ABSTRAK
Kerukunan adalah suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk membiarkan
kebebasan kepada orang lain serta memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut
sebagai pengakuan hakhak asasi manusia. Kerukunan diartikan adanya suasana
persaudaraan dan kebersamaan antara semua orang meskipun mereka berbeda
secara suku, ras, budaya, agama, golongan. Kerukunan antar umat beragama
adalah suatu kondisi sosial ketika semua golongan agama bisa hidup bersama
tanpa menguarangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan kewajiban
agamanya. Ada lima kualitas kerukunan umat beragama yang perlu
dikembangkan, yaitu: nilai relegiusitas, keharmonisan, kedinamisan, kreativitas,
dan produktivitas. Tujuan kerukunan hidup beragama itu diantaranya ialah untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan keberagamaan masing-masing pemeluk
agama, ntuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap, menunjang dan
mensukseskan pembangunan dan memelihara dan mempererat rasa persaudaraan.
PENDAHULUAN
Istilah kerukunan umat beragama identik dengan istilah toleransi. Istilah
toleransi menunjukkan pada arti saling memahami, saling mengerti, dan saling
membuka diri dalam bingkai persaudaraan. Bila pemaknaan ini dijadikan
pegangan, maka “toleransi” dan “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan
didambakan oleh masyarakat.
Islam menjunjung tinggi toleransi. Konsep toleransi beragama dalam Islam
bukanlah membenarkan dan mengakui semua agama dan keyakinan yang ada saat
ini, karena ini merupakan persoalan akidah dan keimanan yang harus dijaga
dengan baik oleh setiap pribadi muslim. Toleransi bukan mengakui semua agama
sama, apalagi membenarkan tata cara ibadah umat beragama lain. Tidak ada
toleransi dalam hal akidah dan ibadah. Karena sesungguhnya bagi orang Islam
agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam. Toleransi hanyalah dalam
urusan muamalah dan kehidupan sosial.
Berbicara tentang kerukunan antar umat beragama di Indonesia khususnya
maupun di dunia Islam pada umumnya, hingga muncul wacana penyamaan agama
menjadi perbincangan yang menarik untuk dikaji. Pluralisme agama sendiri
dimaknai secara berbeda-beda di kalangan cendekiawan Muslim Indonesia, baik
secara sosiologis, teologis maupun historis. Indonesia selain merupakan negara
dengan populasi umat Islam terbesar di dunia, juga dikenal sebagai negara yang
mengakui keragaman pemeluk agama lainnya selain Islam. Oleh karena itu
Indonesia menjadi barometer kerukunan antar umat beragama oleh bangsa-bangsa
di dunia.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki pluralitas penduduk
yang cukup tinggi. Pluralitas itu meliputi pluralitas suku, etnis, budaya dan agama,
untuk itu diperlukan adanya rasa toleransi antar suku, etnis, budaya dan agama
tersebut, demi menghindari terjadinya konflik yang mengarah pada tindak
kekerasan. Khusus mengenai pluralitas agama, di Indonesia rasa saling toleransi
beragama masih sangat minim. Hal ini didukung dengan hadirnya fakta
munculnya permasalahan-permasalahan yang diikuti dengan Anarkisme atau
kekerasan yang mengatas namakan agama. Hal ini jelas sangat mengkhawatirkan
bagi intregritas bangsa Indonesia sendiri.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kerukunan
Kerukunan berasal dari kata rukun. Dalam Kamus Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Cetakan Ketiga tahun 1990, artinya
rukun adalah perihal keadaan hidup rukun atau perkumpulan yang berdasarkan
tolong menolong dan persahabatan (Poerwadarmita,1980).
Kata kerukunan berasal dari kata dasar rukun, berasal dari bahasa Arab ruknun
(rukun) jamaknya arkan berarti asas atau dasar, misalnya: rukun islam, asas Islam
atau dasar agama Islam. Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti rukun adalah
sebagai berikut: Rukun (nomina): (1) sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya
pekerjaan, seperti: tidak sah sembahyang yang tidak cukup syarat dan rukunnya;
(2) asas, berarti: dasar, sendi: semuanya terlaksana dengan baik, tidak
menyimpang dari rukunnya; rukun islam: tiang utama dalam agama islam; rukun
iman: dasar kepercayaan dalam agama Islam.
Secara etimologi kata kerukunan pada mulanya adalah dari Bahasa Arab, yakni
ruknun yang berarti tiang, dasar, atau sila. Jamak rukun adalah arkaan. Dari kata
arkaan diperoleh pengertian, bahwa kerukunan merupakan suatu kesatuan yang
terdiri dari berbagai unsur yang berlainan dari setiap unsur tersebut saling
menguatkan. Kesatuan tidak dapat terwujud jika ada diantara unsur tersebut yang
tidak berfungsi. Sedangkan yang dimaksud kehidupan beragama ialah terjadinya
hubungan yang baik antara penganut agama yang satu dengan yang lainnya dalam
satu pergaulan dan kehidupan beragama, dengan cara saling memelihara, saling
menjaga serta saling menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian atau
menyinggung perasaan (Drs Jirhanuddin, 2010).
Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena
sebelumnya ada ketidak rukunan serta kemampuan dan kemauan untuk hidup
bersama dengan damai dan tenteram (H. Said, 2003).
Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa kerukunan adalah
suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk membiarkan kebebasan kepada orang
lain serta memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut sebagai pengakuan
hakhak asasi manusia. Kerukunan diartikan adanya suasana persaudaraan dan
kebersamaan antara semua orang meskipun mereka berbeda secara suku, ras,
budaya, agama, golongan.
REFERENSI
Drs. Jirhanuddin M.AG. 2010. Perbandingan Agama. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Hal.190.
H. Said Agil Husain Al Munawar. 2003. fikih hubungan antar agama. Jakarta:
Ciputat Press. Hal .4.
Prof. H.M. Daud Ali, SH.DKK. 1988. Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial
Dan Politik. Jakarta: Bulan Bintang.
Mohammad Daud Ali. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Hal. 43.