Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

”ISLAM MEMBANGUN PERSATUAN DALAM


KEBERAGAMAN”

Disusun Oleh :

Adam Mulya Sampurna – 17200906

Kelas : 17.6C.12

Program Studi Pendidikan Agama

Fakultas Teknik Informatika

Universitas Bina Saran Informatika (UBSI)

2023
ABSTRAK
Makalah ini membahas peran Islam dalam membangun persatuan dalam
keberagaman. Dalam konteks masyarakat yang semakin majemuk dengan perbedaan budaya,
suku, dan agama, Islam memiliki prinsip-prinsip yang mendorong kerukunan dan persatuan.
Makalah ini akan mengulas nilai-nilai Islam yang mendorong persatuan, praktik-praktik yang
mengembangkan toleransi antar umat beragama, dan pentingnya dialog antaragama dalam
membangun kerjasama yang harmonis. Dengan memahami pesan Islam tentang persatuan,
kita dapat mendorong perdamaian dan harmoni dalam keberagaman yang ada di masyarakat.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan
Dalam era globalisasi ini, masyarakat di seluruh dunia hidup dalam konteks yang
semakin heterogen dan beragam. Keberagaman ini meliputi perbedaan budaya, agama, ras,
dan bahasa. Namun, di tengah keberagaman ini, penting bagi masyarakat untuk menjaga
persatuan dan kesatuan agar dapat hidup harmonis dan saling menghormati satu sama lain.
Islam sebagai agama yang luas dan memiliki pengikut di berbagai belahan dunia,
menekankan pentingnya membangun persatuan dalam keberagaman. Dalam makalah ini,
akan dibahas bagaimana Islam mampu membangun persatuan di tengah keberagaman
tersebut.
1.2. Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang mencakup ajaran moral, etika, hukum, dan
spiritualitas. Pendidikan agama Islam membantu individu untuk memahami prinsip-prinsip
agama, praktik ibadah, dan bagaimana menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teologi Islam dalam Memperkuat Persatuan


Pertama-tama, Islam memiliki dasar teologis yang memperkuat persatuan dalam
keberagaman. Ajaran dasar Islam menekankan bahwa semua manusia adalah makhluk Allah
dan memiliki kesamaan esensial. Al-Quran menyatakan dalam Surah Al-Hujurat (49:13),
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal."
Dalam Islam, konsep ukhuwah (persaudaraan) ditonjolkan sebagai landasan dalam
membangun persatuan di antara umat manusia. Ukhuwah Islamiyah mengajarkan bahwa
umat Muslim harus bersatu dalam keyakinan dan tujuan yang sama, meskipun mereka berasal
dari latar belakang etnis, budaya, atau sosial yang berbeda. Prinsip ini tergambar dalam
praktik ibadah seperti shalat berjamaah dan haji, yang mengumpulkan jutaan Muslim dari
seluruh dunia, memperkuat ikatan persatuan mereka.
Selain itu, Islam juga menekankan pentingnya adil dan berlaku baik terhadap orang
non-Muslim. Al-Quran mengajarkan dalam Surah Al-Mumtahanah (60:8), "Allah tidak
melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu." Dengan
demikian, Islam mengajarkan sikap inklusif dan menghargai persatuan dengan orang-orang
dari agama dan keyakinan yang berbeda.

2.2 Peran Sosial Islam dalam Membangun Persatuan


Selain pendekatan teologis, Islam juga memiliki peran sosial yang penting dalam
membangun persatuan dalam keberagaman. Salah satu contohnya adalah zakat, yang
merupakan salah satu pilar penting dalam Islam. Zakat adalah kewajiban bagi umat Muslim
yang mampu untuk memberikan sebagian dari kekayaan mereka kepada yang membutuhkan.
Praktik zakat ini tidak hanya memperkuat solidaritas di antara umat Muslim, tetapi juga
membangun jaringan sosial yang melibatkan berbagai kelompok masyarakat, termasuk yang
bukan Muslim. Melalui zakat, umat Muslim dapat membantu memperkuat persatuan dengan
cara memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan tanpa memandang agama
atau latar belakang mereka.
Selain zakat, konsep khidmat sosial (pelayanan sosial) juga merupakan bagian
integral dari ajaran Islam. Islam mendorong umatnya untuk terlibat dalam kegiatan sosial
yang bermanfaat bagi masyarakat luas, terlepas dari agama atau keyakinan mereka. Praktik
sosial ini melibatkan bantuan kemanusiaan, pembangunan komunitas, dan usaha-usaha untuk
memperbaiki kondisi sosial. Dalam konteks keberagaman, khidmat sosial Islam dapat
memainkan peran penting dalam memperkuat persatuan dengan bekerja bersama dengan
umat agama lain untuk mencapai tujuan kemanusiaan yang sama.

2.3 Budaya Islam dalam Mempertahankan Persatuan


Selain pendekatan teologis dan sosial, budaya Islam juga memiliki peran yang
signifikan dalam mempertahankan persatuan dalam keberagaman. Budaya Islam mencakup
seni, sastra, musik, arsitektur, dan tradisi yang kaya. Budaya ini mencerminkan nilai-nilai
Islam yang mendukung persatuan dan mempromosikan penghargaan terhadap keberagaman.
Misalnya, seni kaligrafi Islam yang indah sering menggambarkan ayat-ayat Al-Quran dan
frasa religius yang memperingatkan tentang pentingnya saling menghormati dan hidup
berdampingan secara damai.
Selain itu, tradisi adat dan perayaan Islam juga menjadi kesempatan untuk
memperkuat persatuan dalam keberagaman. Seperti Idul Fitri dan Idul Adha, perayaan ini
mengundang umat Muslim dari berbagai latar belakang untuk berkumpul dan merayakan
bersama. Dalam konteks global, perayaan seperti ini juga memberikan kesempatan bagi umat
Muslim dan non-Muslim untuk saling mengenal dan menghargai keberagaman budaya yang
ada.

2.4 Konsep Keberagaman Islam dan Membangun Persatuan Umat


Dalam Keberagaman Dalam kaitannya dengan agama, Islam merupakan petunjuk
bagi manusia menuju jalan yang lurus, benar dan sesuai dengan tuntunan kitab suci Al Qur’an
yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Kalau dikaitkan dengan kontets perubahan
zaman sekarang, bagaimana Islam memandang keberagaman/pluralitas yang ada dinegeri ini,
bahkan di dunia. Sebagaimana yang telah disebutkan berkali-kali oleh Allah SWT didalam
Al Qur’an. Islam sangat menjunjung keberagaman/pluralitas, karena keberagaman/pluralitas
merupakan sunnatullah, yang harus kita junjung tinggi dan kita hormati keberadaannya.
Seperti dalam (Qs Al Hujurat:13), Allah SWT telah menyatakan”‫إ‬

ِ ‫َيا أَيُّ َها الىَّا ُس ِإ َّوا َخ َل ْق َىا ُك ْم ِم ْه َذ َك ٍر َوأ ُ ْوثَى َو َج َع ْل َىا ُك ْم ُش ُعىبًا َوقَ َب‬
‫ائ َل لِتَ َعا َرفُىا‬
‫أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْى َد َّالل َِِّ أ َ ْتقَا ُك ْم إِ َّن َّال َّلَِ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.”
Dari ayat Al Qur’an tadi, itu menunjukan bahwa Allah sendiri lah yang telah
menciptakan keberagaman, artinya keberagaman didunia ini mutlak adanya.Dengan adanya
keberagaman ini, bukan berarti menganggap kelompok, madzab, ataupun keberagaman yang
lain sejenisnya menganggap kelompoknyalah yang paling benar. Yang harus kita ketahui
disini adalah, keberagaman sudah ada sejak zaman para sahabat, yaitu ketika Nabi wafat,
para sahabat saling mengklaim dirinyalah yang pantas untuk menjadi pengganti Nabi.Ajaran
islam mengutamakan persaudaraan atau ukhuwwah dalam menyikapi keberagaman, istilah
Ukhuwwah dijelaskan dalam Qs. AlHujurat, 49:10,
‫ب ْي َه أ َ َخ َى ْي ُك ْم َواتَّقُىا َّال َّلَِ َل َع َّل ُك ْم تُ ْر َح ُمى َن‬
َ ‫ِإ َّو َما ا ْل ُم ْؤ ِمىُى َن ِإ ْخ َىةٌ فَأ َ ْص ِل ُحىا‬
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”
Ketegasan syariah islam memberikan gambaran betapa perhatiannya Islam terhadap
permasalahan keberagaman, dengan mengutamakan persaudaraan, keharmonisann, dan
perdamaian. Beberapa hadist memeberikan perumpamaan bahwa sesama muslim diibaratkan
satu tubuh,
“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan
menyayangi, seumpama tubuh, jika satu tubuh anggota sakit, maka anggota tubuh yang lain
akan susah tidur atau merasakan demam” (HR.Muslim)
Perumpamaan yang lain diibaratkan bangunan;
“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian
menguatkan sebagian yang lain” (sahahih Muslim no.4684)
Adapun Penyebab munculnya perbedaan aliran antara lain;
a. Adanya pergolakan politik dalam negeri,
b. Mengalirnya pemikiraan non-muslim,
c. Akibat proses perubahan kultural dan politik, dari masyarakat tradisional ke
modern dan dari politik regional ke dunia. (Adeng, 2008)
Islam memberikan beberapa prinsip dasar dalam menyikapi dan memahami
pluralisme ini.
1) Prinsip keberagamaan yang lapang
Salah satu masaah yang serius dalam menyikapi keberagamaan adalah
masalah klaim kebenaran. ). Padahal untuk mencapai kepasrahan yang tulus
kepada tuhan (makna generik dari kata islam) diperlukan suatu pemahaman
yang sadar dan bukan hanya ikut-ikutan. Oleh sebab itu sikap kelapangan
dalam mencapai kebenaran ini bisa dikatakan sebagai makna terdalam
keislaman itu sendiri. Diceritakan dalam hadist nabi bersabda kepada sahabat
Utsman bin Mazhun “ Dan sesungguhnya sebaik-baik agama disisi Allah
adalah semangat pencarian kebenaran yang lapang (Al Hanifiyah Al
Samhah)“.
2) Keadilan yang obyektif
Dalam konteks pruralisme, Keadilan mencakup pandangan maupun
tindakan kita terhadap pemeluk agama lain. Kedangkalan dalam tindakan
seringkali karena kita tidak suka dan menganggap orang lain sebagai bukan
bagian dari kelompok kita (outsider) maka kita bisa berbuat tidak adil
terhadap mereka dalam memutuskan hukum, interkasi sosial maupun hal-hal
lain. Islam mengajarkan bahwa kita harus menegakkan keadilan dalam sikap
dan pandangan ini dengan obyektif terlepas dari rasa suka atau tidak suka (like
and dislike). Menjauhi kekerasan dalam berinteraksi dengan pemeluk agama
lain termasuk ketika melakukan dakwah.
Dalam berda’wah kita harus mengutamakan dialog, kebijaksanaan
dan cara-cara argumentatif lainnya (interfaith dialogue). Tiap agama
mempunyai logikanya sendiri dalm memahami tuhan dan firmannya, kedua
bahwa dialog bukanlah dimaksudkan untuk saling menyerang tetapi adalah
upaya untuk mencapai kesepahaman, dan mempertahankan keyakinan kita.
3) Menjadikan keragaman agama tersebut sebagai kompetisi positif dalam
kebaikan.
Ketika ada pemeluk agama lain berbuat amal sosial dengan semisal
melakukan advokasi terhadap masyrakat tertindas seperti kaum buruh,
pelecehan seksual dan sebagainya maka kita tidak boleh begitu
mencurigainya sebagai gerakan pemurtadan atau bahkan berusaha
menggagalkannya tetapi hal tersebut haruslah menjadi pemacu bagi kita kaum
muslimin untuk berusaha menjadi lebih baik dari mereka dalam hal amal
sosial.
Kalau keempat prinsip ini bisa kita pegang Insya Allah akan tercipta
hubungan yang lebih harrmonis antar umat beragama, hubungan yang dilandasi oleh
sikap saling menghargai, menghormati dan saling membantu dalam kehidupan sosial.
Sehingga kehadiran agama (khususnya islam) tidak lagi menjadi momok bagi
kemanusiaan tetapi malah menjadi rahmat bagi keberadaan tidak hanya manusia
tetapi sekaligus alam semsta ini. ( Wallahu A’lam Bishawab).
2.5 Konsep Toleransi dalam Islam (Kebebasan Beragama)
Pada dasarnya, kata toleransi sangat sulit untuk mendapatkan padangan katanya
secara tepat dalam bahasa Arab yang menunjukkan arti toleransi dalam bahasa Inggris. Akan
tetapi, kalangan Islam mulai membincangkan topik ini dengan istilah “tasamuh”. Dalam
bahasa Arab, kata “tasamuh” adalah derivasi dari “samh” yang berarti “juud wa karam wa
tasahul”dan bukan “to endure without protest” (menahan perasaan tanpa protes) yang
merupakan arti asli kata-kata “tolerance”.
Dalam Islam, toleransi berlaku bagi semua orang, baik itu sesama umat muslim
maupun non-muslim. Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Ghair alMuslimin fii al-Mujtama‟
Al-Islami menyebutkan ada empat faktor utama yang meyebabkan toleransi yang unik selalu
mendominasi perilaku umat Islam terhadap non-muslim, yaitu :
1. Keyakinan terhadap kemuliaan manusia, apapun agamanya, kebangsaannya dan
kerukunannya.
2. Perbedaan bahwa manusia dalam agama dan keyakinan merupakan realitas yang
dikehendaki Allah SWT yang telah memberi mereka kebebasan untuk memilih iman
dan kufur.
3. Seorang muslim tidak dituntut untuk mengadili kekafiran seseorang atau
menghakimi sesatnya orang lain. Allah sajalah yang akan menghakiminya nanti.
4. Keyakinan bahwa Allah SWT memerintahkan untuk berbuat adil dan mengajak
kepada budi pekerti mulia meskipun kepada orang musyrik. Allah juga mencela
perbuatan dzalim meskipun terhadap kafir.
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi
adalah agama yang damai, selamat dan menyerahkan diri. Definisi Islam yang demikian
seringkali dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatan lil „aalamin” (agama yang
mengayomi seluruh alam). Artinya, Islam selalu menawarkan dialog dan toleransi dalam
bentuk saling menghormati bukan memaksa. Islam menyadari bahwa keragaman umat
manusia dalam beragama adalah kehendak Allah.
Dari Pengertian Diatas di dapatkan bahwa, Toleransi (Tasamuh) menurut islam adalah
bentuk kelonggaran, kelapangdadaan, kelembutan terhadap semua aspek sosial kecuali
terhadap Sistem dan Prinsip Nilai Islam.
a. Toleransi dalam Hal Sosial
Dalam hal ini islam tidak melarang untuk bertoleransi. Seperti halnya
Rasullallah SAW, di jamannya islam hidup berdampingan dengan kaum nasrani dan
yahudi. Islam menjamin kehidupan mereka dengan seadil-adil tentu tetap
menggunakan dengan aturan islam karena aturan ini tidak bisa ditoleransikan. Acuan
Islam terhadap keadilan.
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya kepada
mereka. Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikandan taqwa dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan kemaksiatan dan pelanggaran. Dan
bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-
Maidah: 2)
Pada saat itu islam pun sering melakukan perniagaan dengan orang Nasrani
atau yahudi. Dan hal ini seperti yang dicontohkan Nabi Saw., dalam jual beli
Dari Jabir bin Abdullah Radliyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam pernah membeli onta dari dirinya, beliau menimbang untuknya dan
diberatkan (dilebihkan).
Dari Abu Sofwan Suwaid bin Qais Radliyallahu 'anhu dia berkata : "Saya dan
Makhramah Al-Abdi memasok (mendatangkan) pakaian/makanan dari Hajar, lalu
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi kami dan belaiu membeli sirwal
(celana), sedang aku memiliki tukang timbang yang digaji, maka Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam memerintahkan tukang timbang tadi. Beliau bersabda: Timbanglah
dan lebihkan !"
Tolong menolong sesama, menjenguk orang sakit
“Menolong orang sakit yang masih hidup akan mendapatkan ganjaran
pahala.” (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244). Dan banyak lagi
b. Toleransi dalam Hal Sistem dan Prinsip Nilai Islam
Islam merupakan agama yang fleksibel dalam bertoleransi semua bisa
bertoleransi kecuali dalam hal Nilai dan Prinsip yang telah ditentukan oleh Allah.
Islam tidak memaksa orang lain untuk mengikuti aturan islam namun Islam
melindungi orang yang tunduk terhadap aturan yang dibuat oleh Allah SWT. Dan
dapat hidup berdampingan jika orang kafir dan non islam tidak memerangi atau
memusuhi islam.
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu
dari negrimu. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berlaku adil.” (8)
“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-
orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negrimu dan
membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka
sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim.” (Al-Mumtahanah: 8-
9)
Ini beberapa hal yang tidak bisa di toleransikan oleh islam walaupun hanya
sedikit. Allah Ta'ala dalam firmanNya:
“Katakanlah: wahai orang-orang kafir, aku tidak menyembah apa yang kamu
sembah dan kalian tidak menyembah apa yang aku sembah dan aku tidak menyembah
apa yang kalian sembah dan kalian tidak menyembah apa yang aku sembah bagi
kalian agama kalian dan bagiku agamaku”. (AlKafirun: 1-6).
c. Sistem Nilai dalam islam
Islam merupakan agama yang berasal dari langit yang tidak bisa disejajarkan
dengan agama lain menganai kebenarannya. Karena agama ini tidak di ciptakan oleh
manusia melainkan oleh sang pemilik manusia itu sendiri.
a. Tauhid
Merupakan sikap meng-Esakan Allah secara utuh dan menyeluruh.
Contonya seorang muslim tidak bisa menganggap semua tuhan sama dan
menganggap keberadaan tuhan agama lain.
b. Ibadah
Dalam bahasa arab kata ini berasal dari kata abada yang berarti
menyembah. Tentu penyembahan ini harus jelas kepada siapa dan dengan
selera siapa. Menurut ahli ushul ibadah adalah Seluruh aspek nama, yang jika
dilakukan mendapat ridho Allah, baik berupa ucapan maupun secara
perbuatan. Baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi.
Contohnya seorang muslim tidak bisa bertoleransi dengan mengikuti cara
ibadah agama lain maupun kut berpartisipasi di dalamnya dalam bentuk
apapun.
c. Qiyamah
Secara Nahwu berkedudukan sebagai mushdar atau kata benda
abstrak, yang di mustaq dari kata Qooma yang berarti berdiri, bangkit tegak.
Secara sepintas berarti hari dimana sebuah kebenaran hakiki tegak bukan
relative atas pandangan manusia. Contohnya seorang muslim tidak bisa
bertoleransi dengan kebenaran yang lain sama-sama akan tegak melainkan
hanya kebenaran islam lah yang tegak.
d. Prinsip Nilai dalam Islam
a. Tasdiq
Yang merupakan sifat membenarkan terhadap segala sesuatu yang
bersumber dari Allah, Rasul dan Ulil Amri. Kebenaran ini mutlak hanya
mengakui sebuah kebenara yang datang dari Allah. Contohnya seorang
muslim tidak bisa menganggap kebenaran agama lain sama dengan kebenaran
islam.
b. Tasyri
Sebuah aturan atau hukum yang dibuat oleh Allah yang harus dipatuhi
apapun bentuknya dimanapun dan bagaimanapun. Dan tidak bisa disesuaikan
atau ditoleransikan dengan agama lain. Contohnya seorang muslim tidak bisa
bertoleransi dengan hal yang melanggar aturan Islam.
c. Sirriyah
Menutup rahasia atau menyembunyikan sebuah hal tidak boleh
diketahui oleh orang non-muslim. Hal ini dilakukan oleh pada jaman Nabi
Muhammad SAW sebagai bentuk proteksi kaum muslimin dari siasat atau
rencana jahat yang dilakukan oleh orang kafir dan non muslim. Contoh yang
dilakukan pada saat itu adalah merahasiakan tempat pendidikan (tarbiyah)
dari kaum kafir.
Jika sebuah toleransi menyentuh ranah di atas maka islam tidak bisa
bertoleransi akan hal itu karena Kebenaran islam mutlak datangnya dari Allah dan
tidak bersandar kepada apapun.
“Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka janganlah engkau termasuk
kalangan orang yang bimbang.”( Al- baqarah :147 )
“Pada hari ini Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku lengkapi
nikmatku atas kalian dan Aku ridhoi islam sebagai agama kalian”.(AlMaidah: 3)
e. Ayat Al-Qur’an tentang konsep keberagaman islam dan membangun persatuan
umat dalam keberagaman
Dalam kaitannya dengan agama, Islam merupakan petunjuk bagi manusia menuju
jalan yang lurus, benar dan sesuai dengan tuntunan kitab suci Al Qur’an yang telah diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW. Kalau dikaitkan dengan konteks perubahan zaman sekarang,
bagaimana Islam memandang keberagaman/pluralitas yang ada dinegeri ini, bahkan di dunia.
Sebagaimana yang telah disebutkan berkali-kali oleh Allah SWT didalam Al Qur’an. Islam
sangat menjunjung keberagaman/pluralitas, karena keberagaman/pluralitas merupakan
sunnatullah, yang harus kita junjung tinggi dan kita hormati keberadaannya.
Seperti dalam (Qs Al Hujurat:13), Allah SWT telah menyatakan:
‫َّواِإ‬

ِ ‫َيا أَيُّ َها الىَّا ُس َّنِإ َخ َل ْق َىا ُكم ِمه َذ َك ٍر َوأُوثَى َو َج َع ْل َىا ُك ْم ُش ُعىبًا َوقَ َب‬
‫ائ َل لِتَ َعا َرفُىاي ٌ ِرب‬
‫َأ َ ْك َر َم ُك ْم ِعى َد َّالل َِِّ أ َ ْتقَا ُك ْم إِ َّن َّال َّلَِ َع ِلي ٌم‬
” Wahai para manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki,
dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya
kamu saling mengenal”. Dari ayat Al Qur’an tadi, itu menunjukan bahwa Allah
sendiri lah yang telah menciptakan keberagaman, artinya keberagaman didunia ini
mutlak adanya.
Dengan adanya keberagaman ini, bukan berarti menganggap kelompok, madzab,
ataupun keberagaman yang lain sejenisnya menganggap kelompoknyalah yang paling benar.
Yang harus kita ketahui disini adalah, keberagaman sudah ada sejak zaman para sahabat,
yaitu ketika Nabi wafat, para sahabat saling mengklaim dirinyalah yang pantas untuk menjadi
pengganti Nabi.
Ajaran islam mengutamakan persaudaraan atau ukhuwwah dalam menyikapi
keberagaman, istilah Ukhuwwah dijelaskan dalam Qs. Al-Hujurat, 49:10,

ِ ْ َ ‫ْلخ َىةٌ فَأ‬


ِِ ‫صإ‬
‫ب ْي َه أ َ َخ َى ْي ُك ْم َواتَّقُىا َّال َّلَِ َل َع َّل ُك ْم تُ ْر َح ُمى َن‬
َ ‫إِ َّو َما ا ْل ُم ْؤ ِمىُى َن ُحىا‬
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”
Ketegasan syariah islam memberikan gambaran betapa perhatiannya Islam terhadap
permasalahan keberagaman, dengan mengutamakan persaudaraan, keharmonisann, dan
perdamaian. Beberapa hadist memeberikan perumpaan bahwa sesama muslim diibaratkan
satu tubuh,
“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan
menyayangi, seumpama tubuh, jika satu tubuh anggota sakit, maka anggota tubuh yang lain
akan susah tidur atau merasakan demam” (HR.Muslim)
Perumpamaan yang lain diibaratkan bangunan;
“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian
menguatkan sebagian yang lain” (sahahih Muslim no.4684)
BAB III
KESIMPULAN

Dalam kesimpulannya, Islam memiliki pendekatan yang komprehensif dalam


membangun persatuan dalam keberagaman. Pendekatan teologisnya menekankan
persaudaraan dan inklusivitas, dengan mengajarkan toleransi dan penghargaan terhadap
orang non-Muslim. Melalui praktek sosial seperti zakat dan khidmat sosial, Islam
memperkuat persatuan dengan memberikan bantuan dan dukungan kepada semua orang,
tanpa memandang agama atau latar belakang mereka. Sementara itu, budaya Islam, seperti
seni dan tradisi, juga memainkan peran penting dalam mempertahankan persatuan dengan
menggambarkan nilai-nilai Islam yang mendukung keberagaman.
Dalam dunia yang semakin pluralistik, kontribusi Islam dalam membangun persatuan
dalam keberagaman sangat relevan. Nilai-nilai yang ditekankan dalam agama ini mendorong
umat Muslim untuk hidup berdampingan dengan damai, menghormati orang lain, dan
membangun hubungan yang baik dengan umat beragama lain. Dengan demikian, Islam dapat
menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat yang beragam untuk mencapai persatuan yang
kuat dan harmonis.

Anda mungkin juga menyukai