Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agama adalah sebuah nama yang terkesan membuat gentar, menakutkan dan
mencemaskan pada era belakangan ini. Di tangan pemeluknya, agama sering dikaitkan
dengan kekerasan. Beberapa tahun terakhir banyak muncul konflik, intoleransi dan kekerasan
atas nama agama. Pandangan dunia keagamaan yang cenderung tidak cocok dengan zaman
saat ini memang berpotensi memecah belah dan saling klaim kebenaran sehingga
menimbulkan berbagai macam konflik. Fenomena yang terjadi pada saat ini adalah muncul
dan berkembangnya tingkat kekerasan yang membawa-bawa nama agama dalam kejadian-
kejadian yang tidak manusiawi tersebut. Sehingga realita kehidupan beragama yang muncul
akibat hal tersebut adalah saling mencurigai, saling tidak percaya dan hidup dalam ketidak
harmonisan. Akibatnya toleransi dan kepercayaan antar umat beragama bergeser atau kurang
di hargai pada era ini.

Toleransi yang merupakan bagian dari visi teologi atau akidah Islam dan masuk
dalam kerangka teologi islam, sejatinya harus dikaji secara mendalamdan diaplikasikan
dalam kehidupan beragama karena ia adalah suatu keniscayaan sosial bagi seluruh umat
beragama dan merupakan jalan bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama.

1.2. Ruang Lingkup Masalah


Adanya keterbatasan pengetahuan penulis maka diperlukan adanya pembatasan
masalah. Sehingga pembahasan tetap terfokus pada pokok masalah. Sedangkan ruang lingkup
pada makalah kali ini penulis hanya fokuskan sesuai dengan judul yaitu toleransi antar umat
Beragama dalam pandangan Islam.

1.3. Maksud dan Tujuan


Penulisan makalah ini bermaksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam (PAI) dan untuk menambah wawasan para pembaca tentang kerukunan umat
beragama di Indonesia serta permasalahan yang di hadapi. Semoga Bermanfaat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Makna Agama Islam Serta Karakteristiknya

1. Makna Agama Islam


Kata Islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, patuh dan taat.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran
untuk menciptakan kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan kehidupan umat manusia pada
khususnya dan semua makhluk Allah pada umumnya. Kondisi tersebut akan terwujud jika
manusia sebagai penerima amanah Allah dapat menjalankan aturan tersebut secara benar.

2. Karakteristik ajaran agama Islam


 Karakteristik ajaran agama Islam yaitu : Sesuai dengan fitrah manusia
 Ajarannya sempurna
 Kebenarannya mutlak
 Mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan
 Fleksibel dan ringan
 Berlaku secara universal
 Sesuai dengan fikiran dan memotivasi manusia untuk menggunakan akal pikirannya
 Inti ajarannya tauhid dan seluruh ajarannnya mencerminkan ketauhidan Allah tersebut
 Mencerminkan rahmat, kasih sayang Allah terhadap makhluk_Nya
 Mengajarkan para pemeluknya agar saling hormat-menghormati antar manusia

2.2. TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM PANDANGAN ISLAM


Toleransi (Arab : As Samahah) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap
saling menghormati dan saling bekerja sama diantara kelompok-kelompok masyarakat yang
berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik maupun agama.
Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas.
“Tidak ada paksaan dalam agama” , “Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku” yang
terkandung dalam ayat di Q.S. Al-Kafiruun adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam.
Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap
alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Dengan makna toleransi yang luas semacam
ini, maka toleransi antar-umat beragama dalam Islam memperoleh perhatian penting dan
serius. Apalagi toleransi beragama adalah masalah yang menyangkut eksistensi keyakinan
manusia terhadap Allah. Ia begitu sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik
sehingga menyedot perhatian besar dari Islam.
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi
adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering
dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi
seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah
ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam
menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak
Allah, karena itu tak mungkin disamakan. Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang
artinya, “Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka
bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya?”.
Selanjutnya, di Surat Yunus Allah menandaskan lagi, yang artinya: “Katakan olehmu
(ya Muhamad), ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke titik pertemuan (kalimatun sawā atau
common values) antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan
tidak pula memperserikatkan-Nya kepada apa pun, dan bahwa sebagian dari kita tidak
mengangkat sebagian yang lain sebagai “tuhan-tuhan” selain Allah!”. Ayat ini mengajak
umat beragama (terutama Yahudi, Kristiani, dan Islam) menekankan persamaan dan
menghindari perbedaan demi merengkuh rasa saling menghargai dan menghormati. Ayat ini
juga mengajak untuk sama-sama menjunjung tinggi tauhid, yaitu sikap tidak menyekutukan
Allah dengan selain-Nya. Jadi, ayat ini dengan amat jelas menyuguhkan suatu konsep
toleransi antar-umat beragama yang didasari oleh kepentingan yang sama, yaitu ‘menjauhi
konflik’.
Selain itu, hadist Nabi SAW tentang persaudaraan universal juga
menyatakan, “irhamuu man fil ardhi yarhamukum man fil samā” (sayangilah orang yang
ada di bumi maka akan sayang pula mereka yang di lanit kepadamu). Persaudaran universal
adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam. Persaudaraan ini menyebabkan
terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan dalam suatu masyarakat Islam.
Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama
yang saling menguntungkan serta menegasikan semua keburukan.
Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah. Piagam ini
adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh
Nabi Muhamad SAW di Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama
adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta
saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.
Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung
sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di
dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari
prinsip ini. Dalam hal ini, Al-Qur’an menyatakan yang artinya: “Maka hadapkanlah
wajahmu ke arah agama menurut cara (Allah); yang alamiah sesuai dengan pola pemberian
(fitrah) Allah, atas dasar mana Dia menciptakan manusia…”
Dilihat dari argumen-argumen di atas, menunjukkan bahwa baik Al-Qur’an maupun
Sunnah Nabi secara otentik mengajarkan toleransi dalam artinya yang penuh. Ini jelas
berbeda dengan gagasan dan praktik toleransi yang ada di barat. Toleransi di barat lahir
karena perang-perang agama pada abad ke-17 telah mengoyak-ngoyak rasa kemanusiaan
sehingga nyaris harga manusia jatuh ke titik nadir. Latar belakang itu menghasilkan
kesepakatan-kesepakatan di bidang Toleransi Antar-agama yang kemudian meluas ke aspek-
aspek kesetaraan manusia di depan hukum.
2.3. Manfaat Toleransi Hidup Beragama Dalam Pandangan Islam

1. Menghindari Terjadinya Perpecahan


Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan
agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan
dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak
adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat
manusia ini.
Dalam kaitanya ini Allah telah mengingatkan kepada umat manusia dengan pesan
yang bersifat universal, berikut firman Allah SWT:
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah
kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang
kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-
Nya dan memberi petunjuk kepada -Nya orang yang kembali.”(As-Syuro:13)
”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.” (Al-Imran:103)
Pesan universal ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia tidak terkecuali,
yang intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi perpecahan antar umat beragama
maupun sesama umat beragama.
2. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh
tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia
lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya,
perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama
merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia.
Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika
masing-masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama,
bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas
dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan
untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud
perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.

BAB III
PENUTUP

2.1.Simpulan

Toleransi antar umat beragama di era ini sedang mengalami gejolak yang dapat
dikategorikan sebagai masalah tentang ketidakpercayaan antar umat. Dari segi pengamatan
awam agama menampilkan kesan yang cukup mendalam tentang adab atau perilaku baik
yang stiap agama mengajarkannya.
Islam sendiri sangat menjunjung tinggi mengenai batasan-batasan toleransi umat
beragama. Terbukti dari beberapa ayat yang telah tersampaikan pada BAB II (Pembahasan),
bahwa Nabi SAW juga mengajarkan adanya saling hormat-menghormati antar umat
beragama, sesuai dengan makna namanya yaitu selamat dan damai. Islam mengajarkan pada
umatnya untuk dapat hidup berdampingan dengan umat lainnnya dengan jalan damai.

2.2.Penutup

Demikian yang bisa penulis sampaikan, penulis telah berusaha semaksimal mungkin
untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya sesuai kode etik penulisannya. Namun
karena keterbatasan pengetahuan penulis, maka penulis menyadari bahwa karya tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mohon saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan dimasa mendatang.
Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
para pembaca umumnya.

Anda mungkin juga menyukai