Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM

PENDIDIKAN KARAKTER

TOLERANSI BERSIFAT UMUM

Disusun Oleh :

1. ANDREAN DWI MAYLESTYO S 04.2016.1.03045


2. TEDI HARIYANTO 04.2016.1.03047
3. FAJAR TUNGGAL MUSTIKA 04.2016.1.03048
4. NIGEL DWI RIANTY 04.2016.1.03052

Nama dosen :
Nuril Huda, M.pd

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


JURUSAN ARSITEKTUR
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2016/2017

1
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini degan baik. Pada
pembahasan ini kami akan menyampaikan materi dari Pendidikan Karakter dengan
mengambil tema Toleransi Bersifat Umum, Sebelumnya kami ucapan terimakasih kepada
dosen yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini pada mata kuliah Pendidikan
Karakter dan tak lupa pula ucapan terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
mendukung untuk penyelesaian makalah ini.
Makalah ini menjelaskan tentang bagaimana cara memahami dan melakukan toleransi antar
sesama manusia yang berbeda agama, ras, dan suku bangsa.
Jika ada kesalahan dalam prosesnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena sumber
yang kami miliki sangatlah minim, oleh sebab itu kami mohon maaf bagi para audiens dan
pembaca khususnya. Semoga makalah ini memberikan banyak manfaat kepada para
pembacanya. Selanjutnya, demi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan segala
masukan dan saran yang sifatnya membangun.

Tim Penyusun

Kelompok 11

2
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM

DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................3
1.3 Tujuan ..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................4
2.1 Hakikat Nilai Toleransi.....................................................................6
2.2 Macam-Macam Toleransi .................................................................8
2.3 Konsep Toleransi Dalam Islam.........................................................9
2.4 Toleransi Dalam Praktik Sejarah Islam ........................................... 10
2.5 Kerukunan Umat Beragama diIndonesia......................................... 12
BAB III PENUTUP .................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan dan Saran .................................................................... 15
Daftat Pustaka ...................................................................................... 16

3
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita hidup dalam negara yang penuh keragaman, baik dari suku, agama, maupun
budaya. Untuk hidup damai dan berdampingan, tentu dibutuhkan toleransi satu sama lain.
Toleransi adalah perilaku terbuka dan menghargai segala perbedaan yang ada dengan
sesama. Biasanya orang bertoleransi terhadap perbedaan kebudayaan dan agama. Namun,
konsep toleransi ini juga bisa diaplikasikan untuk perbedaan jenis kelamin, anakanak dengan
gangguan fisik maupun intelektual dan perbedaan lainnya.
Toleransi juga berarti menghormati dan belajar dari orang lain, menghargai
perbedaan, menjembatani kesenjangan budaya, menolak stereotip yang tidak adil, sehingga
tercapai kesamaan sikap dan Toleransi juga adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan
agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu
masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu
masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.Istilah toleransi juga digunakan
dengan menggunakan definisi "kelompok" yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi
seksual, dan lain-lain
Belakangan ini, agama adalah sebuah nama yang terkesan membuat gentar,
menakutkan, dan mencemaskan. Agama di tangan para pemeluknya sering tampil dengan
wajah kekerasan. Dalam beberapa tahun terakhr banyak muncul konflik, intoleransi, dan
kekerasan atas nama agama. Pandangan dunia keagamaan yang cenderung anakronostik
memang sangat berpotensi untuk memecah belah dan saling klaim kebenaran sehingga
menimbulkan berbagai macam konflik. Fenomena yang juga terjadi saat ini adalah muncul
dan berkembangnya tingkat kekerasan yang membawa-bawa ama agama (mengatasnamakan
agama) sehingga realitas kehidupan beragama yang muncul adalah saling curiga mencurigai,
saling tidak percaya, dan hidup dalam ketidak harmonisan.
Toleransi yang merupakan bagian dari visi teologi atau akidah Islam dan masuk
dalam kerangka system teologi Islam sejatinya harus dikaji secara mendalam dan
diaplikasikan dalam kehidupan beragama karena ia adalah suatu keniscayaan social bagi
seluruh umat beragama dan merupakan jalan bagi terciptanya kerukunan antar umat
beragama. Manusia adalah makhluk indiviudu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain
dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam
masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda
warna dengannya salah satunya adalah perbedaan agama.
Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekan
yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan ras maupun
agama. Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan
sikap saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat
menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak
dan kewajiban diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya.Dalam pembukaaan

4
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM

UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu.” Olehnya itu kita sebagai warga Negara sudah sepatutnya
menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan saling menghormati antar
hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian toleransi?


2. Bagaimana konsep toleransi dalam Islam?
3. Bagaimana praktik toleransi dalam sejarah Islam?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui cara penanaman nilai toleransi sebgai kerangka dasar perdamaian di sekolah
dasar untuk kelas tinggi melalui model pembelajaran tanpa arahan.

5
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Nilai Toleransi


Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang berarti
dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap
atau perilakumanusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau
menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan istilah
dalam konteks sosial budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang
adanya deskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima
oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama dimana
penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.
Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas ,
misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak
kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum liberal maupun
konservatif. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat
yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia
yang beragama lain.
Dalam pengertian yang luas toleransi lebih terarah pada pemberian tempat yang luas
bagi keberagaman dan perbedaan yang ada pada individu atau kelompok-kelompok lain. Oleh
sebab itu pada awal pembahasan ini perlu penekanan kembali bahwa tidak benar bilamana
toleransi dimaknai sebagai pengbirian hak-hak individu atau kelompok tertentu untuk
disesuaikan dengan kondisi atau keadaan orang atau kelompok lain, atau sebaliknya
mengorbankan hak-hak orang lain untuk dialihkan sesuai dengan keadaan atau kondisi
kelompok tertentu. Toleransi justru sangat menghargai dan menghormati perbedaan-
perbedaan yang ada pada masing-masing individu atau kelompok tersebut, namun di
dalamnya diikat dan sisatukan dalam kerangka kebersamaan untuk kepentingan yang sama.
Toleransi adalah penghormatan, penerimaan atau penghargaan tentang keragaman yang kaya
akan kebudayaan dunia kita, bentuk ekspresi kita dan tata cara sebagai manusia. Hal itu
dipelihara oleh pengetahuan, keterbukaan, komunikasi, dan kebebasan pemikiran, kata hati
dan kepercayaan. Toleransi adalah harmoni dalam perbedaan (UNESCO APNIEVE, 2000:
54).
Penghormatan terhadap kebergaman mengandung pengertian bahwa setiap orang
dituntut untuk mampu melihat perbedaan yang ada pada orang lain atau kelompok lain
sebagai sesuatu yang tidak harus dipertentangkan dengan apa yang ia miliki. Sesuatu
karakteristik yang berbeda pada orang lain tersebut hendaknya dipandang sebagai bagian
yang memberikan kontribusi bagi semakin kaya dan luasnya kebiasaan dan budaya secara
keseluruhan. Ini berarti bahwa di dalam perbedaan-perbedaan yang sesungguhnya memiliki
nilai manfaat bilamana dapat digali dan dipahami dengan kearifan. Selama ini terkesan
bahwa keberagaman sebagian kita tidak sejalan dengan sifat-sifat Allah, padahal salah satu
defenisi keberagaman tertua dan masih relevan hingga kini adalah defenisi Sneca (455M)

6
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM

yang menyatakan bahwa keberagaman adalah upaya meneladani Tuhan dalam sifat-sifat Nya
(Sihab, 2001:21). Dalam Al-Quran dinyatakan:
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan (Q.S AL-Maidah 5:48)
Penegasan terhadap makna toleransi dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam
lingkungan sekolah sebagai salah satu bentuk dari suatu sistem sosial menjadi pentingnya
adanya, sebab jangan sampai terjadi pnolakan terhadap nilai-nilai toleransi hanya
dikarenakan individu atau kelompok merasa cemas dan khawatir bahwa dengan toleransi itu
menjadi bentuk perendahan diri dan pemujaan terhadap orang lain. Toleransi bukanlah
pemberian, perendahan diri, atau pemanjaan. Toleransi terutama adalah suatu sikap yang
aktif didorong oleh pengakuan atas hak-hak asasi manusia universal dan kebebasan-
kebebasan fundamental orang-orang lain. Hal itu tidak boleh dalam keadaan bagaimana pun
dipergunakan untuk membenarkan pelanggaran nilai-nilai fundamental ini. Toleransi adalah
untuk dilaksanakan oleh orang-seorang, kelompok-kelompok dan Negara-negara. (UNESCO
APNIEVE, 2000: 54).
Dalam lingkungan sekolah sebagaimana halnya dengan lingkungan masyarakat, juga
memiliki banyak keberagaman terutama berkenaan dengan kehidupan dan aktivitas siswa.
Siswa pada suatu sekolah cenderung membawa atau sekurang-kurangnya banyak dipengaruhi
oleh lingkungan keluarga dalam berbagai bentuk kebiasaan-kebiasaannya serta lingkungan
masyarakat dengan latar budayanya, dan sudah barang tentu dipengaruhi pula oleh nilai-nilai
agama yang mereka anut. Kesemuanya ini akan tercermin dalam bentuk sikap dan perilaku
sehari-hari di sekolah. Oleh sebab itu di kalangan siswa juga sangat penting dikembangkan
nilai-nilai toleransi, agar mereka dapat menghormati dan menerima perbedaan-perbedaan
orang lain, menghargai kebebasan-kebebabasan fundamental siswa lainnya, tanpa perendahan
diri apalagi menghilangkan hak-hak individu dirinya. Dari pendapat-pendapat terdahulu dapat
dikembangkan bahwa toleransi di kalangan siswa diartikan sebagai penghormatan,
penerimaan dan penghargaan tentang keberagaman kebiasaan-kebiasaan, budaya serta
prbedaan kmampuan siswa-siswa dan unsur-unsur lain yang ada di lingkungan sekolah dalam
upaya terciptanya kebersamaan dan keharmonisan bersama.

2.2 Macam-Macam Toleransi


Kita telah dikaruniai tanah air yang indah dengan aneka ragam kekayaan alam yang
berlimpah ditambah lagi beraneka ragam suku, ras, adat istiadat, budaya, bahasa, serta agama
dan lain-lainnya. Kondisi bangsa Indonesia yang pluralistis menimbulkan permasalahan
tersendiri, seperti masalah Agama, paham separatisme, tawuran ataupun kesenjangan sosial.
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan hidup antar umat beragama harus selalu
dijaga dan dibina. Kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah belah saling bermusuhan satu
sama lain karena masalah agama.Toleransi antar umat beragama bila kita bina dengan baik
akan dapat menumbuhkan sikap hormat menghormati antar pemeluk agama sehingga tercipta
suasana yang tenang, damai dan tenteram dalam kehidupan beragama termasuk dalam
melaksanakan ibadat sesuai dengan agama dan keyakinannya Melalui toleransi diharapkan
terwujud ketenangan, ketertiban serta keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan

7
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM

keyakinan masing-masing. Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati itu akan
terbina peri kehidupan yang rukun, tertib, dan damai.
Toleransi sendiri terbagi atas tiga yaitu :
1. Negatif
Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya dibiarkan saja
karena menguntungkan dalam keadaan terpaksa.Contoh PKI atau orang-orang yang beraliran
komunis di Indonesia pada zamanIndonesia baru merdeka.
2. Positif
Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai.Contoh Anda beragama Islam
wajib hukumnya menolak ajaran agama lain didasari oleh keyakinan pada ajaran agama
Anda, tetapi penganutnya atau manusianya Anda hargai.
3. Ekumenis
Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat unsur-unsur
kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri.Contoh
Anda dengan teman Anda sama-sama beragama Islam atau Kristen tetapi berbeda aliran atau
paham. Dalam kehidupan beragama sikap toleransi ini sangatlah dibutuhkan, karena dengan
sikap toleransi ini kehidupan antar umat beragama dapat tetap berlangsung dengan tetap
saling menghargai dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing.
Mengingat pentingnya toleransi, maka ia harus diajarkan kepada anak-anak baik
dilingkungan formal maupun lingkungan informal. Di lingkungan formal contohnya siswa
dapat dibekali tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama melalui
bidang studi Agama, Kewarganegaraan, ataupun melalui aspek pengembangan diri seperti
Pramuka, PMR, OSIS, dll. Hal yang sama dapat juga dilakukan di lingkungan informal oleh
orang tua kepada anak-anaknya melalui pengajaran nilai-nilai yang diajarkan sedini mungkin
di rumah.
Ada beberapa manfaat yang akan kita dapatkan dengan menanamkan sikap toleransi, manfaat
tersebut adalah:
1. Hidup bermasyarakat akan lebih tentram
2. Persatuan, bangsa Indonesia, akan terwujud
3. Pembangunan Negara akan lebih mudah

Berikut contoh macam-macam cara bertoleransi:


A. Toleransi dalam Lingkungan Sekolah
 Mematuhi tata tertib sekolah
 Saling menyayangi, menghormati dan menghargai sesama teman
 Berkata yang sopan, tidak berbicara kotor, atau menyinggung perasaan orang lain.
 Membantu teman yang sedang kesusahan
B. Toleransi dalam Kehidupan di Masyarakat
 Adanya sikap saling menghormati dan menghargai antara pemeluk agama.
 Tidak membeda-bedakan suku, ras atau golongan.
 Tidak memaksakan orang lain untuk berpindah keyakinan
 Tidak mencela serta merendahkan agama orang lain
 Tidak mengganggu orang berbeda agama yang sedang beribadah

8
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM

 Menghindari sikap egois dan lebih membuka diri dari pendapat orang lain.
C. Toleransi dalam Kehiduan Berbangsa dan Bernegara
 Merasa senasib sepenanggungan.
 Menciptakan persatuan dan kesatuan, rasa kebangsaan atau nasionalisme.
 Mengakui dan menghargai hak asasi manusia.
2.3 Konsep Toleransi Dalam Islam
Toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”,
“selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan
istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti
bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan
dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman
umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin
disamakan. Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang artinya, “dan Jikalau Tuhanmu
menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah
kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman
semuanya?”
Di bagian lain Allah mengingatkan, yang artinya: “Sesungguhnya ini adalah umatmu
semua (wahai para rasul), yaitu umat yang tunggal, dan aku adalah Tuhanmu, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Daku (saja). Ayat ini menegaskan bahwa pada dasarnya
umat manusia itu tunggal tapi kemudian mereka berpencar memilih keyakinannya masing-
masing. Ini mengartikulasikan bahwa Islam memahami pilihan keyakinan mereka sekalipun
Islam juga menjelaskan “sesungguhnya telah jelas antara yang benar dari yang bathil”.
Selanjutnya, di Surah Yunus Allah menandaskan lagi, yang artinya: “Katakan olehmu (ya
Muhamad), ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke titik pertemuan (kalimatun sawā atau
common values) antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan
tidak pula memperserikatkan-Nya kepada apa pun, dan bahwa sebagian dari kita tidak
mengangkat sebagian yang lain sebagai “tuhan-tuhan” selain Allah!” Ayat ini mengajak
umat beragama (terutama Yahudi, Kristiani, dan Islam) menekankan persamaan dan
menghindari perbedaan demi merengkuh rasa saling menghargai dan menghormati. Ayat ini
juga mengajak untuk sama-sama menjunjung tinggi tawhid, yaitu sikap tidak menyekutukan
Allah dengan selain-Nya. Jadi, ayat ini dengan amat jelas menyuguhkan suatu konsep
toleransi antar-umat beragama yang didasari oleh kepentingan yang sama, yaitu ‘menjauhi
konflik’.
Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam. Konsekuensi dari
prinsip ini adalah lahirnya rasa persaudaraan universal di antara umat manusia. Selain itu,
hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga menyatakan, “irhamuu man fil ardhi
yarhamukum man fil samā” (sayangilah orang yang ada di bumi maka akan sayang pula
mereka yang di langit kepadamu). Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang
diajarkan Islam. Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan
diterimanya perbedaan dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga
terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta
menegasikan semua keburukan.

9
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM

Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah. Piagam ini
adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh
Nabi Muhamad SAW di Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama
adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta
saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.
Sikap melindungi dan saling tolong-menolong tanpa mempersoalkan perbedaan
keyakinan juga muncul dalam sejumlah Hadis dan praktik Nabi. Bahkan sikap ini dianggap
sebagai bagian yang melibatkan Tuhan. Sebagai contoh, dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan dalam Syu’ab al-Imam, karya seorang pemikir abad ke-11, al-Baihaqi,
dikatakan: “Siapa yang membongkar aib orang lain di dunia ini, maka Allah (nanti) pasti
akan membongkar aibnya di hari pembalasan”.
Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari pemahaman
bahwa umat manusia adalah satu badan, dan kehilangan sifat kemanusiaannya bila mereka
menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai bagian dari inti toleransi, menajdi
prinsip yang sangat kuat di dalam Islam.
Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung
sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di
dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari
prinsip ini. Dalam hal ini, al-Qur’an menyatakan yang artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu
ke arah agama menurut cara (Allah); yang alamiah sesuai dengan pola pemberian (fitrah)
Allah, atas dasar mana Dia menciptakan manusia…”
Mufassir Baidhawi terhadap ayat di atas menegaskan bahwa kalimat itu merujuk pada
perjanjian yang disepakati Adam dan keturunanya. Perjanjian ini dibuat dalam suatu keadaan,
yang dianggap seluruh kaum Muslim sebagai suatu yang sentral dalam sejarah moral umat
manusia, karena semua benih umat manusia berasal dari sulbi anak-anak Adam. Penegasan
Baidhawi sangat relevan jika dikaitkan dengan hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, Nabi
ditanya: “Agama yang manakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab “agama asal
mula yang toleran (al-hanîfiyyatus samhah).
Dilihat dari argumen-argumen di atas, menunjukkan bahwa baik al-Qur’an maupun
Sunnah Nabi secara otentik mengajarkan toleransi dalam artinya yang penuh. Ini jelas
berbeda dengan gagasan dan praktik toleransi yang ada di barat. Toleransi di barat lahir
karena perang-perang agama pada abad ke-17 telah mengoyak-ngoyak rasa kemanusiaan
sehingga nyaris harga manusia jatuh ke titik nadir. Latar belakang itu menghasilkan
kesepakatan-kesepakatan di bidang Toleransi Antar-agama yang kemudian meluas ke aspek-
aspek kesetaraan manusia di depan hukum.
Lalu, apa itu toleransi? Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik
sebagai berikut, yaitu antara lain:
1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
3. Kelemah lembutan karena kemudahan
4. Muka yang ceria karena kegembiraan

10
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM

5. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan


6. Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian
7. Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi
8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa ada rasa
keberatan.
Selanjutnya, menurut Salin al-Hilali karakteristik itu merupakan:
a. Inti Islam
b. Seutama iman
c. Puncak tertinggi budi pekerti (akhlaq).
Dalam konteks ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda. Artinya: “Sebaik-
baik orang adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur, ditanyakan:
Apa hati yang mahmum itu? Jawabnya : 'Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada
dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki'. Ditanyakan: Siapa lagi
(yang lebih baik) setelah itu?. Jawabnya : 'Orang-orang yang membenci dunia dan cinta
akhirat'. Ditanyakan : Siapa lagi setelah itu? Jawabnya : 'Seorang mukmin yang berbudi
pekerti luhur."
Hadis Nabi tersebut dikemukakan untuk menegaskan bahwa toleransi dalam Islam itu
serba-meliputi. Baik lahir maupun batin. Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak
lahir dari hati. Ini berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk
menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material maupun spiritual,
lahir maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi menjadi dasar bagi umat
Islam untuk melakukan amal baik
2.4 Toleransi Dalam Praktik Sejarah Islam
Sejarah Islam adalah sejarah toleransi. Perkembangan Islam ke wilayah-wilayah luar
Jazirah Arabia yang begitu cepat menunjukkan bahwa Islam dapat diterima sebagai rahmatal
lil’alamin (pengayom semua manusia dan alam semesta). Ekspansi-ekspansi Islam ke Siria,
Mesir, Spanyol, Persia, Asia, dan ke seluruh dunia dilakukan melalui jalan damai. Islam tidak
memaksakan agama kepada mereka (penduduk taklukan) sampai akhirnya mereka
menemukan kebenaran Islam itu sendiri melalui interaksi intensif dan dialog. Kondisi ini
berjalan merata hingga Islam mencapai wilayah yang sangat luas ke hampir seluruh dunia
dengan amat singkat dan fantastik.
Memang perlu diakui bahwa perluasan wilayah Islam itu sering menimbulkan
peperangan. Tapi peperangan itu dilakukan hanya sebagai pembelaan sehingga Islam tak
mengalami kekalahan. Peperangan itu bukan karena memaksakan keyakinan kepada mereka
tapi karena ekses-ekses politik sebagai konsekuensi logis dari sebuah pendudukan.
Pemaksaan keyakinan agama adalah dilarang dalam Islam. Bahkan sekalipun Islam telah
berkuasa, banyak agama lokal yang tetap dibolehkan hidup.
Demikianlah, sikap toleransi Islam terhadap agama-agama dan keyakinan-keyakinan
lokal dalam sejarah kekuasaan Islam menunjukkan garis kontinum antara prinsip Syari’ah
dengan praktiknya di lapangan. Meski praktik toleransi sering mengalami interupsi, namun
secara doktrin tak ada dukungan teks Syari’ah. Ini berarti kekerasan yang terjadi atas nama
Islam bukanlah otentisitas ajaran Islam itu sendiri. Bahkan bukti-bukti sejarah menunjukkan

11
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM

bahwa pemerintah-pemerintah Muslim membiarkan, bekerjasama, dan memakai orang-orang


Kristen, Yahudi, Shabi’un, dan penyembah berhala dalam pemerintahan mereka atau sebagai
pegawai dalam pemerintahan.
Lebih lanjut kesaksian seorang Yahudi bernama Max I. Dimon menyatakan bahwa “salah
satu akibat dari toleransi Islam adalah bebasnya orang-orang Yahudi berpindah dan
mengambil manfaat dengan menempatkan diri mereka di seluruh pelosok Empirium Islam
yang amat besar itu. Lainnya ialah bahwa mereka dapat mencari penghidupan dalam cara
apapun yang mereka pilih, karena tidak ada profesi yang dilarang bagi mereka, juga tak ada
keahlian khusus yang diserahkan kepada mereka”.
Pengakuan Max I. Dimon atas toleransi Islam pada orang-orang Yahudi di Spanyol
adalah pengakuan yang sangat tepat. Ia bahkan menyatakan bahwa dalam peradaban Islam,
masyarakat Islam membuka pintu masjid, dan kamar tidur mereka, untuk pindah agama,
pendidikan, maupun asimilasi. Orang-orang Yahudi, kata Max I. Dimon selanjutnya, tidak
pernah mengalami hal yang begitu bagus sebelumnya.
Kutipan ini saya tegaskan karena ini dapat menjadi kesaksian dari seorang non-Muslim
tentang toleransi Islam. Dan toleransi ini secara relatif terus dipraktikkan di dalam sejarah
Islam di masa-masa sesudahnya oleh orang-orang Muslim di kawasan lain, termasuk di
Nusantara. Melalui para pedagang Gujarat dan Arab, para raja di Nusantara Indonesia masuk
Islam dan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya Islam di sini.
Selanjutnya, dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, ia dilakukan melalui
perdagangan dan interaksi kawin-mawin. Ia tidak dilakukan melalui kolonialisme atau
penjajahan sehingga sikap penerimaan masyarakat Nusantara sangat apresiatif dan dengan
suka rela memeluk agama Islam. Sementara penduduk lokal lain yang tetap pada keyakinan
lamanya juga tidak dimusuhi. Di sini, perlu dicatat bahwa model akulturasi dan enkulturasi
budaya juga dilakukan demi toleransi dengan budaya-budaya setempat sehingga tak
menimbulkan konflik. Apa yang dicontohkan para walisongo di Jawa, misalnya, merupakan
contoh sahih betapa penyebaran Islam dilakukan dengan pola-pola toleransi yang amat
mencengangkan bagi keagungan ajaran Islam.
Secara perlahan dan pasti, islamisasi di seluruh Nusantara hampir mendekati sempurna
yang dilakukan tanpa konflik sedikitpun. Hingga hari ini kegairahan beragama Islam dengan
segala gegap-gempitanya menandai keberhasilan toleransi Islam. Ini membuktikan bahwa
jika tak ada toleransi, yakni sikap menghormati perbedaan budaya maka perkembangan Islam
di Nusantara tak akan sefantastik sekarang.
2.5 Kerukunan Umat Beragama di Indonesia
Kerukunan umat beragama adalah program pemerintah meliputi semua agama, semua
warga negara RI. Pada tahun 1967 diadakan musyawarah antar umat beragama, Presiden
Soeharto dalam musyawarah tersebut menyatakan antara lain: “Pemerintah tidak akan
menghalangi penyebaran suatu agama, dengan syarat penyebaran tersebut ditujukan bagi
mereka yang belum beragama di Indonesia. Kepada semua pemuka agama dan masyarakat
agar melakukan jiwa toleransi terhadap sesama umat beragama”.

12
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM

Pada tahun 1972 dilaksanakan dialog antar umat beragama. Dialog tersebut adalah
suatu forum percakapan antar tokoh-tokoh agama, pemuka masyarakat dan pemerintah.
Tujuannya adalah untuk mewujudkan kesadaran bersama dan menjalin hubungan pribadi
yang akrab dalam menghadapi masalah masyarakat.
Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat
beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa.
Menciptakan kerukunan umat beragama baik di tingkat daerah, provinsi, maupun
pemerintah merupakan kewajiban seluruh warga negara beserta instansi pemerintah lainnya.
Mulai dari tanggung jawab mengenai ketentraman, keamanan, dan ketertiban termasuk
memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama, menumbuh kembangkan
keharmonisan saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat
beragama bahkan menertibkan rumah ibadah.
Dalam hal ini untuk menciptakan kerukunan umat beragama dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Saling tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama
2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu.
3. Melaksanakan ibadah sesuai agamanya
4. Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya maupun peraturan
Negara atau Pemerintah.

Sikap tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama merupakan indikasi
dari konsep trilogi kerukunan. Seperti dalam pembahasan sebelumnya upaya mewujudkan
dan memelihara kerukunan hidup umat beragama, tidak boleh memaksakan seseorang untuk
memeluk agama tertentu. Karena hal ini menyangkut hak asasi manusia (HAM) yang telah
diberikan kebebasan untuk memilih baik yang berkaitan dengan kepercayaan, maupun diluar
konteks yang berkaitan dengan hal itu.

Kerukunan antar umat beragama dapat terwujud dan senantiasa terpelihara, apabila
masing-masing umat beragama dapat mematuhi aturan-aturan yang diajarkan oleh agamanya
masing-masing serta mematuhi peraturan yang telah disahkan Negara atau sebuah instansi
pemerintahan. Umat beragama tidak diperkenankan untuk membuat aturan-aturan pribadi
atau kelompok, yang berakibat pada timbulnya konflik atau perpecahan diantara umat
beragama yang diakibatkan karena adanya kepentingan ataupun misi secara pribadi dan
golongan.

Dalam upaya memantapkan kerukunan itu, hal serius yang harus diperhatikan adalah
fungsi pemuka agama, tokoh masyarakat dan pemerintah. Dalam hal ini pemuka agama,
tokoh masyarakat adalah figur yang dapat diteladani dan dapat membimbing, sehingga apa
yang diperbuat mereka akan dipercayai dan diikuti secara taat. Selain itu mereka sangat
berperan dalam membina umat beragama dengan pengetahuan dan wawasannya dalam
pengetahuan agama.

Kemudian pemerintah juga berperan dan bertanggung jawab demi terwujud dan
terbinanya kerukunan hidup umat beragama. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas umat
beragama di Indonesia belum berfungsi seperti seharusnya, yang diajarkan oleh agama
masing-masing. Sehingga ada kemungkinan timbul konflik di antara umat beragama. Oleh
karena itu dalam hal ini, ”pemerintah sebagai pelayan, mediator atau fasilitator merupakan

13
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM

salah satu elemen yang dapat menentukan kualitas atau persoalan umat beragama tersebut.
Pada prinsipnya, umat beragama perlu dibina melalui pelayanan aparat pemerintah yang
memiliki peran dan fungsi strategis dalam menentukan kualitas kehidupan umat beragama,
melalui kebijakannya.

Untuk menjaga dan meningkatkan kerukunan hidup umat beragama dan keutuhan bangsa,
perlu dilakukan upaya-upaya:

1. Meningkatkan efektifitas fungsi lembaga-lembaga kearifan lokal dan keagamaan


masyarakat;
2. Meningkatkan wawasan keagamaan masyarakat;
3. Menggalakkan kerjasama sosial kemanusiaan lintas agama, budaya, etnis dan profesi
4. Memperkaya wawasan dan pengalaman tentang kerukunan melalui program kurikuler
di lingkungan lembaga pendidikan.

14
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerukunan hidup umat beragama yang diharapkan adalah kerukunan antar para pemeluk
agama dalam semangat saling mengerti, memahami antara satu dengan yang lainnya.
Dengan kata lain secara bahasa mengerti artinya memahami, tahu tentang sesuatu hal, dapat
diartikan mengerti keadaan orang lain, tahu serta paham mengenai masalah-masalah sosial
kemasyarakatan, sehingga dapat merasakan apa yang orang lain rasakan.
Dengan semangat saling mengerti, memahami, dan tenggang rasa- maka akan menumbuhkan
sikap dan rasa berempati kepada siapa pun yang sedang mengalami kesulitan dan dapat
memahami bila berada di posisi orang lain. Sehingga akan terwujud dan terpelihara
kerukunan antar umat beragama.

B. Saran

Agar kerukunan hidup umat beragama dapat terwujud dan senantiasa terpelihara, perlu
memperhatikan upaya-upaya yang mendorong terjadinya kerukunan secara mantap dalam
bentuk memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta antar
umat beragama dengan pemerintah.

15
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM

DAFTAR PUSTAKA

Mhiqbah, 2015 Pancasila dalam kerukunan beragama,


http://mhiqbah.blogspot.co.id/2015/04/pengalaman-nilai-nilai-pancasila-dalam.html. Diakses
pada tanggal 21/11/2015 jam 19.22 WIB

Dety Nurbaity, 2015 Contoh makalah toleransi,


http://dhepurplelove.blogspot.co.id/2015/07/contoh-makalah-toleransi.html. Diakses pada
tanggal 22/11/2015 jam 21.30 WIB

16

Anda mungkin juga menyukai