Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Mata Kuliah: Sosiologi Agama


Dosen pengampu: Dr. Roro Sri Rejeki Waluyajati, M.A

Oleh:
Kelas B- Semester 3

1. M. Ilman Maulana NAG ( 1211020041 )


2. M. Figo Alfahrozi ( 1211020047 )
3. Natia Tari ( 1211020054 )
4. Nenden ( 1211020056 )
5. Syauqi Zain J ( 1211020072 )

STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG TAHUN 2022/1444
BAB I
PENDAHULUAN
kerukunan umat beragama identik dengan sebutan toleransi toleransi mengungkapkan
pentingnya berbalas balasan pengertian, berbalas balasan pengertian dengan keterbukaan satu
sama lain dalam kerangka persaudaraan. Dipandu oleh makna ini, "toleransi" dan "harmoni"
adalah cita-cita yang dirindukan masyarakat manusia.1
Islam itu toleran dan sejahtera. Dalam islam konsep toleransi beragama tidak di benarkan
atau semua agama sangat mengakui dan kepercayaan yang sudah ada saat ini. Jauh dari
membenarkan praktik pemujaan terhadap umat beragama lain, toleransi tidak mengakui
persamaan semua agama.2 Dalam urusan akidah dan ibadah tidak ada toleransi. Padahal, agama
satu satunya yang di ridhoi allah agama islam. Toleransi hanya ada dalam urusan Muammara dan
kehidupan sosial.3
Indonesia adalah negara dengan mayoritas sangat relatif besar Pluralitas ini mencakup
banyak berbagai suku, budaya, dan agama. Oleh karna itu rasa toleransi antar budaya,suku lalu
agama ini diperlukan untuk menjahui konflik yang berujung kepada tindakan yang memicu
adanya kekerasan. Apalagi jika menyangkut pluralisme agama, rasa toleransi umat beragama di
indonesia ini masih terbilang rendah dikarenakan munculnya masalah yang anarkisme ada juga
kekerasan atas nama agama. Hal ini jelas menjadi perhatian utama bagi keutuhan negara
Indonesia itu sendiri.4

1
Wahyudin Darmalaksana, ‘Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia (Belajar Keharomonisan Dan Toleransi Umat
Beragama Di Desa Cikakak, Kec. Wangon, Kab. Banyumas)’, Jurnal Dinamika HukumJurnal Dinamika Hukum, 13.3
(2013), 468–82 <http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/view/256>.
2
Ed. Sairin, Weinata, Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa: Butir-Butir Pemikiran. (BPK
Gunung Mulia, 2002).
3
Akhmad Syarief Kurniawan, ‘Membangun Semangat Keharmonisan Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia’,
Jurnal Pemikiran Islam, 18.2 (2013), 303–14.
4
Depag RI, Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama Di Indonesia (Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Agama Proyek Peningkatan Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, 1997).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi kerukunanan
Kerukunan atau biasa disebut harmoni akar kata.rukun.di.Dalam.Kamus.Besar.Bahasa
Indonesia Depdikbud Edisi Ketiga Tahun 1990, yang dimaksud dengan rukun adalah keadaan
hidup berdampingan secara harmonis atau pergaulan yang dilandasi gotong royong dan
persahabatan. 5atau mendasar, contohnya rukun Islam, prinsip-prinsip dalam Islam atau dasar
yang ada dalam ajaran Islam.
Secara etimologis, kata’rukunan berasal dari’bahasa’Arab, yaitu ruknuun yang mempunyai
arti tihang, landasan atauu ajaran. Bentuk jamak dari rukun yaitu arkaan. Dari kata arkaan dapat
dipahami maka kerukunan adalah satu keutuhan yang’terdiri’dari banyak unsur unsur yang
berbeda-beda, yang masing-masing saling menguatkan. Persatuan tidak dapat dicapai jika salah
satu faktor ini tidak berfungsi. Sedangkan kehidupan beragama yang dimaksud adalah adanya
hubungan baik di antara pemeluk kepercayaan yang satu dengan kepercayaann yang lain didalam
pergaulan’kehidupan’beragama, saling memelihara dan melindungi lalu meninggalkan’hal-hal
yang dapat merugikan dan menyakiti perasaan.6
Kerukunan menurut W.JS Purwadaminta kadalah sikap atau karakter toleran dalam
bentuk memandang dan menerima suatu’pendirian,’pendapat,’pandangan,’kepercayaan, atau
lainnya.
Menurut Franz Magnis Suseno rukun adalah rukun, bebas dari perselisihan, damai dan
saling tolong-menolong. Tujuan dari konsep harmoni adalah menciptakan situasi atau keadaan
yang harmonis dalam situasi di masyarakat. Keadaan rukun yang dimaksud itu adalah keadaan
dimana setiap orang berdamai, menerima satu sama lain di dalam perbedaan, saling tolong
menolong, dan saling bekerja sama. Dari konsep kerukunan ini diharapkan mampu diterapkan
dalam hubungan atau interaksi sosial, khususnya didalam ruang lingkup masyarakat. 7 Durkheim,
sebaliknya, mengatakan kerukunan yaitu suatu bentuk proses interaksi antar masyarakat
beragama yang dibuat dalam bentuk suatu ikatan sosial, dan tidak individualistis, akan tetapi
peranan tokoh figur masyarakat, tokoh agama, atau masyarakat yang ada dilingkungan itu
sendiri. itu adalah untuk menciptakan masyarakat yang mendasarinya secara keseluruhan. peran
sendiri. Durkheim menyimpulkan bahwa untuk mencapai keharmonisan, diskriminasi harus
dihilangkan melalui pengakuan dan penghormatan berdasarkan pluralisme.8

5
WJS.Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1980).
6
Drs.Jirhanuddin M.AG, Perbandingan Agama (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010).
7
Frans Magnis, Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafah Tentang Kebijaksanaan Hidup (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1996).
8
Musahadi HAM, Mediasi Dan Konflik Di Indonesia (Semarang: WMC, 2007).
B. Definisixkerukunanxantarxumatxberagama
Kerukunan;umat’beragama merupakan kondisi’sosial’ketika’semua kelompok
agama’bisa hidup bareng tanpa mengurangi hak’dasar rakyat untuk berprestasi kewajiban
keyakinannya. Semua pengikut agama yang sangat baik harus hidup dengan keadaan rukun
danxselalu damai. Oleh sebab itu harmoni antara orang-orang agama tidak bisa lahir dari
kebutaan dan fanatisme mengabaikan hak atas keragamanxdan perasaan orang lain. Namun
dalam hal ini, bukan berarti keharmonisan hidup di antaranya agama untuk ruang untuk
mencampur elemen beberapa agama lain, karena hal itu dapat berbahaya dalamxnilai-nilai yang
ada dalam agama’ituxsendiri.9
Kerukunan’antara umat berkeyakinan juga sama hal nya dengan’toleransi’antar umat
beragama. Didalam toleransi’pada awalnya, warga negara itu dapat terbuka dan menerima segala
perbedaan antar agama.10 Melainkan, dalam perbedaan tersebut kita juga harus bisa selalu saling
menghormati satu sama lain, contohnya itu ibadah, apakah ada perbedaan antara pemeluk satu
agama dengan agama lainnya? menghalangi satu sama lain. Kerukunanxantarxumatxberagama
merupakan salahxsatu bentukxhubungan yangxharmonis dalam dinamika kehidupanxsosial
dalam masyarakatxyang saling menguatkan yang diikatxoleh sikap hidup dalam bentuk sebagai
berikut:
1. Saling menghormati kebebasan beragama menurut agama mereka.
2. Saling menghargai dan kerja sama internal penganut agama yang berbeda, antara
kelompok agama yang berbeda dan agama dengan pemerintahan
yangxsamaxbertanggungxjawab atasxpembangunanxbangsaxdanxnegara.
3. Saling toleransixdanxtoleran tanpa paksaan agama bagi orang lainnya.

C. Kerukunan hidup di indonesia


Kita ketahuixbersama bahwaxnegara indonesiaxterdiri dari banyaknya pebedaan agama,
suku, budaya bahkan bahasa. Dari keberagaman tersebut, adanya konflik dan konflik
kepentingan dapat muncul. Selain itu, diperlukan suasana yang harmonis, dan harmonisasi
berbagai upaya akan terus dilakukan melalui kebijakan pemerintah dan berbagai elemen
masyarakat. Negara ini telah bekerja keras selama beberapa dekade untuk memungkinkan
komunitas yang beragam ini hidup dalam harmoni. Seperti yang dipraktikkan pada masa Orde
Baru, pendekatan keamanan dan stabilitas nasional ini dianggap berhasil. Tapi itu berpotensi
berbahaya, seiring waktu menumpuk dalam bentuk ketidakpuasan, keberpihakan, penindasan,
dll., Yang akhirnya bisa meledak. Mari kita lihat, sejarah telah membuktikannya, dan kita masih
merasakan dampaknya hingga saat ini. Di dunia yang penuh perbedaan ini, kita bisa hidup rukun,
damai, dan bersaudara tanpa anti agama. Yang dibutuhkan saat ini lebih dari sekedar kebijakan
pemerintah. dengan berbagai regulasi tentangxkerukunanxantarxumatxberagama, jauh
darixkesadaran itu.11

9
Wahyuddin dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indoneisa,
2009).
10
Alo Liliweri, Gatra Gatra Komunikasi Antar Budaya (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2001).
Kerukunanxantar’umat’beragama’merupakan’salah’satu pilar yang paling utama yang
harus dijaga kesatuan bangsa dan’kedaulatan’Negara Kesatuan Republik’Indonesia.Kerukunan
atau harmoni yang teratur dipahami sebagai kondisi kehidupan dan kehidupan mencerminkan
keadaan yang di dalam nya itu ada kedamaian, ketertiban, ketenangan, kemakmuran, hormat,
hormat, hormat, toleransi, kerjasama sesuai yang ada di pancasila dan diajarkan dalam agama. 12
Pada dasarnya bagi bangsa indonesia itu mendirikan tiang-tiang utama sangatlah penting
agar semua umat beragama tetap rukun.
Pancasila dan UUD 1945 secara tidak sengaja juga mendorong semua orang yang
berbeda agama supaya kita dapat hidup dengan damai, ruku, saling menghormati dan
menghargai, dengan semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika.
Kesepakatan konstitusional kebebasan memilih agama di negara indonesia ini tentunya
dijelaskan dalamxPasal’28E’ayatx(1)’dan’ayatx(2) UUDx1945. Dari Keduaxayat tersebut
menjelaskan bahwa, “Setiap orang bebas memeluk suatu agama dan beribadah menurut agama di
dalamnya “Bahwa”,Setiap orang berhak atas kebebasan berkeyakinan, mengungkapkan pikiran
dan sikap sesuai dengan hati nuraninya.”kesepakatan itu juga di kuatkan dalam UUD pasa
29xayat (2) UUD’1945xyang menjelaskanxbahwa “Negara menjamin kebebasan setiap warga
negara untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan
kepercayaannya.”
Selain itu, terdapatxdalam UUD 1945 Pasalx281 ayat (1) UUDx1945 menyatakan bahwa
kebebasan memilih agama ataupun tidak beragama dan meyakinkanini merupakan elemen dari
“hak hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun” oleh karena itu Pada
ayat (2)xPasal 281xjuga menegaskanxbahwa, “Setiap orang berhak untuk bebas dari perlakuan
diskriminatif atas dasar apapun dan layak perlindungan terhadap perlakuan diskriminatif.”
Menjaminxagar setiap pendudukxmemeluk agamaxdan melaksanakan ibadah menurutxagama
dan kepercayaannya,xumat beragamaxmempunyai tanggungxjawab untuk
mewujudkanxkehidupan beragama yang rukun, damai, serasi, dan harmonis. Untuk itu perlu
dilakukan pemeliharaan kerukunanxumat beragama yang berlandaskan toleransi dan
tanpaadanya pemisah.
Agama adalah unsur fundamental di dalam kehidupan orang karna itulah kebebasan
beragama harus dihormati dan menjadi tanggunga Pada kasus ini, Negara menjunjung kebebasan
kepada setiap warga bernegara untuk meyakini suatu agama menurut pilihan mereka sendiri dan
beribadah sesuai keyakinan mereka. Hal tersebut secara jelasxdan tegas ditegaskan dalamxPasal
29 Ayatx(2) UUD 1945. Terselenggaranya kerukunanxumatxberagama supaya terjaminnya
Terpenuhinya hakxumatxberagama supaya berkembang, berinteraksixdan terjun secaraxbaik
dengan tetap menghormati hak manusia, dan dilindungi dari ketidak adilan demi terciptanya
umat beragama di indonesia yang memiliki akhal mulia.

11
Depag RI, Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Di Indonesia (jakarta: Badan Penelitian Dan
Pengembangan Agama Proyek Peningkatan Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, 1997).
12
Dadang Akhamd, Sosiologi Agama (Potret Agama Dalam Dinamika Konflik,Pluralism Dan Modernisasi (bandung:
cv pustaka pelajar, 2011).
D. Konsep dan Dimensi Kerukunan
a. Konsep Kerukunan
1) Kerukunanxintern antar umatxberagama adalah kerukunanxantar mazhab/paham/
aliran yangxadaxdalamxsuatu komunitas atauxkomunitas keagamaan.
2) Kerukunanxdixantara umat/masyarakat yang berbeda agamaxadalah kerukunanxantar
umat pemelukxgolongan agamaxyangxberbeda-beda, seperti antaraxagama Islamxdan
Protestan,xKatolik,xHindu,xdanxBuddha.
3) Kerukunanxantarxumat beragama dan pemerintahxyang harmoni adalah
mengupayakan agar kerukunan antar umat beragama
atauxtokohxagamaxdenganxpemerintah itu dapat salingxmemahamixdan menghormati
atas kewajiban setiap orang dalam konteks negara dan masyarakat beragama.13
Kerukunanxumatxberagama berarti berada di tempat yang baik dan tentram, tidak berkelahi,
sepikir dan mencapai kesepakatan antara umat yang satu agama ataupun yang berbedaxagama.
Kerukunanxantarxumatxberagama itu bukanxhal nya terintegrasinya agama-agamaxyangxada
menjadixsatu kesatuan (sinkretismexagama), namun, melainkan harmonisasixantar umat
beragamaxatau antarxumatxberagama dalam segala proses kehidupanxbermasyarakat.
Merupakan sarana koordinasi dan penyesuaian hubungan eksternal.14
Kerukunan dalam kehidupan beragama bukan hanya tentang menciptakan keadaan tanpa
konflik di dalam, di antara, atau antara umat yang beragama dan masyarakat setempat. Tetapi
melainkan suatu hubungan keharmonisan dalam suatu dinamikaxpergaulanxdanxkehidupan
sosial yangxsaling memperkuat danxdihubungkan olehxpengaturan dirixberupa:
1) Salingxmenghormati/menghargaixkebebasan beribadah menurut agama masing-
masing.
2) Saling menghormati dan kerjasama antar umat beragama dan pemerintah dengan
tanggung jawab yang sama untuk pembangunan bangsa.
3) Saling bertoleransi yaitu dengan tidakxmemaksakan agamaxkepadaxorangxlain.15
b. Dimensixkerukunan
Kerukunan antarxumat agama menyadarkan suatu
pemahamanxkepada.masyarakat Indonesiaxsesungguhnya konsepxdarixkerukunan antar
umat yang beragamaxini tidak hanyaxmenciptakan suasanaxsaling menghargai, tetapi
juga memahami masyarakat Indonesia agar dapat bekerja sama. Karena Kerja sama jauh
lebih penting dalam kehidupan umatxberagamaxyangxrukun. Situasi ini harus ditangani
dengan sangat hati-hati, karena agama cenderung menyentuh sisi emosional orang,

13
Ratu Perwiranegara and H.Alamsyah, Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama (Jakarta: Departemen
Agama RI, 1982).
14
Sudjangi, Kompilasi Peraturan Perundang-Undangan Keruunan Hidup Antar Umat Beragama, Proyek
Peningkatan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama. (Jakarta: Departemen Agama, 1996).
15
Dahlan Lama Bawa, ‘Membumikan Teologi Kerukunan (Mengkomunikasikan Makna Rukun Dan Konsep Tri
Kerukunan)’, Jurnal Al-Nashihah, 2.1 (2018), 1–12
<https://journal.unismuh.ac.id/index.php/al-nashihah/article/view/4878>.
sehinggaxsebagian dari merekaxlebihxfokus padaxkebenaranxdaripada
16
pencarianxkebenaran. Dimensi kerukunanxumat beragamaxadalahxsebagaixberikut:
1) Kualitas kerukunanxumatxberagama
Masyarakatxharus mampuxmengembangkan dan memajukan kualitasxkerukunan
antarumatxberagamaxdalamxlimaxhal,xyaitu:xnilaixreligiusitas,kerukunan,kedinami
san,xkreativitasxdanxproduktivitas.
Pertama: Setiapxumatxberagamaxharus mampu mewujudkan kerukunanxsecara
kualitatif berdasarkan nilai-nilai kesucian, kebaikan, kebenaran melalui sikap atau
perilaku keagamaannya guna mencapai keamanan danxkesejahteraan hidupxumat
manusia. Kedua: Setiapxkomunitas/komunitas beragamaxharus menciptakanxpola
komunikasi yang baik untuk menciptakan hubunganxyangxharmonis, yaitu
menciptakan hubungan yangxbaikxtanpaxkonflik, saling menghormati,xpeduli dan
salingxmencintai berdasarkan nilai-nilai persaudaraan, kekeluargaanxdan
persahabatan.xKetiga:xSetiapxumatxberagamaxharusxmampuxmenunjukkanxperke
mbangan nilai-nilaixyang dinamis dalam suasanaxyang menggairahkan, hidup dan
penuhxsemangat yang menunjukkan nilai-nilai bersama yaitu kearifan,xkepedulian
danxkebajikan.xKeempat: Setiap umat beragama harus bahu-membahu
mengembangkan ide, kreativitas, aspirasi dan kreativitas bersama dari sudut pandang
yang berbeda. Kelima: Setiap umatxberagamaxharus menunjukkanxperkembangan
nilai-nilai produktif dalamxmasyarakat. Olehxkarenaxitu, nilaixkeharmonisan
menitikberatkan pada upaya penciptaan suasanaxhubungan antarxmanusia yang
mengembangkanxnilai-nilaixsosialxpraktis untuk penghapusan kerugian,
ketertinggalan dan kemiskinan. Yaitu membuat bakso, mengembangkan amal usaha
dan mengembangkan usaha/UKM serta bentuk kerjasama sosial ekonomi lainnya
yang mensukseskan masyarakat.
2) Ajarannya adalah untuk menciptakan kerukunanxantarxumatxberagama. Oleh karena itu,
pedomanxyangxharus diikuti untukxkerukunan antar umat beragamaxadalah sebagai
berikut:
a) Toleransi
Setiap komunitas/komunitas beragama harus dapat mengembangkan,
meningkatkan, memelihara dan melestarikan imannya, memperkuat iman yang
ditoleransi oleh setiap kelompok agama. satu sama lain Semangat toleransi dapat
mencegah terjadinya permasalahan antar umat beragama.
b) Kebebasan beragama.
Setiap orang berhak memeluk agama apapun. Oleh karena itu, kebebasan
beragama harus memiliki aspek psikologis dan sosiologis, artinya proses sosial
didasarkan pada lingkungan, pendidikan dan warisan yang ada, yang mempengaruhi
agama.
c) Terimalah orang lain apa adanya.

16
Drs. H hasbullah Mursid, Komplikasi Kebijakan Peraturan Perundang-Undangan Kerukunan Antar Umat
Beragama (Jakarta: Puslitbang kehidupan Beragama, 2008).
Dengan demikian setiap orang dapat menerima seseorang apa adanya, kelebihan
dan kekurangan setiap orang, mengingat agama lain tidak sama dengan yang
dianutnya.
d) Berpikir positif.
Setiap umat/masyarakat beragama harus memili sifat atau pribad husnudzon.
Karena perilaku husnudzon dapat menghindari konflik yang dapat menumbuhkan
perselisihan antar masyarakat beragama.17
Dari pembahasan diatas, kita mengetahui bahwa konsep.kerukunan itu mampu diperoleh
atau diciptakan walau di suatu perbedaan agama , walaupun dimana ada perbedaan beragama
yang ada itu kita masih bisa merasakan hidup damai dengan satu sama lain tanpa harus
menghilangkan agamanya, misalnya adalah konsep harmoni dalam sanggar candi pakaian
sekolah spiritual Sapta Dharma. Wawancara dengan salah satu pemilik studio di Vaatetemppel
menunjukkan bahwa keharmonisan dalam beragama harus tegas dipertahankan, karena menjaga
konsep harmoni tidak mencegah pelaksanaan ritual keagamaan seseorang. Kita memiliki
pedoman agama kita sendiri dan kita harus menghormati agama lain juga. Selain itu, kami hidup
berdampingan dengan orang beragama, jika kita tidak mempertimbangkan konsep harmoni
mungkin. Kami menemukan diri kami bertengkar dengan pengikut agama lain setiap hari. Jadi
mengikuti konsep rukun, sehingga hidup beragama dapat berjalan dengan lancar dan damai.

E. Faktor-faktorxpenghambat dan pendukungxkerukunan anatar umatxberagamaxdi


Indonesia
1. Faktor Penghalang
Dalam perjalanan menujuxkerukunanxumatxberagamaxselaluxada beberapa faktor,
adaxyangxsecaraxlangsung mempengaruhi masyarakat, ada yang muncul melalui
transformasi budaya, ada yang diterapkan dalam agama itu sendiri, juga bisa bertentangan
dengan aturan yang berlaku. Faktor-faktorxyangxmenghambatxkerukunanxumat
beragama antaraxlain:
1. Pembangunan Kapel: Dalam pembangunan kapel tidak memperhatikan situasixdan
kondisi
umatxberagamaxdalamxrangkaxstabilitasxsosialxdanxbudayaxmasyarakat,namunxmenim
bulkanxpertengkaran, Menimbulkan masalah antar umat beragama
2. Penyiaran Keagamaan: Dimana siaran keagamaan bersifat menghasut danxmemaksakan
kehendakxbahwaxagamaxitu sendirilahxyangxpalingxbenarxdanxtidakxmauxmemahami
keberagaman agamaxlain, hal ini menimbulkan permasalahanxagama dan menghambat
kerukunanxantarxumatxberagama.Kebutuhanxakanxpenyiaranxagamaxterkadangxbertent
anganxdengan norma sosial.
3. Perkawinanxbedaxagama: Perkawinanxbedaxagamaxdikatakan mengakibatkan
perselisihan hubunganxkeluargaxmasing-masingxpasangan, terutama dalamxperkawinan,
pewarisan dan hartaxbenda. Yangxpentingxadalahxkeharmonisanxyangxtidak bisa
bertahanxlamaxdi setiap keluarga.
17
Hamzah Tauleka ZN, Sosiologi Agama (Surabaya: IAIN SA Press, 2011).
4. PenodaanxAgama: Pelecehan atau penghinaan terhadap praktik agamaxtertentu.
Tindakanxinixsering dilakukan secara individu atauxkelompok. Penodaan agama,
meskipun dalamxskala yang lebih kecil, akhir-akhir inixterjadi,xbaik dari penganut
agamanya sendiri maupun dari provokator agama lain.Kegiatan yang menyimpang dari
doktrin. Hal ini sulit diprediksi oleh komunitas agama, karena menimbulkan kebingungan
antara mengambil tindakan dan menghormati perbedaan dalam keyakinan yang muncul
dari dalam atau dari antara agama.
5. Perebutan kekuasaan: Semua agama memperebutkan kekuasaan, baik secara internal
maupun antar umat beragama, antar anggota/komunitas dan umat dalam rangka
memperluas pengaruhnya.
6. Perbedaan Penafsiran: Setiap kelompok umat beragama menganjurkan isu-isu mendasar,
seperti perbedaan penafsiran kitab suci dan ajaran agama lain, dan mencela pandangan
lain sambil mencela mereka Advokasi
7. Kurangnya Kesadaran: Kurangnyaxkesadaranxdi antaraxkalangan tertentu yang masih
menganggapxagamanyaxpalingxbenar. Misalnya, umatxIslam yangxdiyakini memiliki
pemahamanxagama yang lebih besar, dan umat Kristen yang menganggap lingkarannya
paling benar.18
2. Faktor Pendukung
Dalam mencapai kerukunan diantara umatxberagama, maka adaxbeberapaxfaktor
yang mendukungxkerukunan diantaraxumatxberagama.
1. Membangun kerukunan sosial dan persatuan bangsa melalui upaya mendorong dan
membimbing praktik-praktik di mana semua umat beragama hidup rukun dalam kerangka
teologis dan membangkitkan sikap persatuan dan toleransi.
2. Menciptakan suasana kondusif bagi kehidupan beragama untuk meningkatkan
pendalaman dan penghayatan agama dan praktik keagamaan, mendukung
berkembangnya kerukunan umat beragama.
3. Sebuah survei komprehensif tentang makna nilai-nilai kemanusiaan dari semua
pandangan dunia manusia yang pluralistik. Sebagai pedoman umum dalam interaksi
sosial timbal balik melalui implementasi prinsip-prinsip politik dan perilaku
keteladanan.
4. Memperdalam pengamalan nilai-nilai spiritual manusia berdasarkan nilai-nilaixketuhanan
agarxtidak menyimpang dari nilai-nilaixsosial danxagama.
5. Menghadirkan cintaxdan kasih sayang dalam kehidupan umat beriman, menghilangkan
rasaxsalingxtidak percaya terhadapxpemelukxagamaxlain, dan menciptakanxsuasana
kerukunan manusia yang tidak terpengaruh olehxfaktorxtertentu.
6. Menyadarixbahwaxperbedaan adalah realitasxkehidupan sosial, kehidupan beragama
hendaknya menjadi mozaik yang dapat dihias.19

18
Sudjangi, Profil Kerukunan Hidup Umat Beragama (Badan Penelitian Dan Pengembangan Agama Proyek
Peningkatan Kerukunan hidup antar umat beragama, 2017).
19
Satri Handayani and Febri Giantara, ‘Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerukunan Umat Beragama
Pada Saat Pandemi Virus Corona’, Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 11, 2021, 1–9.
F. Tujuanxkerukunanxantarxumatxberagama
Darixpengertianxkerukunan umatxberagamaxadalahxhubungan antarxumat masyarakat
beragamaxberdasarkan toleransi,xsaling pengertian, salingxmenghormati, tidak ada konflik baik
konflik agama dan lain-lain. Sehingga pemerintah berusaha untuk masyarakat agar menjalankan
ibadah agamanya masing-masing dengan tenang danxkerukunan hidup diantaraxumatxberagama
dapat berjalan denganxharmonis. Supaya negara dapat hidupdengan baik dan damai.
Tujuan kerukunan umat beragama antara lain:
1. Memperkuat akidah dan taqwa agamanya masing-masing.
Setiap pemeluk agama memiliki realitas keagamaan lain, akan mendorong
semakin banyak orang untuk hidup dan pada saat yang sama memperdalam ajaran
agamanya dan berusaha lebih keras lagi untuk mempraktikkannya. Jadi iman dan
keberagaman masing-masing pemeluk agama akan semakin banyak dan meningkat. Jadi
semacam persaingan aktif, bukan negatif. Persaingan aktif perlu di kembangkan.
2. Mewujudkan stabilitas nasional yang kuat
Dengan tercapainya keharmonisan atau kerukuna dalam kehidupanxberagama,
makaxketegangan-keteganganxyang sebenarnya timbul akibatxperbedaan pemahaman
yangxbersumber dari keyakinan agama bisa dihindari. Dapatkah di bayangkan jika terjadi
konflik dan perbedaan pemahaman yang ditimbulkan antar golongan agama-agama yang
berbedaxini. Maka ketertibanxdanxkeamananxnasional inixakan menjadi tergangguxdan
kacau. Akan tetapi berbalik jika antar perbedaan agama sudah rukun dan damai.
3. Menemani dan berkembang bersama dengan sukses
Tahun demi tahun, pemerintah selalu berusaha mencapai dan berhasil dalam
pembangunan semua bidang. Upaya pembangunan akanxberhasilxjikaxdidukungxoleh
semuaxlapisanxmasyarakat. Jadixapabila para pendeta selalu bertengkar, tidakxpercaya
satuxsamaxlain. Danxtidak bisa mengarahkan suatu kegiatan untuk mendukung dan
membantu dalam pembangunan. Makaxhalxitu dapat menghambatxupayaxpembangunan
ituxsendiri. Bangun danxberjuang untuk membuat tanah ini menjadi makmur dan
sejahtera sangat diharuskan oleh agama Islam.
4. Menjaga dan mempererat persaudaraan.
Rasa solidaritas dan nasionalisme akan tetap terjaga dan terpupuk dengan baik
jika kepentingan individu atau kepentingan kelompok bisa mengurangi.
Jika hal di tersebut tidak didukung dengan makna hidup berbangsa dan bernegara, akan
menumbuhkan keresahan sosial dapat merusak integritas bangsa dan mengklaim bahwa itu
termasuk pemeluk agama yang berbeda, karena itu adalah keharmonisan hidup agama untuk
menjaga kerukuan dan persatuan bangsa harus mengembangkan.20
Menjaga dan menjalin persaudaraan antar umat atau dalam. bahasa persaudaraan manusia
sangat penting untuk negara yang majemuk dalam kehidupan beragamanya. Dengan datangnya
ukhuwah manusia, maka akan terjadi konflik dan sengketa akan diselesaikan. Itu antara lain itu

20
Musahadi HAM.
dicapai dengan kerukunan antar agama dan segala sesuatu Hal ini tentu membutuhkan kesadaran
yang serius dari setiap pemeluk agama itu sendiri.
Bab III
Analisis

Berdasarkan dari apa yang kita analis mengenai konsep kerukunan antar umat
beragama kami mengambil beberapa contoh agama dalam konsep kerukunan, yang
terlihat di kehidupan sehari-hari khususnya dalam masyarakat Indonesia.
Salah satu contohnya yang membuat pandangan kami tertuju yaitu: kerukunan
umat beragama di Kampung Sawah Bekasi. Kerukunan di Kampung Sawah itu
dikarenakan adanya adat istiadat betawi dan toleransi yang kuat yaitu dimana toleransi ini
ditumbuhkan dari turun temurun. Dimana di Kampung Sawah itu terdapat tiga agama
besar yang dianut oleh masyarakat kampung tersebut, yaitu penduduk masyarakat
beragama Islam, Kristen Protestan dan Kristen Katholik. Dimana dari ketiga agama
tersebut hidup dengan rukun, penuh cinta dan kasih, tanpa memandang perbedaan dari
bermacam-macam ras dan sukunya masing-masing.21
Kami mengambil teori dari Franz Magnis Suseno jadi menurut Franz Magnis
Suseno rukun adalah rukun, bebas dari perselisihan, damai dan saling tolong-menolong.
Tujuan konsep dari harmoni yaitu dapat mewujudkan situasi atau keadaan yang
harmonis. Keadaan rukun yang dimaksud ialah keadaan dimana setiap orang berdamai,
saling menerima satu sama lain di dalam sebuah perbedaan, saling membantu dan bekerja
sama. Dari konsep kerukunan ini diharapkan mampu diterapkan dalam hubungan atau
interaksi sosial, khususnya didalam ruang lingkup masyarakat.22
Dari contoh yang kita ambil sebagai bahan analisis, yaitu kerukunan antar umat
beragama di Kampung Sawah Bekasi merupakan implementasi dari konsep Tri
Kerukunan Umat Beragama. Nilai-nilai lokal yang terkandung di Kampung Sawah
Bekasi sangat sesuai dengan konsep Tri Kerukunan Umat Beragama yang ada yaitu
“Kerukunan di antara umat/masyarakat yang berbeda agama adalah kerukunan antar umat
pemeluk agama yang berbeda-beda, yaitu antara Islam dan Protestan, Katolik, Hindu, dan
Buddha”.

Daftar Pustaka
21
Mia Fitriah Elkarimah, ‘Kerukunan Antarumat Beragama Di Kampung Sawah, Bekasi: Potret Masyarakat Madani’,
Human Narratives, 1.2 (2020), 55–65 <https://doi.org/10.30998/hn.v1i2.180>.
22
Magnis.
Akhmad Syarief Kurniawan, ‘Membangun Semangat Keharmonisan Kerukunan Umat Beragama
Di Indonesia’, Jurnal Pemikiran Islam, 18.2 (2013), 303–14
Alo Liliweri, Gatra Gatra Komunikasi Antar Budaya (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2001)
Dadang Akhamd, Sosiologi Agama (Potret Agama Dalam Dinamika Konflik,Pluralism Dan
Modernisasi (bandung: cv pustaka pelajar, 2011)
Darmalaksana, Wahyudin, ‘Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia (Belajar Keharomonisan
Dan Toleransi Umat Beragama Di Desa Cikakak, Kec. Wangon, Kab. Banyumas)’, Jurnal
Dinamika HukumJurnal Dinamika Hukum, 13.3 (2013), 468–82
<http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/view/256>
Depag RI, Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Di Indonesia (jakarta:
Badan Penelitian Dan Pengembangan Agama Proyek Peningkatan Kerukunan Umat
Beragama di Indonesia, 1997)
———, Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama Di Indonesia (Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Agama Proyek Peningkatan Kerukunan Umat Beragama di
Indonesia, 1997)
Drs. H hasbullah Mursid, Komplikasi Kebijakan Peraturan Perundang-Undangan Kerukunan
Antar Umat Beragama (Jakarta: Puslitbang kehidupan Beragama, 2008)
Drs.Jirhanuddin M.AG, Perbandingan Agama (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010)
Elkarimah, Mia Fitriah, ‘Kerukunan Antarumat Beragama Di Kampung Sawah, Bekasi: Potret
Masyarakat Madani’, Human Narratives, 1.2 (2020), 55–65
<https://doi.org/10.30998/hn.v1i2.180>
Hamzah Tauleka ZN, Sosiologi Agama (Surabaya: IAIN SA Press, 2011)
Handayani, Satri, and Febri Giantara, ‘Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerukunan
Umat Beragama Pada Saat Pandemi Virus Corona’, Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 11, 2021,
1–9
Imam Syaukani, Kompilkasi Kebijakan Dan Peraturan Perundang Undangan Kerukunan Umat
Beragama (Jakarta: Puslitbang, 2008)
Lama Bawa, Dahlan, ‘Membumikan Teologi Kerukunan (Mengkomunikasikan Makna Rukun
Dan Konsep Tri Kerukunan)’, Jurnal Al-Nashihah, 2.1 (2018), 1–12
<https://journal.unismuh.ac.id/index.php/al-nashihah/article/view/4878>
Magnis, Frans, Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafah Tentang Kebijaksanaan Hidup (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1996)
Musahadi HAM, Mediasi Dan Konflik Di Indonesia (Semarang: WMC, 2007)
Perwiranegara, Ratu, and H.Alamsyah, Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama (Jakarta:
Departemen Agama RI, 1982)
Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama (Jakarta: Puslitbang, 2005)
———, Cetakan Biru Peran Agama (Jakarta: Puslitbang, 2005)
Sairin, Weinata, Ed., Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa: Butir-
Butir Pemikiran. (BPK Gunung Mulia, 2002)
Sudjangi, Kompilasi Peraturan Perundang-Undangan Keruunan Hidup Antar Umat Beragama,
Proyek Peningkatan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama. (Jakarta: Departemen
Agama, 1996)
———, Profil Kerukunan Hidup Umat Beragama (Badan Penelitian Dan Pengembangan Agama
Proyek Peningkatan Kerukunan hidup antar umat beragama, 2017)
Wahyuddin dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indoneisa, 2009)
WJS.Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1980)

Anda mungkin juga menyukai