Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MODERASI BERAGAMA

Dosen Pengampu : Fathan Fihrisi, M.Pd.I


Disusun oleh :
KELOMPOK 5 KELAS 47
Armeilia Sabrina Putri Priyanto (221510501069)
Kanya Nur Shadrina (221710201035)
Ova Amelya (221510101068)
Rendy Bagus Prayoga (221710201062)
Thiskia Reva P.W. (221510501088)
Zulfazein Prasetya (221510601060)

UNIT PELAKSANAAN TEKNIS BIDANG STUDI MATA


KULIAH UMUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah konteks Moderasi Beragama ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang konteks Moderasi Beragama bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen ,yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang di tekuni.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu kami mengarapkan kritikan dan saran
yang membangun dari pembaca. Semoga laporan konteks Moderasi Beragama ini bisa
menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan
ilmu pengetahuan.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…….……………………………………………………………………...2

DAFTAR ISI.……………………………………………………………………………...……...3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...4

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………...4


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..4
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………………4

BAB II ISI………………………………………………………………………………………...5

2.1 Pengertian Moderasi Beragama…………………………………………………………….5

2.2 Konsep Non Muslim dalam Islam………………………………………………………….6

2.3 Interaksi antara Islam dan Non Islam……………………………………………………6-8

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………9

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………9

3.2 Saran………………………………………………………………………………………..9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...10

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia menjadi sorotan
penting. Indonesia merupakan negara dengan pendidikan Islam terbesar di dunia dan menjadi
target utama fasilitasi Islam. Moderasi adalah kata yang berasal dari kata “moderat” yang berarti
“tidak berlebihan”. Dalam bahasa Indonesia, kata tersebut kemudian beralih ke moderasi, yang
KBBI definisikan sebagai pengurangan atau penghindaran ekstrim dari kekerasan. Moderasi
adalah prinsip dasar Islam. Islam merupakan pemahaman keagamaan yang sangat relevan dalam
konteks keberagaman dalam segala aspek agama, adat, suku, dan bangsa itu sendiri. Di antara
berbagai jenis keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia, keragaman agama adalah yang paling
kuat dalam membentuk radikalisme Indonesia. Munculnya ekstremis yang semakin bersayap
didorong oleh berbagai faktor seperti kehidupan beragama, masuknya ekstremis dari luar negeri,
bahkan isu politik dan pemerintahan. Maka, di tengah hiruk pikuk isu radikalisme, muncul istilah
“moderasi beragama”.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa itu Moderasi Beragama?
2) Bagaimana konsep non muslim dalam islam?
3) Bagaimana interaksi antara islam dan non islam?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk mengetahui apa itu Moderasi Beragama
2) Untuk mengetahui konsep non muslim dalam islam
3) Untuk mengetahui interaksi antara islam dan non islam

4
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Moderasi Beragama


1. Moderasi

Secara Bahasa
a. Dalam bahasa Latin moderasi berasal dari kata Moderatio, yang berarti “sedang”.
Dalam KBBI kata moderasi memiliki dua arti, yaitu : 1. pengurangan kekerasan, dan
2. penghindaran keekstreman. Ketika kita mengatakan, "Orang ini moderat," yang
kita maksudkan adalah orang itu rasional, moderat, dan tidak ekstrem.
b. Dalam Bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah, yang
setara dengan tawassuth (tengah-tengah), i’tidal (adil), dan tawazun (keseimbangan).
Orang yang mengamalkan prinsip wasathiyah disebut wasith.
Secara Istilah
Moderasi adalah sikap dan cara pandang yang tidak berlebihan, tidak ekstrim, dan
tidak radikal (tatharruf). Hal ini didasarkan pada ayat 143 Q.S Al-Baqarah, di
mana disebutkan gagasan bahwa moderasi menjelaskan keunggulan umat Islam
atas orang lain. Al-Qur'an mengajarkan untuk menyeimbangkan kebutuhan
manusia akan spiritualitas atau kebutuhan batinnya akan kehadiran Tuhan dengan
kebutuhannya akan kebutuhan material.

2. Beragama

Secara Bahasa
Beragama berarti mengikuti atau menerima suatu agama.
Contoh: "Saya seorang Muslim dan dia adalah seorang Hindu".
Agama berarti beribadah, mengikuti agama, menjalani kehidupan yang baik
(menurut agama). Contoh seperti "Dia berasal dari latar belakang agama"
Beragama berarti menjadi sangat taat, senang, terpengaruh (kata-kata percakapan).
Contoh seperti "Kamu beragama dengan harta dan benda"

Secara Istilah
Beragama menyebarkan kedamaian dan menyebarkan cinta kepada semua orang, di
mana saja, setiap saat. Beragama seharusnya tidak menyeragamkan keragaman
tetapi memahaminya dengan penuh kearifan. Semoga harkat, martabat, dan
martabat kemanusiaan kita selalu terjamin dan terlindungi.
Oleh karena itu, moderasi agama adalah pandangan kami tentang agama moderat.
Artinya, memahami dan mengamalkan ajaran agama tanpa harus ekstrim kanan
maupun ekstrim kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech),
hingga perpecahan hubungan antara umat beragama, merupakan problem yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.

5
2.2 Konsep Non Muslim dalam Islam
Dalam konsep Islam terdapat prinsip hubungan antara manusia dengan Allah dan
hubungan manusia sesama manusia, selain itu juga adanya ajaran hubungan
keseimbangan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya. Hubungan manusia
sesama manusia dapat dilihat pada sisi keberagamaan yang dimana harus
berlandaskan prinsip Al-Musyawarah atau kesetaraan. Pada ajaran Islam membina
hubungan yang baik ini terdapat dalam QS. Al-Hujuraat ayat 10 yang mana
diharuskan untuk saling hidup damai. Islam itu sendiri tidak menganggap agama
lain itu sama tapi Islam memperlakukan selain agamanya itu sama dengan tidak
mendiskriminasi agama yang lain. Konsep yang dimaksudkan ini adalah konsep
tasamuh (toleransi). Hidup damai ini dapat diwujudkan melalui konsep toleransi
yang berlandaskan terhadap Al Quran dan hadis. Dari keduanya disimpulkan
menjadi tiga konsep dasar toleransi, yaitu kebebasan beragama (al-hurriyah al-
diniyyah), kemanusiaan (al-insaniyyah), dan moderatisme (al-washatiyyah).
Toleransi beragama tidak dapat terwujud secara tiba tiba, terdapat beberapa faktor
yang menunjang terwujudnya toleransi beragama. Banyak pihak yang berperan
dalam mewujudkan situasi toleran yang damai ini yaitu tokoh agama, pemerintah,
dan seluruh masyarakat. Pentingnya tokoh agama yang memiliki pemahaman
keagamaan yang moderat, dengan menerima perbedaan antar agama lain supaya
dapat menjadi tiang pedoman bagi masyarakat agar tidak mudah terprofokasi.
Serta pentingnya pemerintah menjadi peran sosial mewujudkan kehidupan yang
toleran dengan kebijakannya menjamin kebebasan beragama dan menindak
oknum pelaku anarkis dan terorisme. Sebagai contoh moderasi Islam di Indonesia
yang menerapkan konsep tersebut dipastikan sudah saling toleransi antar agama,
yang mana beragam agama di Indonesia sudah hidup berdampingan saling
menjaga kerukunan dan menjaga kestabilan antar umat beragama.

2.3 Interaksi antara Islam dan Non Islam


Dalam kehidupan bermasyarakat pasti ada proses interaksi yang terjadi antar umat
beragama. Interaksi tersebut disebabkan karena masyarakat Indonesia hidup saling
berdampingan satu sama lain. Terjadinya interaksi antar umat beragama didorong
oleh adanya rasa saling menghargai dan saling menerima perbedaan keyakinan
dalam beragama. Hal itu juga disebabkan oleh rasa ketergantungan, yang
merupakan interpretasi manusia sebagai makhluk sosial. Interaksi antar umat
islam dan non islam juga terjadi karena kuatnya rasa kekeluargaan dalam
masyarakat yang sudah tertanam dalam waktu lama, yaitu sejak zaman
perjuangan. Dapat diketahui bahwa rakyat Indonesia mayoritas beragama Islam.
Dikutip dari databoks.katadata, sebanyak 86,93% penduduk Indonesia beragama
islam. Dan sisanya menganut agama lain selain islam. Dilain dengan adanya rasa

6
toleransi antar umat beragama, Interaksi juga dapat terjadi dalam masyarakat dan
didasari oleh beberapa faktor pendorong,antara lain:

1. Faktor Imitasi
Faktor yang artinya meniru sesuatu hal yang dilakukan orang lain saat

melakukan kegiatan,misal dalam kegiatan menjenguk orang melahirkan dan


semua warga ikut dalam rombongan menjenguk orang melahirkan tersebut. Hal
ini pada dalamnya dapat terjadi suatu interaksi antar warga yang memiliki
perbedaan agama di dalam suatu forum pembahasan tanpa adanya memandang
agama.

2. Faktor Sugesti
Faktor yang memberikan pandangan terhadap sesuatu hal kepada orang lain.
Seperti ajakan dari tetangga yang mebuat warga lain tertarik dengan ajakannya
untuk melakukan kegiatan bermasyarakat.
3. Faktor Identifikasi
Faktor yang maksudnya menyamakan dirinya dengan orang lain.
Seperti menidentifikasi tatanan masyarakat,sehingga kesadaran warga atas peran
dan fungsinya dalam kegiatan masyarakat bahwa mereka memiliki kedudukan
yang sama dalam suatu kegiatan.
4. Faktor Simpati
Faktor yang muncul rasa simpati terhadap orang lain.

Faktor pendorong tersebut memang berpengaruh positif terhadap Interaksi antar


umat beragama. Namun, interaksi dapat terhambat arena beberapa faktor
penghambat antara lain:

1) Individualisme antara masyarakat

Dalam interaksi, sifat individualisme dapat menghambat terjadinya


proses interaksi antar umat beragama yang biasanya dikarenakan lebih
mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan masyarakat.
Walaupun tidak semua warga bersifat individual, tetapi jika ada satu atau dua
orang yang bersifat individual maka proses terjadinya interaksi sedikit
terhambat. Contohnya, seperti salah satu atau dua warga tidak melakukan

7
takziyah orang meinggal padahal mereka menganggur dirumah dan pastinya
interaksi tidak akan maksimal terjadi.

2) Adanya Konflik

Dengan adanya konflik atau perselisihan antar masyarakat juga


dapat menghambat terjadinya interaksi yang tejadi. Hal ini biasanya terjadi
karena perbedaan karakter antar masyarakat. Seperti pada permasalahan rumah
tangga yang biasanya tejadi karena suatu mkesalahan kecil yang menjadi konflik
antar tetangga.

A. Moderasi adalah
B. prinsip dasar Islam. Islam
moderat merupakan
pemahaman keagamaan yang
sangat relevan
C. dalam konteks
keberagaman dalam segala
aspek, baik agama, adat,
suku, maupun bangsa itu
D. sendiri.
E. Moderasi adalah
8
F. prinsip dasar Islam. Islam
moderat merupakan
pemahaman keagamaan yang
sangat relevan
G. dalam konteks
keberagaman dalam segala
aspek, baik agama, adat,
suku, maupun bangsa itu
H. sendiri.
I. Moderasi adalah
J. prinsip dasar Islam. Islam
moderat merupakan
pemahaman keagamaan yang
sangat relevan
K. dalam konteks
keberagaman dalam segala
9
aspek, baik agama, adat,
suku, maupun bangsa itu
L. sendiri.

BAB III
PENUTUP
10
3.1 KESIMPULAN
Moderasi beragama adalah proses pemahaman, mengambil sikap dan
mengamalkan ajaran agama sebuah pusat berdasarkan keseimbangan dan keadilan.
Moderasi beragama juga merupakan proses pemahaman. Menjalankan ajaran agama
secara adil dan tidak memihak. Moderasi juga merupakan ajaran utama Islam. Islam
moderat merupakan paham keagamaan yang relevan dalam konteks keberagaman
dalam
segala aspek, baik agama, adat istiadat, suku, maupun bangsa itu sendiri. Dan pada
bab ini penulis menyimpulkan hasil rumusan masalah sebelumnya, yaitu :
1. Konsep moderasi beragama dalam Alqur’an Surah Al-Baqarah ayat 143 disebut
dengan al-wasathiyyah. Kata itu ditafsirkan bersama oleh Syekh Nawawi al-Bantani
dengan orang-orang pilihan baik dengan ilmu atau amalnya.
2. Konsep moderasi beragama dalam Alqur’an di Surah An Nahl ayat 90 adalah adil.
Yang dimana adil menurut Syekh Nawawi Al Bantani yaitu berada di tengah-tengah
dalam segala urusan. Keadilan adalah inti dari semua kebajikan.
3. Konsep moderasi beragama yang perlu diajarkan yaitu toleransi. Sikap ini adalah
bentuk hasil berlatih moderasi.
3.2 SARAN
Implikasi dari penelitian ini adalah upaya perbaikan. Menyadari pentingnya
persaudaraan dan mengembangkan spiritualitas Islam melalui tradisi akademik dan
dengan demikian menciptakan kepribadian yang seimbang. Tentu saja, studi ini jauh dari
sempurna mengingat cakupan dan isinya begitu luas sehingga tidak dapat dijangkau
penulis.

DAFTAR PUSTAKA
11
Gunawan, S. (2021). Kerukunan antar Umat Beragama (Studi tentang Interaksi Sosial Muslim
dan Non Muslim di Desa Tanjungrejo Kec. Jekulo Kab. Kudus) (Doctoral dissertation, IAIN
KUDUS).
Fahri, M., & Zainuri, A. (2019). Moderasi Beragama di Indonesia. Intizar, 25(2), 95-100.
Tabrani, Z. A., & Walidin, W. (2017). Hak-Hak Non Muslim dalam Pemerintahan: Konsep Dien
wa Ni’mah dan Pluralisme Agama di Indonesia. Al-Ijtimai: International Journal of Government
and Social Science, 3(1), 15-28.
Rosyidi, M. F. A. A. M. (2019). Konsep Toleransi dalam Islam dan Implementasinya di
Masyarakat Indonesia. Madaniyah, 9(2), 277-296.

12

Anda mungkin juga menyukai