Anda di halaman 1dari 42

KERUKUNAN DAN TOLERANSI

BERAGAMA
Oleh: Sarjuni
Pendahuluan: • Agama bagi masyarakat Indonesia
Karakteristik Umat merupakan hal yang sangat pribadi,
Beragama di Indonesia
dan merupakan nilai tertinggi
dalam kehidupan.
• Secara makro masalah keagamaan
akan mempengaruhi pembentukan
pandangan dunia (worldview).
• Bagi sebagian besar mayarakat
Indonsia, agama masih menjadi
faktor sentimental, yang kadang
kala menjadi penghambat
terwujudnya persatuan bangsa.
FENOMENA DI MASYARAKAT

• Dia Petinju yang hebat


sayang agamanya Kristen
• Dia Atlet yang hebat
sayang agamanya Katolik, dll.
AGAMA

Pisau Bermata 2

FAKTOR

INTEGRASI DISINETEGRASI
BANGSA
BANGSA
Agama merupakan tema penting yang membangkitkan
perhatian serius terutama dalam masalah humanistik,
moral, etika dan estetika.

Berger (1994:16) : agama merupakan suatu sacred


canopy (tirai suci) yang melindungi manusia dari situasi
tanpa arti (meaningless)

Paul Tillich (1996:219) : agama berkaitan


dengan pertanyaan tentang ultimate concern
yang mempunyai tiga karakter yaitu:
unreserved commitment, supreme value and
inclusive perspective
AGAMA

Realitas
Realitas Teologis
Historis-Sosiologis

1. Beliefs 1. Practices
2. Teks-lisan atau tulisan-yang sakral
2. Prilaku yang bersumber
dan menjadi sumber rujukan bagi
pemeluk agama, seperti al-Qur’an langsung atau tidak langsung
dan Hadis untuk agama Islam. kepada Teks
Klaim Kebenaran Agama

Umat Islam menggunakan dalil “Inna ad-


dina ‘inda Allahi al-Islam”, Sesungguhnya
agama yang (diridhai) di sisi Allah
hanyalah Islam” (Q.3:19)

Nasrani Extra ecclessiam nulla salus (Dogma


Katholik) (Tidak ada keselamatan diluar
gereja) Extra Christos nulla salus (Dogma
Protestan) (Tidak ada keselamatan diluar
Kristen)
Tidak Ada Kerukunan Teologi

• Umat Islam maupun Kristiani telah


memiliki keyakinan teologis begitu
mendalam .
•Teologi agama-agama tidak mungkin bisa
disatukan (dirukunkan), sebagaimana
keinginan para pengikut paham
pluralisme agama.
•Biarkan teologi tetap pada wilyahnya
masing-masing.
Perlunya Teologi Kerukunan

1. Meskipun secara teologis tidak dapat disatukan (baca-


dirukunkan), namun setiap agama sejatinya memiliki
teologi kerukunan
2. Klaim atas kebenarnya agama, sebenarnya sah-sah saja,
bahkan itu yang seharusnya, sepanjang klaim tersebut
masih terjaga dalam wilayahnya masing-masing
3. Teologi agama-agama harus bisa menjelaskan alasan
teologisnya mengapa pemeluk agama harus rukun.
• Secara etimologi istilah ”kerukunan” berasal dari bahasa
Arab ”ruknun” yang berarti : ”tiang, dasar atau sila”. Jamak
dari ”ruknun” adalah ”arkan”. mengartikan dengan :”suatu
bangunan sederhana yang terdiri atas beberapa unsur”.
• Kerukunan merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas
berbagai unsur yang berlainan, dan setiap unsur tersebut
saling menguatkan.
• Pengertian ini senada dengan pemaknaan dalam ilmu fikih,
dimana rukun diartikan sebagai bagian yang tak terpisahkan
antara yang satu dengan yang lain.
22/10/2021
Kerukunan Hidup Beragama
Proses dan suasana kehidupan beragama dari
umat dan pemeluk agama yang plural secara
serasi dalam kehidupan bangsa, dimana agama-
agama yang berbeda dapat diamalkan
oleh pemeluknya tanpa berbenturan satu
dengan lain.
Beragama
• No Arabic equivalent. But usually the word ‫ التسامح‬is used to signify the term.
• Dalam bahasa Inggris, kata-kata ini mengandung arti kekuasaan yang kuat
untuk menahan perasaan secara sepihak terhadap orang-orang yang berbeda
dan kesabaran terhadap mereka.
• Bahasa Arab ikhtimal atau tasamukh yang artinya juga sikap lapang
dada, membiarkan. sikap pemurah, penderma dan gampangan” dari
kedua belah fihak atas dasar saling interaksi dan timbal-balik.
• Toleransi mengandung konsesi, yakni pemberian yang hanya didasarkan
kemurahan dan kebaikan hati dan bukan didasarkan pada hak.
• Toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan
menghormati prinsip orang lain, tanpa mengorbankan prinsip sendiri.
Beragama
Perwujudan kerukunan dan toleransi umat beragama
direalisasikan dengan ; pertama, bahwa tiap penganut
agama mengakui eksistensi agama-agama lain dan
menghormati segala hak azasi penganutnya. Kedua,
dalam pergaulan bermasyarakat, tiap golongan umat
beragama menekankan sikap saling mengerti,
menghormati, dan menghargai.
Tolernsi
Toleransi merupakan
prasyarat bagi kerukunan,
sedangkan kerukunan
tercermin dari kehidupan yang
toleran.
Islam Tentang Kerukunan
• AL Hujurat ayat 13 : “Hai Manusia kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang Perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling mengenal.........”
Ayat ini mengajarkan prinsip2 persaudaraan :
1. Manusia berasal dari 1 keturunan
2. Tinggi rendahnya martabat manusia tdk ditentukan
oleh ras, warna kulit, bahasa melainkan taqwanya.
3. Manusia yg terdiri dr macam2 suku, adat-istiadat,
bahasa, agama dan kepercayaan agar saling mengenal,
hidup berdampingan dg rukun dan damai.
Islam Tentang Kerukunan
• AL Kaafirun Ayat 6 : “bagimu agamamu
bagiku agamaku”.......
Ayat ini mengajarkan toleransi dan saling
menghormati antar pemeluk agama supaya
tercipta suasana yang rukun.
Insaniyah
• Persaudaraan sesama manusia disebut ukhuwah
insaniyah. Persaudaraan ini dilandasi oleh ajaran
bahwa semua umat manusia adalah makhluk
Allah. Perbedaan keyakinan dan agama juga
merupakan kebebasan pilihan yang diberikan
Allah. Hal ini harus dihargai dan dihormati.
Dalam Islam
• Zaman Rasulullah saw:
• Negara Islam pertama dan “pemerintahan madani
konstitusional” pertama, dengan landasan konstitusional
yang kemudian dikenal dengan “Piagam Madinah” atau
“Konstitusi Madinah”.
• Ketika kekuasaan negara Islam di bawah pimpinan
Rasulullah s.a.w. mulai meluas daerah wilayahnya, maka
negara ini menjadi lebih pluralistik sehingga mencakup
umat Kristen Arab dari Nejran, dan Majusi dari wilayah
timur Arabia.
Dalam Islam
• Rasulullah s.a.w. memberikan sunnah dan tauladan yang
mulia dalam menyatukan kelompok-kelompok agama yang
beragam: Yahudi, Kristen, dan Majusi, di bawah sistem
kemasyarakatan Islami yang modern, adil dan toleran
dengan persamaan hak dan kewajiban.
• Lebih dari itu, setiap kelompok agama diberi kebebasan
mengamalkan agama dan keyakinannya, dan diberikan
status “otonomi” untuk mengatur urusan kehidupan
kemasyarakatannya sesuai dengan konsep dan sistem yang
diyakini.
Dalam Islam
• Masa Khulafa’ al-Rashidin dan khilafah-khilafah
setelahnya:
• Dokumen-dokumen politis yang terpercaya dalam
sejarah Islam menunjukkan bahwa kebijakan yang
diterapkan oleh khulafa’ al-rashidin dan setelahnya
adalah STANDARD, semuanya mengikuti apa yang
diteladankan oleh Rasulullah s.a.w.
Dalam Islam
• Di luar kasus-kasus tertentu, tentu mainstream
sejarah panjang Islam adalah didominasi sikap
toleran, keterbukaan, kebebasan dan
menghormati perbedaan sebagimana adanya
tanpa upaya mengeliminasinya, atau
menegasikannya.
Di Indonesia
Indonesia “iis the lend where the a religion are good
neighbours” (negeri dimana agama-agama hidup
bertetangga dengan baik)
Sungguhpun negeri ini berhadapan dengan berbagai
persoalan dan kesulitan dengan masyarakat yang
beraneka, namun selalu bebas dari kebatilan umat
manusia yaitu sengketa agama”.
(Arnold Toynbee )
Ketidakrukunan
1. Sifat dari masing-masing agama yang mengandung
tugas dakwah atau missi
2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan
agamanya sendiri dan agama lain.
3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri,
sehingga kurang menghormati bahkan memandang
rendah agama lain.
Ketidakrukunan
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh
keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan
bermasyarakat.
5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain.
6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi
masalah perbedaan pendapat.
Lain
• Pernikahan beda agama
• Pendirian tempat ibadah
• Penyiaran agama
• Penodaan terhadap agama
• Kegiatan aliran sempalan
• Perayaan hari-hari besar agama
• Bantuan luar negeri
Strategis
1. Penguatan Pemahaman Pancasila sebagai Ideologi
Bangsa Indonesia (as a model of living togetherness)
2. Mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial.
3. Dialog antar agama
4. Mewujudkan Undag-Undang Tetang Kerukunan
Beragama
5. Pemahaman Keagamaan Moderat
of Wasaṭiyyah
• No extremism
• Permanent and change (‫)الثوابت والمتغيرات‬
• No compulsion }‫{ال إكراه في الدين‬
• No compromise on the fundamental matters
• Cooperation on non-fundamental matters
Kerukunan Beragama
• Pertama, adanya para pengambil kebijakan publik yang
adil dan mampu mengantisipasi dampak negatif yang akan
ditimbulkan oleh kebijakan publik tersebut terhadap
kerukunanberagama
• Kedua, adanya para pemimpin agama yang berwawasan
kebangsaan yang luas dan lebih mengedepankan agama
sebagai nilai daripada agama institusional.
• Ketiga, adanya masyarakat yang berpendidikan dan
bersikap rasional dalam menyikapi keragaman
keagamaandan perubahan sosial
Perat. Bersama Menteri
Dalam Negeri dan Agama
No: 9 dan 8 Th. 2006

Memelihara Keruk. UB Mrpk Fasilitasi Keruk Umat Berag.


tugas Bersama Umat Berag.
Pemda dan Pemerintah
Mengkoord. Inst. Pemrth

Gubernur Memelihara Keruk. Menumbuhkembangkan


Umat Beragama di Prov. Keharmonisan, saling
perngertian, slg menghormt,
slg percaya

Dibantu Kanwil Bina dan koord.


Kemenag Prov. Bupati/Walkot/Wakil dlm cipt.
Trantibmas kehid. beragama
PENDIRIAN RUMAH
IBADAH

1. Didsrkan keperluan Nyata & sungguh2 (komposisi jml duk di ds/Kel)


2. Ttp jaga keruk. Tdk ganggu Trantibum serta patuhi perat.
3. Jika keperluan tdk terpenuhi , pertimb. Komposisi duk batas wil
Kec/Kab/Prov.

Syarat Pend. Rumah


Ibadah

Penuhi Syarat Khusus


Penuhi Syarat Adm 1. Daftar Nama dan KTP Pengguna min 90 org
dan Teknis IMB 2. Simpatisan masy setempat min 60 org disyahkan
lurah/Kades
3. Rekom tertulis Kemenag & FKUB Kab/Kota
ARAHAN AL-QUR’AN TENTANG KERUKUNAN

• Menghargai dan menghormati


perbedaan
• Senantiasa menegakkan kebenaran dan
berbuat adil
• Memperkecil jurang perbedaan dan
memperbesar ruang persamaan.
• Keempat, menjalin kerja sama dengan kelompok atau umat lain
dalam rangka membangun kemaslahatan dan kesejahteraan
bersama.
Teori-teori Toleransi dan Kerukunan

1. Sinkritisme
2. Reconception
3. Conversion
4. Pluralisme Agama
5. Agree in Disagreement
• Sinkritisme adalah paham yang mengingkan dan berusaha untuk melebur berbagai
agama kepada satu totalitas dengan agama-agama yang ada sebagai madzhab atau
sekte dari agama totalitas tersebut. Karena paham ini beranggapan bahwa agama
memiliki dasar yang sama, sedang perbedaan antara satu dengan lainnya terletak
pada, bukan pada hakikat tetapi pada penafsiran hahikat agama. Kedua, ditentukan
oleh perbedaan geografis dan historis.Menurut teori ini kerukunan antar umat
beragama terwujud dengan sendirinya apabila agama totalitas tersebut terwujud.
• Teori ini lemah , Pertama, hakikat dan kebenaran suatu agama bukan didasarkan pada
pengamatan subjektif. Hakikat kebenaran agama adalah kebenaran Rabbaniyah yang
hanya dapat diterima dan dirasakan oleh pemeluk agama yang bersangkutan. Tidak
logis bila pemeluk agama mengakui bahwa agama yang tidak ia peluk adalah benar.
Kedua, menilik dasar dan keyakinan tiap agama, tidak ada alasan untuk mengatakan
bahwa semua agama sama, karena setiap agama memiliki dasar keyakinan yang
berbeda.

M. Rasjidi, Empat Kuliah Agama di Perguruan Tinggi, Bulan Bintang, Jakarta, 1984,
hlm. 31
• Teori ini bertujuan untuk mewujudkan satu
agama baru yang dapat menampung kebutuhan
semua manusia dengan cara mempelajari atau
meninjau kembali ajaran agama yang dianutnya
dalam rangka berhubungan dengan pemeluk
agama lain untuk mencari persamaan-
persamaan. Sehinga dengan demikian dapat
dipupuk suatu ikatan baru yang membetuk
humanisme universal.
• Umar Hasyim, op.cit., hlm. 265
• Teori ini menghendaki saling tukar agama
antara pemeluk agama yang satu dengan
yang lain. Menurut paham ini, setiap
penganut agama meyakini kebenaran
agama yang dianutnya, sedang agama
yang lain salah. Oleh karena itu untuk bisa
rukun mereka harus menukar agama
mereka dengan agama yang lain.
• Pluralisme Agama adalah suatu paham yang
mengajarkan bahwa semua agama adalah sama
dan karenanya kebenaran setiap agama adalah
relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama
tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya
saja yang benar sedangkan agama yang lain
salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa
semua pemeluk agama akan masuk dan hidup
dan berdampingan di surga.”
Transendentalisme versi Huston Smith

GOD

Esoteric

Exoteric

H B CT J C I ? ? ?
“All paths lead to the same summit”, S.H. Nasr.
Majlis Ulama Indonesia:
• Paham Sekularisme,
Pluralisme Agama, dan
Liberalisme,
bertentangan dengan
ajaran Islam, dan Umat
Islam haram mengikuti
paham-paham tersebut.
(Fatwa Majlis Ulama Indonesia, 29
Juli 2005)
‘Dominus Jesus’ (Dekrit Vatikan, 2001):
• Menolak paham Pluralisme
Agama, juga menegaskan
kembali bahwa Yesus Kristus
adalah satu-satunya
pengantara keselamatan Ilahi
dan tidak ada orang yang bisa
ke Bapa selain melalui Yesus.
(Frans Magnis Suseno, Menjadi
Saksi Kristus di Tengah
Masyarakat Majemuk, (Jakarta,
Penerbit Obor).
Pdt. Dr. Stevri Lumintang (Protestan):
‘’...Theologia abu-abu (Pluralisme)
yang kehadirannya seperti
serigala berbulu domba,
seolah-olah menawarkan
teologi yang sempurna, karena
itu teologi tersebut
mempersalahkan semua
rumusan Teologi Tradisional
yang selama ini dianut dan
sudah berakar dalam gereja.
Namun sesungguhnya
Pluralisme sedang
menawarkan agama baru...’’
(Theologia Abu-abu, (Malang:
Gandum Mas), hal. 18-19).
Sikap Hindu:
Bagavat Gita IV:11: “Jalan mana
pun yang ditempuh manusia ke
arah-Ku, semuanya Aku terima.”
Yang disebut “jalan” dalam Gita
adalah empat yoga yaitu Karma
Yoga, Jnana Yoga, Bhakti Yoga,
dan Raja Yoga. Semua yoga ini
ada dalam agama Hindu, dan
tidak ada dalam agama lain.
Agama Hindu menyediakan
banyak jalan, bukan hanya satu –
bagi pemeluknya, sesuai dengan
kemampuan dan
kecenderungannya. (Frank
Gaetano Morales dkk, Semua
Agama Tidak Sama, Media Hindu,
2006) hal. xxx.
• Teori ini mengandung pengertian bahwa semua
penganut agama setuju rukun dengan berprinsipkan
pada pemeliharaan eksistensi semua agama yang ada.
Tiap penganut agama harus meyakini bahwa agama yang
ia anut itulah agama yang benar, tetapi disamping itu ia
menghormati eksistensi agama-agama lain dengan segala
hak asasi pemeluknya, termasuk kebebasan untuk
mengekpresikan keyakinan agamanya tersebut.
Abdul Mukti Ali, Kuliah Agama Islam di Sekolah Staf dan Komando
Angkatan Undara, Lebang, Yogyakarta, Yayasan Nida, Yogyakarta,
1970, hlm. 24

Anda mungkin juga menyukai