Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MODERASI BERAGAMA DALAM BINGKAI BHINEKA TUNGGAL IKA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pancasila

Dosen Pengampu: Dr. H. Ilham Thohari, SH, M. HI

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. Safira Auralita (23201086)


2. Miko Sulistyo (23201106)
3. Diana Ayu R (23201110)
4. M Wildy Fatoni (23201104)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2024

i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala kenikmatan dan karunia-
nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Moderasi Beragama Dalam
Bingkai Bhineka Tunggal Ika”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari jalan kegelepan
menuju jalan yang terang benderang yakni agama Islam.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Kewarganegaraan” yang
dibimbing oleh Dr. Ilham Thobari,, M. HI. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi penulis dan juga bagi para pembaca. Melalui makalah ini,
diharapkan pembaca bisa mendapatkan tambahan ilmu baru. Setelah berhasil menyelesaikan
makalah ini, kami berharap dapat memberikan manfaat bagi orang lain.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa banyak kekurangan, penulis
mengharapkan teguran, kritik, dan saran yang sifatnya membangun, untuk dapat lebih
sempurnanya pembuatan makalah dalam masa mendatang. Kami berharap dengan adanya
makalah ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya dalam mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Kediri, 20 Februari 2024


Penyusun,

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 2
BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
A. Moderasi Beragama ............................................................................................................. 3
B. Pilar-Pilar Moderasi Beragama ............................................................................................ 5
C. Implementasi Beragama Di Indonesia ............................................................................... 11
BAB III ......................................................................................................................................... 12
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah rumah bagi ratusan suku dan subsuku dengan identitas bahasa dan
budaya yang beragam. Terlepas dari keragaman suku yang unik, masyarakat Indonesia masih
menganut agama yang berbeda hingga saat ini. Negara mengakui enam agama: Islam, Katolik,
Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu, serta memperbolehkan agama lain hidup bebas
selama masih relevan dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.Menurut
tim Lemhanas, realitas keragaman ras dan agama iniharus menjadi berkah untuk diapresiasi
sebagai salah satu aset bangsa (Sefriyono, 2015)1.

Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, suatu hal yang
penting. Indonesia memiliki populasi Muslim terbesar di dunia dan merupakan target utama
kelompok Islam moderat. Moderasi adalah prinsip dasar Islam. Islam moderat merupakan
paham keagamaan yang sangat penting dalam konteks keberagaman dalam segala aspek: agama,
adat istiadat, suku, dan bangsa itu sendiri. Di antara berbagai jenis keberagaman yang dimiliki
Indonesia, keberagaman agama menjadi penyebab terbesar munculnya radikalisme di Indonesia.
Munculnya kelompok ekstremis yang terus menebar pengaruhnya disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain sensitivitas kehidupan beragama, masuknya ekstremis dari luar negeri, hingga
persoalan politik dan pemerintahan. Di tengah ramainya persoalan radikalisme, muncul istilah
“moderasi beragama”.

Islam dan umat Islam saat ini menghadapi setidaknya dua tantangan. Pertama, sebagian
umat Islam bersikap ekstrem dan kaku dalam memahami teks agama dan cenderung
menggunakan kekerasan dan paksaan untuk memperkenalkan metode ini ke dalam masyarakat
Islam. Kedua, tren lainnya juga ekstrem. Ini adalah pelonggaran agama dan ketundukan terhadap
tindakan dan gagasan negatif yang datang dari budaya dan peradaban lain. Dalam melakukan
hal ini, mereka mengambil sumber dari teks-teks keagamaan seperti Al-Qur'an, hadits, dan

1
Sefriyono, S. (2015). MALAKOK: Model Menegosiasikan Keragaman bagi Etnis Nias-Kristen dan
Minangkabau-Islam di Kabupaten Padang Pariaman. Turast: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian, 3(2), 199–212.

1
karya-karya ulama klasik, yang meskipun bersifat tekstual dan dipahami secara independen dari
konteks sejarah, namun memberikan landasan dan kerangka berpikir. Kesetaraan beragama
yakni umat beragama setara sebagai warga negara, tidak ada warga negara kelas dua hanya
karena beda agama atau beda organisasi keagamaan yang dimana di dalam moderasi beragama
memuat kebaikan dan kebenaran di luar agama atau kelompok sendiri (Rusydi, 2020) 2.

Menurut KBBI, moderasi berarti mengurangi kekerasan, dan moderasi adalah


pendekatan hidup yang mengedepankan sikap toleran, jalan tengah antara dua paham yang
bertolak belakang agar tidak mendominasi sikap dan sifat yang dianut. Sejalan dengan argumen
di atas, Kementerian Agama menawarkan empat indikator moderasi beragama. Hal ini
mencakup: (a) komitmen nasional yang dicapai dengan mengutamakan NKRI, (b) toleransi antar
sesama atau antar agama, (c) anti kekerasan terhadap semua orang, dan terhadap masyarakat
lokal, (d) menjaga kelestarian budaya lokal Indonesia. Keempat indikator tersebut dianggap
sebagai tolok ukur keberhasilan moderasi beragama di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas dan agar pembahasan
masalah sesuai dengan tujuan dan manfaat penulisan yang dicapai maka penulis membuat
perumusan sebagai berikut:

a. Apa pengertian moderasi secara umum dan moderasi beragama?


b. Apa saja pilar-pilar moderasi beragama?
c. Bagaimana implementasi moderasi beragama di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui apa pengertian moderasi secara umum dan pengertian moderasi
beragama.

b. Mengetahui apa saja pilar-pilar moderasi beragama.

c. Mengetahui bagaimana implementasi moderasi agama di Indonesia.

2
Rusydi, R. (2020, November 3). Moderasi Beragama Kunci Wujudkan Kerukunan Antar Umat Beragama
Moderasi Beragama Kunci Wujudkan Kerukunan Antar Umat Beragama. Nasional Kementrian Republik Indonesia.
https://kemenag.go.id/berita/read/514511/opini

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Moderasi Beragama
Moderasi adalah sebuah kata yang diambil dari kata moderat. Kata moderasi
berasal dari bahasa latin moderatio yang memiliki arti kesedangan (tidak berlebih dan
juga tidak kurang). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, moderasi mempunyai dua arti.
Yang pertama adalah mengurangi kekerasan dan yang kedua adalah menghindari hal-hal
ekstrem. Dalam bahasa Inggris, kata moderat sering digunakan untuk mengartikan “rata-
rata”, “inti”, “standar”, atau “adil”3. Moderasi juga dapat disamakan dengan konsep
wasath dalam Islam. Menurut Yusuf al-Qardhawi, wasathiyah (moderat) merupakan salah
satu karakteristik yang tidak dimiliki ideologi lain. Moderasi di dalam Islam dikenal
dengan istilah wasathiyyah.

Kata moderasi merupakan kata pinjaman dari bahasa Latin “moderasi” dan tidak
berarti kekurangan, juga tidak berarti kelebihan. Dalam kaitannya dengan agama,
moderasi dalam bahasa Arab dipahami sebagai wasat atau wasatiya, dan pelakunya
disebut wasit. Kata wasit sendiri mempunyai beberapa arti antara lain Penengah, pelantara,
dan pelerai.4 Dan ketika kata moderasi disandingkan dengan kata religi, maka menjadi
moderasi beragama. Istilah tersebut mengacu pada sikap yang bertujuan untuk
mengurangi kekerasan atau menghindari tindakan ekstrem dalam praktik keagamaan.
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keberagaman suku dan agama. Oleh
karena itu, sangat penting untuk menerapkan moderasi beragama di Indonesia.

Moderasi adalah sikap atau pandangan yang tidak berlebihan, ekstrem, atau
radikal (tatharruf). Berdasarkan Q.s.al-Baqarah: 143,

‫ش ِه ْيدًا َو َما َج َع ْلنَا‬


َ ‫علَ ْيكُ ْم‬ َ ‫طا ِلتَكُ ْونُ ْوا شُ َهدَ ۤا َء‬
ِ َّ‫علَى الن‬
َّ َ‫اس َويَكُ ْون‬
َ ‫الرسُ ْو ُل‬ َ ‫َوك َٰذلِكَ َج َع ْل ٰنكُ ْم ا ُ َّمةً َّو‬
ً ‫س‬

3
Wildani Hefni, “Moderasi Beragama Dalam Ruang Digital: Studi Pengarusutamaan Moderasi Beragama Di
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri,” Jurnal Bimas Islam 13, no. 1 (2020): 1–22,
https://doi.org/10.37302/jbi.v13i1.182
4
Mustaqim Hasan, ‘Prinsip Moderasi Beragama Dalam Kehidupan Berbangsa’, Jurnal Mubtadiin, 7.2 (2021),
111–23 <https://journal.an-nur.ac.id/index.php/mubtadii>.

3
َ‫علَى الَّ ِذيْن‬ َ ‫ع ٰلى‬
َ ‫ع ِقبَ ْي ِه َوا ِْن كَانَتْ لَ َكبِي َْرة ً ا ََِّّل‬ َ َ‫ا ْل ِق ْبلَةَ الَّتِ ْي كُ ْنت‬
َّ ‫علَ ْي َها ٓ ا ََِّّل ِلنَ ْعلَ َم َم ْن يَّتَّبِ ُع‬
َ ُ‫الرسُ ْو َل مِ َّم ْن يَّ ْنقَلِب‬
‫۝‬ ٌ ‫اس لَ َر ُء ْو‬
١٤٣ ‫ف َّرحِ ْي ٌم‬ َ ٰ ‫ُض ْي َع اِ ْي َمانَكُ ْم ا َِّن‬
ِ َّ‫ّللا بِالن‬ ٰ َ‫ّللاُ َو َما َكان‬
ِ ‫ّللاُ ِلي‬ ٰ ‫َهدَى‬

Artinya: Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat
pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi
Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat
(Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui
(dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang.
Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

Di sini kita mengacu pada pemahaman bahwa moderasi menjelaskan keunggulan


umat Islam dibandingkan dengan masyarakat lain. Dalam hal apa saja? Al-Qur'an
mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan manusia akan sisi spiritualitas atau tuntutan
batin akan kehadiran Tuhan, juga menyeimbangkan tuntutan manusia akan kebutuhan
materi. Moderasi adalah sinergi antara keadilan dan kebaikan. Inti pesan ini diambil dari
penjelasan para penafsir al-Qur'an terhadap ungkapan ummatan wasathan. Menurut
mereka, maksud ungkapan ini adalah bahwa umat Islam adalah orang-orang yang mampu
berlaku adil dan merupakan orang yang berperilaku baik.

Agama menyebarkan kedamaian dan cinta kepada semua orang, kapan saja, di
mana saja. Agama tidak bertujuan untuk menyeragamkan keberagaman, namun lebih
kepada memahami keberagaman dengan hikmah yang sempurna. Agama ada dalam diri
kita dan harkat, martabat, dan martabat kemanusiaan kita selalu terjamin dan dilindungi.
Oleh karena itu, agama tidak boleh dijadikan alat untuk mengingkari, merendahkan, atau
mengucilkan satu sama lain. Marilah kita menyebarkan perdamaian kepada siapa pun, di
mana pun, dan kapan pun. Agama artinya penjaga, penjaga hati, penjaga perbuatan,
penjaga seluruh negeri, penjaga alam semesta. Jadi moderasi beragama adalah pandangan
moderat terhadap agama kita, yaitu memahami dan mengamalkan ajaran agama tanpa
bersikap ekstrem, baik sayap kanan maupun kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran
kebencian, dan rusaknya hubungan antar umat beragama menjadi permasalahan yang
dihadapi negara Indonesia saat ini.

4
B. Pilar-Pilar Moderasi Beragama
Terdapat pilar moderasi beragama yang dijadikan sebagai landasan kuat adalah
empat hal, yaitu: 1) komitmen kebangsaan; 2) toleransi; 3) antikekerasan; dan 4)
akomodatif terhadap kebudayaan lokal. Keempat indikator ini dapat digunakan untuk
mengenali seberapa kuat moderasi beragama yang dipraktikkan oleh seseorang di
Indonesia, dan seberapa besar kerentanan yang dimiliki. Kerentanan tersebut perlu
dikenali supaya kita bisa menemukenali dan mengambil langkah-langkah yang tepat
untuk melakukan penguatan moderasi beragama (RI, 2019).5

1. Komitmen nasional

Komitmen nasional adalah sejauh mana pandangan, sikap, dan praktik


keagamaan individu mempengaruhi kesetiaannya terhadap konsensus dasar
nasional, terutama dalam konteks penerimaan Pancasila sebagai ideologi
nasional dan sikap Pancasila terhadap ideologi tersebut indikator untuk
diketahui. Tantangannya tidak sesuai dengan Pancasila dan nasionalisme.
Sebagaimana disampaikan oleh mantan Menteri Agama, Lukman Hakim
Saifuddin, dalam perspektif moderasi beragama, mengamalkan ajaran agama
sama dengan menjalankan kewajiban sebagai warga negara dan menunaikan
kewajiban sebagai warga negara adalah wujud pengamalan ajaran agama (RI,
2019).6

2. Toleransi

Kata toleransi dikenal dengan nama tasam dalam bahasa Arab yang berarti
memaafkan, tenggang rasa, dan membuka tangan. Toleransi merupakan sikap
yang sangat diperlukan dalam masyarakat untuk menciptakan perdamaian
dalam kehidupan. Oleh karena itu, toleransi ini harus dipahami sebagai batas
pengukuran penjumlahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.
Dengan adanya toleransi, maka akan tercipta kehidupan yang tenang,
tenteram, dan damai, serta rasa kasih sayang terhadap kekeluargaan dan kasih

5
RI, T. P. K. (2019). Moderasi Beragama. Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.
6
RI, T. P. K. (2019). Moderasi Beragama. Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

5
sayang sesama manusia. Oleh karena itu, toleransi ini perlu ditanamkan pada
setiap orang (Wahida, 2019).7

3. Anti Kekerasan

Kekerasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seringkali


diasosiasikan atas nama agama. Kekerasan seringkali muncul dari
kesalahpahaman belaka, namun selalu kembali mengatasnamakan agama
untuk mendapatkan perlindungan dan akhirnya saling mengalahkan. Hal ini
mengacu pada radikalisme yang menggunakan tindakan kekerasan atau
ekstrem, seperti kekerasan verbal, fisik, dan psikologis, atas nama agama,
sehingga berupaya mengubah sistem sosial dan politik. Lebih lanjut,
radikalisme pada dasarnya tidak dikaitkan dengan agama tertentu dan dapat
diterapkan pada semua agama. Apapun alasannya umat beragama harus
menghindari kekerasan, sebab itu moderasi beragama harus mendorong setiap
umat beragama untuk menghindari kekerasan atau mengedepankan sikap anti
kekerasan (RI, 2019).8

4. Akomodatif Terhadap Agama Lokal

Dalam ajaran agama islam akomodasi budaya lokal merupakan sikap yang
mencerminkan sebuah kemampuan dan kemauan Muslim Indonesia dalam
menyerap budaya lokal yang ada di Indonesia yang mana isinya merupakan
ajaran dari agama islam. Sedangkan menengok praktik akomodasi budaya
lokal yang diterapkan oleh Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung
Semarang dalam Konser Interreligius di dalam streaming youtube nampak
terlihat pada pakaian yang dikenakan oleh pengisi acara yakni pakaian Host,
pakaian narasumber (Fr.Andung dan Nurul Khorina), pakaian Qori’ pembaca
do’a dan pakaian yang dikenakan oleh Grup Hadroh IPNU/IPPNU
Gondokusuman Yogyakarta dengan menggunakan batik sebagai simbol
kearifan budaya Indonesia. Selain itu, penampilan Hadroh dengan

7
Wahida, N. (2019). Pesan Toleransi dalam Film Animasi Religi Produksi Center For Study Of Islam And Social
transformation (CISFORM). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
8
RI, T. P. K. (2019). Moderasi Beragama. Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.

6
membawakan shalawat Nabi yang dikreasi sedemikain rupa mengiringi
Konser Interreligius:Indonesia Kuat! Serta Keroncong Tuna Asmara di setiap
segmen membuktikan bahwa agama Indonesia sangat kaya dengan budaya
lokal. Walaupun terlihat adanya akomodatif terhadap budaya lokal di media
Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Semarang, akan tetapi tidak
banyak ditemukan dalam media tersebut. Sehingga perlu ditingkatkan kembali
agar sesuai dengan indikator dalam moderasi beragama semakin maksimal.

Moderasi beragama di Indonesia juga memiliki karakteristik, sebagaimana yang


dikemukakan oleh Masdar Hilmy yang dikutip oleh Kurnia Muhajarah, yaitu :

a. Ideologi tanpa kekerasan dalam menyebarkan Islam

b. Mengadopsi cara hidup modern dengan semua turunannya, termasuk Sains


dan teknologi, demokrasi, hak asasi manusia dan sejenisnya
c. Penggunaan cara berfikir rasional
d. Pendekatan kontekstual dalam memahami Islam
e. Penggunaan ijtihad (kerja intelektual) untuk membuat opini hukum jika tidak
ada justifikasi eksplisit dari al-Qur'an dan Hadis). Lima karakteristik bisa
dielaborasi menjadi beberapa karakteristik yang lain seperti toleransi, harmoni
dan kerjasama antar kelompok agama.
Menurut Quraish Shihab terdapat tiga pilar penting dalam moderasi yaitu prinsip
keadilan, keseimbangan, dan toleransi.
Pertama, Prinsip keadilan memiliki posisi yang sangat penting dan utama dalam
kaitannya dengan beberapa makna lainnya. Secara linguistik, keadilan lebih dikenal
dengan istilah i'tidāl yang artinya lurus dan tegas, yaitu. menempatkan segala sesuatu pada
tempatnya dan memenuhi hak dan kewajiban secara proporsional. I'tidāl merupakan bagian
dari penerapan keadilan dan etika pada setiap umat Islam, atas dasar itulah kata keadilan
tidak lepas dari arti “setara”, yaitu persamaan hak. Dalam hal ini kesetaraan mendidik
seseorang untuk tidak cenderung memihak pada orang lain. Prinsip keseimbangan dapat
diartikan “tidak ada kekurangan dan tidak ada kelebihan”, namun pada saat yang sama,
prinsip ini tidak dapat dirumuskan sebagai suatu sikap menghindari situasi sulit atau
menghindari tanggung jawab. Keadilan yang diperintahkan Islam harus dipenuhi oleh

7
Allah secara adil, yaitu adil dan seimbang dalam segala bidang kehidupan, dengan
menunjukkan perilaku ihsan. Keadilan berarti mencapai persamaan dan keseimbangan hak
dan kewajiban. Hak asasi tidak boleh dikurangi karena disebabkan adanyakewajiban.
Tanpa mengusung keadilan, nilai-nilai agamaterasa kering dan tiada bermakna, karena
keadilan menyentuhhajat hidup orang banyak. 9 Moderasi harus senantiasa mendorong
upaya untukmewujudkan keadilan sosial yang dalam agama dikenal denganal-mashlahah
al-‘āmmah. Dengan berdasar pada al-mashlahahal-‘āmmah, fondasi kebijakan publik akan
membawaesensi agama di ruang publik. Setiap pemimpin mempunyaitanggung jawab
untuk menerjemahkannya dalam kehidupannyata untuk kepentingan publik. 10
Kedua, prinsip keseimbangan (tawāzun), yaitu pemahaman dan pengamalan agama
secara seimbang yang meliputisemua aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrowi,
tegas dalam menyatakan prinsip yang dapat membedakan antara inhirāf (penyimpanan),
dan ikhtilāf (perbedaan). Tawāzun juga memiliki pengertian memberi sesuatu
akanhaknya, tanpa ada penambahan dan pengurangan. Tawāzun, karena merupakan
kemampuan sikap seorang individu untuk menyeimbangkan kehidupannya, maka ia
sangat pentingdalam kehidupan seseorang individu sebagai muslim. Sebagai manusia,
dan sebagai anggota masyarakat. Melalui sikap tawāzun, seorang muslim akan mampu
meraih kebahagiaanbatin yang hakiki dalam bentuk ketenangan jiwa danketenanganlahir
dalam bentuk kestabilan dan ketenangandalam aktivitas hidup. Dalam Al-Quran konsep
tawāzun inidijelaskan dalam surat al-Hadid ayat 25:
‫اس ِبا ْل ِقس ِْۚطِ َواَ ْنزَ ْلنَا ا ْل َح ِد ْي َد فِ ْي ِه‬
ُ َّ‫ب َوا ْلمِ يْزَ انَ ِل َيقُ ْو َم الن‬َ ‫ت َواَ ْنزَ ْلنَا َم َع ُه ُم ا ْل ِك ٰت‬ِ ‫سلَنَا ِبا ْل َب ِي ٰن‬
ُ ‫س ْلنَا ُر‬
َ ‫لَقَدْ اَ ْر‬

‫۝‬٢ ‫ع ِزي ٌْز‬ َ ‫ي‬ ٌّ ‫ّللا قَ ِو‬
َ ٰ ‫ب ا َِّن‬ ِ ‫سلَهٗ ِبا ْلغَ ْي‬
ُ ‫ص ُر ٗه َو ُر‬ُ ‫ّللاُ َم ْن يَّ ْن‬ٰ ‫اس َو ِل َي ْعلَ َم‬ ِ َّ‫ش ِد ْيدٌ َّو َمنَا ِف ُع لِلن‬
َ ‫س‬ ٌ ْ ‫َبأ‬
Artinya: Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus rasul-rasul Kami dengan
bukti-bukti yang nyata dan Kami menurunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan)
agar manusia dapat berlaku adil. Kami menurunkan besi yang mempunyai kekuatan hebat
dan berbagai manfaat bagi manusia agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-

9
Nurul Maarif H., Islam Mengasihi Bukan Membenci, (Bandung; Mizan Pustaka, 2017), 143.
10
Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asyari Moderasi, Keutamaan, dan Kebangsaan,
(Jakarta; PT Kompas Media Nusantara, 2010), 13.

8
Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha
kuat lagi Maha perkasa.

Ketiga, prinsip toleransi (tasāmuh). Tasāmuh berarti toleransi.Di dalam kamus


lisan al- Arab kata tasāmuh diambildari bentuk asal kata samah, samahah yang identik
denganmakna kemurahan hati, pengampunan, kemudahan, dan perdamaian.11Secara
etimologi, tasāmuh adalah menoleransi atau menerima perkara secara ringan. Sedangkan
secara terminologi, tasāmuh berarti menoleransi atau menerima perbedaan dengan ringan
hatin.12 Toleransi dapat diartikulasikan sebagai sikap seimbangyang tidak mengarah pada
aspek untuk merekayasa dengancara mengurangi maupun menambahi. Toleransi dapat
diungkapkan sebagai sikap seimbang yang tidak mengenalkan aspek-aspek yang dapat
dimanipulasi dengan pengurangan atau penambahan. Sikap toleran lebih pada
keterbukaan dan penghargaan terhadap keyakinan yang berbeda serta kesediaan untuk
menerima sudut pandang dan sikap yang berbeda, meskipun perbedaan yang kadang
muncul tidak sesuai dengan pandangan setiap individu atau kelompok. Kemudian,
berbagai lapisan masyarakat, terutama perbedaan agama, diperlukan untuk meningkatkan
toleransi beragama. Tasāmuh merupakan pendirian atau sikap seseorang yang
termanifestasikan pada kesediaan untuk menerima berbagaipandangan dan pendirian
yang beraneka ragam, meskipun tidaksependapat dengannya. Tasāmuh atau toleransi ini,
erat kaitannya dengan masalah kebebasan atau kemerdekaan hak asasi manusia dan tata
kehidupan bermasyarakat, sehingga mengizinkan berlapang dada terhadap adanya
perbedaan pendapat dan keyakinan dari setiap individu. Orang yang memiliki sifat
tasāmuh akan menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian,pendapat, pandangan,
kepercayaan kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang berbeda dengan pendiriannya.

Ke-empat prinsip tawassuth adalah pemahaman dan pengamalan agama yang


tidak ifrāth yaitu melebih-lebihkan agama, dan tafrith yaitu pengurangan ajaran agama.
Penerapan moderasi beragama dalam pendidikan Islam Tawassuth merupakan posisi

Said Aqil Siradj, “Tasawuf sebagai Basis Tasammuh; “Dari Social Capital Menuju
11

Masyarakat Moderat”, Al Tahrir vol.13 no.1, 2013

12
Masduqi, Irwan. Berislam secara Toleran; teologi kerukunan umat beragama,
(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011), 36.

9
penengah atau moderat antara dua posisi, yaitu tidak terlalu kiri (fundamentalis) dan
terlalu kiri (liberal). Dengan sikap tawassuthi yang demikian, Islam mudah diterima di
seluruh lapisan masyarakat. Hakikat tawassuth dalam islam adalah titik tengah antara
kedua ujung dan alangkah baiknya Allah SWT menempatkannya sejak awal. Nilai
Tawassuth yang telah menjadi prinsip Islam hendaknya diterapkan dalam segala bidang
agar agama Islam dan ekspresi keagamaan umat Islam menjadi saksi yang mengukur
kebenaran sikap dan perilaku seluruh umat manusia pada umumnya.

Kelima prinsip musawah secara bahasa, musawah berarti persamaan. Secara


istilah, musāwah adalah persamaan dan penghargaan terhadap sesama manusia sebagai
makhluk Allah. Semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama tanpa
memandang jenis kelamin, ras ataupun suku bangsa. Konsep musāwah dijelaskan dalam
firman Allah Swt QS al-Hujurat [49]: 13

ٰ َ‫ارفُ ْو ِۚا ا َِّن اَ ْك َر َمكُ ْم ِع ْناد‬


ِ‫ّللا‬ ُ ‫اس اِنَّاا َقلَ ْق ٰنكُ ْم م ِْن رَك اَر َّوا ُ ْن ٰوى َو َجعَ ْل ٰنكُ ْم‬
َ ‫شااااعُ ْوباًا َّوقَ َبا ۤا رَا ََ ِلتَ َعا‬ ُ ‫ٰيٓااَيه َهاا النَّا‬
‫۝‬
١٣ ‫ع ِل ْي ٌم َقبِي ٌْر‬ َ ٰ ‫اَتْ ٰقَكُ ْم ا َِّن‬
َ ‫ّللا‬

Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha teliti.

Ayat ini menekankan kesatuan asal muasal manusia yang menunjukkan


kesetaraan kemanusiaan, baik laki-laki maupun perempuan. Intinya laki-laki dan
perempuan itu sama, yang lain tidak penting. Musāwah Islam mempunyai prinsip yang
wajib diketahui oleh setiap umat Islam, yaitu bahwa kesetaraan adalah buah dari keadilan
Islam. Semua adalah setara, tidak ada keistimewaan antar manusia terhadap yang lain,
terpeliharanya hak-hak non-Muslim, persamaan laki-laki dan perempuan dalam beragama
dan kewajiban lainnya, perbedaan antar manusia dalam masyarakat, persamaan di depan
hukum dan persamaan dalam jabatan publik, dan kesetaraan manusia berdasarkan
kesatuan asal usul.

10
C. Implementasi Beragama Di Indonesia
Alasan Moderasi Beragama Perlu Diterapkan Secara umum, alasan moderasi
beragama perlu diterapkan khususnya di Indonesia adalah karena keragaman dalam
beragama itu niscaya, tidak mungkin dihilangkan. Jika dielaborasikan lebih lanjut ada tiga
alasan utama mengapa moderasi beragama perlu diterapkan:

1. Moderasi beragama menjadi cara untuk mengembalikan praktik beragama


agar sesuai dengan esensinya, dan agar agama benarbenar berfungsi menjaga
harkat dan martabat manusia.

2. Moderasi agama penting untuk menyelamatkan peradaban manusia agar tidak


musnah akibat konflik berlatar belakang agama.

3. Khusus dalam konteks Indonesia moderasi beragama diperlukan sebagai


strategi kebudayaan dalam merawat keindonesiaan. Indonesia bukan negara
agama, namun juga tidak memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari
warganya. Dalam lingkup pendidikan islam, alasan penting moderasi
beragama perlu dikuatkan adalah karena pemahaman keagamaan memiliki
hubungan yang tidak bisa dipisahkan dengan upaya untuk menanggulangi
munculnya pemikiran keagamaan konservatif yang masih enggan menerima
relitas, keragaman dan perbedaan.13 Untuk itu moderasi beragama hadir
sebagai narasi penyeimbang untuk menjembatani kemunculan wacana-
wacana paham keagamaan yang membawa paham radikal, ekstrem, dan
intoleran.

Contoh-contoh implementasi:

1. Menghargai perbedaan: Menghargai perbedaan agama dan keyakinan orang lain


merupakan hal yang sangat penting dalam moderasi beragama. Hal ini dapat
dilakukan dengan tidak merendahkan atau mengolok-olok agama orang lain, serta
tidak mengekspresikan keyakinan secara berlebihan yang dapat memicu konflik.

2. Menjaga sikap tenang dan tidak mudah terprovokasi: Dalam situasi yang mungkin

13
Kementerian Agama Republik Indonesia, Moderasi Beragama (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian
RI, 2019), 8–10.

11
menimbulkan konflik, sikap tenang dan tidak mudah terprovokasi merupakan sikap
yang sangat diperlukan dalam moderasi beragama. Hal ini dapat membantu
menghindari terjadinya konflik dan menjaga hubungan yang harmonis

3. Menciptakan dialog. Dialog antar agama merupakan salah satu cara untuk
memperkuat hubungan antar kelompok agama. 14 Dalam dialog ini, setiap pihak
diharapkan untuk mendengarkan dan memahami pandangan orang lain, serta
mencari solusi yang dapat menguntungkan semua pihak.

BAB III
KESIMPULAN

Moderasi beragama merupakan konsep yang memiliki nilai luhur dan sangat penting
diterapkan di tengah kemajemukan bangsa Indonesia. Perbedaan yang ada di Indonesia sejatinya
adalah sebuah karunia dan anugerah yang perlu dijaga dengan rukun satu sama lain. Dalam
lembaga pendidikan, moderasi beragama sebagai perisai penangkal paham ntoleransi dan
radikalisme yang masuk dan menyusup tanpa disadari. Baik pemerintah maupun guru memiliki
peran yang penting untuk mendukung terlaksananya moderasi beragama di Indonesia. Peran
penting guru sebagai pendidik adalah untuk membentuk akhlak mulia, menanamkan nilai-nilai
moderasi beragama supaya terjadi kerukunan antar umat.

Sikap moderasi berupa pengakuan atas keberadaan pihak lain, pemilikan sikap toleran,
penghormatan atas perbedaan pendapat, dan tidak memaksakan kehendak dengan cara kekerasan.

Moderasi beragama perlu ditumbuhkan melalui sarasehan, pengajian, maupun dialog


kebangsaan, sehingga menjadi sikap bangsa Indonesia. Pemerintah, melalui Kementerian Agama,
Balai Diklat Keagamaan bersama penyuluh agama dapat menjadi penggerak gerakan moderasi
beragama ini.

14
https://uinsgd.ac.id/5-cara-mengaplikasikan-moderasi-beragama-dalam-kehidupan-sehari-hari/

12
DAFTAR PUSTAKA

ABROR, MHD., ‘Moderasi Beragama Dalam Bingkai Toleransi’, RUSYDIAH: Jurnal


Pemikiran Islam, 1.2 (2020), 137–48 https://doi.org/10.35961/rsd.v1i2.174

Hefni, Wildani “Moderasi Beragama Dalam Ruang Digital: Studi Pengarusutamaan Moderasi
Beragama Di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri,” Jurnal Bimas Islam 13,2020.

Hasan, Mustaqim, ‘Prinsip Moderasi Beragama Dalam Kehidupan Berbangsa’, Jurnal


Mubtadiin, 7.2 (2021), 111–23 https://journal.an-nur.ac.id/index.php/mubtadii

Maarif, Nurul H., Islam Mengasihi Bukan Membenci, Bandung; Mizan Pustaka, 2017

Misrawi, Zuhairi. Hadratussyaikh Hasyim Asyari Moderasi, Keutamaan, dan Kebangsaan,


Jakarta; PT Kompas Media Nusantara, 2010

Siradj, Aqil Said, “Tasawuf sebagai Basis Tasammuh; “Dari Social Capital Menuju Masyarakat
Moderat”, Al Tahrir vol.13 no.1, 2013

13

Anda mungkin juga menyukai