Dosen :
Dr.M.F. PESSIRERON, S.Ag, M.Si
KELOMPOK 4 :
KELAS 2B TRSKM
MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan
pengetahuan bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………….…
1.1 Latar Belakang…..…………………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………….
BAB 3 PEMBAHASAN……………………………………………………………….
3.1 Peran penting Toleransi dalam keberagaman di
Indonesia……………………….
3.2 Implementasi sikap toleransi dalam pluralisme…………………………. ……….
3.3 Faktor-faktor Pendorong Tumbuh Kembangnya Pluralisme Masyarakat di
Indonesia……………………………………………………………………………………………
BAB 4 PENUTUP………………………………………………………………..……
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….…
4.2 Saran…………………………………………………………………………….…
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang pluralis, artinya bahwa Indonesia
adalah bangsa yang dihuni oleh beragam budaya, suku, bahasa, adat-istiadat,
tata krama dan agama. Selain itu, Indonesia memiliki berbagai macam
budaya di antaranya ada budaya Jawa, Sunda, Madura, Batak dan lainya. Dan
di setiap budaya memiliki perbedaan seperti bahasa dan adat-istiadatnya
masingmasing, di samping itu agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia
mayoritas agama Islam. Adapun di negara Indonesia mempunya berbagai
macam agama selain agama Islam seperti Kristen, Khatolik, Budha, Hindu,
Konghuncu dan berbagai kepercayaan yang ada di bawah naungan pancasila.
dalam hal ini bahwa Indonesia adalah negara yang penduduknya majemuk
dari segi suku, bangsa, budaya dan bahasa.
Kemajemukan ini merupakan suatu ciri khas yang dimiliki bangsa
Indonesia yang patut di banggakan. Namun, di sisi lain merupakan tantangan
yang harus dikelola dengan baik. Jika tidak, maka bukan tidak mungkin akan
menjadi ancaman serius terjadinya disintegrasi bangsa. Terutama apabila
kemajemukan tersebut tidak disikapi dan dikelola secara baik. Didalam
masyarakat yang multikultular seringkali terjadi timbul pertentangan antar
pemeluk agama yang berbeda. Dilihat dari secara umum konflik antar
pemeluk agama tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti pelecehan
terhadap agama, perlakuan aparat yang tidak adil terhadap pemeluk agama
tertentu, dan kecemburuan ekonomi dan kepentingan politik.
Agar tidak terjadinya konflik antar umat beragama, pluralisme atau
sikap toleransi harus menjadi kesadaran kolektif bagi seluruh kelompok
masyarakat dari tingkat anak usia dini, remaja, dewasa hingga orang tua.
Oleh karena itu, demi terciptanya kerukunan antar umat beragama didalam
masyarakat, maka pendidikan dianggap sebagai instrumen penting, karena
pendidikan sampai saat ini mempunyai peran besar dalam membentuk
karakter hidup masyarakat.
Dengan demikian kami membuat makalah ini agar dapat membantu
masyarakat dalam penanaman sikap toleransi ditengah-tengah segala
keberagaman yang ada di Indonesia.
1.3 Tujuan
Bersumber dari rumusan masalah diatas, maka diperoleh tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Toleransi
2. Untuk mengetahui pengertian Pluralisme
3. Untuk mengetahui peran penting Toleransi dalam keberagaman di
Indonesia
4. Untuk mengetahui implementasi sikap Toleransi dalam Pluralisme
5. Untuk mengetahui faktor-faktor Pendorong Tumbuh Kembangnya
Pluralisme Masyarakat di Indonesia
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Toleransi
Toleransi adalah sifat atau sikap toleran yaitu bersifat atau bersikap
menghargai atau, membiarkan, memperbolehkan pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang
berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Sedangkan secara
istilah toleransi berasal dari bahasa Latin yaitu tolerare yang berarti
kelonggaran, kelembutan hati, keringanan, dan kesabaran. Secara umum,
istilah ini mengacu pada sikap terbuka, lapang dada, sukarela, dan
kelembutan. Secara luas toleransi berarti suatu sikap atau perilaku manusia
yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau
menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan dan toleransi juga
dimaknai sebagai sifat atau sikap toleran saling menghargai perbedaan suku,
budaya dan agama.
Toleransi merupakan salah satu bentuk akomodasi tanpa persetujuan
yang formal. Kadang-kadang toleransi timbul secara tidak sadar dan tanpa di
rencanakan, hal ini disebabkan karena adanya watak orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia, untuk sedapat mungkin menghindarkan diri
dari suatu perselisihan. Toleransi disini dapat diartikan juga sebagai
kebebasan beragama yaitu kemerdekaan, keadaan bebas dimana manusia
yang tertindas harus berjuang untuk memperoleh kebebasan hakiki (sebagai
manusia) dalam hal meyakini dan mempercayai suatu digma tertentu. Jadi
dapat dipahami bahwa kebebasan beragama adalah kebebasan yang dimiliki
setiap individu dalam menentukan arah keyakinan dan kepercayaan
beragama. Keyakinan ini menjadi alasan kuat dan substantif untuk memilih
memeluk komunitas keagamaan tertentu. Dalam pengkajian mengenai
konsep toleransi secara teoritik menurut filsuf Amerika, Emerson Ia
menawarkan gagasan tentang “keyakinan subjektif (self- reliance)”.
Menurut Emerson dan Kierkegard keyakinan agama adalah sebuah
paradigma dan komitmen eksistensial karena keyakinan agama pada
dasarnya hanyalah konsepsi seorang yang bersifat esensial (Soerjono : 1992).
Dengan pemahaman seperti itulah orang-orang meyakini bahwa
keyakinan dari masing-masing individu merupakan hak yang paling hakiki
untuk memeluk keyakinan sehingga pemahaman seperti ini dapat
menciptakan sikap toleransi untuk menghormati perjuangan orang lain dalam
mencari keyakinan agamanya. Perpaduan konsep toleransi juga diutarakan
oleh Josiah Royce. Ia menekankan pada pentingnya loyalitas komitmen
personal dan keyakinan tulus. Artinya manusia sebagai makhluk sosial
sepatutnya menghargai loyalitas-loyalitas orang lain selama loyalitas-loyalitas
tersebut tidakbertujuan pada tindakan- tindakan destruktif (merusak). Dalam
pandangan Royce, toleransi juga berperan dalam melahirkan sikap
penghargaan terhadap perbedaan yang ada, dengan tetap menjunjung
loyalitas orang lain, serta mampu mengendalikan loyalitas pribadi agar tidak
menimbulkan individualisme yang menegasikan loyalitas kelompok lain. Hal
sama diutarakan oleh Wazler. Wazler (1997) memandang toleransi sebagai
keniscayaan dalam ruang individu dan ruang publik karena salah satu tujuan
toleransi adalah membangun hidup damai (peaceful coexistence) di antara
pelbagi kelompok masyarakat dari berbagai perbedaan latar belakang sejarah,
kebudayaan dan identitas. Toleransi menurut Wezler, harus mampu
membentuk kemungkinan-kemungkinan sikap, antara lain sikap menerima
adanya perbedaan, mengubah penyeragaman menjadi keragaman, mengakui
hak orang lain, menghargai eksistensi orang lain dan mendukung secara
antusias terhadap perbedaan budaya dan keragaman ciptaan Tuhan. Yang
terakhir kemudian populer dengan istilah multikulturalisme.
4. Saling membantu
Sikap saling membantu tanpa memperhatikan perbedaan yang ada,
juga hendaknya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya
membantu orang lain yang merasa kesulitan membawa barang atau
membantu orang lain yang tertimpa bencana alam.
1. Faktor Internal
Faktor internal disini yaitu mengenai masalah teologis. Keyakinan
seseorang yang mutlak dan absolut terhadap apa yang diyakini dan
diimaninya merupakan hal yang wajar. Sikap absolutisme agama tak ada
yang mempertantangkannya hingga muncul teori tentang relativisme agama.
Pemikiran relativisme ini merupakan sebuah sikap pluralisme terhadap
agama.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Sosio-Politik
Faktor ini berhubungan dengan munculnya pemikiran mengenai
masalah liberalisme yang menyuarakan kebebasan, toleransi, kesamaan, dan
pluralisme. Liberalisme inilah yang menjadi cikal bakal pluralisme. Pada
awalnya liberalisme hanya menyangkut mengenai masalah politik belaka,
namun pada akhirnya menyangkut masalah keagamaan juga. Politik liberal
atau proses demokratisasi telah menciptakan perubahan yang sistematis dan
luar biasa dalam sikap dan pandangan manusia terhadap agama secara
umum. Sehingga dari sikap ini timbullah pluralisme agama. Situasi politik
global yang kita alami saat ini menjelaskan kepada kita secara gamblang
tentang betapa dominannya kepentingan politik ekonomi barat terhadap
dunia secara umum. Dari sinilah terlihat jelas hakikat tujuan yang sebenarnya
sikap ngotot barat untuk memonopoli tafsir tunggal mereka tentang
demokrasi. Maka pluralisme agama yang diciptakan hanya merupakan salah
satu instrumen politik global untuk menghalangi munculnya menghalanginya
kekuatan-kekuatan lain yang akan menghalanginya.
b. Faktor Keilmuan
Pada hakikatnya, terdapat banyak faktor keilmuan yang berkaitan
dengan munculnya pluralisme. Namun yang berkaitan langsung dengan
pembahasan ini adalah maraknya studi-studi ilmiah modern terhadap agama-
agama dunia, atau yang sering dikenal dengan perbandingan agama.
Diantara temuan dan kesimpulan penting yang telah dicapai adalah bahwa
agama-agama di dunia hanyalah merupakan ekspresi atau manifestasi yang
beragam dari suatu hakikat metafisik yang absolut dan tunggal, dengan kata
lain semua agama adalah sama.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah memahami berbagai rumusan masalah dan pembahasan
mengenai Toleransi dan Pluralisme di Indonesia maka dapat kami simpulkan
bahwa, Pada dasarnya pluralisme adalah suatu pokok pikiran yang
menyatakan kebenaran adalah bersifat jamak. Kebenaran bersifat jamak tidak
diartikan sebagai relativitas tetapi segala sesuatu yang dianggap benar
umumnya mampu diterima oleh semua kalangan dengan ragam latar
belakang. Pluralisme ingin menciptakan hubungan harmonis manusia dengan
memandang juga sebagai manusia dan bukan manusia dengan aksidensi
yang melekat padanya. Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia
merupakan harta yang tak ternilai harganya. Keanekaragaman budaya yang
ada adalah kekayaan dan keindahan bangsa, sedangkan perbedaan itu adalah
sebuah rahmat, kekuatan serta karunia yang diwujudkam melalui sikap saling
menghormati. Dengan kita menumbuhkan sikap saling menghormati antar
keanekaragaman budaya yang ada, maka akan menumbuhkan sikap toleran.
Karena budaya adalah hasil karya manusia yang tercipta dari sejarah yang
pernah ada di masa silam sebagai panduan potensial dalam perilaku manusia.
Dengan cakupan pengetahuan kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat dan lainnya yang ada pada budaya masing-masing. Faktor-faktor juga
mempengaruhi bertumbuh kembangnya pluralisme masyarakat di Indonesia,
seperti faktor internal, faktor eksternal (faktor sosio-politik) dan faktor
keilmuan.
4.2 Saran
Dari kesimpulan di atas maka kami akan memberikan saran, seperti
masyarakat harus mempunyai kesadaran dalam menghargaai perbedaan yang
berada di lingkungan sekitar, hiduplah dengan harmonis bukan memahami
makna toleransi tapi menerima sepenuhnya, karena jika menerima
sepenuhnya maka kita sesama makhluk hidup yang mempunyai banyak
perbedaan baik kebudayaan dan budaya bisa saling membantu dan
melengkapi dalam keharmonisan multikultural tersebut. Perbuatanperbuatan
baik dalam suatu keanekaragaman menciptakan kerukunan di tengah-tengah
perbedaan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi Shihab, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka, 2005
https://www.kompasiana.com/jessicastefannyrindengan/
61893c7406310e2e1a04bdb3/pentingnya-toleransi-dalam-kehidupan-
beragama-di-indonesia