BERAGAMA
Oleh: Sarjuni
Pendahuluan: • Agama bagi masyarakat Indonesia
Karakteristik Umat merupakan hal yang sangat pribadi,
Beragama di Indonesia
dan merupakan nilai tertinggi
dalam kehidupan.
• Secara makro masalah keagamaan
akan mempengaruhi pembentukan
pandangan dunia (worldview).
• Bagi sebagian besar mayarakat
Indonsia, agama masih menjadi
faktor sentimental, yang kadang
kala menjadi penghambat
terwujudnya persatuan bangsa.
FENOMENA DI MASYARAKAT
Pisau Bermata 2
FAKTOR
INTEGRASI DISINETEGRASI
BANGSA
BANGSA
Agama merupakan tema penting yang membangkitkan
perhatian serius terutama dalam masalah humanistik,
moral, etika dan estetika.
Realitas
Realitas Teologis
Historis-Sosiologis
1. Beliefs 1. Practices
2. Teks-lisan atau tulisan-yang sakral
2. Prilaku yang bersumber
dan menjadi sumber rujukan bagi
pemeluk agama, seperti al-Qur’an langsung atau tidak langsung
dan Hadis untuk agama Islam. kepada Teks
Klaim Kebenaran Agama
1. Sinkritisme
2. Reconception
3. Conversion
4. Pluralisme Agama
5. Agree in Disagreement
• Sinkritisme adalah paham yang mengingkan dan berusaha untuk melebur berbagai
agama kepada satu totalitas dengan agama-agama yang ada sebagai madzhab atau
sekte dari agama totalitas tersebut. Karena paham ini beranggapan bahwa agama
memiliki dasar yang sama, sedang perbedaan antara satu dengan lainnya terletak
pada, bukan pada hakikat tetapi pada penafsiran hahikat agama. Kedua, ditentukan
oleh perbedaan geografis dan historis.Menurut teori ini kerukunan antar umat
beragama terwujud dengan sendirinya apabila agama totalitas tersebut terwujud.
• Teori ini lemah , Pertama, hakikat dan kebenaran suatu agama bukan didasarkan pada
pengamatan subjektif. Hakikat kebenaran agama adalah kebenaran Rabbaniyah yang
hanya dapat diterima dan dirasakan oleh pemeluk agama yang bersangkutan. Tidak
logis bila pemeluk agama mengakui bahwa agama yang tidak ia peluk adalah benar.
Kedua, menilik dasar dan keyakinan tiap agama, tidak ada alasan untuk mengatakan
bahwa semua agama sama, karena setiap agama memiliki dasar keyakinan yang
berbeda.
M. Rasjidi, Empat Kuliah Agama di Perguruan Tinggi, Bulan Bintang, Jakarta, 1984,
hlm. 31
• Teori ini bertujuan untuk mewujudkan satu
agama baru yang dapat menampung kebutuhan
semua manusia dengan cara mempelajari atau
meninjau kembali ajaran agama yang dianutnya
dalam rangka berhubungan dengan pemeluk
agama lain untuk mencari persamaan-
persamaan. Sehinga dengan demikian dapat
dipupuk suatu ikatan baru yang membetuk
humanisme universal.
• Umar Hasyim, op.cit., hlm. 265
• Teori ini menghendaki saling tukar agama
antara pemeluk agama yang satu dengan
yang lain. Menurut paham ini, setiap
penganut agama meyakini kebenaran
agama yang dianutnya, sedang agama
yang lain salah. Oleh karena itu untuk bisa
rukun mereka harus menukar agama
mereka dengan agama yang lain.
• Pluralisme Agama adalah suatu paham yang
mengajarkan bahwa semua agama adalah sama
dan karenanya kebenaran setiap agama adalah
relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama
tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya
saja yang benar sedangkan agama yang lain
salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa
semua pemeluk agama akan masuk dan hidup
dan berdampingan di surga.”
Transendentalisme versi Huston Smith
GOD
Esoteric
Exoteric
H B CT J C I ? ? ?
“All paths lead to the same summit”, S.H. Nasr.
Majlis Ulama Indonesia:
• Paham Sekularisme,
Pluralisme Agama, dan
Liberalisme,
bertentangan dengan
ajaran Islam, dan Umat
Islam haram mengikuti
paham-paham tersebut.
(Fatwa Majlis Ulama Indonesia, 29
Juli 2005)
‘Dominus Jesus’ (Dekrit Vatikan, 2001):
• Menolak paham Pluralisme
Agama, juga menegaskan
kembali bahwa Yesus Kristus
adalah satu-satunya
pengantara keselamatan Ilahi
dan tidak ada orang yang bisa
ke Bapa selain melalui Yesus.
(Frans Magnis Suseno, Menjadi
Saksi Kristus di Tengah
Masyarakat Majemuk, (Jakarta,
Penerbit Obor).
Pdt. Dr. Stevri Lumintang (Protestan):
‘’...Theologia abu-abu (Pluralisme)
yang kehadirannya seperti
serigala berbulu domba,
seolah-olah menawarkan
teologi yang sempurna, karena
itu teologi tersebut
mempersalahkan semua
rumusan Teologi Tradisional
yang selama ini dianut dan
sudah berakar dalam gereja.
Namun sesungguhnya
Pluralisme sedang
menawarkan agama baru...’’
(Theologia Abu-abu, (Malang:
Gandum Mas), hal. 18-19).
Sikap Hindu:
Bagavat Gita IV:11: “Jalan mana
pun yang ditempuh manusia ke
arah-Ku, semuanya Aku terima.”
Yang disebut “jalan” dalam Gita
adalah empat yoga yaitu Karma
Yoga, Jnana Yoga, Bhakti Yoga,
dan Raja Yoga. Semua yoga ini
ada dalam agama Hindu, dan
tidak ada dalam agama lain.
Agama Hindu menyediakan
banyak jalan, bukan hanya satu –
bagi pemeluknya, sesuai dengan
kemampuan dan
kecenderungannya. (Frank
Gaetano Morales dkk, Semua
Agama Tidak Sama, Media Hindu,
2006) hal. xxx.
• Teori ini mengandung pengertian bahwa semua
penganut agama setuju rukun dengan berprinsipkan
pada pemeliharaan eksistensi semua agama yang ada.
Tiap penganut agama harus meyakini bahwa agama yang
ia anut itulah agama yang benar, tetapi disamping itu ia
menghormati eksistensi agama-agama lain dengan segala
hak asasi pemeluknya, termasuk kebebasan untuk
mengekpresikan keyakinan agamanya tersebut.
Abdul Mukti Ali, Kuliah Agama Islam di Sekolah Staf dan Komando
Angkatan Undara, Lebang, Yogyakarta, Yayasan Nida, Yogyakarta,
1970, hlm. 24