PENDIDIKAN KARAKTER
Disusun Oleh :
Nama dosen :
Nuril Huda, M.pd
1
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini degan baik. Pada
pembahasan ini kami akan menyampaikan materi dari Pendidikan Karakter dengan
mengambil tema Toleransi Bersifat Umum, Sebelumnya kami ucapan terimakasih kepada
dosen yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini pada mata kuliah Pendidikan
Karakter dan tak lupa pula ucapan terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
mendukung untuk penyelesaian makalah ini.
Makalah ini menjelaskan tentang bagaimana cara memahami dan melakukan toleransi antar
sesama manusia yang berbeda agama, ras, dan suku bangsa.
Jika ada kesalahan dalam prosesnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena sumber
yang kami miliki sangatlah minim, oleh sebab itu kami mohon maaf bagi para audiens dan
pembaca khususnya. Semoga makalah ini memberikan banyak manfaat kepada para
pembacanya. Selanjutnya, demi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan segala
masukan dan saran yang sifatnya membangun.
Tim Penyusun
Kelompok 11
2
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................3
1.3 Tujuan ..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................4
2.1 Hakikat Nilai Toleransi.....................................................................6
2.2 Macam-Macam Toleransi .................................................................8
2.3 Konsep Toleransi Dalam Islam.........................................................9
2.4 Toleransi Dalam Praktik Sejarah Islam ........................................... 10
2.5 Kerukunan Umat Beragama diIndonesia......................................... 12
BAB III PENUTUP .................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan dan Saran .................................................................... 15
Daftat Pustaka ...................................................................................... 16
3
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM
BAB I
PENDAHULUAN
Kita hidup dalam negara yang penuh keragaman, baik dari suku, agama, maupun
budaya. Untuk hidup damai dan berdampingan, tentu dibutuhkan toleransi satu sama lain.
Toleransi adalah perilaku terbuka dan menghargai segala perbedaan yang ada dengan
sesama. Biasanya orang bertoleransi terhadap perbedaan kebudayaan dan agama. Namun,
konsep toleransi ini juga bisa diaplikasikan untuk perbedaan jenis kelamin, anakanak dengan
gangguan fisik maupun intelektual dan perbedaan lainnya.
Toleransi juga berarti menghormati dan belajar dari orang lain, menghargai
perbedaan, menjembatani kesenjangan budaya, menolak stereotip yang tidak adil, sehingga
tercapai kesamaan sikap dan Toleransi juga adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan
agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu
masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu
masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.Istilah toleransi juga digunakan
dengan menggunakan definisi "kelompok" yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi
seksual, dan lain-lain
Belakangan ini, agama adalah sebuah nama yang terkesan membuat gentar,
menakutkan, dan mencemaskan. Agama di tangan para pemeluknya sering tampil dengan
wajah kekerasan. Dalam beberapa tahun terakhr banyak muncul konflik, intoleransi, dan
kekerasan atas nama agama. Pandangan dunia keagamaan yang cenderung anakronostik
memang sangat berpotensi untuk memecah belah dan saling klaim kebenaran sehingga
menimbulkan berbagai macam konflik. Fenomena yang juga terjadi saat ini adalah muncul
dan berkembangnya tingkat kekerasan yang membawa-bawa ama agama (mengatasnamakan
agama) sehingga realitas kehidupan beragama yang muncul adalah saling curiga mencurigai,
saling tidak percaya, dan hidup dalam ketidak harmonisan.
Toleransi yang merupakan bagian dari visi teologi atau akidah Islam dan masuk
dalam kerangka system teologi Islam sejatinya harus dikaji secara mendalam dan
diaplikasikan dalam kehidupan beragama karena ia adalah suatu keniscayaan social bagi
seluruh umat beragama dan merupakan jalan bagi terciptanya kerukunan antar umat
beragama. Manusia adalah makhluk indiviudu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain
dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam
masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda
warna dengannya salah satunya adalah perbedaan agama.
Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekan
yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan ras maupun
agama. Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan
sikap saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat
menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak
dan kewajiban diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya.Dalam pembukaaan
4
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM
UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu.” Olehnya itu kita sebagai warga Negara sudah sepatutnya
menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan saling menghormati antar
hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara.
1.2 Rumusan Masalah
5
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM
BAB II
PEMBAHASAN
6
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM
yang menyatakan bahwa keberagaman adalah upaya meneladani Tuhan dalam sifat-sifat Nya
(Sihab, 2001:21). Dalam Al-Quran dinyatakan:
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan (Q.S AL-Maidah 5:48)
Penegasan terhadap makna toleransi dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam
lingkungan sekolah sebagai salah satu bentuk dari suatu sistem sosial menjadi pentingnya
adanya, sebab jangan sampai terjadi pnolakan terhadap nilai-nilai toleransi hanya
dikarenakan individu atau kelompok merasa cemas dan khawatir bahwa dengan toleransi itu
menjadi bentuk perendahan diri dan pemujaan terhadap orang lain. Toleransi bukanlah
pemberian, perendahan diri, atau pemanjaan. Toleransi terutama adalah suatu sikap yang
aktif didorong oleh pengakuan atas hak-hak asasi manusia universal dan kebebasan-
kebebasan fundamental orang-orang lain. Hal itu tidak boleh dalam keadaan bagaimana pun
dipergunakan untuk membenarkan pelanggaran nilai-nilai fundamental ini. Toleransi adalah
untuk dilaksanakan oleh orang-seorang, kelompok-kelompok dan Negara-negara. (UNESCO
APNIEVE, 2000: 54).
Dalam lingkungan sekolah sebagaimana halnya dengan lingkungan masyarakat, juga
memiliki banyak keberagaman terutama berkenaan dengan kehidupan dan aktivitas siswa.
Siswa pada suatu sekolah cenderung membawa atau sekurang-kurangnya banyak dipengaruhi
oleh lingkungan keluarga dalam berbagai bentuk kebiasaan-kebiasaannya serta lingkungan
masyarakat dengan latar budayanya, dan sudah barang tentu dipengaruhi pula oleh nilai-nilai
agama yang mereka anut. Kesemuanya ini akan tercermin dalam bentuk sikap dan perilaku
sehari-hari di sekolah. Oleh sebab itu di kalangan siswa juga sangat penting dikembangkan
nilai-nilai toleransi, agar mereka dapat menghormati dan menerima perbedaan-perbedaan
orang lain, menghargai kebebasan-kebebabasan fundamental siswa lainnya, tanpa perendahan
diri apalagi menghilangkan hak-hak individu dirinya. Dari pendapat-pendapat terdahulu dapat
dikembangkan bahwa toleransi di kalangan siswa diartikan sebagai penghormatan,
penerimaan dan penghargaan tentang keberagaman kebiasaan-kebiasaan, budaya serta
prbedaan kmampuan siswa-siswa dan unsur-unsur lain yang ada di lingkungan sekolah dalam
upaya terciptanya kebersamaan dan keharmonisan bersama.
7
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM
keyakinan masing-masing. Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati itu akan
terbina peri kehidupan yang rukun, tertib, dan damai.
Toleransi sendiri terbagi atas tiga yaitu :
1. Negatif
Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya dibiarkan saja
karena menguntungkan dalam keadaan terpaksa.Contoh PKI atau orang-orang yang beraliran
komunis di Indonesia pada zamanIndonesia baru merdeka.
2. Positif
Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai.Contoh Anda beragama Islam
wajib hukumnya menolak ajaran agama lain didasari oleh keyakinan pada ajaran agama
Anda, tetapi penganutnya atau manusianya Anda hargai.
3. Ekumenis
Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat unsur-unsur
kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri.Contoh
Anda dengan teman Anda sama-sama beragama Islam atau Kristen tetapi berbeda aliran atau
paham. Dalam kehidupan beragama sikap toleransi ini sangatlah dibutuhkan, karena dengan
sikap toleransi ini kehidupan antar umat beragama dapat tetap berlangsung dengan tetap
saling menghargai dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing.
Mengingat pentingnya toleransi, maka ia harus diajarkan kepada anak-anak baik
dilingkungan formal maupun lingkungan informal. Di lingkungan formal contohnya siswa
dapat dibekali tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama melalui
bidang studi Agama, Kewarganegaraan, ataupun melalui aspek pengembangan diri seperti
Pramuka, PMR, OSIS, dll. Hal yang sama dapat juga dilakukan di lingkungan informal oleh
orang tua kepada anak-anaknya melalui pengajaran nilai-nilai yang diajarkan sedini mungkin
di rumah.
Ada beberapa manfaat yang akan kita dapatkan dengan menanamkan sikap toleransi, manfaat
tersebut adalah:
1. Hidup bermasyarakat akan lebih tentram
2. Persatuan, bangsa Indonesia, akan terwujud
3. Pembangunan Negara akan lebih mudah
8
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM
Menghindari sikap egois dan lebih membuka diri dari pendapat orang lain.
C. Toleransi dalam Kehiduan Berbangsa dan Bernegara
Merasa senasib sepenanggungan.
Menciptakan persatuan dan kesatuan, rasa kebangsaan atau nasionalisme.
Mengakui dan menghargai hak asasi manusia.
2.3 Konsep Toleransi Dalam Islam
Toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”,
“selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan
istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti
bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan
dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman
umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin
disamakan. Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang artinya, “dan Jikalau Tuhanmu
menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah
kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman
semuanya?”
Di bagian lain Allah mengingatkan, yang artinya: “Sesungguhnya ini adalah umatmu
semua (wahai para rasul), yaitu umat yang tunggal, dan aku adalah Tuhanmu, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Daku (saja). Ayat ini menegaskan bahwa pada dasarnya
umat manusia itu tunggal tapi kemudian mereka berpencar memilih keyakinannya masing-
masing. Ini mengartikulasikan bahwa Islam memahami pilihan keyakinan mereka sekalipun
Islam juga menjelaskan “sesungguhnya telah jelas antara yang benar dari yang bathil”.
Selanjutnya, di Surah Yunus Allah menandaskan lagi, yang artinya: “Katakan olehmu (ya
Muhamad), ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke titik pertemuan (kalimatun sawā atau
common values) antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan
tidak pula memperserikatkan-Nya kepada apa pun, dan bahwa sebagian dari kita tidak
mengangkat sebagian yang lain sebagai “tuhan-tuhan” selain Allah!” Ayat ini mengajak
umat beragama (terutama Yahudi, Kristiani, dan Islam) menekankan persamaan dan
menghindari perbedaan demi merengkuh rasa saling menghargai dan menghormati. Ayat ini
juga mengajak untuk sama-sama menjunjung tinggi tawhid, yaitu sikap tidak menyekutukan
Allah dengan selain-Nya. Jadi, ayat ini dengan amat jelas menyuguhkan suatu konsep
toleransi antar-umat beragama yang didasari oleh kepentingan yang sama, yaitu ‘menjauhi
konflik’.
Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam. Konsekuensi dari
prinsip ini adalah lahirnya rasa persaudaraan universal di antara umat manusia. Selain itu,
hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga menyatakan, “irhamuu man fil ardhi
yarhamukum man fil samā” (sayangilah orang yang ada di bumi maka akan sayang pula
mereka yang di langit kepadamu). Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang
diajarkan Islam. Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan
diterimanya perbedaan dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga
terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta
menegasikan semua keburukan.
9
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM
Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah. Piagam ini
adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh
Nabi Muhamad SAW di Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama
adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta
saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.
Sikap melindungi dan saling tolong-menolong tanpa mempersoalkan perbedaan
keyakinan juga muncul dalam sejumlah Hadis dan praktik Nabi. Bahkan sikap ini dianggap
sebagai bagian yang melibatkan Tuhan. Sebagai contoh, dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan dalam Syu’ab al-Imam, karya seorang pemikir abad ke-11, al-Baihaqi,
dikatakan: “Siapa yang membongkar aib orang lain di dunia ini, maka Allah (nanti) pasti
akan membongkar aibnya di hari pembalasan”.
Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari pemahaman
bahwa umat manusia adalah satu badan, dan kehilangan sifat kemanusiaannya bila mereka
menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai bagian dari inti toleransi, menajdi
prinsip yang sangat kuat di dalam Islam.
Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung
sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di
dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari
prinsip ini. Dalam hal ini, al-Qur’an menyatakan yang artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu
ke arah agama menurut cara (Allah); yang alamiah sesuai dengan pola pemberian (fitrah)
Allah, atas dasar mana Dia menciptakan manusia…”
Mufassir Baidhawi terhadap ayat di atas menegaskan bahwa kalimat itu merujuk pada
perjanjian yang disepakati Adam dan keturunanya. Perjanjian ini dibuat dalam suatu keadaan,
yang dianggap seluruh kaum Muslim sebagai suatu yang sentral dalam sejarah moral umat
manusia, karena semua benih umat manusia berasal dari sulbi anak-anak Adam. Penegasan
Baidhawi sangat relevan jika dikaitkan dengan hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, Nabi
ditanya: “Agama yang manakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab “agama asal
mula yang toleran (al-hanîfiyyatus samhah).
Dilihat dari argumen-argumen di atas, menunjukkan bahwa baik al-Qur’an maupun
Sunnah Nabi secara otentik mengajarkan toleransi dalam artinya yang penuh. Ini jelas
berbeda dengan gagasan dan praktik toleransi yang ada di barat. Toleransi di barat lahir
karena perang-perang agama pada abad ke-17 telah mengoyak-ngoyak rasa kemanusiaan
sehingga nyaris harga manusia jatuh ke titik nadir. Latar belakang itu menghasilkan
kesepakatan-kesepakatan di bidang Toleransi Antar-agama yang kemudian meluas ke aspek-
aspek kesetaraan manusia di depan hukum.
Lalu, apa itu toleransi? Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik
sebagai berikut, yaitu antara lain:
1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
3. Kelemah lembutan karena kemudahan
4. Muka yang ceria karena kegembiraan
10
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM
11
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM
12
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM
Pada tahun 1972 dilaksanakan dialog antar umat beragama. Dialog tersebut adalah
suatu forum percakapan antar tokoh-tokoh agama, pemuka masyarakat dan pemerintah.
Tujuannya adalah untuk mewujudkan kesadaran bersama dan menjalin hubungan pribadi
yang akrab dalam menghadapi masalah masyarakat.
Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat
beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa.
Menciptakan kerukunan umat beragama baik di tingkat daerah, provinsi, maupun
pemerintah merupakan kewajiban seluruh warga negara beserta instansi pemerintah lainnya.
Mulai dari tanggung jawab mengenai ketentraman, keamanan, dan ketertiban termasuk
memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama, menumbuh kembangkan
keharmonisan saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat
beragama bahkan menertibkan rumah ibadah.
Dalam hal ini untuk menciptakan kerukunan umat beragama dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Saling tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama
2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu.
3. Melaksanakan ibadah sesuai agamanya
4. Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya maupun peraturan
Negara atau Pemerintah.
Sikap tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama merupakan indikasi
dari konsep trilogi kerukunan. Seperti dalam pembahasan sebelumnya upaya mewujudkan
dan memelihara kerukunan hidup umat beragama, tidak boleh memaksakan seseorang untuk
memeluk agama tertentu. Karena hal ini menyangkut hak asasi manusia (HAM) yang telah
diberikan kebebasan untuk memilih baik yang berkaitan dengan kepercayaan, maupun diluar
konteks yang berkaitan dengan hal itu.
Kerukunan antar umat beragama dapat terwujud dan senantiasa terpelihara, apabila
masing-masing umat beragama dapat mematuhi aturan-aturan yang diajarkan oleh agamanya
masing-masing serta mematuhi peraturan yang telah disahkan Negara atau sebuah instansi
pemerintahan. Umat beragama tidak diperkenankan untuk membuat aturan-aturan pribadi
atau kelompok, yang berakibat pada timbulnya konflik atau perpecahan diantara umat
beragama yang diakibatkan karena adanya kepentingan ataupun misi secara pribadi dan
golongan.
Dalam upaya memantapkan kerukunan itu, hal serius yang harus diperhatikan adalah
fungsi pemuka agama, tokoh masyarakat dan pemerintah. Dalam hal ini pemuka agama,
tokoh masyarakat adalah figur yang dapat diteladani dan dapat membimbing, sehingga apa
yang diperbuat mereka akan dipercayai dan diikuti secara taat. Selain itu mereka sangat
berperan dalam membina umat beragama dengan pengetahuan dan wawasannya dalam
pengetahuan agama.
Kemudian pemerintah juga berperan dan bertanggung jawab demi terwujud dan
terbinanya kerukunan hidup umat beragama. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas umat
beragama di Indonesia belum berfungsi seperti seharusnya, yang diajarkan oleh agama
masing-masing. Sehingga ada kemungkinan timbul konflik di antara umat beragama. Oleh
karena itu dalam hal ini, ”pemerintah sebagai pelayan, mediator atau fasilitator merupakan
13
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM
salah satu elemen yang dapat menentukan kualitas atau persoalan umat beragama tersebut.
Pada prinsipnya, umat beragama perlu dibina melalui pelayanan aparat pemerintah yang
memiliki peran dan fungsi strategis dalam menentukan kualitas kehidupan umat beragama,
melalui kebijakannya.
Untuk menjaga dan meningkatkan kerukunan hidup umat beragama dan keutuhan bangsa,
perlu dilakukan upaya-upaya:
14
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerukunan hidup umat beragama yang diharapkan adalah kerukunan antar para pemeluk
agama dalam semangat saling mengerti, memahami antara satu dengan yang lainnya.
Dengan kata lain secara bahasa mengerti artinya memahami, tahu tentang sesuatu hal, dapat
diartikan mengerti keadaan orang lain, tahu serta paham mengenai masalah-masalah sosial
kemasyarakatan, sehingga dapat merasakan apa yang orang lain rasakan.
Dengan semangat saling mengerti, memahami, dan tenggang rasa- maka akan menumbuhkan
sikap dan rasa berempati kepada siapa pun yang sedang mengalami kesulitan dan dapat
memahami bila berada di posisi orang lain. Sehingga akan terwujud dan terpelihara
kerukunan antar umat beragama.
B. Saran
Agar kerukunan hidup umat beragama dapat terwujud dan senantiasa terpelihara, perlu
memperhatikan upaya-upaya yang mendorong terjadinya kerukunan secara mantap dalam
bentuk memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta antar
umat beragama dengan pemerintah.
15
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI BERSIFAT UMUM
DAFTAR PUSTAKA
16