Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ILMU PERBANDINGAN AGAMA


“ Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia “

DI SUSUN OLEH :

FELIA NOVELIZA

1906002015022

DOSEN PENGAMPU :

ROSDIALENA,S.Sos.I.MA

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan Nikmat sehat dan
nikmat kesempatan yang beliau berikan sehingga kita dapat melakukan aktivitas
beserta dengan segala kemudahannya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada baginda Rasulullah yakni Nabi Muhammad Shalallahi alaihi wasalam.

Salam sejahtera kepada dosen pengampu mata kuliah “Kristologi / Ilmu


Perbandingan Agama”, Ustadzah Rosdialena,S.Sos,I.MA dan juga teman-teman
angkatan ke-20 program studi bimbingan konselimg islam, Fakultas agama Islam,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.

Dengan segala kerendahan hati saya selaku penyusun makalah


menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam
pembuatan makalah ini, yang menjadi sumber referensi sehingga terbentuklah
makalah ini. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Presentasi pada mata kuliah Kristologi / Ilmu Perbandingan Agama dengan
judul materi yang akan di bahas “Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia”.

Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan juga para pembaca
serta dapat nemambah wawasan kita terkait dengan kerukunan hidup beragama di
Indonesia. Sekian kata pengantar ini saya sampaikan, saya ucapkan Terima Kasih.

Padang, 03 November 2022

Penulis

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu kenyataan sosiologis bahwa bangsa Indonesia terdiri dari
masyarakat multikultural yang harus dijunjung tinggi, dihormati, dan
terus dipertahankan. Justru karena adanya pengakuan atas keberagaman
inilah bangsa Indonesia terbentuk. Salah satu bentuk keberagaman yang
terdapat di Indonesia adalah persoalan agama.
Persoalan kehidupan beragama di Indonesia bukanlah masalah yang
sederhana. Toleransi masih menjadi permasalahan yang besar di tengah
persaingan agama-agama menjalankan syariat dan menambah umatnya.
Kehidupan yang harmonis pun masih pula menjadi tanda tanya akan
keterwujudannya.
Istilah kerukunan antaragama identik dengan istilah toleransi.
Harmoni adalah istilah yang diisi dengan isi makna yang baik dan damai.
Intinya adalah hidup bersama dalam masyarakat dengan kesatuan hati dan
setuju untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran. Hidup
dalam harmoni adalah impian semua orang.
Toleransi sangat dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan dan
keserasian dalam lingkungan sosial. Toleransi dapat diwujudkan melalui
sikap salingg menghargai, tenggang rasa maupun saling menghargai.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian kerukunan hidup beragama ?


2. Bagaimanakah latar belakang lahirnya konsep kerukunan hidup
beragama di Indonesia?
3. Apakah metode pendekatan dan pola pembinaan kerukunan hidup
beragama di Indonesia ?
4. Bagaimanakah sikap toleransi dalam kerukunan hidup beragama dan
dialog antar umat beragama?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui pengertian kerukunan hidup beragama
2. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya konsep kerukunan hidup
beragama di Indonesia

1
3. Untuk mengetahui apa saja metode pendekatan dan pola pembinaan
kerukunan hidup beragama di Indonesia
4. Untuk mengetahui sikap toleransi dalam kerukunan hidup beragama
dan dialog antar umat beragama

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik”
dan “damai”. Hakikatya, hidup bersama dalam masyarakat dengan
“kesatuan hati” dan bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan
pertengkaran (Depdikbud, 1985:850).
Kerukunan berasal dari kata rukn (bahasa Arab) yang berarti asas atau
dasar. Dalam KBBI rukun berarti baik, damai, tidak bertengkar, dan
bersatu hati serta bersepakat. Adapun kerukunan berarti kehidupan dan
rasa yang terjalin dengan damai, baik, tidak bertengkar dan satu hati.
Pada bagian lain, mengenai istilah kerukunan juga bisa bermakna
suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan,
serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama
dengan damai serta tentram. Adapun langkah-langkah untuk mencapai
seperti itu, memerlukan proses waktu serta dialog, saling terbuka,
menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih. Kerukunan antarumat
beragama bermakna rukun dan damainya dinamika kehidupan umat
beragama dalam segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi,
dan kerja sama antar umat beragama.
Dalam pengertian sehari-hari kata rukun dan kerukunan adalah damai
dan perdamaian. Dengan pengertian ini jelas, bahwa kata kerukunan hanya
dipergunakan dan berlaku dalam dunia pergaulan. Sebagai mahluk sosial,
manusia memerlukan hubungan dan kerja sama dengan orang lain dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kerukunan umat
beragama adalah suatu kehidupan bersama pada suatu masayarakat
dengan tidak mencipatakan perselisihan dan pertengkaran dan dengan
muatan makna baik dan damai.(Nazmudin, 2018)

3
2. Latar Belakang Lahirnya Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri
dari beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan
keanekaragaman agama itu mempunyai kecenderungan kuat terhadap
identitas agama masing-masing dan berpotensi konfik.
Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang
multikultural. Multikultural masyarakat Indonesia tidak saja karena
keanekaragaman suku, budaya, bahasa, ras tapi juga dalam hal agama.
Adapun agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia saat Era Reformasi
sekarang ini adalah agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan
Kong Huchu. Agama yang terakhir inilah merupakan hasil Era Reformasi
pada pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaan agama yang dianut
masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara
dengan baik bisa menimbulkan konflik antar umat beragama yang
bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang mengajarkan
kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolong
menolong.
Dalam Islam pun mengajarkan bahwa manusia ditakdirkan Allah
sebagai makhluk sosial yang membutuhkan hubungan dan interaksi sosial
dengan sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan
kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik
kebutuhan material maupun spiritual. Bahkan ajaran Islam menganjurkan
manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong (ta’awun) dengan
sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa
batasan ras, bangsa, dan agama.(Fidiyani, 2013)
Dengan demikian, bahwa kerukunan antar umat beragama itu sendiri
juga bisa diartikan dengan toleransi antar umat beragama. Dalam toleransi
itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus bersikap lapang dada dan
menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu masyarakat juga

4
harus saling menghormati satu sama lainnya misalnya dalam hal
beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya tidak saling
mengganggu.

3. Metode Pendekatan dan Pola Pembinaan Kerukunan Hidup


Beragama di Indonesia
Ada beberapa pikiran diajukan untuk mencari pola kerukuan dalam
kehidupan beragama seperti apa yang disebut singkretisme yaitu “upaya
mencampur baurkan segala macam agama menjadi satu , karena mereka
berkeyakinan bahwa semua agama pada hakikatnya adalah sama”. Cara
seperti ini ternyata tidak mendapat suara karena tidak dapat diterima,
sebab dalam ajaran islam umpamanya khalig adalah lain dari pada
makhluk , zat yang menciptakan adalah lain dari yang
diciptakan.(Setiyawan & Hidayat, 2018)
Pemikiran lain adalah dengan jalan reconception artinya
“menyelami dan meninjau kembali agama sendiri dalam konfrontasi
dengan agama – agama lain.” Golongan ini berpendapat bahwa segala
agama adalah sama saja, yang menjadi pokok persoalan dalam pemikiran
mereka ialah bagaimana dapat dipenuhi rasa kebutuhan akan adanya suatu
agama dunia.
Pembinaan kerukunan hidup beragama adalah upaya yang
dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung
jawab untuk meningkatkan kerukunan hidup beragama dengan :
a. Menanamkan pengertian akan nilai dan kehidupan
bermasyarakat yang mampu mendukung kerukunan hidup
beragama.
b. Mengusahakan lingkungan dan keadaan yang mampu
menunjang sikap dan tingkah laku yang mengarah kepada
kerukunan hidup beragama.
c. Menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan tingkah laku
yang mewujudkan kerukunan hidup beragama.

5
Adapun dalam upaya merealisasikan keharmonisan hidup beragama
itu pemerintah telah menciptakan pola pembinaan dan pemeliharaan
kerukunan hidup beragama diarahkan kepada tiga bentuk :
a) Kerukunan internal umat beragama
Hal ini dijalankan dengan cara musyawarah intern umat
beragama, dengan tujuan menghimpun dan mempertemukan para
ulama dan pemuka – pemuka agama maupun tokoh generasi muda
dikalangan umkat beragama untuk mendiskusikan atau mencari
pemikiran dalam rangka menemukan persamaan dan kesepakatan
untuk hubungan kehidupan sehari –hari dalam masalah – masalah
keagamaan, kemasyarakatan, dan pembangunan.

b) Kerukunan Antar umat beragama


Hal ini dijalankan dengan cara observas, studi kasus,
kerjasama sosial kemasyarakatan , kegiatan bersama antar umat
beragama dan penulisan monografi kerukuan antar umat
beragama. Observasi adalah mencari landasan pembinaan
kerukunan, caranya adalah dengan menjajaki pendapat ulama/ atau
pemuka agama atau pejabat dan pemerintah daerah dan instansi
departemen agama di lokasi yang bersangkutan.
c) Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah
Hal ini dijelaskan dengan cara pekan orientasi kerukunan
antar umat beragama dengan pemerintah. Tujuannya adalah
mempertemukan antara pemimpin atau pemuka agama dengan
pemerintah, baik tingkat nasional maupun daerah agar saling
memberikan informasi dan tanggapan dal;am rangaka kerukunan
hidup beragama tersebut.

4. Sikap toleransi dalam kerukunan hidup beragama dan dialog antar


umat beragama

6
Toleransi berasal dari bahasa latin “tolerantia” yang artinya
kelonggaran, kelembutan hati, kesabaran, atau bisa juga keringanan. Kalau
dari bahasa Inggris “Tolerance” yang berarti membiarkan. Kemudian, jika
diartikan dalam bahasa Arab, sama dengan makna tasamuh dari lafadz
samaha (‫ ) سمح‬yang memiliki arti ampun, lapang dada, dan maaf.
Adapun toleransi memang selalu mengacu pada sikap yang terbuka,
sabar, saling tolong menolong. Toleransi pun selalu mengarah ke konteks
yang positif, contohnya, saling menghargai dan memberi kebebasan siapa
saja untuk memilih apa yang dia yakini. Mengingat Tuhan menciptakan
berbagai macam agama, bukan tanpa tujuan. Melainkan untuk kepentingan
seluruh umat manusia.(Nazmudin, 2018)
Toleransi adalah kemampuan memahami dan menerima adanya
perbedaan yang ada. Dalam era modern, pertemuan antar berbagai agama
dan lintas iman di dunia semakin cepat dan mudah hingga menyebabkan
mudahnya saling mengenal satu dengan yang lainnya.(Setiyawan &
Hidayat, 2018)
Toleransi menurut Sullivian, Pierson, dan Marcus yang sudah dikutip
Saiful Mujani, dalam bukunya Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi
Politik di Indonesia Pasca-Orde Baru, menyatakan bahwa toleransi itu
sebuah kesediaan untuk menghargai, menerima, juga menghormati segala
sesuatu yang ditolak atau ditentang oleh seseorang.
Toleransi juga bisa dikatakan berteman dalam perbedaan. Karena,
dalam suatu negara, pasti ada di mana keyakinan yang beragam, tradisi,
asal daerah, dan beberapa lainnya, dan masyarakat dalam negara manapun,
memiliki prinsipnya masing-masing, yang bisa jadi berbeda. Tapi harus
memahami pilihan maupun prinsip orang lain.
Adapun toleransi yang berkaitan dengan agama, di dalamnya
membahas tentang masalah-masalah keyakinan, dalam artian saling
memberi kebebasan dalam memilih apa yang individu atau kelompok itu
yakini, serta memberi penghormatan mengenai ibadah serta penerapan
ajaran-ajaran keagamaan yang sudah dianut. Karena pada hakikatnya,

7
agama itu sebenarnya satu. Tetapi, menjadi beragam dan bersifat plural
karena sudah diturunkan di bumi. Meskipun begitu, semua agama-agama
yang ada dibumi, tetap membawa manusia kepada Tuhan.

Mengenai macam – macam toleransi Dr. Piet Maku Waso


membedakan :
a. Toleransi privat atau perseorangan
Artinya seseorang menahan dengan sabar terhadap orang – orang
perorangan ataupun terhadap kelompok atau golongan beragama
lain .
b. Toleransi publik
Artinya suatu kelompok / golongan menahan dengan sabar
terhadap kelompok golongan beragama lain. Toleransi publik
dibagi kedalam :
1. Toleransi Antar Institusi Agama
Yang dimaksud dengan institusi agama ialah badan atau
lembaga yang didirikan langsung oleh pendiri agama atau tak
langsung tapi atas dasar kitrab suci yang bertugas memelihara
kebenaran dan keutuhajn ajaran agamanya serta
menyebarkannya.
Objek toleransi antar institusi adalah ajaran yang berbeda
atau yang bertent angan dan orang – orang yang mengajar dan
menganut ajaran tersebut.
2. Toleransi Sipil
Pada umumnya toleransi sispil berarti bahwa kepada semua
penduduk suatu negara dibedakan kebebasan dengan ketentuan
perundang – undangan negara untuk masing – masing
menjalankan agamanya dan semua agama diakui mempunyai
kedudukan yang sama.

Dialog Antar Umat Beragama :

8
a) Arti dialog
Dialog berasal dari kata yunani “dia” yang berarti antara, di antara,
“legein” yang berarti berbicara, bercakap – cakap, bertukar pemikiran
dan gagasan. Lalu dialog memperoleh arti wawancara atau tukar –
menukar pikiran dalam nama kedua belah pihak sering mendengarkan
dan mengemukakan pendapat , mengajukan argumen- argumen serta
alasannya
Dengan demikian dialog ialah pertukaran pikiran dengan maksud
menerangkan pendapat atau keyakinan masing – masing,
mempertimbangkannya dan berusaha memahami pendapat lain.
Dialog antar umat beragama menurut H. Kasno Sudaryanto terbagi
menjadi empat jenis. Pertama, dialog kehidupan; menjadi aktual dalam
kehidupan bersama apabila satu dengan yang lainnya saling
menghormati, menghargai, dan menerima perbedaan orang lain.
Kedua, dialog aksi atau karya; usaha untuk melakukan kegiatan sosial
yang tujuannya membantu oranglain tanpa melihat latar belakang
agamanya. Ketiga, dialog pemahaman religius; kegiatan yang di mana
masing-masing pemeluk agama menceritakan pengalaman
keagamaannya. Keempat, dialog teologi; menjelaskan tentang
bagiamana ajaran atau keimanan agama masing-masing, yang
dimaksudkan agar masing-masing pihak mengerti dan bisa saling
memahami perbedaan yang ada.
Dialog antar umat beragama dapat terjadi dan terus berjalan dengan
baik apabila semua pihak yang terlibat melakukannya dengan niat yang
baik, tulus, bersungguh-sungguh, terbuka, tidak mudah menghujat satu
dengan lainnya, pun menuduh. Dialog antar umat beragama ataupun
antar agama harus berjalan dengan seimbang. Karena dialog tidak akan
berlangsung ketika salah satu pihak merasa lebih benar.
b) Tujuan dialog
Dialog tidak dimaksudkan untuk membanding – bandingkan
perbedaan atau mengukur benar tidaknya ajaran atau keyakinan yang

9
kita peluk, tetap lebih banyak untuk memecahkan masalah bersama
kita hadapi itu.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kerukunan umat beragama adalah suatu kehidupan bersama pada
suatu masayarakat dengan tidak mencipatakan perselisihan dan
pertengkaran dan dengan muatan makna baik dan damai.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fidiyani, R. (2013). KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA

(Belajar Keharomonisan dan Toleransi Umat Beragama Di Desa Cikakak,

Kec. Wangon, Kab. Banyumas). 13(3), 15.

Nazmudin, N. (2018). Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam

Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Journal of Government and Civil Society, 1(1), 23.

https://doi.org/10.31000/jgcs.v1i1.268

Setiyawan, I. S., & Hidayat, E. A. (2018). Dialog Antar Umat Beragama Sebagai

Piranti Menumbuhkan Sikap Toleransi. Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial,

dan Budaya, 1(1), 60–77. https://doi.org/10.31538/almada.v1i1.142

12

Anda mungkin juga menyukai