Disusun Oleh
Risyad Aiman (2210111108)
Deden Yulian (2210111104)
Segala puji bagi Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, yang
telah memberi rahmat serta hidayahNya kepada kita sehingga kita dapat
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam tetap terlimpahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sang pilihan dan sang pemilik
ukhwah.Penulis membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
pendidikan agama islam
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan karena masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, penulis dengan
terbuka akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca khususnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1 Pengertian Toleransi................................................................................................3
2.2 Toleransi Dalam Islam..............................................................................................3
2.3. Macam-macam Toleransi/Tasamuh......................................................................16
2.4 Manfaat dari Toleransi...........................................................................................18
2.5 Akibat Toleransi Diabaikan.....................................................................................20
BAB III...............................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................21
3.2 Saran.....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
َو َي ا َقْو ِم َأْو ُف وا اْلِم ْك َي اَل َو اْلِم يَز اَن ِباْلِق ْس ِط ۖ َو اَل َتْبَخ ُس وا
ا يِف اَأْل ِض ْف ِس ِد
ي
ْر ُم َن الَّناَس َأْش َياَءُه ْم َو اَل َتْع َثْو
Artinya "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan
janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah
kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.” [Hud : 85]
( ) اَّلِذيَن ِإَذ ا اْك َت اُلوا َع َلى الَّن اِس َي ْس َت ْو ُفوَن١( َو ْيٌل ِلْلُم َط ِّفِفيَن
) َأال َي ُظ ُّن ُأوَلِئ َك٣( ) َو ِإَذ ا َك اُلوُه ْم َأْو َو َز ُن وُه ْم ُيْخ ِس ُروَن٢
) َي ْو َم َي ُق وُم الَّن اُس ِل َر ِّب٥( ) ِلَي ْو ٍم َع ِظ يٍم٤( َأَّن ُهْم َم ْبُعوُثوَن
)٦( اْلَع اَلِميَن
Terjemah Surat Al Muthaffifin Ayat 1-6
1.Celakalah
2.bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)
3.(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka
minta dipenuhi
4.dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka
mengurangi
5.pada suatu hari yang besar
6.Tidakkah orang-orang itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan
dibangkitkan,(yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit
واُق َّد َت ْنَأ ۚ ٍة ٰىَلِإ ٌة ٍة َنِظ وُذ َن ا َك ْنِإ
ْيٌر َخ َم َس َر َو َص ْي ْس َر َف َرُع َو
Toleransi ini menunjukkan keselamatan hati, ketenangan jiwa dan kebersihan hati
dari rasa permusuhan. Dahulu, Abu Bakar Ash-Shiddiq Radliyallahu anhu
memberi uang belanja kepada Misthoh bin Utsatsah karena hubungan famili dan
kefakirannya. Tatkala Misthoh binasa bersama orang yang binasa dari kalangan
ashabul ifki (pembuat berita dusta), lalu dia tenggelam bersama orang yang
tenggelam menuduh As-Sayyidah Aisyah Radliyallahu ‘anha berbuat mesum,
maka Abu Bakar Ash-Shiddiq Radliyallahu ‘anhu bersumpah tidak akan memberi
uang belanja kepada Misthoh. Ash-Shiddiq ditegur, beliaupun bershodaqoh
dengan kehormatannya walau dosa Misthoh sedemikian besar.
Sungguh indah ucapan penyair.
“Sesungguhnya kadar dosa Misthoh dapat meruntuhkan bintang-bintang dari
ufuknya sungguh terlah terjadi apa yang terjadi apa yang terjadi
Ash-Shiddiq ditegur tentang haknya (Si Misthoh) Biarlah, wahai pembaca !
Ummul Mukminin As-Sayyidah Aisyah Radliyallahu anha yang memberi tahu
kita tentang kejelasan kasus ini ; beliau mengisahkan : ” ….Maka Allah
menurunkan (ayat) tentang kesucianku” Abu Bakr Ash-Shiddiq Radliyallahu
‘anhu pun menyatakan : Dan dia dulunya memberi uang belanja kepada Misthoh
bin Utsatsah karena kefamilian dan kefakirannya ” Demi Allah ! Aku tidak akan
memberi uang belanja sedikit pun kepada si Misthoh selamanya setelah
tuduhannya kepada Aisyah” maka Allah menurunkan (ayat).
“Artinya : Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan
diantara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada
kaum kerabatnya, orang-orang miskin dan orang-orang berhijrah di jalan Allah,
dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin
bahwa Allah mengampunimu ? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” [An-Nur : 22]
Abu Bakr mengatakan : “Ya ! Demi Allah sungguh aku suka Allah
mengampuniku” beliaupun kembali membantu Misthoh seperti sebelumnya, dan
menyatakan : “Demi Allah aku tidak akan mencabutnya dari dia selamanya”
[Hadits Riwayat Bukhari 8/455- Fath dan Muslim 17/113-Nawawi]
Dalam konteks ini Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Sebaik-baik orang
adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur”, ditanyakan: “Apa
hati yang mahmum itu?” Jawabnya : “Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada
dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki”. Ditanyakan:
“Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?”. Jawabnya : “Orang-orang yang
membenci dunia dan cinta akhirat”. Ditanyakan : “Siapa lagi setelah itu?”.
Jawabnya: “Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur."
Dasar-dasar al-Sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk menegaskan
bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba-meliputi, baik
lahir maupun batin. Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak lahir dari hati,
dari dalam. Ini berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk
menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material maupun
spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi (as-
samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu’amalah (hablum
minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallāh).
Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haqbil bathil
(mencampuradukan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat dilarang
dilakukan oleh seorang muslim, seperti halnya menikah antar agama dengan
toleransi sebagai landasannya. Sebagaimana yang telah dijelaskan diayat Al-
Quran dibawah ini, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya”. (QS.Ali Imran: 19)
Secara umum, konsep tasamuh mengandung makna kasih sayang (ar-Rahmah),
keadilan (al-‘Adalah), keselamatan (al-salam), dan ketauhidan (al-Tauhid).
Konsep-konsep dasar inilah yang mengikat makna tasamuh dalam Islam. Dan
masing-masing konsep tidak dapat dipisahkan karena semuanya memiliki makna
yang saling terkait. Konsep tersebut merupakan ciri khas Islam yang mampu
membedakan toleransi perspektif Islam dengan lainnya. Oleh karena itu,
hendaknya pendidikan toleransi beragama diarahkan kepada konsep-konsep dasar
(perspektif Islam) tersebut.
Dalam konteks ini Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Sebaik-baik orang
adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur”, ditanyakan: “Apa
hati yang mahmum itu?” Jawabnya : “Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada
dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki”. Ditanyakan:
“Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?”. Jawabnya : “Orang-orang yang
membenci dunia dan cinta akhirat”. Ditanyakan : “Siapa lagi setelah itu?”.
Jawabnya: “Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur."
Dasar-dasar al-Sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk menegaskan
bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba-meliputi, baik
lahir maupun batin. Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak lahir dari hati,
dari dalam. Ini berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk
menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material maupun
spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi (as-
samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu’amalah (hablum
minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallāh).
Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haqbil bathil
(mencampuradukan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat dilarang
dilakukan oleh seorang muslim, seperti halnya menikah antar agama dengan
toleransi sebagai landasannya. Sebagaimana yang telah dijelaskan diayat Al-
Quran dibawah ini, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya”. (QS.Ali Imran: 19)
Secara umum, konsep tasamuh mengandung makna kasih sayang (ar-Rahmah),
keadilan (al-‘Adalah), keselamatan (al-salam), dan ketauhidan (al-Tauhid).
Konsep-konsep dasar inilah yang mengikat makna tasamuh dalam Islam. Dan
masing-masing konsep tidak dapat dipisahkan karena semuanya memiliki makna
yang saling terkait. Konsep tersebut merupakan ciri khas Islam yang mampu
membedakan toleransi perspektif Islam dengan lainnya. Oleh karena itu,
hendaknya pendidikan toleransi beragama diarahkan kepada konsep-konsep dasar
(perspektif Islam) tersebut.
3.1 Kesimpulan
Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang
amat komprehensif. Kita harus bersikap melindungi dan saling tolong-menolong
tanpa mempersoalkan perbedaan keyakinan. Prinsip yang mengakar paling kuat
dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah
keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua
manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini.
Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan
agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak berbuat aniaya
kepada umat Islam.
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan
tercipta berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan
untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut
serta dalam pembangunan bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk
mencapai sebuah kesejahteraan hidup dinegeri ini.
3.2 Saran
Toleransi sebagai salah satu kunci untuk mewujudkan hal tersebut perlu
mendapatkan perhatian yang lebih, agar terciptanya Negara yang terhindar dari
perpecahan, menerima adanya perbedaan serta mencintai silaturrahmi.
Toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan
mengeksistensi sejak Islam itu ada. Maka teori toleransi di dalam Islam harus
diimplementasikan dan dipraktikkan secara konsisten
DAFTAR PUSTAKA
http://sharetikel.blogspot.co.id/2015/04/makalah-toleransi-dalam-islam.html
http://milakucaya.blogspot.co.id/p/toleransi-umat-beragama-dalam-islam.html
https://aljaami.wordpress.com/2011/03/31/toleransi-as-samahah-dalam-
pandangan-islam/
http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-toleransi/
https://rumaysho.com/5673-toleransi-dalam-islam.html