3.Echa Anggraini
6.Nurmansyah
7.Reni Rahmawati
9.Samiaji Romadhon
10.Septa Deliansa
Kelas : XI MIA 5
Bab II Isi………………………………………............................................................................. 4
A.Sikap toleran............................................................................................................................... 4
B.Menghindari diri dari bahaya tindak kekerasan......................................................................... 5
Daftar pustaka……………...............................................................................................................
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang ‘’Sikap Toleransi dan Menghindari diri dari Tindak Kekerasan’’
ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pendidikan agama dengan judul ‘’Sikap Toleransi dan Menghindari dari Tindak Kekerasan’’.
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah
ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan
lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.
Penyusun
Bab I : Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat penelitian
BAB II : Isi
A. Sikap toleran
Pendidikan Toleransi
Mengingat pentingnya nilai toleransi, hal ini harus di terapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Upaya ini dilakukan guna menghindari konflik-konflik yang terjadi akibat
tidak adanya rasa menghormati dan menghargai orang lain, seperti yang di ungkapkan
oleh Tilaar (1999:160) bahwa yang diperlukan dalam masyarakat bukan sekedar mencari
kesamaan dan kesepakatan yang tidak mudah untuk dicapai, justru paling penting di
dalam masyarakat yang ber-bhineka tunggal ika adalah adanya saling pengertian.
Haricahyono (1995:203) mengatakan tujuan pengembangan sikap toleransi dikalangan
siswa di sekolah maupun kelompok sosial, disamping sebagai wahana latihan agar
mereka lebih lanjut dapat menerapkan dan mengembangkankannya secara luas dalam
kehidupan masyarakat.Pendidikan toleransi dapat dilakukan dalam beberapa pendekatan,
yaitu perorangan (personal approach), pendekatan kelompok (interpersonal approach)
dan pendekatan klasikal (classical approach) metode penyajiannyapun sangat beragam
dan luwes melalui cerita, ceramah, permainan simulasi, tanya jawab, diskusi dan tugas
mandiri. Singkatnya setiap bentuk sambung rasa (komunikasi) dapat dimanfaatkan dalam
proses pendidikan
Kajian Islam
Toleransi dimaknai sebagai tasammuh dalam Bahasa Arab. Tasammuh
merupakan pendirian atau sikap yang termanifestasikan pada kesediaan untuk menerima
berbagai pandangan dan pendirian yang beraneka ragam meskipun tidak sependapat
dengannya. Namun, menurut Hilali, dalam Islam istilah toleransi lebih dekat
hubungannya dengan As-Samahah yaitu kerelaan hati karena kemuliaan dan
kedermawanan, lapang dada karena kebersihan dan ketaqwaan, kelemah lembutan
karena kemudahan, rendah diri di depan sesama muslim bukan karena hina, mudah
bergaul dengan siapapun tanpa penipuan dan kelalaian
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”.(QS. Al Hujuraat :13)
3. Menerapkan persatuan dan kerukunan dalam keseharian Persatuan dan Kerukunan harus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan keduanya antara lain :
1. Membudayakan topleransi dalam masyarakat.
2. Menghargai keyakinan orang lain.
3. Menahan diri dari sikap egis.
4. Saling Membantu dan Berhubungan secara sholat dan batas-bata muamalan yang
diperbolehkan oleh Allah dan rasul-Nya.
Persatuan dan kesatuan akan mampu dihadapi oleh bangsa yang hidup bersatu dan rukun.
Persatuan dan kesatuan akan memperkokoh negara kesatuan republik Indonesia.
Berikut adalah perilaku yang menceriminkan persatuan dan kesatuan :
1. Mengucapkan salam jika saling berjumpa dengan sesama muslim
2. Menyapah pada saat berjumpah dengan saudara-saudara sabangsa dan setanah air
meskipun tidak seagama disertai senyum ramah.a Q
3. Saling menghargai dan menghormati antar umat beragama, tidak saling menghina tata
cara beribadah dan nama serta pemaham tentang tuhannya masing-masing.
4. Menghargai pendapatan dan keyakinan masing-masing umat beragama.
5. Mengajak kepada semua umat manusia untuk menciptakan kedamaian dan anti
kekacauan sesuai dengan nama islam yang berarti damai dan sejahtera.
6. Tidak bersikap arogan.
7. Tidak menyebut-nyebut perbadaan.
8. Umat islam harus terbiasa bersikap tolong-menolong terhadap siapapun yang
membutuhkan
a) Surah Al-Kafirun
لَ ُك ْم# َوالَ أَ ْنتُ ْم عَابِ ُدوْ نَ َما اَ ْعبُ ُد# َوالَ أَنَا عَابِ ُد َما َعبَ ْدتُ ْم# َوالَ أَ ْنتُ ْم عَابِ ُدوْ نَ َما اَ ْعبُ ُد# نbَ ْ الَ اَ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدو# قُلْ يَاأَيُّهَا ْال َكافِرُوْ ن
ِد ْينُ ُك ْم َولِ َي ِد ْي ِن
Artinya:
Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan
yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. (Q.S. al-Kafirun: 1-6).
Ayat ini turun saat orang-orang kafir Quraisy mencari-cari cara untuk menghentikan
dakwah Rasulullah saw.. Setelah mereka gagal membujuk Rasulullah saw. dengan tahta, wanita,
dan harta, maka mereka pun sekarang hendak membujuknya dengan berkompromi (bertoleransi)
untuk saling menyembah Tuhan satu dengan Tuhan yang lain. Artinya, kaum kafir Quraisy
hendak meminta Rasulullah untuk menyembah Tuhan mereka pada tahun tertentu dan mereka
akan menyembah Allah pada tahun lainnya (bergantian). Maka ayat ini menjawab ajakan itu
dengan menolaknya dengan tegas, bahwa toleransi yang seperti ini tidaklah tepat.
Kesimpulan:
1. Islam tegas untuk hanya menyembah dan patuh pada perintah Allah, tidak akan
menyekutukannya dengan lainNya.
2. Islam tidak memaksa kaum lain untuk menyembah Allah karena kewajiban umat Islam
hanya menyampaikan dakwah, tidak untuk memaksa masuk Islam.
b) Yunus 40-41
ُۡٔونَ ِم َّم ۤاbُ َواِ ۡن َك َّذب ُۡوكَ فَقُلْ لِّ ۡى َع َملِ ۡى َولَـ ُكمۡ َع َملُ ُك ۚمۡ اَ ۡنـتُمۡ بَ ِر ۡ ٓيـٔـ. ََو ِم ۡنهُمۡ َّم ۡن ي ُّۡؤ ِمنُ بِ ٖه َو ِم ۡنهُمۡ َّم ۡن اَّل ي ُۡؤ ِمنُ بِ ٖهؕ َو َربُّكَ اَ ۡعلَ ُم بِ ۡال ُم ۡف ِس ِد ۡين
َى ٌء ِّم َّما ت َۡع َملُ ۡون
ٓ ۡ اَ ۡع َم ُل َواَنَا بَ ِر
Artinya:
Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an, dan di antaranya
ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang
orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah:
“Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang Aku
kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Yunus: 40-41)
Kesimpulan:
1. Ketika Nabi Muhammad SAW diutus dengan membawa Al-Qur’an, orang-orang Quraisy
ada yang beriman dan ada juga yang tidak
2. Allah SWT mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi, yaitu mereka yang
musyrik dan berbuat zalim serta aniaya.
3. Bentuk toleransi yang ada pada ayat ini adalah jika mendapati orang-orang yang
mendustakan agama Islam, maka umat Islam tidak perlu marah, namun katakan
kepadanya “Atamu amalmu dan atasku amalku karena setiap amal akan
dipertanggungjawabkan.”
c) Al Kahfi : 29
ق ِم ْن َربِّ ُك ْم ۖ فَ َم ْن َشا َء فَ ْلي ُْؤ ِم ْن َو َم ْن َشا َء فَ ْليَ ْكفُرْ ۚ إِنَّا أَ ْعتَ ْدنَا لِلظَّالِ ِمينَ نَارًا أَ َحاطَ بِ ِه ْم ُس َرا ِدقُهَا ۚ َوإِ ْن يَ ْست َِغيثُوا يُغَاثُوا بِ َما ٍء
ُّ َوقُ ِل ْال َح
ت ُمرْ تَفَقًا ْ س ال َّش َرابُ َو َسا َء َ َك ْال ُمه ِْل يَ ْش ِوي ْال ُوجُوهَ ۚ بِ ْئ
Artinya :
Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”.
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (Q.S. al-Kahfi: 29)
Kesimpulan:
1. Ketika Nabi Muhammad SAW diutus dengan membawa Al-Qur’an, orang-orang Quraisy
ada yang beriman dan ada juga yang tidak.
2. Hidayah ada di Allah, maka tugas umat Islam hanya menyampaikan dakwah. Jika
dakwah diterima ataupun ditolak, maka hal yang musti dilakukan adalah menyerahkan
segala urusan kepadaNya.
3. Bentuk toleransi dalam ayat ini adalah tidak memaksakan hidayah atas seseorang, namun
hanya menyampaikan bahwa atas orang-orang yang zalim (yaitu mengingkari dakwah),
maka Allah mengancam atasnya neraka.
َ ِت َوي ُْؤ ِم ْن بِاهَّلل ِ فَقَ ِد ا ْستَ ْم َسكَ بِ ْالعُرْ َو ِة ْال ُو ْثقَى ال ا ْنف
صا َم لَهَا َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع ِ َي فَ َم ْن يَ ْكفُرْ بِالطَّا ُغو
ِّ ِّين قَ ْد تَبَيَّنَ الرُّ ْش ُد ِمنَ ْالغ
ِ ال إِ ْك َراهَ فِي الد
َعلِي ٌم
Artinya:
“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam Sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat Kuat
(Islam) yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ayat ini berkenaan dengan Hushain dari golongan Anshar, suku Bani Salim bin ‘Auf
yang mempunyai dua orang anak yang beragama Nasrani, sedang ia sendiri seorang Muslim. Ia
bertanya kepada Nabi Saw: “Bolehkah saya paksa kedua anak itu, karena mereka tidak taat
kepadaku, dan tetap ingin beragama Nasrani?.” Allah menjelaskan jawabannya dengan ayat
tersebut bahwa tidak ada paksaan dalam Islam.
Kesimpulan:
1. Tidak dibenarkan adanya paksaan. Kewajiban kita hanyalah menyampaikan agama Allah
kepada manusia dengan cara yang baik dan penuh kebijaksanaan serta dengan nasihat-
nasihat yang wajar sehingga mereka masuk agama Islam dengan kesadaran dan kemauan
mereka sendiri.
2. Apabila kita sudah menyampaikan kepada mereka dengan cara yang demikian tetapi
mereka tidak juga mau beriman itu bukanlah urusan kita melainkan urusan Allah swt..
3. Telah jelas perbedaan antara kebenaran dan kebatilan. Maka barangsiapa yang mengikuti
kebenaran, atasnya kebaikan. Namun jika mengikuti hawa nafsunya, maka atasnya
penyesalan di kemudian hari.
e) Surat Yunus : 99
Artinya :
Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-
orang yang beriman semuanya. (QS. Yunus (10) : 99).
Kesimpulan :
Ayat ini menerangkan bahwa jika Allah berkehendak agar seluruh manusia beriman
kepada-Nya, maka hal ini akan terlaksana, karena untuk yang melakukan yang demikian adalah
mudah bagi-Nya. Sesungguhnya, andaikan Tuhanmu menghendaki untuk tidak menciptakan
manusia dalam keadaan siap menurut fitrahnya untuk melakukan kebaikan dan keburukan, dan
untuk beriman atau kafir dan dengan pilihannya sendiri dia lebih suka kepada salah satu diantara
perkara-perkara yang mungkin dilakukan, dengan meninggalkan kebalikannya melalui kehendak
dan kemauannya sendiri, tentu semua itu Allah lakukan. Namun, kebijaksanaan Allah tetap
untuk menciptakan manusia sedemikian rupa, sehingga manusia mempertimbangkan sendiri
dengan pilihannya, apakah akan beriman atau kafir, sehingga ada sebagian manusia yang
beriman dan adapula yang kafir.
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; ditanyakan kepada Rasulullah saw. “Agama manakah yang paling
dicintai oleh Allah?” maka beliau bersabda: “Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi
toleran)”
َ ال َر ِح َم هَّللا ُ َر ُجاًل َس ْمحًا إِ َذا بَا َع َوإِ َذا ا ْشتَ َرى َوإِ َذا ا ْقت
َضى َ ِ أَ َّن َرسُو َل هَّللا.
َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق
Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Allah merahmati orang yang memudahkan ketika
menjual dan ketika membeli, dan ketika memutuskan perkara”.
Menghindari diri dari bahaya tindak kekerasan
Pengertian Kekerasan
Musyawarah merupakan salah satu unsur penting dalam berdemokrasi, sebab dapat
menampung banyak pendapat baru kemudian di pi;ih salah satu yang terbaik bukan dengan
jalan kekerasan, sebagai mana firman Allah swt. Dalam surat asy syura ayat 38 berikut ini :
bنbَ bوbُقbِفb ْنbُ يb ْمbُهbاbَنb ْقb َزb َرb اb َّمb ِمb َوb ْمbُهbَنb ْيbَ بbىb َرbوb ُشb ْمbُهb ُرb ْمbَأbوbَ bََّالةbصbلb اbاbوb ُمbاbَقbَأbوbَ b ْمbِّ ِهbبbرbَ bِ لbاbوbُبbاbجbَ bَتb ْسb اbنbَ bيbَّ ِذbلbاbوbَ
Artinya:
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka;
dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
1. Berdasarkan bentuknya
Kekerasan yang berasal dari bentuknya di golongkan menjadi :
a. Kekerasan fisik, yaitu kekerasan nyata yang dapat di lihat, di rasakan oleh
tubuh.wujud kekerasan fisik berupa penghilangan kesehatan atau kemampuan
normal tubuh, sampai pada penghilangan nyawa seseorang.
Contoh : penganiayaan, pemukulan, pembunuhan, dan sebagainya.
b. Kekerasan psikologis, yaitu kekerasan yang memiliki sasaran pada rohani atau
jiwa sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan kemampuan normal jiwa.
Contoh : kebohongan, indoktrinasi, ancaman dan tekanan.
2. Berdasarkan pelakunya
Kekerasan yang berdasarkan pelakunya dapat di golongkan menjadi dua bentuk yaitu
kekerasan individu dan kolektif.
b. Kekerasan kolektif adalah kekerasan yang dilakukan oleh banyak individu atau
masa.
Contoh : tawuran pelajar tawuran antar mahasiswa bentrokan antar desa
Jika dikaitkan dengan keadaan sekarang, perilaku kekerasan semakin hari semakin
nampak, dan sungguh sangat mengganggu ketentraman hidup kita.
Di era yang maju ini sering di beritakan terjadinya tindak kekerasan di semua lingkup
masyarakat. Misal di sekolah, keluarga , masyarakat dan sebagainya. Rasulullah SAW
bersabda yang artinya: "Berwasiatlah kepada perempuan dengan baik. Karena perempuan
diciptakan dari tulang rusuk yang paling bengkok. Dan tulang yang paling bengkok adalah
atasnya. Jika engkau dengan keras meluruskannya, niscaya engkau akan mematahkannya. Tetapi
kalau engkau biarkan niscaya akan tetap bengkok (H.R. Bukhari dan Muslim).
Menunjukkan perilaku dan sikap toleran, rukun dan menghindarkan diri dari tindak
kekerasan sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. Al-Maidah
(5) : 32
Di tindak kekerasan yang di timbulkan bisa dari seseorang dan juga bisa di lakukan oleh
kelompok. Dan juga bisa berawal dari seseorang hingga antar kelompok. Tindakan kekerasan
tersebut berdampak buruk kepada seseorang atau kelompok orang. Bahkan orang yang tidak
tahu menahu juga terjena dampaknya baik berupa materil maupun non materil. Kaewna tujuan
dari kekerasan tersebut adalah merusak. Lingkungan yang ada di sekitar kita seharusnya kita
jaga, bukan di rusak di karenakan pernuatan diri kita sendiri. Mengenai larangan tentang berbuat
kerusakan bermaktub dala, Q.S Al A’raf ayat 56 yang artinya :
“dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaiki-
nya dan berdoalah kepada-nya dengan rasa takut (tidak akan di terima) dan harapan (akan di
kabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
(Q.S. Al A’raf : 56)
Dari arti di atas dapat di simpulkan bahwa larangan tersebut kerusakan di bumi karena
seharusnya manusia memakmurkan dan menjaganya dengan baik. Setelah ada kerusakan, Allah
swt. selalau memperbaikinya. Oleh sebab itu, manusia di larang intuk di rusaknya. Manusia di
perintahkan untuk berdoa dengan rasa takut jika doanya tidak akan terkabul dan harus berharap
penuh bahwa doamya akan di kabulkan Allah swt. san gat dekat dengan orang-orang yang
berbuat kebaikan.
Persatuan dalam ajaran islam secara umum di sebut ikhwan yaitu persaudaraan, yang
secara umum ukhuawah islamiyah yaitu persaudaraan dalam islam (saudara sesama umat islam)
atau bisa juga kumpulan individu manusia yang bersatu atau menjadi satu. Jelas bahwa
persaudaraan menyebabkan orang dapat berbuat damai dan dengan perdamaian maka persatuan
dan kesatuan umat bisa dapat di wujudkan. Tanpa persatuan orang akan mudah bertindak
semena-mena terhadap sesama bahkan terhadap yang seagama sekalipun.
Kerukunan atau perdamaian, termasuk ajaran islam yang harus di wujudkan dalam
kehidupan berumah tangga, bertetangga, dan bermasayrakat, berbangsa, bernegara, serta
pergaulan antar umat beragama. Hal ini di sebabkan karena kerukunan merupakan modal utama
untuk terwujudnya ketentraman, kedamaian, dan kesejahteraan bersama. Sebaliknya perselisihan
atau permusuhan merupakan penyebab datangnya berbagai kerugian dan bencana
Islam merupakan agama yang mencintai kerukunan atau perdamaian, hal itu telah di
buktikan oleh rosulullah SAW, antara lain sebagai berikut :
Pada saat terjadi perselisihan, rosulullah SAW mengajarkan agar pihak-pihak yang
berselisih melakukan usaha-usaha dengan segera dan dengan cara yang bijaksana, agar
perselisihan di antara mereka segera berakhir, dan mereka kembali hidup rukun. Rosulullah
SAW bersabda yang artinya: “janganlah putus memutuskan hubungan, belakang-
membelakangi, benci-membenci dan hasut-menghasut. Hendaklah kamu menjadi hamba Allah
yang bersaudara satu sama lain dan tidaklah halal bagi (setiap) Muslim mendiamkan saudaranya
lebih dari tiga hari”(H.R. Bukhori dan Muslim).
Persatuan dan kerukunan sangat di perlukan agar tercipta kehidupan yang damai,
aman,dn tentram di tengah tengah masyarakat.
Allah SWT menyuruh umat manusia agar bersatu dan melarang bercerai-berai. Allah
SWT berfirman pada surah Al-Imran ayat 103 yang artinya adalah:
“Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali (agama) Allah dan janganlah
kamu bercerai-berai.”
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kerukunan artinya perihal hidup rukun, rasa
rukun, kesepakatan. Sedangkan arti rukun itu sendiri adalah baik dan damai bersatu hati
atau sepakat. Kata “Rukun” juga berasal dari bahasa arab yang berarti Ruknun artinya asas-
asas atau dasar, seperti rukun islam.
Kerukunan atau perdamaian, termasuk ajaran islam yang harus di wujudkan dalam
kehidupan berumah tangga, bertetangga, dan bermasayrakat, berbangsa, bernegara, serta
pergaulan antar umat beragama. Hal ini di sebabkan karena kerukunan merupakan modal
utama untuk terwujudnya ketentraman, kedamaian, dan kesejahteraan bersama. Sebaliknya
perselisihan atau permusuhan merupakan penyebab datangnya berbagai kerugian dan
bencana
Islam adalah agama yang mengharamkan segala bentuk tindakan menyakiti, mencederai,
melukai kepada diri sendiri atau kepada orang lain; baik secara verbal maupun tindakan nyata
terhadap salah satu anggota tubuh. Secara konseptual, misi utama kenabian Muhammad saw
adalah untuk kerahmatan bagi seluruh alam. Kekerasan, sekecil apapun bertentangan secara
diametral dengan misi kerahmatan yang diemban. “Dan tidaklah Kami utus kamu (wahai
Muhammad) kecuali untuk (menyebarkan) kasih sayang terhadap seluruh alam”. (Q.S. al-
Anbiyâ’ [21]: 107). Beberapa teks hadits yang secara tegas mengecam tindak kedzaliman bisa
dikutip di bawah ini: “Wahai hamba-hamba-Ku, Aku haramkan kezaliman terhadap diri-Ku,—
dan Aku jadikan kezaliman itu juga haram di antara kamu,—maka janganlah kamu saling
mendzalimi satu sama lain.” (Hadis Qudsi, Sahih Muslim, kitab al-Birr wa ash-Shilah wa al-
Adab, no. Hadits: 4674). “Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara satu dengan yang lain,
karena seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain, tidak diperkenankan menzalimi,
menipu, atau melecehkannya.” (Sahih Muslim, no. hadits: 2564).
Islam sangat menentang kekerasan dalam bentuk apapun termasuk dalam kehidupan
rumah tangga. Prinsip yang diajarkan Islam dalam membangun rumah tangga adalah mawaddah,
rahmah dan adalah (kasih, sayang dan adil). Dalam al-Qur'an disebutkan " Dan di antara tanda-
tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir" (Ar-rum: 21). Daslam ayat lain disebutkan "Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat
berlaku adil di antara isteri- isteri [mu], walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena
itu janganlah kamu terlalu cenderung [kepada yang kamu cintai], sehingga kamu biarkan yang
lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri [dari
kecurangan], maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (An-Nisa:
129).
Allah s.w.t. juga berfirman: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-
orang yang berbuat baik”. (Q.S. al-A’râf, 7:56). “Wahai hamba-hamba-Ku, Aku haramkan
kezaliaman terhadap diri-Ku, dan Aku jadikan kezaliman itu juga haram di antara kamu, maka
janganlah kamu saling menzalimi satu sama lain”. (Hadis Qudsi, Riwayat Imam Muslim).
لِنِ َسائِ ِه ْم ِخيَا ُر ُك ْم َو ِخيَا ُر ُك ْم ، ُخلُقًا أَحْ َسنُهُ ْم إِ ْي َمانًا ْنbَ ْال ُم ْؤ ِمنِي أَ ْك َم ُل
“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di
antara mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada isteri-
isterinya (HR. At-Tirmidzi )
Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan
memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan akhlak yang baik adalah salah satu penyebab seseorang untuk
dapat masuk Surga. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ْالبَ ِذيْ َء ش ِ َ ْالف ُلَيُ ْب ِغض َهللا َوإِ َّن َح َس ٍن ق
َ اح ٍ ُ ُخل ِم ْن ْالقِيَا َم ِة يَوْ َم ْال ُم ْؤ ِم ِن ِم ْي َزا ِن فِ ْي أَ ْثقَ ُل َش ْي ٌء َما \
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari
Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka
berbicara keji dan kotor.” (HR. At-Tirmidzi)
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda pula:
ً أَ ْخالَقا أَ َحا ِسنَ ُك ْم ْالقِيَا َم ِة يَوْ َم َمجْ لِسًا ِمنِّ ْي َوأَ ْق َربِ ُك ْم ي
َّ َإِل أَ َحبِّ ُك ْم ِم ْن إِ َّن
“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat majelisnya
denganku pada hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaknya...” ( HR. At-Tirmidzi),
Sesungguhnya islam memerintahkan kepada umatnya memiliki akhlak yang mulia dan
melarang dari akhlak yang hina, karena dengan akhlak yang mulia maka seseorang tidak akan
berbuat zhalim kepada orang lain. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda :
ِ َع ْن َح خَالِ ٍد ْب ِن دbِ َ َم ْعب ع َْن َ ُس ْفيَان ع َْن َو ِكي ٌع َح َّدثَنَا قَااَل َ َش ْيبَة أَبِي ُابْن ُ َوع ُْث َمان بَ ْك ٍر أَبُو َح َّدثَنَا :٤١٦٨ داوود أبي سنن
ٍ َو ْه اب ِْن َارثَة
قَا ب
َل
ُّ ْال َج ْعظَ ِري َواَل ُ ْال َجوَّاظ َ ْال َجنَّة يَ ْد ُخ ُل اَل َو َسلَّ َم َعلَ ْي ِه ُ هَّللا صلَّى
َ ِ هَّللا َرسُو ُل ال َ َق
ُّ ْالفَظ ُ ْال َغلِيظ ُ َو ْال َجوَّاظ ال
َ َق
Sunan Abu Daud 4168: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr dan Utsman bin Abu
Syaibah keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Ma'bad bin
Khalid dari Haritsah bin Wahb ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidak akan masuk surga orang yang keras hati dan sombong." Perawi berkata, "Al Jawwazh
adalah orang yang keras hatinya.
Setiap umat muslim diperintahkan untuk bergaul dengan sesama manusia dengan akhlak
yang baik, bukan melakukan keburukan dengan tindakan anarkis dan kekerasan, akan hal ini
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda :
ٍ بَ َّش ُبْن ُم َح َّم ُد َح َّدثَنَا :١٩١٠ الترمذي سنن
ْالرَّح َع ْب ُد َح َّدثَنَا ار
َ َ
قَا َل ذ ٍّر أبِي ع َْن ب َ
ٍ َشبِي أبِي ْب ِن ون ْ
ِ َعن َم ْي ُم ت ٍ ِثاب أَبِي ْب ِن ب
َ ِ َحبِي ع َْن ُ ُس ْفيَان َح َّدثَنَا ٍّ َم ْه ِدي ُبْن َم ِن
َح َس ٍن ق ٍ ُبِ ُخل اس
َ َّالن ق ِ ِ َو َخال تَ ْم ُحهَا َ ْال َح َسنَة َال َّسيِّئَة َوأَ ْتبِ ْع َ ُك ْنت َح ْيثُ َما ِ هَّللا ق ِ َّات َو َسلَّ َم َعلَ ْي ِه ُ هَّللا صلَّى َ ِ هَّللا َرسُو ُل لِي ال َ َق
َْ ُسفي ع َْن َوأَبُونُ َعي ٍْم أَحْ َم َد أَبُو َح َّدثَنَا َ َغ ْياَل ن ُبْن َمحْ ُمو ُد َح َّدثَنَا ص ِحي ٌح ٌ َ َ َ
َ َح َس ٌن َح ِديث هَذا ِعي َسى أبُو قا َل َهُ َر ْي َرة أبِي عَن البَاب َوفِي ال َ ْ ْ َ َق
ْب ِن ُم َعا ِذ ع َْن ب َ
ٍ َشبِي أبِي َم ْي ُمونِ ْب ِن ع َْن ت َ
ٍ ِثَاب أبِي ْب ِن ب ِ َحبِي ع َْن َ ُس ْفيَان ع َْن َو ِكي ٌع َح َّدثَنَا َمحْ ُمو ٌد قَا َل ُنَحْ َوه اإْل ِ ْسنَا ِد بِهَ َذا ب ٍ َحبِي ع َْن َان
ٍَّذر أَبِي يث ُ َح ِد ص ِحي ُح ٌ
َّ َوال َمحْ ُمود ال َ َّ َ
َ ق ُنَحْ َوه َو َسل َم َعل ْي ِه ُ صلى هَّللا َّ َ النَّبِ ِّي ع َْن َجبَ ٍل
Sunan Tirmidzi 1910: dari Abu Dzar ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
pernah bersabda kepadaku: "Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan
ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah
manusia dengan akhlak yang baik." Hadits semakna juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Abu
Isa berkata; Ini adalah hadits hasan shahih.
Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala sangat murka kepada orang-orang yang suka
berbuat keji lagi jahat dengan melakukan kezhaliman , sebagaimana hadits yang diriwiyatkan
dari Abu Darda
الدَّرْ دَا أُ ِّم َم ْملَ ٍك َع ْن ْب ِن يَ ْعلَى ع َْن َ ُملَ ْي َكة أَبِي ا ْب ِن ع َْن َار
ٍ ِدين ُبْن َع ْمرُو َح َّدثَنَا ُ ُس ْفيَان َح َّدثَنَا ُع َم َر أَبِي ُابْن َح َّدثَنَا :١٩٢٥ الترمذي سنن
الدَّرْ دَا ِء أَبِي ع َْن ِء
ْ
البَ ِذي َء ش َ اح ْ هَّللا
ِ َلَيُ ْب ِغضُالف َ َوإِ َّن َح َس ٍن ق ْ ْ ْ َ
ٍ ُخل ِم ْن القِيَا َم ِة يَوْ َم ال ُم ْؤ ِم ِن ِميزَ ا ِن فِي أثقَ ُل َش ْي ٌء َما قَا َل َو َسل َم َعلَ ْي ِه ُ هَّللا صلَّى
ُ َّ َ يَّ ِالنَّب أَ َّن
ص ِحي ٌح َ َح َس ٌن يث ٌ َح ِد َوهَ َذا يك ُ
ٍ َش ِر ْب ِن َ َوأ َسا َمة س ٍ َ َوأَن َه َُر ْي َرة َوأَبِي َعَائِ َشة ع َْن ْالبَاب َوفِي ِعي َسى أَبُو ال َ َق
Sunan Tirmidzi 1925: ` dari Abu Darda` bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tidak sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin kelak pada hari
kiamat daripada akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah amatlah murka terhadap seorang yang
keji lagi jahat.".
Telah hilangnya rasa kasih sayang dan sifat kelembutan dalam diri seseorang
menyebabkan lahirnya tindakan kekerasan dan penganiayaan serta melakukan perbuatan-
perbuatan yang merusak serta menimbulkan kerugian serta penderitaan kepada orang lain,
padahal Islam telah,mensyari’atkan perlunya manusia itu bersifat lemah lembut kepada sesama
dan saling berkasih sayang. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran : 159 ).
ْ ت قُل اَّل أَسْأَلُ ُك ْم َعلَ ْي ِه أَجْ رًا إِاَّل ْال َم َو َّدةَ فِي ْالقُرْ بَى َو َمن يَ ْقت َِر
ُهbbَف َح َسنَةً نَّ ِز ْد ل ِ َذلِكَ الَّ ِذي يُبَ ِّش ُر هَّللا ُ ِعبَا َدهُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا
فِيهَا ُح ْسنًا إِ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َش ُكو ٌر
Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu
upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". Dan siapa yang mengerjakan
kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
( QS. Asy Syuura : 23 )
Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk
bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.( QS. Al Balad : 17 )
الbbbbbb
َ َير ق َّ َّدثَنَا َز َك ِريَّا ُء ع َْنbbbbbb َّدثَنَا أَبِي َحbbbbbbر َحbbbbbbْ
ٍ bbbbbbا ِن ب ِْن بَ ِشbbbbbb ْعبِ ِّي ع َْن النُّ ْع َمbbbbbbالش ٍ ِد هَّللا ِ ْب ِن نُ َميbbbbbbْ َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ َعبbbbbbbَح
ْ هُ عbتَ َكى ِم ْنbاش
ُهbَدَاعَى لbَ ٌو تbُض ْ ِد إِ َذاbصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َمثَ ُل ْال ُم ْؤ ِمنِينَ فِي تَ َوا ِّد ِه ْم َوتَ َرا ُح ِم ِه ْم َوتَ َعاطُفِ ِه ْم َمثَ ُل ْال َج َسَ ِ قَا َل َرسُو ُل هَّللا
َّ
لىbbص َّ
َ ير ع َْن النبِ ِّي ُّ َّ
ٍ ِّف ع َْن الش ْعبِ ِّي ع َْن الن ْع َما ِن ب ِْن بَ ِش َ ْ َ
ٍ ق ال َحنظلِ ُّي أخبَ َرنَا َج ِري ٌر ع َْن ُمطر َ ْ ْ ُ َسائِ ُر ْال َج َس ِد بِال َّسهَ ِر َوال ُح َّمى َح َّدثنَا إِ ْس َح
َ ْ
هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بِنَحْ ِوه
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling
cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-
anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam ( HR. Muslim ).
Bab III : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar pustaka