Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AGAMA HINDU

(TOLERANSI DALAM SUDUT PANDANG AGAMA HINDU)

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Drs. I Wayan Mudana, M.Si.

ROMBEL 8 AGAMA HINDU

KELOMPOK 1 :

Luh Parsini Dewi 2017041020

I Nengah Dwi Indra Narayana 2017041110

Ni Made Suci Ari Ayu Riantini 2017051118

Putu Yoga Indra Saputra 2017041046

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha
Esa, yang selalu memberikan rahmat dan kasih sayang-nya kepada kita semua, karena atas berkat
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Penyusunan makalah ini tidak
lain bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana toleransi dalam sudut pandang Agama
Hindu. Saya juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dr. Drs. I Wayan
Mudana, M.Si. selaku dosen mata kuliah Agama Hindu, yang telah memberikan tugas ini kepada
kami sebagai penulis.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami sebagai penulis mengharapkan adanya kritik,
saran, serta usulan dari segala kekurangan, baik itu dari susunan makalah, isi atau kosa kata yang
terdapat dalam makalah.

Semoga makalah ini mempunyai manfaat yang berguna bagi siapapun yang membaca, dan
dapat meningkatkan wawasan si pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Singaraja, 29 April 2021

Penulis,
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Toleransi atau toleran secara Bahasa, kata ini berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti
dengan sabar membiarkan sesuatu. Pengertian toleransi secara luas adalah suatu perilaku atau
sikap manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghormati atau
menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain. Toleransi juga dapat berarti suatu sikap
saling menghormati dan menghargai antar kelompok atau antarindividu (perseorangan) baik itu
dalam masyarakat ataupun dalam lingkup yang lain. Sikap toleransi dapat menghindari
terjadinya diskriminasi, walaupun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam
suatu kelompok masyarakat. Toleransi terjadi karena adanya keinginan-keinginan untuk sedapat
mungkin menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan kedua belah pihak.

Contoh sikap toleransi secara umum antara lain: menghargai pendapat mengenai pemikiran
orang lain yang berbeda dengan kita, serta saling tolong-menolong antar sesama manusia tanpa
memandang suku, ras, agama, dan antar golongan. Istilah toleransi mencakup banyak bidang.
Salah satunya adalah toleransi beragama, yang merupakan sikap saling menghormati dan
menghargai antar penganut agama lain, seperti: tidak memaksakan orang lain untuk menganut
agama kita, tidak mencela/menghina agama lain dengan alasan apapun, serta tidak melarang
ataupun mengganggu umat agama lain untuk beribadah sesuai agama/kepercayaan masing-
masing.

Lalu bagaimana toleransi menurut sudut pandang Agama Hindu? Toleransi dalam Agama Hindu
memiliki arti yang utama dalam penerapannya. Dimanapun umat Hindu berada, jarang terdengar
adanya konflik dengan pemeluk agama lain. Tidak salah jika ada yang menyebutkan Hindu
adalah agama yang memiliki ciri khas sebagai salah satu agama yang paling toleran, yang mana
di dalam kitab suci Weda dalam salah satu baitnya menyatakan: Ekam Sat Vipraaha Bahudhaa
Vadanti, yang artinya “Hanya ada satu kebenaran tetapi para orang pandai menyebut-Nya
dengan banyak nama.” Sloka ini terdapat dalam Reg Weda (Buku I, Gita CLXIV, Bait 46) ini
seolah menegaskan bahwa kebenaran itu hanyalah milik Sang Hyang Widhi, dimana beliau
mempunyai banyak nama (sebutan) sesuai dengan manifestasi-Nya.

Banyak hal yang mencerminkan bahwa Hindu memiliki toleransi yang tinggi dengan agama lain.
Landasannya adalah bahwasanya semua makhluk adalah sama dimata Tuhan dan itu ditegaskan
didalam Weda. Namun, belakangan ini terdapat sebuah kasus yang menghebohkan Umat
Beragama Hindu, khususnya yang tinggal di Bali. Kasus tersebut, bermula ketika seorang mualaf
yang dulunya memeluk Agama Hindu, menyampaikan sebuah pidato yang berunsur SARA dan
mnyinggung Umat Beragama Hindu. Kasus tersebut tentu sangat bertentangan dengan sikap
toleransi khususnya antar umat beragama. Maka dari itu, akan dilakukan pembahasan mengenai
bagaimana langkah dan sudut pandang Umat Hindu dalam menuntaskan kasus ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi toleransi secara umum?
2. Bagaimana toleransi dalam sudut pandang Agama Hindu?
3. Bagaimana kasus yang bertentangan dengan sikap toleransi itu bisa terjadi?
4. Bagaimana Umat Hindu dalam menyikapi kasus yang bertentangan dengan toleransi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi toleransi secara umum.
2. Untuk toleransi dalam sudut pandang Agama Hindu.
3. Untuk mengetahui Bagaimana kasus yang bertentangan dengan sikap toleransi itu bisa
terjadi.
4. Untuk mengetahui bagaimana Umat Hindu dalam menyikapi kasus yang bertentangan
dengan toleransi.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi toleransi secara umum.
2. Untuk toleransi dalam sudut pandang Agama Hindu.
3. Untuk mengetahui Bagaimana kasus yang bertentangan dengan sikap toleransi itu bisa
terjadi.
4. Untuk mengetahui bagaimana Umat Hindu dalam menyikapi kasus yang bertentangan
dengan toleransi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Toleransi

Toleransi secara umum berarti menghormati dan menhargai perbedaan, baik antarindividu
maupun kelompok. Dan untuk menghadirkan kedamaian diperlukan adanya sikap toleransi.
Dengan adanya sikap toleransi konflik dan perpecahan antar individu tidak akan pernah terjadi
karena banyak orang menyebut toleransi adalah salah satu jawaban atau kunci utama perdamaian
yang patut dijaga. Secara etimologi, toleransi berasal dari Bahasa latin, “tolerare” yang artinya
sabar dan menahan diri. Sedangkan secara terminology, toleransi adalah sikap saling
menghargai, menghormati, menyampaikan pendapat, pandangan, kepercayaan kepada
antarsesama manusia yang bertentangan dengan diri sendiri.

Untuk bisa memahami lebih lanjut tentang toleransi, kami akan menyebutkan beberapa
pengertian dari para ahli sebagai berikut:

1. Tillman, Menurut Tillman toleransi adalah sebuah sikap  saling menghargai, melalui
pengertian dengan tujuan untuk kedamaian. Toleransi disebut-sebut sebagai faktor esensi
dalam terciptanya sebuah perdamaian. Sehingga toleransi bisa disebut sebagai esensi
dalam terciptanya sebuah perdamaian
2. Max Isaac Dimont, menurut Dimont toleransi yaitu sikap yang mengakui perdamaian dan
tidak menyimpan norma-norma yang diakui dan berlaku. Toleramsi juga dapat diartikan
sikap menghormati dan menghargai setiap Tindakan orang lain
3. Freidrich Heiler, menurut Heiler, pengertian toleransi adalah sikap seseorang yang
mengakui adanya pluralitas agama dan menghargai setiap pemeluk agama tersebut. Ia
menyatakan, setiap pemeluk agama mempunyai hak untuk menerima perlakuan yang
sama dari semua orang.

2.2 Toleransi Dalam Sudut Pandang Agama Hindu

bagi penganut agama hindu toleransi dalam agama hindu memiliki arti yang utama,
penerapannya dimanapun umat Hindu berada jarang terdengar adanya konflik dengan pemeluk
agama lain. Agama hindu merupakan salah satu agama yang paling toleran, yang mana bisa diliat
dalam kitab weda salah satu baitnya menyatakan:

“Ekam Sat Vipraaha Bahudhaa Vadanti”

Artinya: “Hanya ada satu kebenaran tetapi para orang pandai menyebut-Nya dengan banyak
nama” | Reg Weda (Buku I, Gita CLXIV, Bait 46). Seolah ini menegaskan bahwa kebenaran
hanya milik Shang Hyang Widhi Wasa, dimana Beliau mempunyai banyak nama(sebutan) sesuai
dengan manifestasi-Nya.

Selain itu kami sebagai mahasiwa mempelajari Tri Hita Karana dimana dalam konsep falsafah
agama hindu. Tri Hita Karana berasal dari kata “Tri” yang berarti tiga, “Hita” yang berarti
kehagiaan dan “Karana” yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hita Karana yaitu “tiga
penyebab terciptanya kebahagiaan” konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan Falsafah
hidup umat agama Hindu yang sangat Tangguh karena falsafah tersebut memiliki konsep yang
dapat mengimplementasikan sikap toleransi. Dalam ajarannya terdapat 3 yaitu:

1 Parahyangan

Prahyangan yaitu menjaga hubungan manusia dengan tuhan. Karena semua


makhluk yang ada di dunia adalah ciptaan Tuhan (Ida Hyang Widhi Wasa). Namun
manusia dapat hidup karena adanya Atman yaitu merupakan percikan terkecil dari Tuhan
yang menempati semua jasad (badan kasar) pada dalam diri manusia, dan semua makhluk
ciptaan. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk tertinggi karena memiliki Tri Premana
(Bayu, Sabda, Idep) wajib membayar hutang tersebut kepada Tuhan Yang Maha Esa (Ida
Hyang Widhi Wasa) karena dalam Bhagawadgita. III. 10 beliau mengorbankan dirinya
(Yadnya), maka dapat dikatakan bahwa alam semesta dan segala ciptaan beliau terdiri dari
unsur-unsur yang sama yaitu unsur panca mahabhuta. Dan oleh karena itu untuk
membayarnya umat hindu biasanya melakukan upaca dan persembahyangan untuk
menjaga hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Hyang Widhi Wasa)

2 Palemahan

Palemahan merupakan hubungan manusia dengan lingkungan/alam.


Lingkungan/alam ini mencangkup tumbuh-tumbuhan, binatang dan hal-hal lain. Dengan
tujuan untuk menjaga keseimbangan, kelestarian antara jagat raya ini dengan diri kita.
Manusia diharuskan menjaga kelestarian dan keseimbangan alam. Konsep palemahan
mengajarkan bahwa kehidupan manusia merupakan bagian dari alam sehingga jika alam
rusak maka kehidupan manusia juga akan terganggu. Sehingga dapat terwujud
keseimbangan dan keselarasan hidup.

3 Pawongan

Pawongan yaitu manusia yang menjaga keharmonisannya dengan manusia


lainnya diatur dengan dasar saling asah, saling asih, dan saling asuh. Pawongan ini adalah
salah satu bagaimana umat Hindu mengimplementasikan sikap toleransi karena sebagai
mahkluk sosial manusia tidak dapat hidup menyediri. Manusia dalam kehidupannya
memerlukan bantuan dan kerja sama dengan orang lain jadi hubungan antarmanusia harus
dijalin dengan baik dan harmonis. Dari adanya hubungan yang baik dengan sesame umat
manusia di lingkungan keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menciptakan keamanan
dan kedamaian lahir batin di masyarakat karena masyarakat yang aman dan damai akan
menciptakan negara yang tentram dan sejahtera

Dengan demikian ajaran Tri Hita Karana telah menggariskan bagi umat manusia untuk selalu
berupaya menjalin hubungan yang harmonis kehadapan tuhan, antar manusia dan hubungan yang
harmonis terhadap alam dan lingkungan.

Selain konsep falsafah Tri Hita Karana, dalam Susastra Suci Weda mengajarkan tentang
sebuah nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai upaya mewujudkan
kehidupan yang rukun dan damai. Sebuah nilai luhur yang harus dilestarikan dan patut ditumbuh
suburkan dalam sikap hidup keseharian. Dalam Chandhogya Upanishad VI.8.7 tersurat
sebuah Maha Vakya atau semboyan utama yaitu Tat Twam Asi yang merupakan nilai yang
sangat luhur, yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam membangun sebuah kehidupan yang
rukun dan damai.

Tat Twam Asi mengandung arti bahwa ‘itu adalah engkau, engkau adalah dia’. Kata ‘itu’
bermakna sebagai Brahman atau Sumber segala kehidupan. Sedangkan kata ‘engkau’ adalah
merupakan Atman atau jiwa yang menghidupi semua makhluk. Dengan demikian dapat kita
maknai bahwa jiwa yang bersemayam dalam setiap manusia adalah berasal dari sumber yang
sama yaitu Brahman atau Tuhan sendiri. 

Ajaran Tat Twan Asi merupakan dasar dari Tata Susila Hindu di dalam usaha untuk
mencapai perbaikan moral. Susila adalah tingkah laku yang baik dan mulia untuk membina
hubungan yang selaras dan seimbang serta rukun di antara sesama.

Dari  Tat Twam Asi ini, diharapkan mampu untuk bercermin diri bahwa sebenarnya
kedudukan sebagai sesama manusia adalah setara, itu adalah engkau, dan engkau adalah dia
juga. Wasudaiwa Kutumbakam, bahwa kita semua adalah bersaudara. Rukun Agawe Santosa,
Crah Agawe Bubrah. Rukun akan menjadikan kita kuat dan kokoh, sedangkan pertengkaran akan
menimbulkan kekacauan dan kehancuran.

2.3 Kasus Yang Bertentangan Dengan Sikap Toleransi

Kasus yang bertentangan yang bisa kita ambil yaitu kasus seorang dosen yang bernama Desak
Made Darmawati melakukan penghinaan agama Hindu beliau keliru dalam konsep ketuhanan
yang di anut oleh agama Hindu dimana kekeliruan ibu desak pemahamannya terhadap Tri Murti.

Tri Murti dianggap sebagai sebuah perwujudan nyata dari kekuatan utama yang mengendalikan
alam semesta, yaitu kekuatan untuk menciptakan, kekuatan untuk memeliharan, dan kekuatan
untuk merusak. Perwujudan itu hadir dalam bentuk para dewa. Para dewa yang ada dalam
konsep ini antara lain: Brahma (dewa pencipta), Wisnu (dewa perawat), dan Siwa (dewa
perusak).
Dan selain itu masih banyak lagi kekeliruan yang diucap oleh beliau, dengan demikian kasus ini
terjadi karena pada awalanya ibu Desak Made ini tidak mengerti disaat ibu Desak masih
menganut agama Hindu tidak memahami konsep ketuhanan dan lain-lain sehingga pada disaat
ceramah itu terjadi ada banyak kekeliruan dan dijadikan seperti bahan candaan jadi ini
menjadikan sikapnya yang tidak Toleran dengan agama lainnya.

2.4 Umat Hindu dalam menyikapi kasus yang bertentangan dengan toleransi

Dalam kasus ini umat Hindu dalam menyikapi kasus ini harus memahami dan mengingat adanya
konsep falsafah hidup yang dianut umat agama Hindu yaitu Tri Hita Karana dimana kita sebagai
manusia menjaga keharmonisannya dengan Tuhan, Alam beserta lingkungannya dan sesama
Manusia Dan dari banyak sekali kekeliruan ini umat agama hindu untuk menyikapi kasus ini
tidak dengan kepala yang panas dan frontal karena dalam Tri Hita Karana telah menggariskan
bagi umat manusia untuk selalu berupaya menjalin hubungan yang harmonis kehadapan tuhan,
antar manusia dan hubungan yang harmonis terhadap alam dan lingkungan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Pada dasarnya, tidak ada agama apapun di dunia ini yang secara normatif
mengajarkan kepada umatnya untuk melakukan kekerasan terhadap sesama manusia,
sekalipun terhadap orang yang memiliki keyakinan berbeda. Jika ajaran agama dipahami
secara sempit, mengutamakan subjektifitas pribadi dan mengesampingkan objektifitas serta
memaksakan kemutlakan ajarannya pada orang lain yang berbeda keyakinan maka hal inilah
yang memunculkan sikap intoleransi dan mengakibatkan konflik.
Bagi penganut agama hindu toleransi dalam agama hindu memiliki arti yang
utama, yang mana bisa diliat dalam kitab weda salah satu baitnya menyatakan:
“Ekam Sat Vipraaha Bahudhaa Vadanti”
Artinya: “Hanya ada satu kebenaran tetapi para orang pandai menyebut-Nya dengan
banyak nama” | Reg Weda (Buku I, Gita CLXIV, Bait 46).
Seolah ini menegaskan bahwa kebenaran hanya milik Sang Hyang Widhi Wasa,
dimana Beliau mempunyai banyak nama (sebutan) sesuai dengan manifestasi-Nya.
Selain itu, agama hindu juga berpegangan teguh dengan konsep falsafah Tri Hita
Karana yang artinya tiga penyebab terciptanya kebahagiaan. Tri Hta Karana terdiri dari
Parahyangan yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan (Ida Sang Hyang
Widhi Wasa), Pawongan yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan sesama manusia,
dan Palemahan yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Alam Semesta. Dengan
demikian ajaran Tri Hita Karana telah menggariskan bagi umat manusia untuk selalu
berupaya menjalin hubungan yang harmonis kehadapan tuhan, antar manusia dan hubungan
yang harmonis terhadap alam dan lingkungan.
Selain konsep falsafah Tri Hita Karana, umat hindu juga mengenal semboyan
Tattwan asi yang mengandung arti bahwa ‘itu adalah engkau, engkau adalah dia’. Kata ‘itu’
bermakna sebagai Brahman atau Sumber segala kehidupan. Sedangkan kata ‘engkau’ adalah
merupakan Atman atau jiwa yang menghidupi semua makhluk. Dengan demikian dapat kita
maknai bahwa jiwa yang bersemayam dalam setiap manusia adalah berasal dari sumber yang
sama yaitu Brahman atau Tuhan sendiri. Dari  Tat Twam Asi ini, diharapkan mampu untuk
bercermin diri bahwa sebenarnya kedudukan sebagai sesama manusia adalah setara.

3.2 Saran
Toleransi sangat diperlukan untuk menciptakan kerukunan dan keharmonisan
antar sesama umat manusia. maka dari itu, untuk menghindari berbagai konflik dan
perpecahan, sudah sepatutnya kita saling menghargai dan menjungngjung tinggi
kebhinekaan, sehingga kehidupan beragama akan sangat toleran baik dengan sesama hindu
maupun umat beragama lainnya.

Anda mungkin juga menyukai