Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang
berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, ruh),
manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan1.
Toleransi beragama memiliki arti sikap lapang dada seseorang untuk
menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah
mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini tanpa
ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun dari
keluarganya sekalipun.

Adapun kaitannya dengan agama, pengertian toleransi beragama adalah


toleransi yang mencakup masalah-masalah keyakinan pada diri manusia yang
berhubungan dengan akidah atau yang berhubungan dengan ke-Tuhanan yang
diyakininya.

Toleransi dalam pergaulan hidup antara umat beragama, yang didasarkan


kepada; setiap agama menjadi tanggung jawab pemeluk agama itu sendiri dan
mempunyai bentuk ibadat (ritual) dengan sistem dan cara tersendiri yang
ditaklifkan (dibebankan) serta menjadi tanggung jawab orang yang pemeluknya
atas dasar itu, maka toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama
bukanlah toleransi dalam masalah-masalah keagamaan, melainkan perwujudan
sikap keberagamaan pemeluk suatu agama dalam pergaulan hidup antara orang
yang seagama, dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum.

Dalam menjalani kehidupan sosial tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-
gesekan yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan
dengan agama atau ras. Dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan dalam

1
Dr. H. Nizamuddin, Ilmu Alamiah Dasar (IAD), Ghalia Indonesia, 1991, hal 27

1
masyarakat maka diperlukan sikap saling menghargai dan menghormati, sehingga
tidak terjadi gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian.

Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 telah disebutkan


bahwa "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya sendiri-sendiri dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya" Sehigga kita sebagai warga Negara sudah sewajarnya saling
menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi menjaga
keutuhan Negara dan menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat
beragama.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana Mission HMI ?
1.2.2. Bagaimana toleransi beragama di Indonesia ?
1.2.3. Bagaimana tanggapan masyarakat dalam menghadapi toleransi beragama ?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Untuk mengetahui bagaimana mission HMI.
1.3.2. Untuk mengetahui bagaimana toleransi beragama di Indonesia.
1.3.3. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat dalam menghadapi
toleransi beragama.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Mission HMI


2.1.1. Defenisi Sinegritas dan Mission

Sinegritas dalam artian ilmiah merupakan suatu kerja sama dalam


hubungan yang satu dengan yang lain. Dalam suatu hubungan diperlukan kerja
sama dan dalam kerja sama akan menumbuhkan hubungan. Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) adalah organisasi yang tentunya memilki tujuan dalam mengawal
panji-panji bangsa untuk menuju masyarakat madani seperti yang dicita-citakan
rasulullah Muhammad saw. Mission merupakan hal yang hendak ditanamkan
nilai-nilainya dalam setaip kader organisasi, organisasi apaun itu. Dan tentunya
mission Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terdapat lima insan cita, yaitu :

1. Insan Akademis,
2. Insan Pencipta,
3. Insan Pengabdi,
4. Insan Yang Bernafaskan Islam, dan
5. Insan Bertanggung Jawab Atas Terwujudnya Masyarakat Adil dan
Makmur DiRidhoi Allah Swt.

Kemudian dari kelima insan yang terdapat dalam misson Himpunan


Mahasiswa Islam (HMI) haruslah melekat didiri masing-masing kadernya agar
dapat menjawab bagaimana toleransi beragama di bangsa tercinta yang sudah
lama menangis ini.

3
2.1.2. Defenisi Mission HMI

“Terbinanya Insan Akademis Pencipta, Pengabdi Yang Bernafaskan Islam


dan Bertanggung Jawab Atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur Yang
DiRidhoi Allah SWT”. Mission merupakan hal yang hendak ditanamkan nilai-
nilainya dalam setaip kader organisasi, organisasi apaun itu maupun dalam
kehidupan sehari-hari.

Dan Dialah Tuhan yang menjadikan kamu sekalian (ummat manusia)


sebagai Khalifah di muka bumi serta melebihkan sebagian dari kamu atas
sebagian yang lain bertingkat-tingkat untuk menguji kamu dalam hal-hal yang
telah di uraikan kepada kamu, sesungguhnya cepat siksanya (akibat buruk dari
padanya perbuatan manusia yang salah) dan Dia pastilah Maha Pengampun dan
Maha Penyayang ( memberikan akibat baik atas perbuatan manusia yang benar).
QS.-Anám -VI:165

HMI sebagai organisasi independen sejak kelahirannya memiliki misi yang


jelas dan cita-cita tinggi untuk diperjuangkan hingga tercapai dalam kehidupan
berbangsa, bermasyarakat dan bernegara. Adapun misi HMI itu adalah sebagai
berikut :

a. Menegakkan dan mengembangkan agama Islam yang bersumber pada Al-


Qur’an dan As-sunnah.
b. Berperan dan berpartisipasi aktif, konstruktif, proaktif, inklusif, integratif,
bersama-sama pemerintah Republik Indonesia serta seluruh kekuatan
bangsa untuk mencapai masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945, yang diridhoi Allah SWT.
c. Berusaha menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam rangka membangun masa depan bangsa.
d. Membina kader-kader intelektual dan pejuang bangsa yang berwawasan
keislaman, ke-Indonesiaan, keilmuan dan independen, sebagai calon
pemimpin bangsa di masa mendatang untuk mengisi kemerdekaan.

4
e. Membendung dan memberantas bahaya laten bahaya/ajaran komunis
dalam segala bentuk dan manifestasinya, serta paham-paham lain yang
bertentangan dengan Islam dan pancasila.
f. Senantiasa mengusahakan persatuan dan kesatuan Ummat Islam dan
bangsa Indonesia yang majemuk, serta keutuhan NKRI dari Sabang
sampai Marauke.

Dari keluhuran tujuan HMI pada awal berdirinya sampai misinya yang
begitu masif dan kader yang militan. Namun apakah realitas kader HMI pada
zaman sekarang dan yang akan datang mampu melestarikan apa yang di cita-
citakan HMI? Sungguh menjadi tantangan besar bagi keberlangsungan HMI.
Kalau melihat dari sejarah panjang HMI, HMI mampu menjawab tantangan
zaman dari sekian banyak tantangan HMI mampu melewatinya seperti aksi PKI
dalam usahanya membubarkan HMI, kualitas kader HMI sudah terbukti dengan
apa yang telah menjadi tujuan HMI itu sendiri.

2.2. Toleransi Beragama


2.2.1. Definisi Toleransi Beramaga

Toleransi merupakaan kata yang diserap dari bahasa Inggris Tolerance


yang berarti sabar dan kelapangan dada, adapun kata kerja transitifnya adalah
Tolerate yang berarti sabar menghadapi atau melihat dan tahan terhadap sesuatu,
sementara kata sifatnya adalah Tolerant yang berarti bersikap toleran, sabar
terhadap sesuatu.2
Dalam bahasa Arab kata toleransi diartikan sebagai Tasamuh para pakar
leksikograf Arab mengartikan sebagai berlaku lembut dan mempermudah.3 Ibnu
al-Atsir berkata istilah Musamah artinya bertoleransi dan memberikan

2
Jhon M. Echol dan Hassan Shadily, An English-Indonesian Dictinary (Kamus Inggris
Indonesia), (Cet. XXV; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal. 595.
3
Luways Ma'luf, al-Munjid Fii al-Lughah wa al-A'lam, (Cet. XXXIV; Beirut: Dar al-Masyriq, 1994),
hal. 349.

5
kemudhan.4 Imam Ibnu Hajar mendefenisikan kata al-samhah dengan pengertian
kemudahan yaitu sesuatu yang berlandaskan kemudahan.5

Toleransi beragama memiliki arti sikap lapang dada seseorang untuk


menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah
mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini tanpa
ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun dari
keluarganya sekalipun.

Adapun kaitannya dengan agama, pengertian toleransi beragama adalah


toleransi yang mencakup masalah-masalah keyakinan pada diri manusia yang
berhubungan dengan akidah atau yang berhubungan dengan ke-Tuhanan yang
diyakininya.

Toleransi dalam pergaulan hidup antara umat beragama, yang didasarkan


kepada; setiap agama menjadi tanggung jawab pemeluk agama itu sendiri dan
mempunyai bentuk ibadat (ritual) dengan sistem dan cara tersendiri yang
ditaklifkan (dibebankan) serta menjadi tanggung jawab orang yang pemeluknya
atas dasar itu, maka toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama
bukanlah toleransi dalam masalah-masalah keagamaan, melainkan perwujudan
sikap keberagamaan pemeluk suatu agama dalam pergaulan hidup antara orang
yang seagama, dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum.

2.2.2. Toleransi Beragama di Indonesia

Akhir-akhir ini kita dibuat gelisah dengan maraknya (kembali) kasus-kasus


yang menyangkut kehidupan umat beragama di Indonesia. Indonesia sejak
lahirnya memiliki beragam latar belakang: budaya, bahasa, suku, etnis, tradisi,
dan agama. Tidaklah berlebihan jika para founding fathers kita memutuskan untuk

4
Mujiddudin Ibnu al-Atsir, al-Nihayah fii Gharib al-Hadis, (Cet. I; Lahore: Dar Anshar as-Sunnah,
T.Th), Jld. II, hal. 398
5
Ahamd bin Ali bin Hajar al-Asqalany, Fath al-Bary, (Cet. I; Madinah al-Munawarah, 1417 H /
1996 M), Jld. I, hal. 94

6
menjadikan Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara. Pancasila bukanlah
sekedar ideologi negara yang wajib dihafal oleh seluruh siswa SD/SMP/SMA
bahkan mahasiswa melainkan juga telah menjadi semacam gaya hidup yang harus
merasuk ke dalam jiwa seluruh bangsa Indonesia.

Pancasila adalah Anugerah Tuhan yang tidak terkira bagi bangsa yang
berpenduduk keempat terbesar di dunia ini. Tidaklah juga salah ketika para
pemimpin negara ini memutuskan untuk tidak menjadikan Indonesia sebagai
negara agama tertentu atau sebaliknya negara sekuler. Jiwa dan kepribadian
bangsa Indonesia amat sangat cocok dengan Pancasila. Sebaliknya Pancasila satu-
satunya prinsip berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat yang paling tepat bagi
negara kita. Sila pertama dengan tegas mengatakan bahwa Indonesia memiliki
dasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Yang dimaksud dengan Ketuhanan adalah
bangsa Indonesia, apapun agama dan kepercayaannya, percaya dan mengimani
bahwa Tuhan itu ada dan berdaulat bagi negara ini. Sedangkan Yang Maha Esa
berarti umat beragama di Indonesia sama-sama mengakui dan mengimani bahwa
ada satu Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Suci, Maha Benar, dan Maha
Kasih yang patut dijunjung tinggi oleh semua umatNya. Dengan demikian,
konflik antar umat beragama harus segera diakhiri karena tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip Pancasila. Penistaan terhadap agama apapun tidak dibenarkan di
bumi kita yang tercinta ini. Intoleransi dalam bentuk apapun harus dihapus apalagi
dikobarkan oleh ormas-ormas yang memakai agama sebagai alat menghalalkan
segala cara untuk mencapai tujuan.

Toleransi beragama bukan pelajaran/teori dalam buku teks tetapi lebih


kepada sikap dan perilaku beragama dan kepercayaan terhadap sesama umat
beragama yang lainnya. Bagaimana agar toleransi umat beragama dapat terjalin
dengan baik? Harus dimulai dari para pemimpin/tokoh agama yang menjadi
panutan umatnya. Pemimpin agama haruslah menjadi teladan dalam sikap,
perkataan, dan perbuatan. Tidaklah elok jika seorang pemimpin agama menghina,
merendahkan, atau mempertanyakan ajaran/akidah agama yang lain. “Agamamu

7
adalah agamamu, agamaku adalah agamaku” demikian bunyi salah satu ayat kitab
suci. Dalam hal ini ada 2 (dua) prinsip yang harus dipegang yaitu:

 Prinsip Eksklusif: ajaran/doktrin/akidah tiap agama by nature bersifat


eksklusif yaitu tiap agama memiliki ajaran masing-masing yang berbeda
dan tidak perlu dipertentangkan atau bahkan dipertanyakan oleh agama
yang lain. Diskusi tentang iman kepercayaan hanyalah boleh dilakukan di
dalam lingkup umat beragama yang bersangkutan dan hendaknya tetap
mengedepankan prinsip saling menghormati dan menghargai.
Contoh: diskusi antar umat Kristen tentang doktrin Kristologi (ajaran
tentang Kristus) hanya dilakukan di kalangan umat Nasrani dan tidak
melibatkan umat beragama yang lain. Demikian juga diskusi tentang Nabi
Muhammad SAW hendaknya hanya dilakukan di kalangan umat Muslim
saja.
 Prinsip Inklusif: selain berbicara tentang ajaran/doktrin/akidah agama,
umat beragama dapat bersatu dan bekerjasama dalam hal-hal diluar
konteks ajaran/doktrin/akidah misalnya: bakti sosial kemanusiaan, donor
darah, relawan bencana, dll. Prinsip inklusif tidak menjadikan perbedaan
agama dan kepercayaan sebagai penghalang sebaliknya agama menjadi
pemersatu karena di dalam kemanusiaan kita memiliki persamaan yaitu
sama-sama manusia ciptaan Tuhan yang harus saling membantu,
menolong dan bekerjasama. Contoh: pada waktu bencana Tsunami terjadi
di Aceh, banyak orang yang memberikan bantuannya berupa materil dan
non-materil dan mereka terdiri dari latar belakang agama yang berbeda-
beda.

Demikian ulasan tentang kehidupan toleransi antar umat beragama di


Indonesia, negara yang sangat kita cintai dan banggakan ini. Kiranya Tuhan
mengaruniakan kerukunan dan perdamaian bagi negara kita sehingga Indonesia
menjadi negara yang berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia yang
menjunjung tinggi kehidupan toleransi dan demokrasi berdasarkan Pancasila.
Apabila hal ini terwujud maka Indonesia akan menjadi contoh bagi dunia

8
bagaimana kehidupan toleransi beragama dapat dijalankan meskipun terdapat
berbagai agama dan kepercayaan. Dengan Pancasila, UUD 1945, dan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika hal tersebut bukanlah sebuah hal yang mustahil.

Bagaimana pun konsep kebangsaan itu dinamis adanya. Dalam


kedinamisannya,antar-pandangan kebangsaan dari suatu bangsa dengan bangsa
lainnya saling berinteraksidan saling mempengaruhi. Dengan benturan budaya
dan kemudian bermetamorfosadalam campuran budaya dan sintesanya, maka
derajat kebangsaan suatu bangsa menjadidinamis dan tumbuh kuat dan kemudian
terkristalisasi dalam paham kebangsaan.6

2.3. Tanggapan Masyarakat


2.3.1. Masyarakat Biasa

Dengan adanya toleransi, kita dapat menghargai dan menghormati


kegiatan yang dilakukan masyarakat sekitar, khususnya kehidupan antar umat
beragama. Selain itu, kita harus tetap mengeratkan tali silaturrahmi baik antar
sesama umat beragama, maupun yang berbeda agama. Dengan menghayati makna
toleransi diatas, maka kehidupan bermasyarakat dalam perbedaan suku, agama
dan ras dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Bahkan toleransi memberi dampak
dan manfaat yang luas bagi umat beragama dan bermasyarakat terkhusus di
Indonesia.

Manfaat toleransi dapat menghindari perpecahan, meningkatkan rasa


persaudaraan antar sesama manusia, meningkatkan kekuatan iman dan akhlak
sebagai umat beragama, meningkatkan rasa nasionalisme dalam bermasyarakat,
pencapaian kata mufakat dalam bermusyawarah, meruntuhkan perasaan egoistis
(paling benar sendiri) dalam berargumen, dapat mempersatukan perbedaan kultur

6
Pandangan mengenai wawasan kebangsaan ini dijelaskan secara generic oleh Ginandjar Karta
sasmia dalam makalahnya yang berjudul - Pembangunan Nasional dan Wawasan Kebangsaan
yang disampaikan pada Sarasehan Nasional Wawasan Kebangsaan di Jakarta, 9 Mei 1994

9
dan agama, mempermudah pembangunan negara di Indonesia menjadi lebih maju,
serta menyejahterakan masyarakat Indonesia dengan berpikir dan berperilaku
yang intelektual alias terdidik dan beragama.

Apalagi kita selaku masyarakat Indonesia yang bermartabat, maka kita


harus menjunjung tinggi Pancasila sebagai dasar negara bangsa Indonesia yang
dimana sila-silanya menghargai dan menghendaki toleransi antar sesama umat
beragama dan bermasyarakat. Dengan menghayati setiap sila dalam Pancasila,
maka pasti tidak akan ada yang namanya egoisme antar suku, ras dan agama serta
tidak akan terjadi konflik antar etnis dan agama yang dapat membahayakan
kehidupan bernegara dan keamanan nasional baik internal maupun eksternal.

2.3.2. Mahasiswa

Khusus untuk mahasiswa yang menjadi cerminan atau garda terdepan


dalam menggebrak perwujudan dan cita-cita bangsa Indonesia, toleransi adalah
hal yang sangat penting dalam meningkatkan hubungan sosial yang baik di
kalangan akademis dan intelektual untuk kemajuan pluralisme dan menghargai
beragam macam perbedaan yang ada di sekitar mereka.

Artinya mahasiswa diajarkan untuk menghargai pendapat orang lain,


membantu masyarakat disaat senang maupun susah dan mengamati situasi kultur
sosial di sekitar mereka agar mahasiswa selalu menggunakan akal dan hatinya
untuk berpikir dan bertindak sesuai kaidah yang berlaku dalam beragama dan
bermasyarakat. Disebut mahasiswa karena di fase inilah pemikiran seseorang
menjadi lebih dewasa dan terdidik. Serta telah terarah rasional berpikir,
berperilaku dan mengambil keputusan yang tepat untuk menentukan mana yang
baik untuk para kaum mahasiswa dan mana yang buruk.

Mahasiswa diajarkan untuk mengabdikan ilmu, moral dan tenaganya


kepada seluruh masyarakat. Mahasiswa juga diajarkan dan dibentuk untuk
memiliki ilmu sosial yang tinggi agar mereka sebagai generasi penerus bangsa

10
Indonesia dapat bermasyarakat yang baik, jujur, serta menghargai segala macam
perbedaan yang ada di sekitar mereka alias belajar bertoleransi antar umat.

Mahasiswa tidak hanya sekedar studi ilmu dan kegiatan-kegiatan politik


saja, tetapi lebih daripada itu mahasiswa juga merupakan golongan terpelajar yang
dididik untuk berbakti pada masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu mahasiswa
yang memperjuangkan kehidupan bermasyarakat yang toleran, adil dan sejahtera
pada era tahun 60-an adalah bernama Soe Hok Gie. Ia seorang mahasiswa yang
belajar sejarah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Ia juga merupakan
seorang Cendekiawan ulung yang terpikat pada ide pemikiran untuk
mengembangkan dan menyajikan ide-ide untuk keberlangsungan hidup
masyarakat Indonesia. Dalam catatannya, ia mengemukakan salah satu
penggalannya yang disebut “Manusia-Manusia Baru”.

Manusia-manusia baru ini diartikan sebagai manusia yang lahir atau


dididik di era pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Manusia-manusia baru
juga diartikan sebagai generasi penerus bangsa Indonesia yang menjadi motor
penggerak perubahan pola pikir dan tindakan masyarakat Indonesia agar memiliki
visi misi dan tujuan yang jauh kedepan demi menjaga kualitas sumber daya
manusia bangsa Indonesia. Manusia-manusia baru adalah manusia penggerak
perubahan kultur sosial masyarakat agar saling toleran dan aktif dalam
bersosialisasi demi tercapainya kesejahteraan, keadilan dan persatuan Indonesia.
Serta dengan berkemanusiaan dan menghargai pendapat orang lain agar
tercapainya kata mufakat dalam bermusyawarah secara adil dan beradab.

Oleh karena itu khususnya di bidang toleransi antar sesama manusia yang
berbudi pekerti luhur dan beragama, manusia-manusia baru sebagai penerus
bangsa harus dapat menghargai dan menghayati cita-cita bangsa Indonesia yang
sudah diperjuangkan pahlawan revolusi kita zaman pra kemerdekaan. Dan juga
sebagai cerminan masa depan bangsa dalam meningkatkan rasa persaudaraan dan
kekerabatan sesama bangsa Indonesia, menghargai privasi dan kegiatan umat lain

11
sehingga mencegah terjadinya intoleransi antar manusia dan umat beragama yang
justru membuat kacau dan hancur roda pemerintahan negara kita sendiri.

Makanya toleransi di kalangan mahasiswa ini sangatah penting dipelajari,


dikaji, serta diamalkan dalam diri mahasiswa sendiri guna memunculkan bibit
unggul perdamaian yang adil dan makmur di masa depan. Toleransi di kalangan
mahasiswa juga menjadi sarana masyarakat untuk meningkatkan rasa solidaritas
dalam bertoleransi antar masyarakat karena masyarakat meyakini mahasiswa
sebagai garda terdepan dalam perwujudan Indonesia yang damai dan intelektual,
serta bermoral dan beragama.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
“Terbinanya Insan Akademis Pencipta, Pengabdi Yang Bernafaskan Islam
dan Bertanggung Jawab Atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur Yang
DiRidhoi Allah SWT”. Mission merupakan hal yang hendak ditanamkan nilai-
nilainya dalam setaip kader organisasi, organisasi apaun itu maupun dalam
kehidupan sehari-hari.

Toleransi dalam pergaulan hidup antara umat beragama, yang didasarkan


kepada; setiap agama menjadi tanggung jawab pemeluk agama itu sendiri dan
mempunyai bentuk ibadat (ritual) dengan sistem dan cara tersendiri yang
ditaklifkan (dibebankan) serta menjadi tanggung jawab orang yang pemeluknya
atas dasar itu, maka toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama
bukanlah toleransi dalam masalah-masalah keagamaan, melainkan perwujudan
sikap keberagamaan pemeluk suatu agama dalam pergaulan hidup antara orang
yang seagama, dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum.

Adapun kaitannya dengan agama, pengertian toleransi beragama adalah


toleransi yang mencakup masalah-masalah keyakinan pada diri manusia yang
berhubungan dengan akidah atau yang berhubungan dengan ke-Tuhanan yang
diyakininya.

Pancasila adalah Anugerah Tuhan yang tidak terkira bagi bangsa yang
berpenduduk keempat terbesar di dunia ini. Tidaklah juga salah ketika para
pemimpin negara ini memutuskan untuk tidak menjadikan Indonesia sebagai
negara agama tertentu atau sebaliknya negara sekuler. Dengan demikian, konflik
antar umat beragama harus segera diakhiri karena tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip Pancasila. Penistaan terhadap agama apapun tidak dibenarkan di bumi kita
yang tercinta ini. Intoleransi dalam bentuk apapun harus dihapus apalagi

13
dikobarkan oleh ormas-ormas yang memakai agama sebagai alat menghalalkan
segala cara untuk mencapai tujuan.

Apalagi kita selaku masyarakat Indonesia yang bermartabat, maka kita


harus menjunjung tinggi Pancasila sebagai dasar negara bangsa Indonesia yang
dimana sila-silanya menghargai dan menghendaki toleransi antar sesama umat
beragama dan bermasyarakat. Dengan menghayati setiap sila dalam Pancasila,
maka pasti tidak akan ada yang namanya egoisme antar suku, ras dan agama serta
tidak akan terjadi konflik antar etnis dan agama yang dapat membahayakan
kehidupan bernegara dan keamanan nasional baik internal maupun eksternal.

Mahasiswa diajarkan untuk mengabdikan ilmu, moral dan tenaganya


kepada seluruh masyarakat. Mahasiswa juga diajarkan dan dibentuk untuk
memiliki ilmu sosial yang tinggi agar mereka sebagai generasi penerus bangsa
Indonesia dapat bermasyarakat yang baik, jujur, serta menghargai segala macam
perbedaan yang ada di sekitar mereka alias belajar bertoleransi antar umat.

Oleh karena itu khususnya di bidang toleransi antar sesama manusia yang
berbudi pekerti luhur dan beragama, manusia-manusia baru sebagai penerus
bangsa harus dapat menghargai dan menghayati cita-cita bangsa Indonesia yang
sudah diperjuangkan pahlawan revolusi kita zaman pra kemerdekaan. Dan juga
sebagai cerminan masa depan bangsa dalam meningkatkan rasa persaudaraan dan
kekerabatan sesama bangsa Indonesia, menghargai privasi dan kegiatan umat lain
sehingga mencegah terjadinya intoleransi antar manusia dan umat beragama yang
justru membuat kacau dan hancur roda pemerintahan negara kita sendiri.

Makanya toleransi di kalangan mahasiswa ini sangatah penting dipelajari,


dikaji, serta diamalkan dalam diri mahasiswa sendiri guna memunculkan bibit
unggul perdamaian yang adil dan makmur di masa depan. Toleransi di kalangan
mahasiswa juga menjadi sarana masyarakat untuk meningkatkan rasa solidaritas
dalam bertoleransi antar masyarakat karena masyarakat meyakini mahasiswa
sebagai garda terdepan dalam perwujudan Indonesia yang damai dan intelektual,
serta bermoral dan beragama.

14
3.2. Saran

Jadi kita sebagai umat beragama apalagi kita yang telah menjadi kader
HMI, kita harus mengerti dan benar-benar mempelajari tentang toleransi dan
harus mampu juga benar-benar menanggung jawab atas segala sesuatu yang
terjadi baik itu berbeda suku, ras, dan bahkan yang lebih fatal itu agama. Karena
perbedaan agama sangat banyak kita temui saling mencemeohkan satu sama lain.
Contohnya seperti dibakarnya gereja di Aceh Singkil oleh umat muslim.

Jadi peran kader HMI sangat besar disini, karena ini adalah hal yang tidak
di inginkan oleh negara kita yang mana yang telah di jelaskan dalam pancasila,
dan bahkan dalam Islam pun di ajarkan kita agar tidak mengganggu keyakinan
orang lain yang berbeda agama dengan kita selagi agama tersebut tidak
mengganggu kita.
Maka kita sebagai kader HMI perlu menjaga atas toleransi beragama di
negara kita yang kita banggakan ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Nizamuddin, Ilmu Alamiah Dasar (IAD), Ghalia Indonesia, Tahun 1991

_____Hartono Yudi dan Abdul Rozaqi, Agama dan Relasi Sosial, Yogyakarta,

Tahun 2002

Kahmad Dadang, Sosiologi Agama, Bandung, Tahun 2000

_____Salin, Pengembangan Materi Budi Pekerti. Denpasar: Dwi Jaya Mandiri.

Tahun 2009

Sri Suryati, Panduan Budi Pekerti. Denpasar: Dwi Jaya Mandiri. Tahun 2008

____Sunanto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Rajawali Press:

Jakarta. Tahun 2005

M. Echol, Jhon dan Hassan Shadily, An English-Indonesian Dictinary (Kamus

Inggris Indonesia). Cet. XXV; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Tahun

2003.

___Ma'luf, Luways, al-Munjid Fii al-Lughah wa al-A'lam. Cet. XXXIV; Beirut:

Dar al-Masyriq, Tahun 1994.

an-Nasa'i, Ahmad bin Ali bin Syuaib, Sunan an-Nasa'i. Cet. I; Riyadh, Makatah

al-Ma'arif, T.Th.

16
CURRICULUM VITAE

KOMISARIAT : FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

CABANG : BANDA ACEH

BADKO : ACEH

I. DATA PRIBADI

Nama Lengkap : AGUS JUNAIDI

Tempat/ Tanggal Lahir : Gunong Pulo, 16 Agustus 1995

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Desa Baek, Kec. Kajhu, Kab. Aceh Besar

17
Hand Phone : 0822 7730 6770

E-mail : amaagusz@gmail.com

Masuk HMI : Bulan Mei Tahun 2015

II. DATA TENTANG ORGANISASI

A. Pengalaman Organisasi di HMI


1. Jabatan : Depatermen Kemahasiswaan Periode : 2016-2017
2. Jabatan : Ketua Bidang PTKP Komisariat Periode: 2017- 2018

B. Pengalaman Organisasi di Luar HMI


1. Jabatan : Sekretaris Umum PDPII Aceh Barat Periode : 2013-2014
2. Jabatan : Ketua Bidang Humas HMPS HTN Periode : 2015-2016
3. Jabatan : Sekretaris Umum SEMA FSH Periode : 2016-2017
4. Jabatan : Ketua Bidang Infokom PDPT PII Periode : 2016-2017
5. Jabatan : Sekretaris Bidang LITBANG IPELMABAR Periode : 2016-2018
6. Jabatan : Ketua Bidang Pendidikan FORGEMMAL Periode : 2014-2016
7. Jabatan : Wakil Ketua Umum FORGEMMAL Periode : 2016-2018
8. Jabatan : Sekretaris III IPKW Periode : 2016-2018

III. DATA TENTANG KEILMUAN

A. Forum Ilmiah Yang Pernah Diikuti


1. Pelatihan Persidangan oleh HMI Fakultas Syariah dan Hukum UINAR.
2. Pelatihan Penyusunan Program Kerja HMI oleh HMI cabang Banda Aceh.
3. Seminar Nasional Lafran Pane oleh KAHMI ACEH.
4. Seminar Empat Pilar Oleh KOHATI Cabang Banda Aceh.
5. Pelatihan Kepemimpinan oleh IPELMABAR
6. Seminar Tata Tertib oleh SEMA FSH

18
7. Bedah Buku Acehnologi oleh HMPS HPI
8. Seminar Ketatanegaraan Yusril Mahendra oleh DEMA Universitar
9. Diskusi Pubik Tentang Qanun Jinayat Dalam Ketatanegaraan oleh HMPS HTN
10. Public Speaking oleh SEMA FHS
11. Dialog Pencegahan Radikalisme Di Kampus
12. Seminar Menakar Netralitas KIP Dalam Pemilukada 2017 oleh HMPS HTN

B. Karya Ilmiah/ Essay/ Opini Yang Pernah Dihasilkan

1. ……………………….……………………………………………………….

2. ………………………………………………………….…………………….

Banda Aceh, 25 Agustus 2017

(Agus Junaidi)

19

Anda mungkin juga menyukai