Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TASAMUH DALAM PERBEDAAN MENURUT ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Fiqih


Dosen Pengampu: Drs Bukhori M.Ag

Disusun Oleh Kelompok 9:

Anggi Ferria Amanda (1217010015)


Fauziah Salsabila (1217010033)
Husna Kamilah (1217010037)

PROGRAM STUDI MATEMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul TASAMUH DALAM
PERBEDAAN MENURUT ISLAM dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Fiqih. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang tasamuh dalam ruang
lingkup agama islam.

Pelaksanaan dan penyusunan makalah ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs Bukhori M.Ag. Selaku dosen Mata kuliah Ilmu Fiqih.
2. Pihak lain yang telah ikut membantu dan berpartisipasi dalam
penyusunan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan arahan.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, banyak


kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan penulis, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri
dan umumnya bagi pembaca, Aamiin.

Bandung, Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama kemanusiaan, asas dari kemanusiaan ini dalam Islam
adalah penghormatan terhadap manusia melebihi dari yang lainnya, tanpa melihat
perbedaan warna kulit, ras, agama, suku, gender, dan kasta. Dalam AlQur’an
diterangkan bahwa, Allah Swt menciptakan semua manusia itu unik, dengan
beberapa perbedaan yang menjadikan keunikan tersebut bukanlah untuk dijadikan
sebagai bahan saling menindas dan menghina, apalagi saling menjatuhkan. Tetapi,
perbedaan dari penciptaan manusia ini ditunjukan semata-mata agar semua
manusia bisa saling mengenal antara satu dengan yang lainnya, saling melengkapi
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Bukan sekedar perbedaan fisik, tetapi
juga mencakup perbedaan dalam berbagai aspek lainnya. Terkhusus pada
perbedaan aspek religius antar umat.
Namun pada kenyataannya banyak umat beragama yang tidak meneladani sifat
toleransi. Baik itu dalam perbedaan pemahaman ajaran, yang pada hal ini dapat
menghasilkan pengamalan yang berbeda dalam internal keagaamaan, sehingga
menimbulkan perbedaan pendapat dan terbentuknya beberapa aliran ajaran agama
yang berbeda. Ada pula yang menganggap kelompoknya paling benar sedangkan
yang lain nya sesat, selain itu ada juga yang mempermasalahkan adat istiadat baik
itu golongan ras, suku, gender ataupun kasta.
Konsep tasamuh dalam Islam, baik dilihat dari sudut pandang al-Qur’an
maupun hadist yang mengakibatkan suatu kekhawatiran mungkin bisa saja terjadi
apabila konsep ini disalahpahami dan disalahgunakan pada tataran aplikasinya
oleh sebagian orang. Sehingga yang terjadi adalah pemahaman tentang konsep
toleransi yang berbeda. Toleransi dalam konteks sosial budaya dan agama yang
berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok
lain yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu
masyarakat, Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas
dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadan agama lain.
Masalah yang sering terjadi mengenai tasamuh antar umat beragama ialah
dalam bidang muamalah, dimana sering terjadi kesalah pahaman atau
bersenggolan dengan masalah akidah dan ibadah.
Tasamuh mempunyai arti sikap lapang dada, seseorang yang bertasamuh
dituntut untuk dapat menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk
melaksanakan ibadah menurut ajaran dan ketentuan agamanya masing-masing
yang mereka yakini, tanpa adanya sikap mengganggu atau memaksakan hak orang
lain. Secara teknis, pelaksanaan sikap tasamuh antar umat beragama yang
dilaksanakan di dalam masyarakat lebih banyak dikaitkan dengan kebebasan dan
kemerdekaan menginterpretasikan ajaran agama masing-masing.
Permasalahan dalam tasamuh bukan lagi menjadi hal yang jarang kita jumpai.
Bahkan sampai saat ini masalah toleransi terutama antara umat beragama semakin
jelas dapat kita lihat. Misalnya beberapa kasus yang pernah terjadi di Indonesia
yaitu mengenai penyerangan terhadap ulama-ulama, penghancuran masjid,
penutupan gereja, dan kasus-kasus lainnya yang dapat kita temui.
Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup manusia didalamnya terkandung
berbagai macam jawaban atas persoalan. Salah satunya tentang tasamuh.
Penjelasan dalam ayat-ayat al-Qur’an tentu tidak mudah difahami oleh orang yang
awam dan orang yang kurang mendalami ilmu tafsirnya. Maka untuk mengetahui
makna yang terkandung dalam al-Qur’an khususnya dalam ayat-ayat yang
membahas tentang tasamuh dibutuhkanlah bantuan dari kitab-kitab tafsir.
Di sisi lain, sebagai warga negara Indonesia kita harus ikut serta terjun ke
dalam masyarakat yang beragam budaya bahkan agamanya. Sedangkan di sisi lain,
sebagai umat Islam kita harus menjaga jarak dengan agama lain supaya tidak ikut
terjerumus dalam kebiasaan bahkan syariat mereka. Maka muncullah pertanyaan
bagaimana sikap kita sebagai seorang muslim dalam bergaul dengan masyarakat
yang beragam suku, budaya dan agama? Bagaimana dalil-dalil al-Qur’an yang
berkaitan dengan masalah tersebut? Bagaimana karakteristik dan faktor yang
mempengaruhi kita dalam bertasamuh? Serta bagaimana contoh-contoh
bertasamuh yang baik dalam kehidupan sehari-hari?
Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas kami penulis merasa perlu
diadakannya penyusunnan makalah dengan judul “Tasamuh dalam perbedaan
menurut islam”.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dirumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari tasamuh?
2. Apa saja dalil dan ayat al-qur’an yang berkaitan dengan tasamuh?
3. Bagaimana faktor & karakteristik dari tasamuh?

1.3 Tujuan

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui pengertian tasamuh.
2. Mengetahui dalil yang berkaitan dengan tasamuh.
3. Mengetahui faktor & karakteristik dari tasamuh.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tasamuh (Toleransi)

Konsepsi toleransi dan kerukunan antar umat beragama merupakan dua


bentuk yang tak terpisahkan satu sama lain, ada hubungan diantara keduanya,
kerukunan berdampak pada toleransi begitupun sebaliknya, toleransi
menghasilkan kerukunan, keduanya menyangkut hubungan antar sesama
manusia. Jika kerukunan antar umat beragamadapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari, maka akan muncul toleransi antar umat beragama. Atau,
jika toleransi antar umat beragama dapat terjalin dengan baik dan benar, maka
akan menghasilkan hubungan masyarakat yang rukun satu sama lain. Agama
adalah elemen fundamental dalam kehidupan manusia, oleh sebab itu
kebebasan untuk beragama dan tidak beragama, serta berpindah agama harus
dihargai dan dijamin.

Secara etimologi, kata “Tasamuh” berasal dari bahasa Arab yang berarti
murah hati atau berlapang dada. Dalam KBBI, tasamuh artinya adalah keluasan
pikiran dan toleransi. Maksud dari tasamuh adalah bersikap menerima dan
damai terhadap keadaan yang dihadapi, misalnya toleransi dalam agama ialah
memiliki sikap yang saling menghormati terhadap hak dan kewajiban antar
agama. Tasamuh dalam agama bukanlah mencampurkan keimanan dan ritual
dalam agama, melainkan menghargai eksistensi agama yang dianut oleh orang
lain tanpa memandang perbedaan. Inti dari tasamuh adalah tentang bagaimana
kita bersikap untuk dapat menghormati orang lain agar dapat melaksanakan
hak-haknya, tasamuh ini lebih mengarah kepada sikap toleransi dan mau
mengakui adanya berbagai macam perbedaan tanpa menghakiminya.

Tasamuh secara etimologis adalah mentoleransi atau menerima perkara


secara ringan. Secara terminologis berarti menoleransi atau menerima
perbedaan dengan ringan hati. Menurut Badawi, bahwa tasamuḥ (toleransi)
adalah pendirian atau sikap yang termanifestasikan pada kesediaan untuk
menerima berbagai pandangan dan pendirian yang beranekaragam, meskipun
tidak sependapat dengannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tasamuḥ (toleransi)
ini, erat kaitannya dengan masalah kebebasan atau kemerdekaan hak asasi
manusia dan tata kehidupan bermasyarakat, sehingga mengizinkan untuk
berlapang dada terhadap adanya perbedaan pendapat dan keyakinan dari setiap
individu. Orang yang bersifat tasamuḥ akan menghargai dan membolehkan
pendirian, pendapat, pandangan, serta perbedaan dari orang lain.

Sedangkan dalam pandangan para ahli, toleran mempunyai beragam


pengertian. Menurut Micheal Wazler, memandang toleransi sebagai
keniscayaan dalam ruang individu dan ruang publik karena salah satu tujuan
toleransi adalah membangun hidup damai (peaceful coexistence) diantara
berbagai kelompok masyarakat dari berbagai perbedaan latar belakang sejarah,
kebudayaan, dan identitas.

Dari berbagai pandangan para ahli di berbagai literatur, maka dapat


disimpulkan bahwa toleransi ini sangat berperan penting dalam kehidupan
manusia karena bisa menjalankan tali silaturahmi tanpa memandang mereka
berbeda agama atau sesama agama. Dengan hal itu, manusia akan merasaka
kehidupan yang damai dan tentram tanpa ada permusuhan atau perselisihan
antar sesama atau berbeda keyakinan.

Ruang lingkup tasamuh (toleransi) dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Mengakui hak orang lain


Maksudnya ialah suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang
didalam menentukan sikap atau tingkah laku masing-masing, tentu saja sikap
atau perilaku yang dijalankan itu tidak melanggar hak orang lain.
b. Menghormati keyakinan orang lain
Keyakinan seseorang ini biasanya berdasarkan kepercayaan, yang telah
tertanam dalam hati dan dikuatkan dengan landasan tertentu, karena itu
keyakinan seseorang tidak akan mudah untuk dirubah atau dipengaruhi. Atas
kenyataan tersebut, perlu adanya kesadaran untuk menghormati keyakinan
orang lain.
c. Setuju dalam perbedaan
Perbedaan tidak harus ada permusuhan karena perbedaan selalu ada
dimanapun, maka dengan perbedaan itu seseorang harus menyadari adanya
keanekaragaman kehidupan ini.
d. Saling mengerti
Ini merupakan salah satu unsur toleransi yang paling penting, sebab
dengan tidak adanya saling pengertian ini tentu tidak akan terwujud sebuah
sikap toleransi.
e. Kesadaran & kejujuran
Menyangkut sikap, jiwa dan kesadaran batin seseorang yang sekaligus
juga adanya kejujuran dalam bersikap, sehingga tidak terjadi pertentangan
antara sikap yang dilakukan dengan apa yang terdapat dalam batinnya.

Pada umumnya, istilah tasamuḥ atau toleransi diartikan sebagai


pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau sesama warga masyarakat
untuk menjalankan keyakinannya, atau mengatur kehidupannya dan
menentukan nasibnya masing-masing, selama dalam menjalankan dan
menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan
syarat-syarat asas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.

Berdasarkan beberapa definisi dan data di atas, penulis menyimpulkan


bahwa toleran adalah suatu sikap atau tingkah laku dari seseorang untuk
membiarkan kebebasan kepada orang lain dan memberikan kebenaran atas
perbedaan tersebut sebagai pengakuan hak-hak asasi manusia.
2.2 Dalil – dalil tentang tasamuh (Toleransi)

Islam adalah agama yang sangat menghargai perbedaan. Nabi Muhammad


SAW telah memberikan contoh dalam hal tasamuh ini, yakni di saat beliau
ingin memajukan kota Madinah, yang di dalamnya terdapat banyak sekali
berbagai suku dan agama yang berbeda.

Sebagai suatu ajaran yang fundamental, konsep toleransi telah banyak


ditegaskan dalam beberapa ayat di Al-qur’an. Al-qur’an berpandangan bahwa
perbedaan agama bukan penghalang untuk menjalin tali persaudaraan antar
sesama manusia yang berlainan agama. Allah SWT menciptakan planet bumi
tidak untuk satu golongan agama tertentu. Dengan adanya bermacam - macam
agama, itu tidak berarti bahwa Allah SWT membenarkan diskriminasi atas
manusia, melainkan untuk saling mengakui eksistensi masing-masing. Firman
Allah SWT didalam Al-qur’an surat Asy-Syura ayat 15:

‫ت‬ُ ْ‫ب َواُ ِمر‬ ٍ ۚ ‫ت بِ َمٓا اَ ْن َز َل هّٰللا ُ ِم ْن ِك ٰت‬ ُ ‫ع َۚوا ْستَقِ ْم َك َمٓا اُ ِمرْ ۚتَ َواَل تَتَّبِ ْع اَ ْه َو ۤا َءهُ ۚ ْم َوقُلْ ٰا َم ْن‬ ُ ‫فَلِ ٰذلِكَ فَا ْد‬
‫اِل َ ْع ِد َل بَ ْينَ ُك ْم ۗ هّٰللَا ُ َربُّنَا َو َربُّ ُك ْم ۗ لَنَٓا اَ ْع َمالُنَا َولَ ُك ْم اَ ْع َمالُ ُك ْم ۗ اَل ُح َّجةَ بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ ُك ْم ۗ هّٰللَا ُ يَجْ َم ُع بَ ْينَنَا‬
ۗ ‫ص ْي ُر‬ ِ ‫َۚواِلَ ْي ِه ْال َم‬

Artinya: “Karena itu, serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman


dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan
janganlah mengikuti keinginan mereka dan katakanlah, “Aku beriman kepada
Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara
kamu. Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagi
kamu perbuatan kamu. Tidak (perlu) ada pertengkaran antara kami dan kamu,
Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali.”

Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, sebab Rosululullah


SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya aku diutus membawa agama yang hanif
dan mudah”. Kemudahan ini merupakan bentuk dari kasih sayang Allah kepada
makhluknya. Allah berfirman: “Kasih sayangku untuk semuanya.” (Q.S Al-
A‟rāf:156). Al-Alusi memandang ayat ini bahwa mencakup spirit toleransi,
sebab kasih sayang Allah SWT tidak hanya diberikan kepada kaum muslimin
tetapi juga diberikan kepada kaum kafir (Allah SWT maha adil). Islam sebagai
agama kasih sayang ditegaskan dalam Q.S Al-Anbiyā: 107, bahwa Nabi tidak
diutus kecuali untuk mengemban misi penyebaran kasih sayang yang universal.
Kasih sayang Islam tidak hanya dikhususkan untuk kaum muslimim, namun
juga dapat dirasakan oleh seluruh makhluk dimuka bumi ini.

Dalam Al-Qur'an penjelasan Tasamuh salah satunya dijelaskan juga


pada surah Al-Kafirun ayat 1-6 yang artinya:

"Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa


yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah.
Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu
agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Dalam ayat tersebut dapat dipahami bahwa Islam sangat toleran


terhadap adanya perbedaan agama. Pada akhir ayat ditegaskan, bagimu
agamamu, dan bagiku agamaku, yang mencerminkan bahwa islam memberikan
kebebasan terhadap orang lain untuk dapat memilih dan berpegang teguh
agama sesuai dengann keyakinannya.

Islam sangat menghargai jalan berfikir seseorang, tentang hal ini Allah
SWT berfirman:

‫هّٰلِل‬ َ ‫فَاِ ْن َح ۤاجُّ ْو‬


‫ب َوااْل ُ ِّم ٖيّ َن‬ َ ‫ت َوجْ ِه َي ِ َو َم ِن اتَّبَ َع ِن َۗوقُلْ لِّلَّ ِذي َْن اُ ْوتُوا ْال ِك ٰت‬ ُ ‫ك فَقُلْ اَ ْسلَ ْم‬
ࣖ ‫ص ْي ۢ ٌر بِ ْال ِعبَا ِد‬ ‫هّٰللا‬
ِ َ‫ْك ْالبَ ٰل ُغ ۗ َو ُ ب‬ َ ‫َءاَ ْسلَ ْمتُ ْم ۗ فَاِ ْن اَ ْسلَ ُم ْوا فَقَ ِد ا ْهتَ َد ْوا ۚ َواِ ْن تَ َولَّ ْوا فَاِنَّ َما َعلَي‬

Artinya: “Kemudian jika mereka membantah engkau (Muhammad)


katakanlah, "Aku berserah diri kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang
yang mengikutiku." Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi
Kitab dan kepada orang-orang buta huruf, "Sudahkah kamu masuk Islam?" Jika
mereka masuk Islam, berarti mereka telah mendapat petunjuk, tetapi jika
mereka berpaling, maka kewajibanmu hanyalah menyampaikan. Dan Allah
Maha Melihat hamba-hamba-Nya." (QS. Ali Imran: 20)

Tidak ada paksaan pula dalam memilih agama, sebagaimana diterakan


pada surah Al-Baqarah ayat 256: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam). Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,
Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Selain ayat al-quran, Adapun hadis yang menjelaskan tentang tasamuh,


yaitu sebagai berikut: "Ibnu Abbas menuturkan bahwa Rasulullah saw ditanya,
"Agama mana yang paling dicintai Allah SWT?" Nabi SAW menjawab,
"Semangat kebenaran yang toleran (al-hanfiyyat al-samhah)." (HR. Imam
Ahmad).
2.3 Karakteristik
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Menyadari bahwa kami penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
kami penulis akan lebih fokus dan detail lagi dalam menjelaskan tentang
masalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat dipertanggung-jawabkan.
Dengan terselesaikannya makalah ini, penyusun menyampaikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Untuk kelancaran pelaksanaan dan penyusunan makalah, perlu
ditingkatkannya pembekalan materi yang luas.
2. Dalam pelaksanaan penyusunan makalah seharusnya kita perlu
memerhatikan waktu agar tidak tergesa – gesa dalam pengerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai