Disusun oleh :
Kelompok 3
TULUNGAGUNG
September 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”. Intinya,
hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak
maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat manusia.
Kerukunan dalam Islam diberi istilah "tasamuh" atau toleransi. Sehingga yang di maksud
dengan toleransi ialah kerukunan sosial kemasyarakatan, bukan dalam bidang aqidah
Islamiyah (keimanan), karena aqidah telah digariskan secara jelas dan tegas di dalam Al
Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk social yang membutuhkan hubungan dan
interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk social, manusia memerlukan kerja
sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material
maupun spiritual.
Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong (ta’awun)
dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat
Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama. Dengan
kerjasama dan tolong menolong tersebut diharapkan manusia bisa hidup rukun dan damai
dengan sesamanya.
Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera,
penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah
kesejahteraan hidup umat manusia pada khususnya dan seluruh alam pada umumnya. Agama
Islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama, Nabi pertama, yaitu Nabi
Adam a.s.
Agama itu kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul-
rasul berikutnya. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu mempunyai
kecenderungan kuat terhadap identitas Agama masing- masing dan berpotensi konflik.
Multikultural masyarakat Indonesia tidak satu saja kerena keanekaragaman suku, budaya,
bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah
masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa
menimbulkan konflik antar umat beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu
sendiri yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling
tolong menolong.
Sedangkan, tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa
kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajibannya.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan ketentraman hidup antarumat beragama yang sejati,
harus tercipta satu konsep hidup bernegara yang mengikat semua anggota kelompok sosial
yang berbeda agama guna menghindari ”ledakan konflik antarumat beragama yang terjadi
tiba-tiba”.
Makalah ini akan membahas tentang pentingnya menciptakan kerukunan dan tanggung jawab
1.3. Tujuan
Tujuan Makalah ini adalah Untuk mempelajari tentang bagaimana cara manusia beragama,
fungsi dari beragama dan bagaimana kerukunan serta tanggung jawab suatu masyarakat
dalam beragama.
BAB II
PEMBAHASAN
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata agama
Manusia juga sebagai makhluk beragama, yaitu makhluk yang mempunyai tingkat
kepercayaan terhadap sesuatu yang diyakini dengan sepenuh hati dan diwujudkan dalam
setiap kegiatan hidupnya. Dengan agama yang dianutnya, maka manusia dapat melakukan
Sebagai makhluk beragama, manusia menyadari bahwa hidup dan kehidupan diciptakan
Tuhan agar kita saling berinteraksi dengan makhluk lainnya. Hal ini merupakan wujud untuk
menjaga kelestarian hidup dan kehidupan. Interksi antar makhluk ini merupakan bukti bahwa
Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara yang
menerapkan masyarakatnya untuk hidup rukun. Sebab kerukunan merupakan salah satu pilar
penting dalam memelihara persatuan rakyat dan bangsa Indonesia. Tanpa terwujudnya
kerukunan diantara berbagai suku, Agama, Ras dan antar Golongan bangsa Indonesia akan
mudah terancam oleh perpecahan dengan segala akibatnya yang tidak diinginkan.
Kerukunan dapat diartikan sebagai kondisi hidup dan kehidupan yang mencerminkan suasana
damai, tertib, tentram, sejahtera, hormat menghormati, harga menghargai, tenggang rasa,
Agama secara umum merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh
masyarakat menjadi norma dan nilai yang diyakini dan dipercaya. Agama diakui sebagai
Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran yang
khususnya, dan semua mahluk Allah pada umumnya.rahmat adalah kasih saying sesama
pribadi,keluarga, masyarakat, dan sesama makhluk.rambu-rambu kasih sayang itu telah diatur
- Islam menghargai dan menghormati manusia sebagai hamba Allah, baik mereka muslim
-Islam memberikan kebebasan pada manusia untuk menggunakan potensi yang diberikan
oleh ALLAH secara bertanggung jawab.menurut ajaran agama islam, manusia diberikan
setiap perbuatan yang dilakukan manusia harus memberikan kebaikan dan tidak boleh
merugikan dan menyakiti pihak lain dengan cara menegakkan aturan Allah. Itulah wujud
rahmat Allah dari Agama Islam sebagaimana dinyatakan oleh Allah pada surah
س ْلنَا َو َما
َ ك أ َ ْر ََ اّل ِإ
ََ َّل قَ ْبل ِ ُل فَا ْسأَلُوا ۖ ِإلَ ْي ِه ْمَ ن
ًَ وحي ِر َج ََ أ َ ْه
َالذ ْك ِر
ِ ن ََ ََت َ ْعلَ ُمون
َْ ّل ُك ْنت َُْم ِإ
Artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk ( menjadi ) rahmat bagi
semesta alam.
Dari segi akidah, setiap orang yang tidak mau menerima islam sebagi agamanya disebut kafir
atau non islam. Mereka yang terdiri dari orang-orang musrik yang menyembah berhala di
sebut orang watsani. Orang kafir yang mengganggu, menyakiti dan memusuhi orang Islam di
sebut kafir harbi, dan orang kafir yang hidup rukun dengan orang Islam disebut kafir dzimmi.
Kafir harbi adalah orang kafir yang memerangi orang Islam dan boleh diperangi oleh orang
Islam. Kafir dzimmi adalah orang kafir yang mengikat perjanjian atau yang menjadi
Bentuk tanggung jawab sosial ummat islam meliputi berbagai aspek kehidupan di antaranya
adalah :
Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah dapat hidup sendirian, ia membutuhkan
hubungan dengan orang lain. Dalam masyarakat pluralis seperti diinsonesia hubungan antar
kelompok masyarakat yang berbeda adat maupun agama tidak bisa dihindarkan. Oleh sebab
itu agama Islam yang pluralis sangat penting sebagai landasan dalam kehidupan
bermasyarakat.
“ Toleransi dan lapang dada merupakan cirri khas masyarakat Islam. Masing - masing
individu tidak ada yang merasa tinggi diri, sombong, congkak, dan seterusnya.
Kesombongan, kecongkangan, egois, tinggi hati, merupakan sifat – sifat yang cenderung
pada perbuatan syaithan, sebab sifat – sifat itu mengakibatkan tumbuhnya perpecahan dalam
Dalam masyarakat hubungan natat pemeluk agama yang berbeda beda tidak bisa dihindarkan
dalam bidang sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. Bagi umat islam hubungan ini tidak
menjadi halangan, Sepanjang dalam kaitan sosial kemanusiaan dan muamalah. Bahkan dalam
berhubungan dengan mereka umat Islam dituntut untuk menampilkan perilaku yang baik,
sehingga dapat menarik mereka untuk mengetahui lebih banyak tentang ajaran agama Islam
Didalam hubungan persaudaraan / ukhuwah umat antar beragama merupakan salah satu
ajaran yang mendapat perhatian penting dalam Islam. Ukhuwah pada mulanya berarti “
Ukhuwah islamiyah istilah ini perlu di dudukan maknanya. Pembahsan ukhuwah adalah tidak
menjadi 4 macam “
bersaudara,karena mereka semua berasalh dari seorang ayah dan ibu yang sama y,
kebangsaan.
Katakanlah: Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Esensi dari persaudaraan terletak pada kasih sayang yang ditampilkan bentuk perhatian,
dengan mukmin yang lain seperti satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh terluka, maka
seluruh tubuh akan merasakan demamnya. Ukhuwwah adalah persaudaraan yang berintikan
kebersamaan dan kesatuan antar sesama. Kebersamaan di akalangan muslim dikenal dengan
istilah ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh kesamaan aqidah.
Persatuan dan kesatuan sebagai implementasi ajaran Islam dalam masyarakat merupakan
Salah satu masalah yang di hadapi umat Islam sekarang ini adalah rendahnya rasa kesatuan
dan persatuan sehingga kekuatan mereka menjadi lemah. Salah satu sebab rendahnya rasa
persatuan dan kesatuan di kalangan umat Islam adalah karena randahnya penghayatan
Persatuan di kalangan muslim tampaknya belum dapat diwujudkan secara nyata. Perbedaan
kepentingan dan golongan seringkali menjadi sebab perpecahan umat. Perpecahan itu
biasanya diawali dengan adanya perbedaan pandangan di kalangan muslim terhadap suatu
fenomena. Idealnya intern umat yang seagama memang harus rukun, namun fakta yang
terjadi di masyarakat justru ada saja hal-hal yang menjadi kendala terwujudnya kerukunan
Di dalam kalangan umat Islam misalnya, sering terjadi sedikit permasalahan yang berakar
dan berawal adanya perbedaan pemahaman dan pengalaman terhadap suatu kaidah agama.
Sebenarnya perbedaan pemahaman dan pengalaman adalah suatu hal yang wajar dan
“ukhuwah islamiyah”.
Allah SWT memberi petunjuk dengan firman Nya di QS. Ali Imron (3):103: “Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-
berai...............”.
Begitu juga dalam hadist Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan orang-orang mu’min
dalam saling mencintai, saling berbelas kasih dan saling tenggang rasa, mereka itu laksana
satu tubuh, apabila salah satu anggotanya terasa sakit, maka seluruh anggota badannya ikut
Kerangka pluralitas dalam pandangan islam dipahami sebagai ayat ( tanda kekuasaan ) dari
ayat Allah yang tidak tergantikan. Ayat –ayat tersebut berdiri di atas kekuasaan Allah untuk
kemaslahatan dan kemanusiaan.dalam kaitan ini Allah berfirman dalam surah Ar-Rum ayat
22 :
ف أ َ ۡل ِسنَتِڪ ُۡم َوأ َ ۡل َوٲنِ ُك ۡمۚ إِ َّن فِى ذَٲ ِل َك ِ ت َو ۡٱۡل َ ۡر
ۡ ض َو
ُ ٱختِلَ ٰـ َّ َو ِم ۡن َءايَ ٰـتِِۦه خ َۡل ُق ٱل
ِ س َم ٰـ َوٲ
Artinya : Dan tanda-tanda-Nya adalah penciptaan langit dan bumi, dan perbedaan bahasa
dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah benar -benar terdapat
Umat Beragama Diharapkan Perkuat Kerukunan Jika agama dapat dikembangkan sebagai
Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni berharap dialog antar-umat beragama dapat
memperkuat kerukunan beragama dan menjadikan agama sebagai faktor pemersatu dalam
kehidupan berbangsa.
"Sebab jika agama dapat dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan
+sumbangan bagi stabilitas dan kemajuan suatu negara," katanya dalam Pertemuan Besar
Pada pertemuan yang dihadiri tokoh-tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha,
dan Konghucu itu Maftuh menjelaskan, kerukunan umat beragama di Indonesia pada
dasarnya telah mengalami banyak kemajuan dalam beberapa dekade terakhir namun beberapa
persoalan, baik yang bersifat internal maupun antar-umat beragama, hingga kini masih sering
muncul.
Menurut dia, kondisi yang demikian menunjukkan bahwa kerukunan umat beragama tidak
bersifat imun melainkan terkait dan terpengaruh dinamika sosial yang terus berkembang.
"Karena itu upaya memelihara kerukunan harus dilakukan secara komprehensif, terus-
Dalam hal ini, Maftuh menjelaskan, tokoh dan umat beragama dapat memberikan kontribusi
dengan berdialog secara jujur, berkolaborasi dan bersinergi untuk menggalang kekuatan
bersama guna mengatasi berbagai masalah sosial termasuk kemiskinan dan kebodohan.
Ia juga mengutip perspektif pemikiran Pendeta Viktor Tanja yang menyatakan bahwa misi
agama atau dakwah yang kini harus digalakkan adalah misi dengan tujuan meningkatkan
sumber daya insani bangsa, baik secara ilmu maupun karakter. "Hal itu kemudian perlu
mengatakan masyarakat Indonesia memang majemuk dan kemajemukan itu bisa menjadi
ancaman serius bagi integrasi bangsa jika tidak dikelola secara baik dan benar.
"Kemajemukan adalah realita yang tak dapat dihindari namun itu bukan untuk dihapuskan.
Supaya bisa menjadi pemersatu, kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar,"
katanya. Ia menambahkan, untuk mengelola kemajemukan secara baik dan benar diperlukan
dialog berkejujuran guna mengurai permasalahan yang selama ini mengganjal di masing-
tidak sampainya informasi yang benar dari satu pihak ke pihak lain. Terputusnya jalinan
informasi antar pemeluk agama dapat menimbulkan prasangka- prasangka yang mengarah
Senada dengan Ma'ruf, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Mgr.M.D Situmorang, OFM.
Cap mengatakan dialog berkejujuran antar umat beragama merupakan salah satu cara untuk
Menurut dia, tema dialog antar-umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada masalah
theologis, ritus dan cara peribadatan setiap agama melainkan lebih ke masalah- masalah
kemanusiaan. "Dalam hal kebangsaan, sebaiknya dialog difokuskan ke moralitas, etika dan
nilai spiritual,"
Ia juga menambahkan, supaya efektif dialog antar-umat beragama mesti "sepi" dari latar
belakang agama yang eksklusif dan kehendak untuk mendominasi pihak lain. "Sebab untuk
itu butuh relasi harmonis tanpa apriori, ketakutan dan penilaian yang dimutlakkan. Yang
harus dibangun adalah persaudaraan yang saling menghargai tanpa kehendak untuk
Menurut Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Budi S Tanuwibowo, agenda
agama-agama ke depan sebaiknya difokuskan untuk menjawab tiga persoalan besar yang
selama ini menjadi pangkal masalah internal dan eksternal umat beragama yakni rasa saling
percaya, kesejahteraan bersama dan penciptaan rasa aman bagi masyarakat. "Energi dan
militansi agama seyogyanya diarahkan untuk mewujudkan tiga hal mulia itu," demikian Budi
S Tanuwibowo.
2.4. Kendala-Kendala
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi antar agama sekarang
ini, khususnya di Indonesia, adalah munculnya sikap toleransi malas-malasan (lazy tolerance)
sebagaimana diungkapkan P. Knitter. Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan
tak langsung (indirect encounter) antar agama, khususnya menyangkut persoalan teologi yang
keimanan. Tentu saja, dialog yang lebih mendalam tidak terjadi, karena baik pihak yang
Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain, tetapi kemudian membiarkan satu
sama lain bertindak dengan cara yang memuaskan masing-masing pihak. Yang terjadi
menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda agama, maka akan
2. Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala dalam mncapai
tujuan sebuah kerukunan antar umat beragama khususnya di Indonesia, jika bukan yang
paling penting di antara faktor-faktor lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan antar agama telah
dibangun dengan bersusah payah selama bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh tahun,
mudahnya merontokkan “bangunan dialog” yang sedang kita selesaikan. Seperti yang sedang
terjadi di negeri kita saat ini, kita tidak hanya menangis melihat political upheavels di negeri
ini, tetapi lebih dari itu yang mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-
saudara kita, yang mudah-mudahan diterima di sisi-Nya. Tanpa politik kita tidak bisa hidup
secara tertib teratur dan bahkan tidak mampu membangun sebuah negara, tetapi dengan
3. Sikap Fanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan berkembang. Bahkan
akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan berkembang pemahaman keagamaan yang
dapat dikategorikan sebagai Islam radikal dan fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan
yang menekankan praktik keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama
Mereka masih berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan dapat
menjamin keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat, ia harus memeluk Islam. Segala
perbuatan orang-orang non-Muslim, menurut perspektif aliran ini, tidak dapat diterima di sisi
Allah.
Pandangan-pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena masing-masing sekte atau
aliran dalam agama tertentu, Islam misalnya, juga memiliki agen-agen dan para pemimpinnya
sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak dari satu komando dan satu pemimpin. Ada banyak
aliran dan ada banyak pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki
Tentu saja, dalam agama Kristen juga ada kelompok eksklusif seperti ini. Kelompok
Evangelis, misalnya, berpendapat bahwa tujuan utama gereja adalah mengajak mereka yang
percaya untuk meningkatkan keimanan dan mereka yang berada “di luar” untuk masuk dan
bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang bergabung dengan gereja yang akan
maka timbullah sikap fanatisme yang berlebihan.Dari uraian diatas, sangat jelas sekali bahwa
ketiga faktor tersebut adalah akar dari permasalahan yang menyebabkan konflik sekejap
maupun berkepanjangan.
2.5. Solusi
Sejarah perjumpaan agama-agama yang menggunakan kerangka politik secara tipikal hampir
perkembangan ilmu sejarah dalam beberapa dasawarsa terakhir, sejarah yang berpusat pada
disebut sebagai “sejarah baru” (new history). Sejarah model mutakhir ini lazim disebut
sebagai “sejarah sosial” (social history) sebagai bandingan dari “sejarah politik” (political
history).
Penerapan sejarah sosial dalam perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia akan sangat
relevan, karena ia akan dapat mengungkapkan sisi-sisi lain hubungan para penganut kedua
agama ini di luar bidang politik, yang sangat boleh jadi berlangsung dalam saling pengertian
dan kedamaian, yang pada gilirannya mewujudkan kehidupan bersama secara damai
Hampir bisa dipastikan, perjumpaan Kristen dan Islam (dan juga agama-agama lain) akan
Dengan begitu, hampir tidak ada lagi suatu komunitas umat beragama yang bisa hidup
eksklusif, terpisah dari lingkungan komunitas umat-umat beragama lainnya. Satu contoh
kasus dapat diambil: seperti dengan meyakinkan dibuktikan Eck (2002), Amerika Serikat,
yang mungkin oleh sebagian orang dipandang sebagai sebuah “negara Kristen,” telah berubah
menjadi negara yang secara keagamaan paling beragam. Saya kira, Indonesia, dalam batas
Dalam pandangan saya, sebagian besar perjumpaan di antara agama-agama itu, khususnya
agama yang mengalami konflik, bersifat damai. Dalam waktu-waktu tertentu ketika terjadi
perubahan-perubahan politik dan sosial yang cepat, yang memunculkan krisis pertikaian dan
konflik sangat boleh jadi meningkat intensitasnya. Tetapi hal ini seyogyanya tidak
mengaburkan perspektif kita, bahwa kedamaian lebih sering menjadi feature utama.
Kedamaian dalam perjumpaan itu, hemat saya, banyak bersumber dari pertukaran
(exchanges) dalam lapangan sosio-kultural atau bidang-bidang yang secara longgar dapat
keagamaan melalui dialog-dialog antaragama dan kemanusiaan baik pada tingkat domestik di
Indonesia maupun pada tingkat internasional; ini jelas memperkuat perjumpaan secara damai
tersebut. Melalui berbagai pertukaran semacam ini terjadi penguatan saling pengertian dan,
2. Bersikap Optimis
Walaupun berbagai hambatan menghadang jalan kita untuk menuju sikap terbuka, saling
pengertian dan saling menghargai antaragama, saya kira kita tidak perlu bersikap pesimis.
Sebaliknya, kita perlu dan seharusnya mengembangkan optimisme dalam menghadapi dan
menyongsong masa depan dialog. Paling tidak ada tiga hal yang dapat membuat kita bersikap
optimis.
Pertama, pada beberapa dekade terakhir ini studi agama-agama, termasuk juga dialog
maupun di luar negeri. Selain di berbagai perguruan tinggi agama, IAIN dan Seminari
misalnya, di universitas umum seperti Universitas Gajah Mada, juga telah didirikan Pusat
Kedua, para pemimpin masing-masing agama semakin sadar akan perlunya perspektif baru
dalam melihat hubungan antar-agama. Mereka seringkali mengadakan pertemuan, baik secara
reguler maupun insidentil untuk menjalin hubungan yang lebih erat dan memecahkan
berbagai problem keagamaan yang tengah dihadapi bangsa kita dewasa ini.
Kesadaran semacam ini seharusnya tidak hanya dimiliki oleh para pemimpin agama, tetapi
juga oleh para penganut agama sampai ke akar rumput sehingga tidak terjadi jurang pemisah
antara pemimpin agama dan umat atau jemaatnya. Kita lebih mementingkan bangunan-
bangunan fisik peribadatan dan menambah kuantitas pengikut, tetapi kurang menekankan
Ketiga, masyarakat kita sebenarnya semakin dewasa dalam menanggapi isu-isu atau
provokasi-provokasi. Mereka tidak lagi mudah disulut dan diadu-domba serta dimanfaatkan,
baik oleh pribadi maupun kelompok demi target dan tujuan politik tertentu. Meskipun
berkali-kali masjid dan gereja diledakkan, tetapi semakin teruji bahwa masyarakat kita sudah
bisa membedakan mana wilayah agama dan mana wilayah politik. Ini merupakan ujian bagi
agama autentik (authentic religion) dan penganutnya. Adalah tugas kita bersama, yakni
pemerintah, para pemimpin agama, dan masyarakat untuk mengingatkan para aktor politik di
negeri kita untuk tidak memakai agama sebagai instrumen politik dan tidak lagi menebar
Jika tiga hal ini bisa dikembangkan dan kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya,
maka setidaknya kita para pemeluk agama masih mempunyai harapan untuk dapat
berkomunikasi dengan baik dan pada gilirannya bisa hidup berdampingan lebih sebagai
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa berbagai macam masalah
mengenai kerukunan antar umat beragama yaitu kendala- kendala yang dihadapi dalam
mencapai kerukunan antar umat beragam ada beberapa hal yaitu rendahnya sikap toleransi,
3.2. Saran
Adapun solusi nya adalah dengan melakukan dialog antar pemeluk Agama dan menanamkan
sikap optimis terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan antar umat beragama termasuk di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ali Masrur, M.Ag.,2004,Problem dan Prospek Dialog Antaragama. Artikel. cfm
Ansari, Zafar Ishaq & John L. Esposito, eds., 2001, Muslims and the West: Encounter and
Dialogue, Islamabad & Washington DC., Islamic Research Institute, International Islamic