Anda di halaman 1dari 6

GERAKAN DIALOG ANTAR AGAMA DIINDONESIA

Lanina Puspita Lotusia Permata Agzah (E02219018)


Samsul Zainulloh (E02219030)
Sinta Khiyarotun Nisa’a (E02219031)
Siti Qiasnanun Nadiroh (E02219032)
Presentasi Dialog Antar Agama, B2, Studi Agama-Agama
Abstrak
Dialog antar umat beragama dianggap cukup efektif untuk menciptakan
kerukunan hidup antar umat beragama yang merupakan tujuan dari bangsa
Indonesia. Dialog antar umat beragama sangat perlu untuk diketahui dan
dilaksanakan karena Indonesia merupakan negara dengan banyak agama,
budaya, suku, ras maupun bahasa. Perbededaan dalam hal beragama salalu
menghiasi kehidupan sehari-sehari. Maka dari itu perlu adanya dialog supaya
perbedaan-perbedaan tersebut tidak menjadi masalah serius yang bisa
berdampak buruk terhadap orang lain atau timbul konflik yan
mengatasnamakan agama. dialog antar umat beragama perlu dipahami secara
baik dan benar di kalangan masyarakat umum maupun dikalangan akademisi
agardialog antar umat beragama bisa berjalan dengan lancar dan bisa
bermanfaat bagi umat beragama.
Kata Kunci : Dialog, antar agama.
PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari adanya hubungan
saling ketergantungan antara manusia satu dengan yang lainnya, melalui
hubungan saling ketergantungan ini terciptalah komunikasi antar umat manusia
dalam proses pembentukan suatu relasi yang baik antar umat manusia. Namun
terkadang keinginan untuk membuat suatu relasi yang baik tidak selalu dapat
direalisasikan di lingkungan masyarakat. Hal ini terjadi karena adanya
perbedaan di dalam masyarakat itu sendiri. Contohnya seperti di Indonesia,
Indonesia bisa dikatakan sebagai negara yang rawan konflik karena
notabenenya Indonesia adalah negara multikulturlah di mana rakyatnya
memiliki perbedaan suku, agama, ras, etnis, latar belakang budaya yang mudah
sekali dijadikan sebagai bahan adu domba.
Terutama permasalahan agama yang tak kunjung selesai di Indonesia, ser
ingkali konflik yang terjadikarena adu domba antar agama, agama merupakan
hal yang sensitif yang dipilih manusia itu sendiri dalam hubungannya dengan
Tuhan. Contoh konflik umat beragama adalah persoalan rumah ibadah yang
tampaknya cukup serius dan sensitif. Hal ini disebabkan pembangunan sarana
ibadah merupakan bagian dari hak asasi manusia dalam menjalankan haknya
dalam beragama. Bahkan, kadang-
kadang pendirian rumah ibadah, sering memunculkan logika ancaman yang begi
tu besar. Artinya pada setiap pendirian rumah ibadah, yang terlintas di benak pe
nduduk yang bersangkutanadalah ancaman bahaya. Jika agama dipahami secara
sempit dan tidak toleran, agama akan sering diperlakukan secara subjektif.
Hal ini jika terus dikembangkan akan menimbulkan konflik
yang berkepanjangan, dan akan terjadi ketidakterbukaan antar pemuka agama.
Akan tetapi, hal ini bisa ditanggulangi dengan adanya dialog dan kerja sama
antar umat beragama. Dengan adanya dialog diharapkan setiap agama dapat
terbuka satu dengan yang lainnya, sehingga dapat meminimalisir ketegangan
yang terjadi antar setiap agama, dan memungkinkan terciptanya rasa aman,
damai, antar umat beragama. Selanjutnya untuk benar-benar membangun relasi
yang baik secara berkepanjangan perlu juga dilakukan kerja sama antar umat
beragama. Melalui kerja sama ini diharapkan Indonesia bisa menjadi negara
yang maju dengan rakyat yang multikultural. Dalam makalah ini akan diungkap
beberapa gagasan dan teori tentang dialog dan kerja sama antar umat beragama
di Indonesia
A. Pemahaman Tentang Dialog Antar Umat Beragama
Dialog antar agama adalah dialog yang dilakukan antar pemeluk agama
yang satu kepada pemeluk agama yang lain, sebagaimana telah diketahui bahwa
di dunia ini banyak sekali agama-agama dan kepercayaan. Ada agama yang
mendapatkan respon yang
begitu banyak (luas) dan begitu sebaliknya. Di mana agama-agama besar (banya
k pemeluknya)adalah agama Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Buddha,
Konghucu, dan masih banyak agama-agama lainnya (Mukhlis, 2015). Dialog
tidak saja penting tetapi harus dirasakan pula sebagai kebutuhan bersama dalam
hubungan antar umat beragama.
Menurut Faisal Ismail (2014),tanpa dialog, umat beragama yang satu
akan merasa sulit untuk memahami dan mengerti ajaran, sejarah perkembangan,
fenomena agama, dan tradisi umat agama lain. Dengan katalain, dialog
merupakan salah satu cara yang efektif dan produktif untuk mencapai
terciptanya saling pengertian dan kerukunan antar umat beragama. Setelah
berusaha dengan segala kejujuran dan keterbukaan hati untuk berdialog dengan
umat beragama dan berkepercayaan lain, kita akan menjadi terbuka untuk
memahami keyakinan umat beragama dan berkepercayaan lain. Keterbukaan ini
sudah semestinya dikembangkan ke tindakan nyata bersama sebagai
perwujudan iman dalam bentuk kerja sama antar umat beragama. Kerja sama
antara pemeluk agama dapat dilakukan untuk menanggulangi banyak problem
masa kini. Penanggulangan aneka ragam baik dari ketidakadilan, kemiskinan
atau kemerosotan moral merupakan prioritas agenda antara agama-agama
(Mukhlis, 2015).
B. Dialog Antarumat Beragama dan Bentuk-Bentuk Dialog Yang Dapat
Diterapkan Di Indonesia.
Realisasi dialog dan kerja sama antarumat beragama di Indonesia dapat
direalisasikan dengan cara bentuk-bentuk dialog seperti yang diungkapkan
Abdul Mukti Ali (1999) di bawah ini:
1. Dialog Kehidupan Pada bentuk ini, orang dari berbagai macam agama
dan bekerjasama untuk saling memperkaya kepercayaan dan
keyakinannya masing-masing, dengan melakukan nilai-nilai dari agama
masing-masing tanpa diskusi formal. Hal ini terjadi pada keluarga,
sekolah angkatan bersenjata, rumah sakit, industri, kantor dan negara.
Juga dialog antar kebudayaan, karena kebudayaan itu dipengaruhi oleh
agama.
2. .Dialog dalam Kegiatan Sosial Yang dimaksud dialog antar agama adalah
bertujuan meningkatkan harkat umat manusia dan pembebasan integral
dari umat manusia. Pelbagai macam pemeluk agama dapat mengadakan
kerja sama dalam melaksanakan proyek-proyek pembangunan, dalam
meningkatkan kehidupan keluarga, dalam proyek bersama untuk
membantu rakyat yang menderita dari kekeringan, kemiskinan,
kekurangan makan, dan terutama meningkatkan keadilan dan
perdamaian.
3. Dialog Komunikasi Pengalaman Agama Bentuk ketiga dari dialog antar
agama adalah mengambil bentuk
komunikasi pengalaman agama, doa, dan meditasi. Dialog semacam ini d
apat disebut sebagai dialogintermonastik, misalnya, ada pertapa-pertapa
Katolik dan pertapa-pertapa Budha.
Untuk beberapa minggu lamanya, mereka menginap di pertapaan lainnya 
supaya memperoleh pengalaman keyakinan untuk mempelajari
kehidupan sehari-hari, seperti cara mereka berpuasa, berdoa, membaca
kitab suci, meditasi, dan kerja lainnya. Sudah tentu, dialog intermonastik
ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Ia dapat dilakukan oleh
para pemimpin agama saja atau oleh orang yang ingin mengetahui
kehidupan pemimpin-pemimpin agama lain.
4. Dialog untuk Doa Bersama Bentuk dialog seperti ini sering dilakukan
dalam pertemuan-pertemuan agama internasional, yang didatangi oleh
pelbagai kelompok agama yang beragam. Setiap orang dapat berdoa
dengan cara dan keyakinannya masing-masing, misalnya tentang
doa perdamaian dunia, yang dilakukan secara bersama-sama. Dialog
seperti ini pernah dilakukan pada tanggal 27 Oktober 1986 di Assisi,
yakni “Hari Doa Sedunia untuk Perdamaian”.
5. Dialog Diskusi Teologis Dialog antar agama dalam bentuk kelima ini,
yaitu para ahli agama tukar menukar informasi tentang keyakinan,
kepercayaan, dan amalan-amalan agama masing-masing, dan berusaha
untuk mencari saling pengertian dengan perantaraan diskusi itu.
Dialog antar agama1
B Gerakan Dialog keagamaan
Tiga indikator dalam kerukunan hidup umat beragama yaitu toleransi,
kesetaraan, dan kerjasama.(Sari, 2017)Indikator toleransi merepresentasikan
dimensi saling menerima dan menghargai perbedaan. Indikator kesetaraan
mencerminkan keinginan saling melindungi, memberi hak dan kesempatan yang
sama, tidak mengedepankan superioritas. Indikator kerjasama menggambarkan
keterlibatan aktif bergabung dengan pihak lain. Memberikan empati dan simpati
kepada kelompok lain dalam dimensi ekonomi, budaya, sosial dan keagamaan.
Arah peningkatan kerukunan hidup umat beragama tidak hanya pada
toleransi saja. Karena sikap toleransi itu baru merupakan syarat awal kerukunan.
Agar kerukunan antar umat beragama tumbuh dengan kuat, maka toleransi
harus disertai dengan adanya kesetaraan antar umat beragama. Sikap kesetaraan
juga harus diiringi dengan tindakan nyata dalam bentuk kerjasama di tengah
kehidupan bermasyarakat. Dengan kerjasama yang tulus akan terbangun
kepercayaan yang kuat agar dapat hidup berdampingan dengan damai, saling
memajukan dan menguatkan. Tidak untuk saling menyakiti dan menyingkirkan.
1
A. Mukti Ali, “Ilmu Perbandingan Agama, Dialog . . .”, 209-211.
Contohnya gerakan Gerakan dialog keagamaan JAKATARUB telah
memberikan kontribusi besar terhadap kerukunan hidup umat beragama di Kota
Bandung.(Banawiratma, J.B, 2010) Upaya JAKATARUB untuk menerima
semua kelompok keagamaan telah membentuk perjumpaan setiap umat
beragama. Dengan perjumpaan-perjumpaan yang ada membuat umat beragama
di Kota Bandung bisa saling menghargai dan menerima perbedaan satu sama
lain. Tidak sekedar menerima dan menghargai, bahkan dengan berbagai latar
belakang agama dan kenyakinan yang berbeda, di JAKATARUB tetap bisa
berkerjasama dalam berbagai bidang. Usaha-usaha JAKATARUB dalam
melakukan pendampingan terhadap kelompok-kelompok yang diperlakukan
diskriminatif juga telah mampu menghadirkan suasana cair. Sehingga
penyelesaian masalah tidak dilakukan dengan kekerasan namun diselesaikan
dengan dialog dan perundingan yang baik. Dalam upaya terhadap edukasi
publik yang dilakukan JAKATARUB, telah berdampak keterbukaan masyarakat
terhadap isu-isu kemanusian, toleransi, kesetaran dan sebagainya. Pentingnya
bertoleransi dan berkerjasama antar umat beragama, telah disampaikan kepada
masyarakat secara luas dan kepada anak muda yang akan melanjutkan
kehidupan dimasa depan yang lebih damai dan harmonis.

KESIMPULAN
Dialog antar umat beragama tidak hanya saling tukar pikiran antar satu
dengan yang lain tetapi menurut A. Mukti Ali bahwa dialog antar umat
beragama adalah pertemuan hati dan pikiran antar pemeluk berbagai agama.
Dialog adalah komunikasi antara orang-orang yang percaya pada tingkat agama.
Begitu pentingnya kerukunan antarumat beragama terkhusunya di negara
Indonesia, negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan.
Hal ini berkaitan dengan upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang
aman, damai, dan nyaman. Upaya menjaga kerukunan adalah dengan cara
melakukan dialog dan kerja sama antarumat beragama di Indonesia. Dialog
antaragama adalah pertemuan hati dan pikiran antar pemeluk berbagai agama.
Kerja sama adalah bukti nyata dan penjalaran dari dialog keagamaan. Dialog
dan kerja sama di Indonesia mempunyai macam-macam bentuk dalam
pelaksanaannya. Contohnya adalah dialog kehidupan, dialog teologis, dialog
dalam kegiatan sosial, dan lain sebagainya. Dengan adanya dialog ini
diharapkan dapat meminimkan paham- paham ekstrem yang berada di
masyarakat terkhusunya di masyarakat bangsa yang pluralistik.
Kontribusi dialog antar umat beragama khususnya di Indonesia adalah
menumbuhkan sikap toleransi antar umat beragama, tidak adanya klaim
kebenaran seolah-oleh dirinya yang paling benar dan menciptakan sikap saling
menghormati satu dengan yang lain dan bisa hidup saling berdampingan antar
umat beragama agar terhindar konflik-konflik yang tidak diinginnkan dan
menjadikan Islam Rahmatal lil ‘Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Abdul Mukti. (1999). Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia (Cetakan
XI). Bandung:Mizan

Anda mungkin juga menyukai