Anda di halaman 1dari 6

TERM OF REFERENCE/ Kerangka Acuan Kerja

Dialog Kerukunan Umat Beragama:

Agama-Agama dan Kohesi Sosial : Kerukunan umat beragama Dalam melanjutkan


Demokratisasi Indonesia.

Penyelenggara : BEM STT ABDI SABDA.

Insitusi : Sekolah Tinggi Theologi Adi Sabda , Medan.

Program : Dialog Kerukunan Umat Beragama

Kegiatan : Seminar dan Diskusi

Detail Kegiatan :

1. Latar Belakang

Pluralisme merupakan sebuah fenomena yang tidak mungkin dihindari. Manusia


hidup dalam pluralisme dan merupakan bagian dari pluralisme itu sendiri, baik secara pasif
maupun aktif, tak terkecuali dalam hal keagamaan. Pluralisme keagamaan merupakan
tantangan khusus yang dihadapi agama-agama dunia dewasa ini. Dan seperti pengamatan
Coward (1989:167), setiap agama muncul dalam lingkungan yang plural ditinjau dari sudut
agama dan membentuk dirinya sebagai tanggapan terhadap pluralisme tersebut. Jika tidak
dipahami secara benar dan arif oleh pemeluk agama, pluralisme agama akan menimbulkan
dampak, tidak hanya berupa konflik antarumat beragama, tetapi juga konflik sosial dan
disintegrasi bangsa. Kendati agama memiliki fungsi pemupuk persaudaraan dan fungsi
tersebut telah dibuktikan dengan fakta-fakta kongkret dari zaman ke zaman, namun di
samping fakta yang positif itu terdapat pula fakta negatif, yaitu perpecahan antarmanusia
yang bersumber pada agama. Secara normatif-doktriner agama selalu mengajarkan kebaikan,
cinta kasih dan kerukunan. Tetapi kenyataan sosiologis memperlihatkan sebaliknya, agama
justru dijadikan sumber konflik yang tak kunjung reda, baik konflik intern maupun ekstern,
misalnya bentrokan antara umat Kristen Gereja Purba dengan umat Yahudi, umat Kristen
penganut agama Romawi (agama kekaisaran) dalam abad pertama sampai abad ketiga.
Seperti ungkap Syafiq Mughni, ketegangan atau konflik antarumat bergama di Indonesia
biasanya berkisar pada tiga wilayah yang berdiri sendiri atau saling terkait: pertama, wilayah
ajaran, kedua wilayah sosial, ketiga wilayah kemanusiaan. Artinya, persoalan kemanusiaan
(keadilan, kejujuran, dan ketentraman dsb.) harus memancing respon dari berbagai agama
untuk melakukan kerjasama yang baik. Oleh sebab itu, salah satu hal yang perlu diperhatikan
dalam rangka menciptakan kerukunan umat beragama di tengah pluralitas ini adalah dengan
memahami ajaran agama masing-masing secara utuh.
Kerukunan umat beragama harus dibangun dalam kerangka kohesi sosial yang utuh
dan solid. Kerukunan umat beragama akan menjadi cermin masa depan bangsa. Pilihannya
hanya dua : mau menjadi “cermin retak” atau “cermin bening”. Berbagai pertentangan yang
muncul harus diatasi dalam kerangka etika demokrasi, bukan malah dalam kerangka “hukum
rimba”, sekalipun mengatasnamakan doktrin keyakinan agama masing-masing. Demokrasi
kebangsaan harus mengatasi (menjadi “penengah”) semua paham yang ada, termasuk paham
keagamaan. Demokrasi dan Kerukunan umat beragama ialah ibarat dua sisi mata uang,
meskipun berbeda keduanya tidak dapat dipisahkan, kerukunan umat beragama yang
memperkokoh pembentukan system sosial yang lebih demokratis. Agama menjadi media
yang baik dalam memberikan pemahaman tentang demokrasi . Berdemokrasi dan beragama
merupakan hak asasi, keduanya dipertemukan dalam “jembatan” pinsip kebebasan , dengan
prinsip kebebasan ini dapat menjadi merdeka dan dapat memanusiakan dirinya. Orang yang
beragama dan berdemokarasi akan menjadikan agama sebagai sumber dan dasar inpirasi,
spiritual dan moral dalam setiap tarikan nafasnya dan perilakunya. Karena itu, dalam
berdemokrasi dan beragama, kita dituntut dalam mendewasakan sikap mental dengan
mengutamakan toleransi, menebarkan cinta kasih, mengokohkan persaudaraan,
menumbuhkan kedamaian dan bekerja sama dalam membangun masyarakat sebagai
manifestasi substansi agama, kita perlu sebagai anak bangsa Indonesia untuk merajut
kembali demokrasi Indonesia dengan menjalin kerukunan umat beragama. Maka untuk
mewadahi terciptanya kerukunan umat beragama, perlu kiranya Dialog kerukunan umat
beragama, dialog kerukunan umat beragama bukan hanya untuk Saling mengenal , melainan
dapat juga memperkaya peserta dialog dalam melakukan reinterpertasi terhadap kajian
teologis agama masing-masing. Adapun alasan Sosiologis pentingnya Dialog kerukunan
Umat beragama adalah karena Pluralisme agama di dunia adalah suatu kenyataan yang makin
lama makin jelas kelihatan. Karena makin mudahnya berkomunikasi. Semakin tinggi
keinginan untuk mengadakan hubungan dengan lainnya. isolasionisme selain harus
ditinggalkan, juga tidak mungkin dilakukan. Apalagi aspek kesamaan antarkelompok umat
manusia dan agama yang satu dengan yang lain semakin diakui dan dirasakan daripada apa
yang memisahkannya. Dialog antaragama membantu setiap peserta untuk tumbuh dalam
kepercayaannya sendiri, manakala ia berjumpa dengan orang yang berlainan agama dan
bertukar pikiran tentang berbagai keyakinan dan amalan yang diyakini dan diamalkan oleh
masingmasing pemeluk agama. Selain nilai positif bagi individu dalam dialog, terdapat pula
saling memperkaya antara agama-agama yang dipeluk oleh orang-orang yang mengambil
bagian dalam dialog. Misalanya, dalam dialog antaragama, Islam dapat menyumbangkan
pada agama lain peningkatan inspirasi dan universalitas. Dialog antar agama dapat membantu
untuk meningkatkan kerja sama di antara para penduduk suatu negeri, sehingga dalam
kondisi saling menghargai, keadilan, perdamaian dan kerjasama yang bersahabat, semua
orang dapat membangun negeri. Alasan Theologis Pentingnya Dialog Kerukunan Umat
beragama : Seluruh umat manusia hanya mempunyai satu asal, yaitu Tuhan, dan diciptakan
untuk tujuan akhir yang sama, yaitu Tuhan sendiri. Oleh karena itu, hanya ada satu rencana
Tuhan bagi setiap manusia ini, satu asal dan satu tujuan. Perbedaan itu memang ada, tetapi
dibandingkan dengan persamaanpersamaan yang begitu banyak dan fundamental, perbedaan-
perbedaan itu tidak begitu penting. Semua umat manusia adalah satu, dan kesatuan inilah
yang mendorong manusia untuk meningkatkan perdamaian universal. Karena alasan-alasan
teologis inilah, agama-agama mengambil sikap positif terhadap agama-agama yang bukan
agamanya sendiri. Dan hal ini bisa dilakukan dengan dialog dan kerjasama dengan para
pengikut agama lain untuk bersama-sama mengenal, memelihara, dan meningkatkan
perbuatan-perbuatan spiritual dan moral yang terdapat pada orang-orang yang beragama lain,
juga nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat dan kebudayaan mereka. Dialog antaragama
bukan merupakan tindakan akademis saja, ia bukan merupakan diskusi filosofis dan teologis;
ia merupakan perbuatan agama. Dialog adalah usaha untuk keselamatan, dan itu adalah
bagian dari tujuan total dari agama. Berikut adalah bentuk dialog uang akan dibahas :

Dialog Theologis-Sosial :

Agama-Agama sebagai Kohesi Sosial : Kerukunan umat beragama dalam


melanjutkan Demoktaratisasi Indonesia

2. Dasar Hukum :
A. Berdasarkan keputusan mentri agama Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1980
tentang wadah musyawarah antar umat beragama sebagai forum konsultasi dan
komunikasi antara pemimpin agama di Indonesia dan keputusan mentri agama
Republik Indonesia Nomor 3 tahun 1981 sebagai payung hukum agar wadah
musyawarah dapat melaksanakan pembinaan kerukukanan umat beragama.
B. Berdasarkan keputusan Mentri Agama Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2015
tentang rencana strategis kementrian agama tahun 2015-2019, dalam lampiran
keputusan tentang peningkatan kualitas kerukunan umat beragama.
3. Metode Kegiatan :

Metode Kegiatan ini adalah Bentuk acara adalah seminar, yang mana pembicara
membahas tentang Nilai-nilai perdamaian, kerukunan dalam agama masing-masing.
Adapun pembicara disediakan panitia perlengalapan berupa : Mic. LCD, Laptop dan
sound system.

4. Tujuan Kegiatan :
1. Dialog ini bertujuan supaya mahasiswa STT ABDI SABDA memiliki pemahaman
akan pentingnya hidup rukun, hidup bersosial dengan agama lain dalam konteks
kemajemukan dan plularlisme agama.
2. Dialog ini juga bertujuan untuk membekali diri mahasiwa STT ABDI SABDA dalam
menghadapi tantangan zaman, masalah sosial-Agama di dalam dunia Pelayanan
(perjumpaan dengan agama lain dalam dunia pelayanan).
5. Pembicara :
1. Dr. Irwansyah, M.Ag.
 Ka. Prodi Sosiologi Agama FIS UIN SU ( Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara)
 Sekretaris LPKUB ( Lembaga Pengkajian Kerukunan Umat Beragama
Sumatera Utara).
2. Pinandita.M. Manogren.
 Penjulu Agama Hindu.
 Wakil Ketua PHDI ( Parisada Hindu Dharma Indonesia).
 FKUB SU ( Forum Kerukunan Umat Beragama Indonesia).
3. Bikkhu Diropunnyo
 Bikkhu/ Agama Budha
 Penulis Buku Kopi Toleransi, Noda Batin, menjadi ada dalam ketiadaan
4. Pdt. Darwis Manurung S.Th MPsi
 Ketua PGI SU ( Perseketuan Gereja-Gereja Indonesia Wilayah Sumatera
Utara).
 Bishop GMI ( Gereja Metodist Indonesia).

5. Aulia Kamal MA.

 Dosen UINSU ( Ilmu Agama)

5. Peserta :
Peserta dari kegiatan ini terdiri dari anggota Mahasiswa STT ABDI SABDA,
Medan dan umum.
6. Target Arahan dan Materi :
Beberapa hal yang dibahas dalam Materi adalah :
1. Memberikan penjelasan mengenai agama sebagai kohesi sosial sebagai upaya untuk
melanjutkan demoktratisasi Indonesia ( Bapak Aulia Kamal MA)
A. Apa yang dimaksud Agama Sebagai Kohesi Sosial.
B. Apa urgensi Kerukunan Umat beragama dalam Demokrasi Indonesia.
C. Bagaimana strategi merajut kerukunan di Era 4.0
2. Agama dan perdamaian (berdasarkan kitab suci masing-masing), pentingnya toleransi
agama ( berdasarkan kitab suci masing-masing).
1. Dr. Irwansyah M.Ag
a. Perdamaian dan Toleransi dalam ajaran Agama Islam.
2. Pinandita.M. Manogren.
a. Perdamaian dan Toleransi dalam ajaran Agama Hindu
3. Bikkhu Diropunnyo
a. Perdamaian dan Toleransi dalam ajaran Agama Buddha
4. Pdt. Darwis Manurung S.Th MPsi
a. Perdamaian dan Toleransi dalam ajaran Agama Kristen
7. Moderator : Dr. Ramli Harahap
8. Jadwal Kegiatan :
Waktu dan Tanggal : 21 Oktober 2019
Pukul: 19.00 S.d. Selesai
Tempat : Chapel STT ABDI SABDA MEDAN
9. Pendaftaran :
1. Pendaftaran dilangsukan secara online Dengan Offline dengan Promosi Berkala
tutup tanggal 10 oktober 2019
2. Kontribusi Peserta :
A. Anggota BEM / Mahasiswa : Rp. 50.000
B. Non Mahasiswa : 70.000
( Sertifikat, Dan snack, Bahan seminar)
10. Penutup :
Term of Reference ini disusun sebagai kerangka acuan dalam dialog kerukukan
umat beragama. Semoga acara ini Diridhai dan Diberkahi oleh Tuhan sehingga
Tuhan dimuliakan dalam setiap persiapan dan pelaksaan dan tindak lanjut acara
ini. Amin

Anda mungkin juga menyukai