Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AGAMA KRISTEN PROTESTAN

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Dosen Pengampu : Yanti Secilia Giri,S,Th,M.Pd

Nama : Putu Sarliana Firsty Grandly Daughterine Balukh

(2323714105)

Kelas : 1C

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI KUPANG


2023

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
melimpahkan Rahmat dan belas kasihnya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas makalah
tentang “KERUKUNAN UMAT BERAGAMA”.

Sebagai penyusun saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari segi
penyususan maupun tata bahasa penyampaian tugas makalah ini. Oleh karena itu, saya
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
tugas makalah ini.

Saya berharap semoga tugas makalah yang saya buat ini memberikan manfaat dan
inspirasi bagi pembaca.

Kupang, 6 Desember 2023

Putu S.F.G.D Balukh


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan dan Manfaat

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Kerukunan Umat Beragama
2.2. Definisi Kerukunan
2.3. Peran Agama dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
2.4. Sikap Terhadap Kerukunan antar Umat Beragama
2.5. Konflik Berlatar Belakang Agama
2.6. Mewujudkan Kerukunan Hidup antar Umat Beragama di Indonesia
2.7. Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Dengan
Dialog Antar Umat Beragama
2.8. Cara Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama
2.9. Kerukunan Umat Beragama dalam Pandangan Kristen

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, terdiri atas beberapa
kelompok masyarakat dengan latar belakang berbeda, baik suku, agama, budaya, maupun
ras. Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama Islam, Katolik,
Protestan, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Dalam sebuah negara yang majemuk, adalah
tidak mudah untuk mewujudkan harmoni atau kerukunan diantara warga negara, karena
masing-masing kelompok mempunyai keyakinan, pendapat, dan aspirasi. Dalam negara
yang majemuk dengan berbagai macam agama, konflik yang terjadi antar umat beragama
tersebut dalam masyarakat yang multkultural adalah menjadi sebuah tantangan yang besar
bagi masyarakat maupun pemerintah. Supaya agama bisa menjadi alat pemersatu bangsa,
maka kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar, maka diperlukan cara yang
efektif yaitu dialog antar umat beragama untuk permasalahan yang mengganjal antara
masing-masing kelompok umat beragama, karena komunikasi antar pemuka atau pemeluk
agama merupakan kunci dari penyelesaian permasalahan antar umat beragama. Selain itu,
bagaimana menurut pandangan Kristen akan hal ini?

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka makalah ini memiliki rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana peran agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
2. Bagaimana sikap terhadap kerukunan antar umat beragama?
3. Apa saja konflik yang berlatar belakang agama?
4. Bagaimana mewujudkan kerukunan anat beragama di Indonesia?
5. Bagaimana kerukunan umat beragama dalam pandangan Kristen?

1.3 Manfaat dan Tujuan


Melalui pembuatan makalah ini, mahasiswa diharapkan dapat
1. Memahami makna dari kerukunan umat beragama.
2. Mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menjadi generasi penerus yang dapat menjaga kerukunan umat beragama berdasarkan
cinta kasih.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kerukunan Umat Beragama


Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, terdiri atas beberapa
kelompok masyarakat dengan latar belakang berbeda, baik suku, agama, budaya, maupun
ras. Disisi lain, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius yang tercermin
dalam ideologi negara, Pancasila pada sila pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa". Dalam
sebuah negara yang majemuk, adalah tidak mudah untuk mewujudkan harmoni atau
kerukunan diantara warga negara, karena masing-masing kelompok mempunyai
keyakinan, pendapat, dan aspirasi.

2.2. Definisi Kerukunan


Kerukunan berasal sari bahasa arab, yakni "rukaum" yang berarti asas atau dasar,
yang dalam bentuk tunggal berarti tiang dan dalam bentuk jamak" arkhan" artinya tiang-
tiang. Dalam bahasa Indonesia, istilah rukun memiliki arti damai dan berastu hati. Dari
pengertian diatas, dapat digambarkan kerukunan sebagai suatu bangunan yang dibangun
dengan tiang untuk menopang rumah yang akan dihuni oleh sekelompok orang yang
diikat secara kekeluaraan dengan kesatuan hati untuk mencapai kedamaian. Kerukunan
adalah sikap saling mengakui, menghargai, toleransi yang tinggi antar umat beragama
dalam masyarakat multikultural sehngga umat beragama dapat hidup rukun, damai dan
berdampingan
Istilah "kerukunan" merupakan arti kata yang positif dan dinamis di bandingkan
dengan istilah "toleransi yang statis. Toleransi lebih mengisyaratkan adanya persetujuan
suatu pihak untuk memberikan hak hidup kepada pihak lain. Kerukunan mengandung
pengertian bahwa walaupun kita berbeda, namun kita mempunyai hak dan kewajiban
yang sama. Hak hidup yang dimiliki seseorang tidaklah tergantung pada izin pihak lain,
melainkan secara bersama-sama tergantung pada suatu yang luhur yaitu cita-cita
bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur, damai sejahtera berdasarkan pancasila dan terlebih tergantung pada Tuhan.
Kerukunan tidak mengharuskan kita seragam dalam segala sesuatu.

2.3. Peran Agama dalam Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara
Agama merupakan sumber pembentukan dan penguat nilai-nilai, etika, moral, dan
karakter bangsa Indonesia. Agama sebagai penguat integrasi bangsa dan sebaliknya tidak
menjadi faktor pemecah belah bangsa. Agama sebagai pendorong etos kerja dan
kemajuan bangsa dan sebaliknya tidak menjadi penghambat kemajuan. Agama menjadi
penguat dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa, seperti
kemiskinan, kebbodohan, lingkungan hidup.

2.4. Sikap Terhadap Kerukunan antar Umat Beragama


Ada beberapa sikap masyarakat dalam kaitannya dengan kerukunan antar umat
beragama. Yaitu sikap eksklusif, inklusif, dan pluralis. Tiga sikap ini dipengaruhi oleh
pola pikir, pengalaman, visi serta kemampuan memahami perwujudan kasih bagi sesama
manusia.
a. Eksklusivisme
Eksklusivisme merupakan sikap yang hanya mengakui agamanya sebagai agama yang
paling benar dan baik. Sifat fanatisme sempit seperti ini akan melahirkan berbagai
konsekuensi, antara lain perpecahan, perseteruan antar umat beragama, dun konflik.
Bentuk eksklusivme merupakan pola umum yang ada di abad pertengahan dan makin
menipis seiring dengan perkembangan paradigma berpikir dalam masyarakat.
Meskipun tak dapat disangkal bahwa sampai saat ini, sikap tersebut masih
mendominasi kelompok kecil pemeluk agama-agama.
b. Inklusivisme
Inklusivisme adalah sikap yang dapat memahami dan menghargai agama lain dengan
eksistensinya, tetapi tetap memandang agamanya sebagai satu-satunya jalan menuju
keselamatan.
c. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap yang menerima, menghargai, dan memandang agama lain
sebagai agama yang baik serta memiliki jalan keselamatan Dalam perspektif
pandangan seperti ini, maka tiap umat beragama terpanggil untuk membina hubungan
solidaritas, dialog, dan kerjasama dalam rangka mewujudkan kehidupan yang lebih
baik dan lebih berpengharapan.

2.5. Konflik Berlatar Belakang Agama


Diantara konflik yang mudah diprovokasi adalah konflik berlatar belakang agama.
Begitu sensitifnya persoalan agama, sehingga konflik sosial dan ekonomi pun seringkali
ditarik dari wilayah agama untuk mendapatkan dukungan yang lebih banyak dari
pemeluknya, Konflik antar umat beragama ini umumnya tidak murni disebabkan oleh
faktor agama, melainkan oleh faktor ekonomi, politik, maupun sosial. Konflik antar umat
beragama banyak disebabkan karena persoalan pendirian rumah ibadah atau cara
penyiaran agama yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, karena adanya salah
paham diantara pemeluk agama.
Konflik internal umat beragama terjadi karena adanya:
1. Pemahaman yang menganggap hanya aliran mazhabnya sendiri yang benar dan
menyalahkan yang lain.
2. Pemahaman yang diselewengkan.
3. Pemahaman yang "bebas seman sendiri tanpa mengikuti kaidah-kaidah yang ada.
Hal lain yang masih terkait dengan persoalan kehidupan umat beragama adalah masih
adanya kekerasan dengan mengatasnamakan agama oleh kelompok-kelompok radikal,
tidak hanya dari kalangan muslim tapi juga non-muslim.

2.6. Mewujudkan Kerukunan Hidup antar Umat


Beragama di Indonesia
1. Kerukunan Hidup antar Umat Beragama
Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural.
Multikultural masyarakat Indonesia tidak saja karena keanekaragaman suku,
budaya,bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Agama yang diakui oleh pemerintah
Indonesia adalah agama Islam, Katolik, protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu. Dari
agama-agama tersebut terjadilah perbedaan agama yang dianut masing-masing
masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan
baik bisa menimbulkan konflik antar umat beragama yang bertentangan dengan nilai
dasar agama itu sendiri yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling
menghormati, dan saling tolong menolong.
Maka dari itu diperlukan suatu model hubungan antar masyarakat yang
berbeda agama yaitu kerukunan hidup antar umat beragama atau toleransi antar umat
beragama. Istilah ini dikemukakan oleh mantan Menteri Agama Indonesia tahun
1972. Sebagai sarana pencapaian kehidupan harmonis antar umat beragama yang
diselenggarakam dengan segala kearifan dan kebijakan atas nama pemerintah.
Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua golongan
agama bisa hidup bersama tanpa menguarangi hak dasar masing-masing untuk
melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik
haruslah hidup rukun dan damai.
Karena itu kerukuman antar umat beragama tidak mungkin akan lahir dari
sikap fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak keberagaman dan perasaan orang
lain. Tetapi dalam hal ini tidak diartikan bahwa kerukunan hidup antar umat beragama
memberi ruang untuk mencampurkan unsur-unsur tertentu dari agama yang berbeda,
sebab hal tersebut akan merusak nilai agama itu sendiri.
Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan
toleransi antar umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat
harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu
masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya misalnya dalam hal
beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya tidak saling mengganggu
Departemen agama juga menjadikan kerukunan antar umat beragama sebagai tujuan
pembangunan nasional bangsa Indonesia yang diarahkan dalam tiga bentuk yaitu:
a. Kenikunan intem umat beragama.
b. Kerukunan antar umat beragama.
c. Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.
Untuk itulah kerukunan hidup antar umat beragama harus kita jaga agar tidak
terjadi konflik-konflik antar umat beragama. Terutama di masyarakat Indonesia yang
multikultural dalam hal agama, kita harus bisa hidup dalan kedamaian, saling tolong
menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa
Indonesia yang secara tidak langsung memberikan stabilitas dan kemajuan negara.
2.7. Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama
Dengan Dialog Antar Umat Beragama
Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat yang modern yang demokratis adalah
terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan (pluralitas) masyarakat dan
bangsa serta mewujudkannya dalam suatu keniscayaan. Untuk itulah kita harus saling
menjaga kerukunan hidup antar umat beragama. Secara historis banyak terjadi konflik
antar umat beragama, misalnya konflik di Poso antara umat islam dan umat kristen.
Agama disini terlihat sebagai pemicu atau sumber dari konflik tersebut. Sangatlah ironis
konflik yang terjadi tersebut padahal suatu agama pada dasarnya mengajarkan kepada
para pemeluknya agar hidup dalam kedamaian, saling tolong menolong dan juga saling
menghormati. Untuk itu marilah kita jaga tali persaudaraan antar sesama umat beragama.
Konflik yang terjadi antar umat beragama tersebut dalam masyarakat yang
multkultural adalah menjadi sebuah tantangan yang besar bagi masyarakat maupun
pemerintah. Karena konflik tersebut bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi.bangsa
jika tidak dikelola secara baik dan benar. Supaya agama bisa menjadi alat pemersatu
bangsa, maka kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar, maka diperlukan cara
yang efektif yaitu dialog antar umat beragama untuk permasalahan yang mengganjal
antara masing-masing kelompok umat beragama. Karena mungkin selama ini konflik
yang timbul antara umat beragama terjadi karena terputusnya jalinan informasi yang
benar diantara pemeluk agama dari satu pihak ke pihak lain sehingga timbul prasangka-
prasangka negatif.
Menurut Prof. Dr. H Muchoyar H.S, MA dalam menyikapi perbedaan agama terkait
dengan toleransi antar umat beragama agar dialog antar umat beragama terwujud
memerlukan 3 konsep yaitu:
 Setuju untuk tidak setuju, maksudnya setiap agama memiliki akidah masing- masing
sehingga agama saling bertoleransi dengan perbedaan tersebut.
 Setuju untuk setuju, konsep ini berarti meyakini semua agama memiliki kesamaan
dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan martabat umatnya.
 Setuju untuk berbeda, maksudnya dalam hal perbedaan ini disikapi dengan damai
bukan untuk saling menghancurkan.
Tena dialog antar umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada masalah
peribadatan tetapi lebih ke masalah kemanusiaan seperti moralitas, etika, dan nilai
spiritual, supaya efktif dalam dialog aantar urmat beragama juga menghindari dari latar
belakang agama dan kehendak untuk memdominasi pihak lain.
Model dialog antar umat beragama yang dikemukakan oleh KLmball adalah sebagai
berikut:
a. Dialog Parlementer (parliamentary dialogue). Dialog ini dilakukan dengan
melibatkan tokoh-tokoh umat beragama di dunia. Tujuannya adalah mengembangkan
kerjasama dan perdamaian antar umat beragama di dunia.
b. Dialog Kelembagaan (institutional dialogue). Dialog ini melibatkan organisasi-
organisasi keagamaan. Tujuannya adalah untuk mendiskusikan dan memecahkan
persoalan keumatan dan mengembangkan komunikasi di antara organisasi keagamaan
c. Dialog Teologi (theological dialogue). Tujuannya adalah membahas persoalan
teologis filosofis agar pemahaman tentang agamanya tidak subjektif tetapi objektif.
d. Dialog dalam Masyarakat (dialogue in society). Dilakukan dalam bentuk kerjasama
dari komunitas agama yang plural dalam menylesaikan masalah praktis dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Dialog Kerohanian (spiritual dialogue). Dilakukan dengan tujuan mengembangkan
dan memperdalam kehidupan spirituak di antara berbagai agama.

2.8. Cara Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat


Beragama
Indonesia yang multikultural terutama dakam hal agama membuat Indonesia menjadi
sangat rentang terhadap konflik antar umat beragama. Maka dari itu menjaga kerukunan
antar umat beragama sangatlah penting. Dalam kaitannya untuk menjaga kehidupan antar
umat beragama agar terjaga sekaligus tercipta kerukunan hidup antar umat beragarna
dalam masyarakat khususnya masyarakat Indonesia misalnya dengan cara sebagai
berikut:
• Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu
dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan
mau menghargai keyakinan orang lain
• Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi
salahkan orangnya. Misalnya dalam hal terorisme.
• Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini
bagian dari sikap saling menghormati.
• Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat
fasilitas yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya.
Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama tersebut
hendaknya kita sesama manusia haruslah saling tolong menolong dan kita harus bisa
menerima bahwa perbedaan agama dengan orang lain adalah sebuah realitas dalam
masyarakat yang multikultural agar kehidupan antar umat beragma bisa terwujud.

2.9. Kerukunan Umat Beragama dalam Pandangan


Kristen
Kerukunan dan toleransi umat beragama adalah penting yang dapat terwujud
1. Praktek hidup beragam secara benar dan efektif
2. Tercapainya tujuan dari agama yakni, terwujudnya keselamatan, kebahagiaan di dunia
dan akhhirat yang dapat dicapai melalui cinta kasih (1 Korintus 13:4-7)
3. Terwujudnya kebutuhan yang hakiki dan cita-cita setiap insan manusia.
Cara membangun kerukunan umat beragama menurut iman Kristen, yaitu:
1. Membangkitkan kesadaran dan pengakuan akan masalah dan kebutuhan bersama
lewat dialog kemanusiaan dan persaudaraan,
2. Menumbuhkembangkan sikap dasar untuk saling terbuka, memahami, dan mengakui,
menghargai dan berdialog satu sama lain.
3. Berusaha untuk meningkatkan pemahaman akan pihak lain melalui studi bersama
saling tukar informasi.
4. Berusaha untuk senantiasa menghindari cara-cara yang dapat merusak kerukunan dan
toleransi
5. Melakukan program bersama, seperti studi bersama tentang praktek keagamaan, doa
bersama, karya amal bersama, dan pembinaan umat bersarna.
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Indonesia sebagai negara yang majemuk dengan enam agama yang disahkan oleh
negara memiliki tantangan besar dalam menjaga kerukunan bangsanya terutama antar
umat beragarna
2. Kerukunan umat beragama merupakan suatu kondisi sosial ketika semua golongan
agama bisa hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk
melaksanakan kewajiban agamanya, Selain itu, kerukunan dapat diartikan sebagai
toleransi. Toleransi pada dasarnya masyarakat bersikap lapang dada dan menerima
perbedaan antar umat beragama, menghormati satu sama lain dalam hal beribadah.
3. Konflik antar umat beragama yang terjadi dapat disebabkan oleh sikap eksklusivisme
(fanatisme), pemahaman yang diselewengkan, dan adanya pemahaman "bebas semau
sendiri" dalam kalangan masyarakat.
4. Menanggapi konflik yang terjadi diperlukan adanya komunikasi antar pemeluk agama
melalui dialog dengan menghindari latar belakang agama dan kehendak dominasi
suatu pihak. Selain itu masyarakat juga kiranya tidak memiliki rasa curiga kepada
agama lain, rasa menghormati agama lain dengan tidak mengolok-olok, dan tidak.
melakukan diskriminasi terhadap suatu kaum kelompok.
5. Menurut pandangan Kristen, kerukunan dapat dicapai melalui cinta kasih seperti yang
tertuang dalam | Korintus 13: 4-7. Selain itu kita sebagai orang Kristen kiranya
memilki sikap yang membangun kerukunan umat beragama.

DAFTAR PUSTAKA

Geertz. Clifford. 1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius. Hadiwijono H. 2003.
Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hakamako. 2011. Kerukunan Antar Umat Beragama, (diakses dari


http://www.scribd.com/doc144456736/Lisa-kerukunan-antar-umat -beragama)

Nangoy Wisje. 2013. Bahan Ajar Pendidikan Agama Kristen. Manado: Universitas Negeri
Manado Tilaar, Johni, an. Memahami Kerukunan Umat Beragama dari Konteks Iman Kristen
(diakses dari sulut kemenag go.id/file/dokumen/PakJohn. pdf pada tanggal 4 Mei 2015, pukul
22.00)

Anda mungkin juga menyukai