Anda di halaman 1dari 19

TOLERANSI MEWUJUDKAN

PERDAMAIAN
Makalah ini disajikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Materi Al-Qur’an Hadits

Dosen Pengampu
Laila, S.Th.I, M.Pd

Oleh Kelompok 10 :
Normuslimah Ahdini (2017122029)
Rabiatuzzahra (2017122032)
Ria Nadia (2017122036)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


DARUL ULUM KANDANGAN
PROGRAM STUDI PAI
2019 M / 1441 H
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah
mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai Rahmatan lil alamin yang membawa umat
manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang, memberi
petunjuk ke jalan yang benar, untuk keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
limpahan taufik dan hidayah serta inayah-Nya jualah sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan materi pokok yang ditentukan yaitu “Toleransi
Mewujudkan Perdamaian”, dalam memenuhi tugas Materi Al-Qur’an Hadits.

Karena terbatasnya kemampuan yang saya miliki dalam membuat makalah ini,
maka kami menerima dengan ikhlas hati dengan segala kritikan dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah kami.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat khususnya


mahasiswa STAI Darul Ulum Kandangan ini untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan bagi kita semua. Aamiin.

Kandangan, 12 September 2019

Peyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Toleransi adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling
menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok
masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik maupun
agama. Toleransi karena itu merupakan konsep agung dan mulia yang
sepenuhnya menjadi bagian organic dari ajaran agama-agama, termasuk agama
Islam.
Dalam konteks toleransi antar umat beragama, Islam memiliki konsep
yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama”, “Bagi kalian agama kalian, dan
bagi kami agama kami” adalah contoh popular dari toleransi dalam Islam.
Selain ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang tersebar di berbagai surah. Juga
sejumlah hadits dan praktek toleransi dalam sejarah Islam. Fakta-fakta historis
itu menunjukkan bahwa masalah toleransi dalam Islam bukanlah konsep asing.
Toleransi adalah bagian integral dari Islam itu sendiri yang detail-detailnya
dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir mereka. Kemudian
rumusan-rumusan ini disempurnakan oleh para ulama dengan pengayaan-
pengayaan baru sehingga akhirnya menjadi praktek kesejarahan dalam
masyarakat Islam.
Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia,
tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Dengan
makna toleransi yang luas semacam ini, maka toleransi antar umat beragama
dalam Islam memperoleh perhatian penting dan serius. Apalagi toleransi
beragama adalah masalah yang menyangkut eksistensi keyakinan manusia
terhadap Allah. Ia begitu sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik
sehingga menyedot perhatian besar dari Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari toleransi?
2. Bagaimana toleransi dan kedamaian umat?
3. Bagaimana toleransi yang diperbolehkan dalam Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari toleransi.
2. Untuk mengetahui tentang toleransi dan kedamaian umat.
3. Untuk mengetahui keadaan toleransi yang di perbolehkan dalam Islam.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

A. Kematangan............................................................................................. 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 7

A. Kesimpulan ....................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN

A. Toleransi dan Kedamaian Umat


1. Pengertian Toleransi
Kata toleransi berasal dari bahasa Latin tolerare yang berarti bertahan
atau memikul. Dalam bahasa Arab toleransi dikenal dengan istilah
tasamuh yang artinya adalah tenggang rasa. Sedangkan menurut istilah
artinya adalah saling menghormati dan menghargai antara manusia yang
satu dengan manusia yang lainnya.1 Toleransi diartikan memberikan tempat
kepada pendapat yang berbeda. Pada saat bersamaan sikap menghargai
pendapat yang berbeda itu disertai dengan sikap menahan diri atau sabar.
Oleh karena itu, di antara orang yang berbeda pendapat harus
memperlihatkan sikap yang sama, yaitu saling menghargai dengan sikap
yang sabar.2
Dari pengertian di atas toleransi dapat diartikan sebagai sikap
menenggang, membiarkan, dan membolehkan, baik berupa pendirian,
kepercayaan, dan kelakuan yang dimiliki seseorang atas yang lainnya.
Dengan kata lain toleransi adalah sikap lapang dada terhadap prinsip orang
lain yang berbeda-beda.3
2. Toleransi Kunci Perdamaian
Perdamaian tidak akan bias dicapai secara instan. Untuk mencapainya
perlu perkembangan dan proses berkelanjutan. Tanpa adanya perdamaian,
kesejahteraan masyarakat dalam bidang ekonomi dan politik tidak mungkin
tercapai. Hal ini dikarenakan tidak adanya sikap toleransi yang
memungkinkan keharmonisan dan kerjasama social antar masyarakatnya.

1
Karwadi, et al., Pendidikan Agama Islam Untuk SMP/MTs Kelas IX, (Jakarta: PT. Cempaka
Putih, 2011), h. 42
2
Loso, Samroni, dan Mulyadi, Pendidikan Agama Islam Untuk SMP Kelas IX, (Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2011), h. 31
3
Henry Thomas Simarmata, et al., Indonesia Zamrud Toleransi, (Jakarta: PSIK-Indonesia
2017), cet ke-1, h.
Toleransi sendiri adalah menghargai perbedaan dan kemampuan untuk
hidup dan membiarkan orang lain hidup dengan hidupnya. Toleransi
merupakan kemampuan untuk memberikan sikap yang objektif dan adil
pada pendapat, perilaku, ras, dan agama yang berbeda. Bukan hanya
sekedar tidak memperdulikan perbedaan, toleransi lebih mengarahkan
manusia untuk menunjukkan rasa hormat pada perbedaan tiap-tiap manusia.
Toleransi merupakan salah satu kunci utama dalam memelihara
perdamaian dan menjauhi konflik dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan
adanya toleransi bahkan ketika ada konflik, kelompok yang berkonflik akan
menahan rasa sakit masa lalu dan menyelesaikan perbedaan secara damai.
Perpecahan dan konflik pasti akan terlahir tanpa adanya sikap toleransi.4
Pada dasarnya, manusia diciptakan dengan berbagai macam
perbedaan. Lokasi hidup, agama yang dianut, pendidikan, keadaan social
akan membentuk karakter dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. Nilai-
nilai hidup yang berbeda sangat rentan menimbulkan sebuah kesalah
pahaman dalam komunikasi tanpa adanya toleransi akan perbedaan. Hanya
dengan rasa saling percaya masyarakat dapat membangun perdamaian.
Rasa saling percaya harus di bangun dengan pendidikan karakter yang
mendukung rasa pengertian, toleransi, saling hormat, dan komunikasi.
Bibit-bibit perdamaian dan toleransi beragama ini harus ditanamkan sejak
dini di dalam diri anak-anak, agar generasi penerus bangsa yang terbentuk
adalah generasi cinta damai. 5

B. Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia

4
Supriyanto, Perdamaian dan Kemanusiaan dalam Pandangan Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2013), h. 56-59.
5
Ibid,. h. 61.
Kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat di hindarkan
di tengah perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang untuk
hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan.
Kesadaran akan kerukunan hidup umat beragama yang harus bersifat dinamis,
humanis, dan demokratis. Agar dapat ditransformasikan kepada masyarakat di
kalangan bawah sehingga kerukunan tersebut tidak hanya dapat dirasakan atau
dinikmati oleh kalangan-kalangan atas atau orang kaya saja.
Karena agama tidak bisa dengan dirinya sendiri dan dianggap dapat
memecahkan semua masalah. Agama hanya salah satu factor dari kehidupan
manusia. Mungkin factor yang paling penting dan mendasar karena
mmeberikan sebuah arti dan tujuan hidup. Tetapi sekarang kita mengetahui
bahwa untuk mengerti lebih dalam tentang agama perlu segi-segi lainnya,
termasuk ilmu pengetahuan dan juga filsafat. Yang paling mungkin adalah
mendapatkan pengertian yang mendasar dari agama-agama. Jadi, keterbukaan
satu agama terhadap agama lain sangat penting. Kalau kita masih mempunyai
pandangan yang fanatic, bahwa hanya agama kita sendiri saja yang paling
benar, maka itu menjadi penghalang yang paling berat dalam usaha
memberikan sesuatu pandangan yang optimis. 6
Namun ketika kontak-kontak antar agama sering kali terjadi sejak tahun
1950-an, maka muncul paradigma dan arah baru dalam pemikiran keagamaan.
Orang tidak lagi bersikap negative dan apriori terhadap agama lain. Bahkan
mulai muncul pengakuan positif atas kebenaran agama lain yang pada
gilirannya mendorong terjadinya saling pengertian. Di masa lampau, kita
berusaha menutup diri dari tradisi agama lain dan menganggap agama selain
agama kita menjadi lawan yang sesat serta penuh kecurigaan terhadap berbagai

6
Mohamad Natsir, Keragaman Hidup Antar Agama, (Jakarta: Penerbit Hudaya, 1970), cet.
ke-2 h. 27-32.
aktifitas agama lain, maka sering kita lebih mengedepankan sikap keterbukaan
dan saling menghargai satu sama lain.

C. Macam-macam Toleransi
Toleransi terdiri dari dua macam yaitu:
1. Toleransi terhadap sesame muslim merupakan suatu kewajiban, karena di
samping sebagai tuntunan social juga merupakan wujud persaudaraan yang
terikat oleh tali akidah yang sama. Bahkan dalam hadits nabi dijelaskan
bahwa seseorang tidak sempurna imannya jika tidak memiliki rasa kasih
sayang dan tenggang rasa terhadap saudaranya yang lain.
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu, sehingga mencintai
saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Sikap toleran dan baik hati terhadap sesame terlebih lagi dia seorang
muslim pada akhirnya akan membias kembali kepada kita yaitu banyak
memperoleh kemudahan dan peluang hidup karena adanya relasi,
disamping itu Allah akan membalas semua kebaikan kita di akhirat kelak.7

2. Adapun toleransi terhadap non muslim mempunyai batasan tertentu selama


mereka mau menghargai kita, dan tidak mengusir kita dari kampong
halaman. Mereka pun harus kita hargai karena pada dasarnya sama sebagai
makhluk Allah SWT
Bersikap toleransi bukan berarti kita toleran terhadap sesuatu secara
membabi buta tanpa memiliki pendirian, tetapi harus dibarengi dengan
suatu prinsip yang adil dan membela kebenaran. Kita tetap harus tegas dan
adil jika dihadapkan kepada suatu masalah baik menyangkut diri sendiri,
keluarga ataupun orang lain. Walaupun keputusan tersebut akan berakibat

7
Ibid,. h. 34-35.
pahit pada diri sendiri. Dalam ajaran Islam keadilan ditegakkan tanpa
memandang bulu baik rakyat jelata maupun raja harus tunduk kepada
hukum dan ajaran Allah SWT. Jika ia melanggar harus menerima segala
konsekuensinya. 8

D. Bentuk-Bentuk Toleransi dalam Kehidupan Bermasyarakat


1. Tidak mengganggu ketenangan tetangga Rasulullah SAW bersabda:
“Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah
tidak beriman.” Saat itu beliau ditanya “Ya Rasulullah siapakah yang tidak
beriman itu “Rasulullah SAW bersabda “(yakni) orang yang tetangganya
tidak merasa nyaman karena gangguannya.” (HR. Bukhori)
Hadits tersebut menjelaskan bahwa pengakuan iman seseorang tidak
sempurna apabila masih suka mengganggu ketenangan tetangganya, baik
dengan ucapan yang jelek maupun perbuatan.9
2. Kerukunan antar umat Islam
Saat ini dalam agama Islam berkembang berbagai macam paham dan
aliran. Walaupun demikian antara muslim yang satu dengan muslim yang
lainnya tetap merupakan saudara. Munculnya aliran yang berbeda-beda dari
perbedaan penafsiran karena penguasaan ilmu yang mendukung penafsiran
itu berbeda. Akan tetapi umat Islam harus menjunjung tinggi persaudaraan
karena yang mengikat persaudaraan diantara mereka adalah Islam. Dalam
hadits Rasulullah SAW bersabda:
“ Perumpamaan orang Islam di dalam saying menyayangi dan kasih
mengasihi adalah bagaikan satu tubuh yang apabila ada salah satu anggota
yang sakit maka anggota tubuh yang lain akan merasakannya yaitu tidak
bisa tidur dan merasa demam” (HR. Muslim). Salah satu wujud kerukunan

8
Ibid.
9
Ibid,. h. 36-38.
adalah adanya kemauan untuk saling membantu, menolong dan saling
menghargai satu sama lain.
3. Kerukunan umat Islam dengan umat beragama lain
Islam merupakan agama yang mempunyai toleransi tinggi terhadap
golongan yang beragama lain. Dakwah Islam tidak boleh dilaksanakan
dengan cara kekerasan dan paksaan akan tetapi harus dengan cara yang
damai.
Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah: 256

‫اّللِافَقَ ِادا‬ ‫تا َويؤْ ِم ْا‬


‫نابِ َّا‬ َّ ِ‫نايَ ْكف ْاراب‬
‫الطاغو ِا‬ ‫الر ْشداا ِمنَاا ْالغ ا‬
‫َي ِاۚافَ َم ْا‬ ‫لاإِ ْك َرا اهَافِياالد ِا‬
ُّ ‫ِيناۖاقَ ْاداتَبَيَّنَاا‬ ‫َا‬
‫ع ِليما‬
َ ‫س ِميعاا‬ ‫امالَ َهااۗا َو َّا‬
َ ‫ّللاا‬ ‫ص َا‬ ‫سكَاابِ ْالع ْر َوةِاا ْالوثْقَىاا َ ا‬
َ ‫لاا ْن ِف‬ َ ‫ا ْست َْم‬
Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghutb dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus dan Allah maha mendengar lagi maha
mengetahui.”

4. Menyukai sesuatu untuk tetangganya, sebagaimana ia suka untuk dirinya


sendiri.
Rasulullah SAW bersabda: “Demi Dzat yang aku berada di dalam
kekuasaannya, tidaklah seorang beriman sehingga ia menyukai buat
tetangganya atau saudara sesuatu yang ia sukai buat dirinya sendiri.”10

10
Ibid.
E. Toleransi Yang Diperbolehkan Dalam Islam
Sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Sudah dijelaskan dalam Al
Qur’an bagaimana mengatur hubungan dengan umat beragama lain. Penting
bagi setiap muslim untuk bersikap toleran kepada umat lain selama tidak
mengganggu agama dan ibadah umat islam. Adapun bentuk-bentuk toleransi
yang diperbolehkan dalam islam diantaranya;
1. Berbuat Baik & Adil Kepada Siapapun
Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang hukum meremehkan kaum
non muslim, “Allah tidak melarang kalian berbuat baik kepada non muslim
yang tidak memerangi kalian seperti berbuat baik kepada wanita dan orang
yang lemah di antara mereka. Hendaklah berbuat baik dan adil karena Allah
menyukai orang yang berbuat adil.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 247).
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil”.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai
kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir
kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan
barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-
orang yang zalim.” (QS. Al Mumtahanah: 8-9). Selama umat lain tidak
memerangi, memecah belah, atau menjauhkan umat islam dari aturan
agama, kita wajib untuk berbuat baik dan berlaku adil.11

11
Salim, Toleransi Islam Menurut Pandangan Islam. ( Jakarta: PT. Raja Grafindo, t.t) h.24.
2. Saling Menolong Terutama Orang Yang Membutuhkan (Orang Miskin,
Sakit, Orang Tua, Anak-Anak)
Masih ingat kisah Rasulullah yang dilempari kotoran setiap hari
setiap akan pergi ke masjid oleh seorang nenek dari kalangan Yahudi?
Sampai suatu ketika nenek tersebut tidak lagi melemparkan kotoran dan
Rasulullah bertanya keadaan nenek tersebut. Tetangganya pun bertanya
kembali pada Rasulullah, “untuk apa engkau menanyakan kabar orang yang
setiap hari menghinamu wahai Rasulullah.” Agungnya akhlak beliau
dengan hanya membalas pertanyaan itu lewat senyuman pertanda kesabaran
dan ketulusan. “Si nenek tua itu hidup sebatang kara di rumahnya, dan
sekarang ia sedang sakit”, ujar tetangganya tersebut. Tidak tunggu lama,
Rasulullah pun terus bergegas menuju rumah nenek tersebut. Membantu
menyiapkan makanan, menimbakan air, dan membersihkan rumah. Justru
dengan keikhlasan beliau membantu si nenek, nenek tersebut akhirnya
minta maaf dan berjanji akan menerima islam sebagai ajaran yang akan
dianutnya kelak.
Dari cerita di atas, kita bisa mengambil kesimpulan untuk tidak
pandang bulu dalam membantu sesama. Kita tidak pernah tahu hidayah bisa
datang kepada siapa saja, sekalipun orang yang selama ini membenci islam.
Islam mengajarkan kita untuk membalas keburukan dengan kebaikan.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Menolong orang sakit yang masih hidup akan mendapatkan ganjaran
pahala.” (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244). Lihatlah Islam
masih mengajarkan peduli sesama. 12

12
Ibid, h.26
3. Menghormati Prinsip Agama Masing-Masing

‫ِينا‬ ‫الَك ْامادِينك ْاما َو ِل َا‬


ِ ‫ياد‬
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (Al- Kafirun: 6)

Islam mengajarkan kita toleransi dengan membiarkan ibadah dan


perayaan non muslim. Kita harus pahami bahwa Tuhan yang kita sembah
tidak sama, dan peribadatan kita juga tidak sama. Bagi kalian agama kalian
dan kalian bertanggung jawab atas hal itu, dan bagiku agamaku dan aku
bertanggung jawab atas hal itu. Kita tidak boleh memaksakan orang lain
untuk menganut agama kita. Tidak boleh juga menghina agama lain juga
mengganggu umat agama lain untuk beribadah sesuai agama/ kepercayaan
mereka.

F. Batasan-Batasan Toleransi Dalam Islam


Sebagai umat moderat (wasathan), Islam menggariskan batas-batas yang
harus ditaati agar umat muslim tidak tergelincir dari jalan yang lurus. Misalnya,
toleransi tidak boleh melanggar prinsip-prinsip agama; sebagaimana agama
tidak boleh dijadikan alasan untuk bersikap intoleran (tidak bertoleransi).
Berikut uraian batas-batas toleransi di beberapa bidang kehidupan yang
diharapkan menjadi panduan bagi umat muslim.

1. Toleransi dalam bidang ibadah

‫ِينا‬ ‫لَاك ْامادِينك ْاما َو ِل َا‬


ِ ‫ياد‬
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (Al- Kafirun: 6)
Ketika Rasulullah SAW diajak kompromi oleh kaum kafir Quraisy
dengan cara saling “bertukar ibadah”; yaitu sekarang kaum kafir ikut
beribadah umat muslim; dan besok giliran umat muslim ikut beribadah
kaum kafir. Kompromi akidah ini langsung ditolak dengan tegas melalui
ayat ini. Jadi, tidak ada toleransi dalam hal akidah. Itulah mengapa,
pluralisme diharamkan. Misalnya, doa bersama antar umat beragama, di
mana Pastur atau Biksu berdoa, sedangkan umat muslim “mengamini” doa
tersebut.
Sesungguhnya kalimat tauhid ‫ لاإلهاإلااهللا‬sudah mengisyaratkan bahwa
ada tuhan-tuhan selain Allah SWT yang dipercaya umat manusia, seperti
dewa dan berhala; namun umat muslim hanya boleh beriman kepada Allah
SWT. Al-Qur’an pun mengakui keberadaan agama-agama lain di luar
Islam, seperti Yahudi, Nasrani, Shabi’in (penyembah bintang), Majusi atau
Zoroaster (penyembah api); dan agama-agama lain, seperti Hindu, Budha,
Konghuchu, Animisme-Dinamisme, Sikhisme (Sikh), Atheisme, yang
semuanya tergolong syirik atau kafir (Q.S. al-Hajj [22]: 17) yang artinya
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Shabi’in,
Nasrani, Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan
di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan
segala sesuatu”

2. Batas toleransi di bidang fiqih

‫ّللاِا َوه َاوا َربُّنَاا َو َربُّك ْاما َولَنَااأ َ ْع َمالنَاا َولَك ْاماأ َ ْع َمالك ْاما َونَحْ ناالَهاام ْخ ِلصونَا‬
‫لاأَت َحا ُّجونَنَاافِيا َّا‬
‫ق ْا‬
“Bagi kami amalan kami, dan bagi kalian amalan kalian” (Q.S. al-
Baqarah [2]: 139).
Misalnya, mazhab Syafi’i memulai bacaan Surat al-Fatihah dalam
shalat dengan Basmalah, sedangkan mazhab Maliki memulai bacaan Surat
al-Fatihah dalam shalat dengan Hamdalah. Keduanya sama-sama memiliki
dalil yang shahih sebagai landasannya. Apalagi fikih merupakan wilayah
ijtihad yang dilandasi prinsip, “pendapatku benar, namun mengandung
kemungkinan salah; pendapat orang lain salah, namun mengandung
kemungkinan benar”. Sehingga yang dibutuhkan adalah menghormati
pendapat mazhab lain yang berbeda, bukan menyalah-nyalahkannya. Inilah
wujud sikap toleransi dalam bidang fikih.
Selain itu, kita dapat meneladani sikap Rasulullah SAW yang
diceritakan oleh Sayyidah ‘Aisyah RA yang artinya “Barangsiapa di antara
kalian melihat munkar, maka dia harus mengubahnya dengan tangannya
(kekuatan); jika tidak mampu, maka dengan lisannya (nasihat); jika tidak
mampu, maka dengan hatinya (pengingkaran), dan yang demikian itu
adalah selemah-lemahnya iman (H.R. Muslim). Munkar adalah sesuatu
yang dipandang buruk oleh syariat Islam maupun adat istiadat masyarakat.
Bisa jadi ada sesuatu yang dipandang buruk oleh syariat Islam, bukan oleh
adat istiadat. Misalnya, larung sesaji di laut. Bisa juga ada sesuatu yang
dipandang buruk oleh adat istiadat, bukan oleh syariat Islam. Misalnya,
tidak memakai helm atau sabuk pengaman saat berkendara.
Ketika melihat sesuatu yang tergolong munkar, maka tidak boleh ada
toleransi, melainkan harus segera melakukan nahi munkar, sesuai
kemampuan masing-masing. Bisa melalui kekuasaan (bi-yadihi), seperti
polisi yang berwenang untuk menilang orang yang melanggar lalu lintas;
melalui nasihat (bi-lisanihi), seperti guru yang memberi peringatan keras
kepada murid yang melanggar tata tertib; atau melalui pengingkaran hati
(bi-qalbihi), seperti mengingkari budaya lokal yang bertentangan dengan
syariat Islam.
3. Batas Toleransi di Bidang Muamalah
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Mumtahanah Ayat
8:
‫ارك ْاماأ َ ْا‬
‫ناتَبَ ُّروه ْاما‬ ِ َ‫نا ِدي‬ ‫ناالَّذِينَاالَ ْامايقَاتِلوك ْامافِياالد ِا‬
‫ِينا َولَ ْاماي ْخ ِرجوك ْاما ِم ْا‬ ‫ع ِا‬ ‫لايَ ْن َهاكماا َّا‬
َ ‫ّللاا‬ ‫َا‬
ِ ‫ّللاَاي ِحبُّاا ْالم ْقس‬
‫ِطينَا‬ ‫َوت ْقسِطواا ِإلَ ْي ِه ْاماۚا ِإ َّا‬
‫نا َّا‬
yang artinya ” Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku
adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak
(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil”
Ayat ini mengisyaratkan boleh berinteraksi sosial dengan umat non-
muslim, asalkan mereka tidak mengancam jiwa, harta, wilayah dan harga
diri umat muslim.
4. Batas Toleransi di Bidang Ekonomi
Allah Swt berfirman dalam Q.S Al-Hasyr ayat 7 yang artinya
“Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu”
Al-Qur’an mengakui adanya perbedaan tingkat ekonomi antara orang
kaya dengan orang miskin, sehingga Islam memberi toleransi dengan tidak
memaksa semua orang harus kaya atau miskin. Namun, ayat ini
menegaskan bahwa tidak boleh ada monopoli ekonomi, sehingga kekayaan
hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Oleh sebab itu, tidak ada
toleransi bagi umat muslim yang tidak mengeluarkan zakat mal (harta),
sebagaimana kebijakan Khalifah Abu Bakar r.a memerangi umat muslim
yang menolak membayar zakat.
Islam juga tidak memberi toleransi pada aktivitas-aktivitas
perekonomian yang hanya menguntungkan satu pihak saja. Misalnya,
perjudian seperti togel yang hanya menguntungkan bandar dan merugikan
mayoritas penjudi (maisir); pemalsuan barang dagangan agar memperoleh
keuntungan besar (gharar); rentenir yang mencekik rakyat kecil dengan
bunga pinjaman yang tidak manusiawi (riba); menimbun barang dagangan
agar terjadi kelangkaan di masyarakat, sehingga harga melambung tinggi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang
amat komprehensif. Kita harus bersikap melindungi dan tolong-menolong
tanpa mempersoalkan perbedaan keyakinan. Prinsip yang mengakar paling kuat
dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah
keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri sesame
manusia, dan kebaikan manusia konsekuensi alamiah dari prinsip ini.
Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam
mengajarkan agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak
berbuat aniaya kepada umat Islam.
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai
dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama
bertujuan untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar
dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa dan menjadi hal yang sangat
penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini.

B. Saran
Penyusun menyadari makalah ini masih banyak memiliki kekurangan,
maka dari itu penyusun membuka pintu saran dan kritik agar kedepannya
makalah ini dan makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Majid, Nurcholis. Islam Agama Peradaban. Jakarta: Penerbit Hudaya, 2000.
Natsir, Mohamad. Keragaman Hidup Antar Agama. Jakarta: Penerbit Hudaya, 1970.
Salim. Toleransi Islam Menurut Pandangan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo, t.t.
Supriyanto. Perdamaian dan Kemanusiaan dalam Pandangan Islam. Bandung:
Pustaka Setia, 2013.

Anda mungkin juga menyukai