Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Realitas historis dan sosiologis menunjukkan bahwa umat islam terdiri

dari beragam mazhab , beragam pemahamman , dan beragam praktik keagaman

. keragaman ini semakin berwarnawarni ketika islam dibawah masuk ke ranah

kehidupan masyarakat yang lebih luas : politik , ekonomi , dan sosial budaya .

fakta keberagaman ini sudah berlangsung lebih dari beberapa abad. Di negeri kita

hal tersebut tidak mungkin dapat dihindari . Ikhtiar yang perlu kita lakukan adalah

membangun persatuan dalam keberagaman . Ungkapan satu islam multimazhab

( dan ungkapan lain serupa , seperti satu islam multipartai ) didengungkan oleh

banyak ulama dan cendekiawan muslim.

B. Rumusan masalah

1. Apa itu tentang konsep keragaman dalam keberagaman ?

2.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Menelusuri Konsep Islam tentang Keragaman dalam Keberagaman

Dalam kaitannya dengan agama, Islam merupakan petunjuk bagi manusia menuju

jalan yang lurus, benar dan sesuai dengan tuntunan kitab suci Al Qur’an yang telah

diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Kalau dikaitkan dengan kontets perubahan zaman

sekarang, bagaimana Islam memandang keberagaman/pluralitas yang ada dinegeri ini,

bahkan di dunia. Sebagaimana yang telah disebutkan berkali-kali oleh Allah SWT

didalam Al Qur’an. Islam sangat menjunjung keberagaman/pluralitas, karena

keberagaman/pluralitas merupakan sunnatullah, yang harus kita junjung tinggi dan kita

hormati keberadaannya.

Seperti dalam (Qs Al Hujurat:13), Allah SWT telah menyatakan” Wahai para manusia,

sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki, dan perempuan dan

menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal”.

Dari ayat Al Qur’an tadi, itu menunjukan bahwa Allah sendiri lah yang telah menciptakan

keberagaman, artinya keberagaman didunia ini mutlak adanya.

Dengan adanya keberagaman ini, bukan berarti menganggap kelompok, madzab, ataupun

keberagaman yang lain sejenisnya menganggap kelompoknyalah yang paling benar.

Yang harus kita ketahui disini adalah, keberagaman sudah ada sejak zaman para sahabat,
yaitu ketika Nabi wafat, para sahabat saling mengklaim dirinyalah yang pantas untuk

menjadi pengganti Nabi.

Ajaran islam mengutamakan persaudaraan atau ukhuwwah dalam menyikapi

keberagaman, istilah Ukhuwwah dijelaskan dalam Qs. Al-Hujurat, 49:10,

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara

kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”

Ketegasan syariah islam memberikan gambaran betapa perhatiannya Islam terhadap

permasalahan keberagaman, dengan mengutamakan persaudaraan, keharmonisann, dan

perdamaian. Beberapa hadist memeberikan perumpaan bahwa sesama muslim

diibaratkan satu tubuh,

“perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi,

seumpama tubuh, jika satu tubuh anggota sakit, maka anggota tubuh yang lain akan

susah tidur atau merasakan demam” (HR.Muslim)

Perumpamaan yang lain diibaratkan bangunan;

“orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian

menguatkan sebagian yang lain” (sahahih Muslim no.4684)

Penyebab munculnya perbedaan aliran antara lain;

1) Adanya pergolakan politik dalam negeri,

2) Mengalirnya pemikiraan non-muslim,


3) Akibat proses perubahan kultural dan politik, dari masyarakat tradisional ke modern

dan dari politik regional ke dunia. (Adeng, 2008)

Islam memberikan beberapa prinsip dasar dalam menyikapi dan memahami pruralisme

ini.

1) Prinsip keberagamaan yang lapang

Salah satu masaah yang serius dalam menyikapi keberagamaan adalah masalah klaim

kebenaran. ). Padahal untuk mencapai kepasrahan yang tulus kepada tuhan (makna

generik dari kata islam) diperlukan suatu pemahaman yang sadar dan bukan hanya ikut-

ikutan. Oleh sebab itu sikap kelapangan dalam mencapai kebenaran ini bisa dikatakan

sebagai makna terdalam keislaman itu sendiri. Diceritakan dalam hadist nabi bersabda

kepada sahabat Utsman bin Mazhun “ Dan sesungguhnya sebaik-baik agama disisi Allah

adalah semangat pencarian kebenaran yang lapang (Al Hanifiyah Al Samhah) “.

2) Keadilan yang obyektif

Dalam konteks pruralisme, Keadilan mencakup pandangan maupun tindakan kita

terhadap pemeluk agama lain. Kedangkalan dalam tindakan seringkali karena kita tidak

suka dan menganggap orang lain sebagai bukan bagian dari kelompok kita (outsider)

maka kita bisa berbuat tidak adil terhadap mereka dalam memutuskan hukum, interkasi

sosial maupun hal-hal lain.

Islam mengajarkan bahwa kita harus menegakkan keadilan dalam sikap dan pandangan

ini dengan obyektif terlepas dari rasa suka atau tidak suka (like and dislike). Seperti yang

diterangkan dalam QS. Al-Maidah ayat 8,


“hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu menegakkan

(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan janganlah kebencianmu pada

suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena adil itu

lebih dekat kepada taqwa”

3) Menjauhi kekerasan dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain termasuk ketika

melakukan dakwah

“Serahkanlah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan jalan bijaksana dan pelajaran

yang baik dan bantahlahlah mereka dengan lebih baik” QS. An Nahl ayat 12

“Tidak ada paksaan dalam (memeluk) agama, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar

daripada jalan yang sesat” QS. Al Baqoroh ayat 256

Dalam berdawah kita harus mengutamakan dialog, kebijaksanaan dan cara-cara

argumentatif lainnya (interfaith dialogue). Tiap agama mempunyai logikanya sendiri

dalm memahami tuhan dan firmannya, kedua bahwa dialog bukanlah dimaksudkan untuk

saling menyerang tetapi adalah upaya untuk mencapai kesepahaman, dan

mempertahankan keyakinan kita

“Katakanlah olehmu (wahai Muhammad) wahai Ahli kitab marilah menuju ketitik

pertemuan antara kami dan kamu” QS. Ali Imran ayat 64

4) Menjadikan keragaman agama tersebut sebagai kompetisi positif dalam kebaikan

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya yang mereka menghadap kepadanya, maka

berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan” QS. Al Baqarah ayat 148


Ketika ada pemeluk agama lain berbuat amal sosial dengan semisal melakukan advokasi

terhadap masyrakat tertindas seperti kaum buruh, pelecehan seksual dan sebagainya maka

kita tidak boleh begitu mencurigainya sebagai gerakan pemurtadan atau bahkan berusaha

menggagalkannya tetapi hal tersebut haruslah menjadi pemacu bagi kita kaum muslimin

untuk berusaha menjadi lebih baik dari mereka dalam hal amal sosial.

Kalau keempat prinsip ini bisa kita pegang Insya Allah akan tercipta hubungan yang lebih

harrmonis antar umat beragama, hubungan yang dilandasi oleh sikap saling menghargai,

menghormati dan saling membantu dalam kehidupan sosial. Sehingga kehadiran agama

(khususnya islam) tidak lagi menjadi momok bagi kemanusiaan tetapi malah menjadi

rahmat bagi keberadaan tidak hanya manusia tetapi sekaligus alam semsta ini. ( Wallahu

A’lam Bishawab).

Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya

1. Agama sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Adapun Islam dalam menaggapi perbedaan dalam persatuan dan kesatuan bangsa adalah:

1. Konsep Toleransi dalam Islam (Kebebasan Beragama)

Radikalisme Islam mendorong Barat memelihara isu “:teroris Islam” agar dunia waspada

dan ikut memberantas kelompok ekstrimis Islam. Dan menghapus citra Islam dengan

mengatakan Islam adalah agama yang intoleransi. Islam adalah agama yang sangat

toleransi. Jelas ini tidak pantas jika Islam dituduh agama yang ekstrim dan radikal.

Apalagi dengan mengatakan Al Qur’an dan Nabi Muhammad sebagai inti dari semua

teror.
Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama. Dalam Islam

seorang muslim dilarang memaksa orang lain untuk meninggalkan agamanya dan masuk

Islam dengan terpaksa, karena Allah telah berfirman:

‫ال إكراه في الدين‬

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).”(QS. Al Baqarah: 256)

Sejarah telah mengabadikan kepemimpinan Rosulullah saw dan sikap tasamuh beliau

dalam memperlakukan penduduk Madinah yang plural. Seperti yang tertulis dalam

“Piagam Madinah” (shahifah madinah). Diantara isi piagam disebutkan tentang adanya

kesepakatan, bahwa jika ada penyerangan terhadap kota Madinah atau penduduknya,

maka semua ahlu shahifah (yang terlibat dalam Piagam Madinah) wajib

mempertahankan dan menolong kota Madinah dan penduduknya tanpa melihat

perbedaan agama dan qabilah

1. Batasan toleransi dalam perspektif islam

Seperti yang terjadi di masa sahabat, saat seorang munafik yang bernama Musailah Al

Kadzdzab (dan pengikutnya) mengaku bahwa dirinya nabi setelah wafatnya Nabi

Muhammad saw. Melihat hal tersebut para sahabat tidak tinggal diam dan membiarkan

pengikut Musailamah terus menyebarkan ajaran sesatnya. Karena disitu ada mashlahah

untuk menjaga agama (hifdz al din) yang merupakan faktor dharury (primer) dalam

kehidupan umat Islam. Allah telah berfirman dengan tegas dan jelas bahwa Nabi

Muhammad saw adalah penutup para Nabi dan tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad.

‫ما كان محمد أبا أحد من رجالكم ولكن رسول هللا وخاتم النبيين وكان هللا بكل شيء عليما‬
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi

dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui

segala sesuatu.”(QS. Al Ahzab: 40)

Toleransi semacam ini jelas tidak dibenarkan dalam agama Islam. Karena seorang yang

mengaku muslim berarti meyakini dan bersakasi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan

Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah dan meyakini bahwa tidak ada nabi setelah

Nabi Muhammad saw.

1. Al Asas al fikri li tasamuh al muslimin

2. Yusuf Qordhowi dalam kitabnya fi fiqh al aqliyat al muslimah menyebutkan

beberapa faktor toleransi muslim terhadap non-muslim:

Nilai kemanusiaan yang mulia.

‫ولقد كرمنا بني آدم‬

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.”(QS. Al Isra’: 70)

Perbedaan yang dimuka bumi ini adalah sesuai dengan kehendak Allah Sang Maha

Pencita alam semesta dan isinya.

‫ولو شاء ربك لجعل الناس أمة واحدة وال يزالون مختلفين‬

“Jikalau Tuhan-mu mengkehendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu,

tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.”(QS. Hud: 118)

Perbedaan tersebut adalah menjadi pertanggung jawaban antara dia dan Allah di

akhirat nanti.
‫وإن جادلوك فقل هللا أعلم بما تعملون هللا يحكم بينكم يوم القيامة فيما كنتم فيه تختلفون‬

“Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah, “Allah lebih mengetahui tentang

apa yang kamu kerjakan” Allah akan mengadilindiantara kamu pada hari kiamat tentang

apa yang kamu dahulu selalu berselisih”.(QS. Al Hajj: 68-69)

Allah telah memerintahkan untuk berbuat adil dan berakhlak mulia.

‫يا أيها الذين آمنوا كونوا قوامين هلل شهداء بالقسط وال يجرمنكم شنآن قوم على أال تعدلوا‬

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu

menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-

kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak

adil.”(QS. Al Ma’idah: 8)

1. Implementasi Keragaman dalam Keberagaman

Mencermati berbagai ulasan mengenai keragaman dan keberagaman dalam perspektif

islam dan juga agama sebagai salah satu parameter persatuan dan kesatuan bangsa diatas,

maka langkah konkrit untuk menyikapi itu semua adalah membangun tali silaturrahmi

yang mengedepankan toleransi intern umat islam.

“siapa yang senang diperluas rezekinya dan diperpanjang umurnya maka hendaklah dia

bersilaturrahmi” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan terjalinnya tali silaturrahmi maka banyak peluang kerja sama dalam berbagai

aspek kehidupan dan janii Allah melaui sabda Nabi SAW, akan mengundang rezki
material dan spiritual. Maka dari itu sesama muslim dilarang untuk memutus tali

silaturrahmi, jika terjadi pertikaian harus segera berdamai.

Jalinan silaturrahmi dengan mengedepankan toleransi tidak hanya saat berhubungan

dengan antar umat beragama saja, namun bagaimana sesama muslim mampu hidup

damai, rukun, saling menghormati antar golongan keislaman berbeda mahdzab. Istilah

toleransi maka menghargai setiap pendapat maupun perbedaan hal yang dimiliki oleh

seseorang maupun kelompok.

“hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain

(karena boleh jadi) mereka (yang diolok-olok) lebih baik daripada mereka (yang

mengolok-olok) dan jangan pula wantita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain

karena boleh jadi wanita-wanita (yang diperolokkan) lebih baik daripada wanita-wanita

(yang mengolok-olok0 dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu

memanggil dengan gelar-gelar yang buru. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan

yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah

orang-orang yang lalim” Q.S. Al-Hujurat ayat 11

Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab rapuhnya tali persatuan dan kesatuan di

kalangan umat antara lain (Sudarto,2014;100):

1) Munculnya sifat kecurigaan/ prasangka buruk yang berlebihan terhadap kelompok lain

2) Munculnya interpretasi yang juga menjadi penyebab adanya kecurigaan tanpa bukti

yang berujung pada konflik

3) Mencari kejelekan-kejelekan orang lain


“hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya

sebagian prasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain

dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah seorang di

antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu

merasa jijik padanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha

Penerima tobat lagi Maha Penyayang” Q.S. Al-Hujurat ayat 12

Oleh karena itu, untuk mencegah adanya perpecahan dalam persatuan dan kesatuan

bangsa maka kita harus menjunjung tinggi toleransi dan senantiasa menjaga tali

silaturrahmi dalam berbagai aspek kehidupan. Berlomba-lomba berbuat kebaikan untuk

mengharapkan riddah
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Membangun persatuan di tengah keberagaman dalam perspektif islam memerlukan

tindakan konkrit yang nyata. Ajaran islam telah mengajarkan umatnya untuk hidup dalam

toleransi. Untuk menjaga persatuan ini maka umat harus menjaga tali silaturrahmi antar

manusia dan juga menjunjung tinggi toleransi.

Allah SWT telah menyebutkan dalam Al-Quran untuk hidup dengan damai sekalipun

berada di antara perbedaan. Jalinan silaturrahmi dengan mengedepankan toleransi tidak

hanya saat berhubungan dengan antar umat beragama saja, namun bagaimana sesama

muslim mampu hidup damai, rukun, saling menghormati antar golongan keislaman

berbeda mahdzab.

Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama. Dalam Islam

seorang muslim dilarang memaksa orang lain untuk meninggalkan agamanya dan masuk

Islam dengan terpaksa, karena Allah telah berfirman:

‫ال إكراه في الدين‬

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).”(QS. Al Baqarah: 256)

Maka sudah seharusnya kita mampu menyikapi perbedaan dari sudut pandang yang

berbeda, saling menghargai adanya keberagaman maka akan terjadi keharmonisan dalam

hubungan masyarakat, sehingga kedamaian akan terus berjalan dan perpecahan tidak

akan terjadi.
1. Saran

Makalah yang berjudul Membangun Persatuan di Tengah Keberagaman dalam Perspektif

Islam ini telah kami selesaikan dengan semaksimal mungkin. Namun, kesempurnaan

hanya milik Allah SWT, maka pasti ada kekurangan dari isi makalah ini. Kami dengan

terbuka menerima berbagai saran dan kritik yang kami perlukan untuk bahan evaluasi

makalah kami selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

(Rohmatunnisa, Siti Ines. 2014.


http://sitiinesrohmatunnisa.blogspot.co.id/2014/05/persatuan-bangsa-menurut-
agama.html, diakses 28 september 2016)

(Sulaiman, Ibrahim. 2012. http://sulaimanibrahim.blogspot.co.id/2012/01/pluralisme-


dalam-perspektif-islam.html, diakses 28 september 2016)

(Khoiri, Muhammad. 2011. http://httpkhoiriblogspotcom.blogspot.co.id/2011/07/islam-


memandang-keberagamanpluralisme.html, diakses 28 september 2016)

______ . 2015. Pendidikan Agama Islam Kontekstual di Perguruan Tinggi. Cetakan ke


X. Surabaya : Surabaya University Press

Sudarto,2014, Wacana Islam Progresif, Yogyakarta, IRCisoD

Syarbini, dkk. 2011, Al-Qur’an dan Kerukunan Hidup Umat Beragama, Jakarta,
PT.Elex Media Komputindo

Anda mungkin juga menyukai