INTERRELEGIUS DIALOG
A. Latar Belakang
Dialog antaragama telah menjadi wacana menarik dewasa ini. Menarik sebab muncul
kesadaran global bahwa kita sedang menuju suatu peradaban dunia di mana begitu banyak tradisi
religius akan saling mengenal satu sama lain. Kesadaran akan pluralitas iman memang bukan
merupakan hal yang baru dalam sejarah agama-agama. Namun demikian, belum pernah ada
kesadaran akan keberagaman iman yang begitu mengusik orang beriman seperti saat ini. Begitu
kita sadar bahwa pengalaman pribadi dan komunitas kita ternyata bukalah satu-satunya, mau
tidak mau kita harus bersikap. Maka tidak jarang orang menggunakan simbol agama untuk
melegitimasi diri ketika kekerasan psikis dan fisik dipakai untuk mencapai tujuannya. Hal ini
tentu akan semakin berbahaya ketika aksi itu berkorespondensi dengan agenda politik dan bisnis
tertentu. Di sinilah dialog antaragama harus dilakukan guna meredam berbagai konflik yang
muncul. Dialog tentu tidak cukup dilihat sekedar program kerja untuk diwujudkan pada
kesempatan tertentu saja. Dialog mesti dipahami sebagai hakikat dari agama itu sendiri. Sebab
sejatinya agama adalah sebuah dialog antara Sang Pencipta, sesama dan dunia.
Di Indonesia kesadaran akan pluralitas itu diakui, diterima dan dihormati. Penerimaan
terhadap keberagaman inilah yang kemudian membentuk bangsa Indonesia dalam lambang
negara Indonesia, Bhineka Tunggal Ika. Penghormatan terhadap pluralitas ini di samping adanya
kehendak untuk bersatu antara para pendiri negara dan rakyat kemudian melahirkan Pancasila.
Pancasila diterima sebagai landasan kesatuan, demokrasi, dan toleransi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Penerimaan Pancasila sebagai dasar negara bukan tanpa tantangan. Akhir-
akhir ini muncul beragam konflik dan ketegangan yang bernuansa agama. Masih segar dalam
ingatan kita aksi teror di Surabaya dan sekitarnya beberapa bulan lalu. Muncul rasa takut, cemas,
dan marah, juga beragam pertanyaan. Mampukah bangsa ini menghadapi aksi terorisme? Juga
banyak pertanyaan lainnya. Tentu tidak bijak mengaitkan begitu saja aksi terorisme dengan
agama tertentu. Akan tetapi, kita perlu kita sadar bahwa munculnya fanatisme agama merupakan
lahan yang subur bagi munculnya gerakan terorisme. Ketika orang dikuasai oleh frustrasi,
keinginan untuk membalas dendam, kebencian terhadap orang-orang yang tidak sepaham, orang
menjadi buta terhadap realitas sekitarnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Dialog Antaragama?
2. Apa saja Syarat-Syarat Dialog Antaragama?
3. Apa saja Bentuk-Bentuk Dialog Antaragama?
BAB II
PEMBAHASAN