchell, yaitu; pertama, tahap De-
eskalasi konflik, kedua tahap negosiasi, ketiga tahap problem solving approach
dan keempat tahap peace building.
Saran:
Untuk menghindari segala sesuatu yang tidak diinginkan hendaknya
penulis memberikan penjelasan suatu uraian agar tidak menimbulkan pemahaman
yang berbeda bagi pembaca.

Anda mungkin juga menyukai