Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Kerukunan Antar Umat Beragama

Disusun oleh :

1. Mochammad Nurul Fadhil


2. Nanda Ayu Ariski
3. Yunita Puspitasari
4. Rizky Amalia

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA


FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS
AKUNTANSI
2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perjalanan sejarah manusia, Islam menempati posisi yang sangat


penting. Sebagai sebuah agama yang terus berkembang, analisis historis untuk
menghargai konsep umat merupakan faktor penting yang menjelaskan
pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam. Dalam wacana kontemporer,
umat dugunakan sebagai konsep analisis untuk menjelaskan kondisis sosial,
ekonomi, dan politik di negara Islam. Dalam hal tersebut menurut Hassan (2006),
perkembangan agama Islam salah satunya dapat dilihat melalui tingkat kesadaran
umat Islam akan pluralisme budaya dan isu toleransi.

Lebih lanjut dikatakan bahwa, penyebab dari menculnya kesadaran umat


Islam akan pluralisme budaya dan isu toleransi disebabkan oleh pesatnya arus
informasi yang masuk. Arus informasi tersebut dapat berupa informasi digital
yang membuka batas-batas geografis yang tidak dapat ditembus ratusan tahun
lalu. Dengan adanya era informasi global ini, kepercayaan umat Islam yang
meyatakan bahwa agama Islam tidak sekedar sebuah agama, namun juga
pandangan hidup sedikit demi sedikit terhapuskan. jaringan komunikasi global
yang ada sekarang membuat kaum Muslim dan non-Muslim mengalami
realitas budaya Islam yang berbeda. Fakta kejadian semacam ini secara tidak
langsung dapat berisikan pertukaran mengenai kesamaan ajaran antara agama
Islam dengan non-Islam sekaligus berisikan pertukaran informasi mengenai
perbedaan-perbedaan prinsip diantara keduanya.

Salah satu akibat dari adanya permasalahan tersebut diatas adalah munculnya
konsep pemahaman kemajemukan agama, atau sering disebut sebagai konsep
pluralisme agama. Pluralisme adalah sifat kemajemukan yang keutamaan
(keunikan) dan kekhasan. Pluralisme sebagaimana halnya seluruh fenomena dan
mazhab pemikiran, memiliki sifat pertengahan atau adil. Hal tersebut juga
dipertegas dalam kitab suci umat Islam (Al-Quran), bahwa salah satu kekhasan
umat Islam dan salah satu karakteristik agama Islam adalah bahwa islam
merupakan agama yang moderat atau agama pertengahan.

“Dan, demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang
adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu” (al-Baqarah: 143).

Dalam kitab suci umat Islam (Al-Quran) juga dikatakan bahwa pluralitas atau
keberagaman merupakan keniscayaan dari kebesaran Yang Kuasa Allah SWT.
Dalam Firmannya yang tercantum dalam Al-Quran, menyebutkan bahwa:

“Dan, diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi


dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui” (ar-
Rum: 22).

Lebih lanjut, dalam bahasa agama, pluralisme atau kebinekaan merupakan


sunnatullah (kepastian hukum Tuhan) yang bersifat abadi (perennial); argumen
historis yang menunjukkan keniscayaan sejarah akan pluralisme agama ini,
dikemukakan oleh Ismail Raji al-Faruqi bahwa kebinekaan atau pluralisme agama
tersebut disebabkan oleh perbedaan tingkat perkembangan sejarah, peradaban dan
lokasi umat yang menerimanya. Sejalan keniscayaan tersebut berkembang
menjadi suatu agama historis atau tradisi agama yang spesifik dan beraneka
plural.

Untuk itu, Islam sebagai agama terakhir, harus menentukan sikapnya terhadap
agama-agama yang datang mendahuluinya. Sesungguhnya Islam, dan agama lain
adalah agama-agama yang saling berhubungan, yang perbedaan-perbedaan di
antara ketiganya sangatlah kecil.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran agama Islam sebagai Rahmatan Lilalamin?
2. Apa itu Ukhuwah islamiyah, insaniyah da wataniyah?
3. Bagaimana kebersamaan dalam pluralitas beragama?
C. Tujuan
1. Mengetahui makna kerukunan dan toleransi umat beragama.
2. Mengetahui peran agama islam sebagai Rahmatan Lilalamin.
3. Mengetahui tujuan Ukhuwah islamiyah, insaniyah dan wataniyah.
4. Mengetahui apa itu pluralisme.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna toleransi dan kerukunan antar umat beragama

Dalam Islam, pluralitas merupakan kecenderungan Individual dan perbedaan


masing-masing pihak masuk dalam kategori fitrah yang telah digariskan oleh
Tuhan umat Islam, yaitu Allah bagi seluruh umat manusia. Pluralitas atau
keragaman merupakan ketentuan (sunnah) dari Allah SWT yang tidak dapat
dirubah atau digantikan. Hal tersebut seperti yang dicantumkan dalam AL-Quran
sebagagai berikut,

“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia mat yang


satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang
diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan, untuk itulah Allah menciptakan mereka….”
(Hud: 118-119).

Berdasarkan pernyataan diatas, adalah sebuah keniscayaan jika Allah


menciptakan manusia dalam bentuk yang beragam pula. Manusia diciptakan dari
yang satu, yaitu Adam a.s. dan Istrinya Hawa, kemudian mereka memiliki
keturunan. Hal tersebut tercantum dalam Al-Quran yang menyatakan bahwa,

“Dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan


perempuan yang banyak. Dan, bertakwalah kepada Allah yang dengan
mempergunakan nama Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan periharalah
hubungan silaturahmi”(an-Nisa: 1).

Dalam kerangka kesatuan ini, terjadi pluralitas perbedaan antara ras, warna
kulit, umat, bangsa, agama, dan lain sebagainya. Dalam Al-Quran yang
merupakan kitab suci umat Islam dijelaskan pada al-Baqoroh: 62, bahwa:

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang


Nasrani, dan orang-orang Shabiin, siapa saja mereka yang benar-benar beriman
kepada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala
dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.”

Makna ayat tersebut diatas sangat jelas, menurut Sayyid Husseyn


Fadhullah dalam Rakhmat (2006), dijelaskan bahwa keselamatan pada hari akhirat
akan dicapai oleh semua kelompok agama yang berbeda-beda dalam pemikiran
danpandanganagama berkenaan dengan akidah dan kehidupan dengan satu syarat
yaitu memenuhi kadiah keimanan kepada Allah.

Terhadap pernyataan tersebut kemudian dapat diartikan bahwa hukum


untuk menghormati umat beragama lain sangatlah diperlukan yang namanya
toleransi. Hal tersebut juga sebenarnya telah tercantum dalam makna agama Islam
itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan Islam secara definisi adalah “damai”,
“selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering
dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’alamin (agama yang
mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus
semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam
bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia
dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah.

Lebih lanjut dikatakan bahwa toleransi beragama menurut Islam bukanlah


untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar
keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di
sini adalah dalam pengertian mu’amalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas
bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di mana
masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk
saling menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam
keyakinan maupun hak-haknya.

Dalam Islam, syari’ah telah menjamin bahwa tidak ada paksaan dalam
agama. Karena pemaksaan kehendak kepada orang lain untuk mengikuti agama
kita adalah sikap historis, yang tidak ada dasar dan contohnya di dalam sejarah
Islam awal. Justru dengan sikap toleran yang amat indah inilah, sejarah peradaban
Islam telah menghasilkan kegemilangan sehingga dicatat dalam tinta emas oleh
sejarah peradaban dunia hingga hari ini dan insyaallah di masa depan.

Walaupun disebutkan diatas bahwa Islam memahami dan melegalkan


toleransi antar umat dan mengakui pluralitas (keberagaman), namun islam tetap
tidak membenarkan adanya pluralisme. Islam hanya mengakui adanya pluralitas
agama dan keyakinan. Maknanya Islam hanya mengakui adanya agama dan
keyakinan di luar agama islam, serta mengakui adanya identitas agama-agama
selain Islam. Islam tidak memaksa pemeluk agama lain untuk masuk Islam.
Mereka dibiarkan memeluk keyakinan dan agama mereka. Hanya saja, pengakuan
Islam terhadap pluralitas agama tidak boleh dipahami bahwa Islam juga mengakui
adanya kebenaran pada agama selain Islam. Islam tetap mengajarkan bahwa
agama di luar Islam adalah kesesatan, meskipun diijinkan hidup berdampingan
dengan Islam. Hal tersebbut dikarenakan Islam merupakan satu-satunya agama
yang diridoi Allah. Hal tersebut diperkuat firman Allah dalam Al-Quran bahwa,

“Sesungguhnya agama yang diridloi di sisi Allah hanyalah Islam.” (Ali


Imron:19).

dan juga firman Allah dalam Al-Quran yang berbunyi,

“Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan


diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akherat termasuk orang-orang yang
merugi.” (Ali Imron:85)

B. Agama Islam sebagai Agama Rohmatan Lil Alamin

Agama islam adalah agama ALLAH swt, demikian firman ALLAH swt
dalam surat Ali Imron ayat 19:

Artinya :“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam.


Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya”.
Agama islam adalah agama yang diajarkan oleh Allah SWT oleh nabi-nabi
dan rosul-rosul Allah SWT, ajaran yang diajarkan oleh semua kitap-kitap Allah
SWT yaitu Al-Quran. Agama islam tidak langsung turun dengan utuh ke bumi
tetapi dengan bertahap. Dalam al-quran Allah SWT berfirman di surat Ghafir (Al-
mu’min) ayat 78 :

Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah utus rosul-rosul sebelum engkau


(muhammad)di antara mereka ada yang kami kisahkan atas engkau (dalam al-
quran) dan diantara mereka ada yang tidak kami kisahkan kepada engkau.”

Ajaran yang diajarkan kepada nabi-nabi dan rosul-rosul sebelum Nabi


Muhammad saw belum lengkap karena pada zaman itu keadaan manusia masih
sangat terbelakang, belum pandai menulis maupun membaca. Kemudian setelah
masyarakat kala itu sudah pandai membaca dan menulis, Allah SWT melengkapi
nabi-nabi dan rosul-rosul itu dengan menurunkan kitab-kitab Allah SWT, tetapi
pada waktu itu masyarakat ada yang berniat jahat maka kebanyakan kitab-kitab
Allah SWT tidak terpelihara dan banyak yang di kurangi maupun di tambahi,
bahkan ada sampai berubah sehingga tidak terjaga keasliannya lagi, karena
terdapat perubahan-perubahan itulah di dalam masyarakat timbul perselisihan
yang mengangkibatkan perpecahan di antara penganut agama islam, sampai pecah
menjadi Yahudi dan Kristen, akan tetapi akhirnya Allah SWT mengutus nabi dan
rosul penutup yang memberi petunjuk dan pedoman atas perselisihan yang timbul
tersebut serta melengkapkan dan menyempurnakan semua ajaran yang diajakan
oleh Allah SWT sehingga tidak perlu lagi mengutus nabi dan rosul yang baru.
Islam adalah agama oyang terakhir dengan disempurnakan oleh nabi dan rosul
yang terakhir. Dalam firman Allah SWT surat Al-maidah ayat 3 sudah dijelaskan
:

Artinya:”Hari ini Aku (ALLAH) telah sempurnakan agamamu, dan Aku telah
lengkapkan nikmat-Ku atas kamu, dan aku ridho (puas,seang) islam menjadi
agamamu.”
Kitab yang disempurkan oleh nabi Muhammad saw adalah Al-quran,
Rosullah saw telah menyempurnakan Al-quran dan menghafalkan isi dari Al-
quran. Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-baqoroh ayat 2 yang
menjelaskan bahwa Al-quran harus dijaga dan dirawat keasliannya yaitu:

Artinya: “Hanya kitab itulah (Al-quran) yang tidak diragukan


(kebenarannya sebaga kalam illahi), menjadi petunjuk bagi orang-orang taqwa.”

Agama islam merupakan agama rohmatan lil alamin yang maksudnya


agama yang menghadirkan kedaiman bagi manusia dan alam semesta serta dengan
kitab yang telah disempurakan dan telah terjaga keasliannya. Dengan
diturunkannya nabi muhammad saw bukan hanya sebagai penyempurna kitab-
kitap allah tetapi juga sebagai rahmat seluruh alam semesta dengan agama yang
dibawanya yaitu islam maka Rosulullah saw menjadi rahmat seluruh umat
manusia. Dalam firman Allah SWT telah menegaskan di surat Al-Anbiya ayat 107

Artinya:“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan


sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)

Islam selalu mengedepankan sifat toleransi dan sifat kasih sayang kepada
seluruh ciptaan Allah SWT di dunia ini. Sebagai agama yang rahmatan lil alamin
islam juga tidak melupakan hak-hak setiap manusia. Kesewenangan, ketidak-
adilan, kekerasan yang tidak dibenarkan itu merupakan salah satu hal-hal yang
dilarang oleh Allah SWT, sebaliknya islam adalah agama yang menganjurkan
untuk saling menjaga dan salaing memelihara.

Sebagai agama yang rohmatan lil alamin, Islam selalu memelihara


kedaiman dan kasih sayang terhadap semua sesama ciptaan Allah SWT. Islam
melarang merusak dan menebarkan permusuhan di antara ciptaan-Nya. Pesan
kerahmatan islam benar benar tersebar di dalam kitab-kitab islam baik di al-quran
maupun hadist, bahkan kata-kata rahmat dan rahim yang di ambil dari kata rahmat
merupakan nama-nama Allah SWT di asmaul husna. Sebagaimana diketahui
dalam syariat islam, ada dua bentuk hubungan, yaitu ibadah dan mu’amalah yang
bersumber kepada al-quran dan sunnah Rosulullah.
Ibadah adalah seperangkat aktivitas dengan ketentuan-ketentuan dengan
sairiat yang mengatur pola hubungan manusia dengan tuhanNya. Sedangkan
mu’amalah ialah usaha atau pola daya hubungan anatara manusia yang satu
dengan manusia yang lain sekaligus dengan lingkungan sekitar (alam). Hubungan
antar sesama manusia disebut hablum minannas. Semua manusia diciptakan dari
satu asal yang sama. Tidak ada kelebihan yang satu dari yang lainnya, kecuali
yang paling baik (bertakwa) dalam menunaikan fungsinya sebagai
pemimpin(khalifah) dimuka bumi sekaligus sebagai hamba Allah Swt. Atas
prinsip persamaan itu, maka setiap orang mempunyai hak dan kewajiban yang
sama.

Islam tidak memberi hak-hak istimewa bagi seseorang atau golongan


lainnya, baik dalam bidang kerohanian, maupun dalam bidang politik, sosial,
ekonomi dan kebudayaan. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
kehidupan masyarakat, dan masyarakat mempunyai kewajiban bersama atas
kesejahteraan tiap-tiap anggotanya. Islam menentang setiap bentuk diskriminasi,
baik diskriminasi secara keturunan, maupun karena wana kulit, kesukuan,
kebangsaan, kekayaan dan lain sebagainya. Dari sinilah konsep ajaran Islam
dapat diketahui dan dipelajari. Persaudaraan manusia semakin dikembangkan,
karena sesama manusia bukan hanya berasal dari satu bapak satu ibu (Adam dan
Hawa) tetapi karena satu sama lain saling membutuhkan, saling menghargai dan
saling menghormati. Pada akhirnya terciptalah kehidupan yang tenteram dan
sejahtera. Itulah hakikat Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin.

C. Ukhuwah Islamiyah, Insaniyah dan Wataniyah

Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah dapat hidup sendiri, ia


membutuhkan hubungan dengan orang lain. Agama Islam menekankan hubungan
sesama muslim berdasarkan kesamaan iman. Karena iman merupakan dasar
keyakinan yang berpengaruh pada seluruh perilaku seorang muslim. Rasulullah
mengajarkan umatnya untuk saling memberikan perhatian dan kepedulian
terhadap sesama muslim, sehingga terwujud ukhuwwah islamiah yang penuh
kasih sayang.

1. Pengertian Ukhuwah
 Islamiyah

Ukhuwah yang biasa diartikan sebagai “persaudaraan”, terambil dari akar


kata yang pada mulanya berarti “memperhatikan”. Makna asal ini memberi kesan
bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa
bersaudara.

Ukhuwah atau persaudaraan lahir karena adanya persamaan-persamaan,


semakin banyak persamaan semakin kuat persaudaraan itu. Ukhuwwah Islamiah
didasarkan kepada persamaan pada persoalan yang paling mendasar dalam hidup,
yaitu persamaan aqidah.[34] Persamaan ini melahirkan adanya perhatian dan
keakraban, sehingga derita yang dialami satu pihak dirasakan oleh pihak yang lain
(Al Hujurat: 10).

ْ َ ‫ِإنَّ َما ْال ُمؤْ ِمنُونَ ِإ ْخ َوة ٌ فَأ‬


َ‫ص ِل ُحوا َبيْنَ أَخ ََو ْي ُك ْم َواتَّقُوا للاَ لَ َع َّل ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena


itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya
kamu mendapat rahmat”(Al-Hujarat:10).

Kasih sayang yang ikhlas terlahir dari kesamaan iman itu merupakan dasar
utama pergaulan di kalangan umat islam. Kasih sayang tersebut akan memancar
dan membentuk pola hubungan antar kaum muslimin yang memandang orang lain
sebagaimana dirinya sendiri.

Kasih sayang dalam ukhuwwah islamiah akan membentuk hubungan yang


akrab, saling mengasihi, dan saling memberikan perhatian.
 Macam-Macam Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah Islamiah adalah ukhuwah yang bersifat Islami atau yang


diajarkan oleh Islam. Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang
menyinggung masalah ukhuwah Islamiyah dan dapat kita simpulkan bahwa di
dalam kitab suci ini memperkenalkan paling tidak empat macam persaudaraan
yaitu, 1. Ukhuwwah ‘ubudiyyah atau saudara kesemakhlukan dan
kesetundukan kepada Allah; 2. Ukhuwwah insaniyyah (basyariyyah) dalam arti
seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dari
seorang ayah dan ibu. Rasulullah Saw. juga menekankan lewat sabda
beliau,Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.Hamba-hamba Allah
semuanya bersaudara; 3. Ukhuwwah wathaniyyah wa an-nasab, yaitu
persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan; 4. Ukhuwwah fi din Al-Islam,
persaudaraan antar sesama Muslim. Rasulullah n yang datang sesudah (wafat)-ku.

 Hal-hal yang Menguatkan Ukhuwah Islamiyah:


1. Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai

Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah


bersabda: “ Ada seseorang berada di samping Rasulullah lalu salah seorang
sahabat berlalu di depannya. Orang yang disamping Rasulullah tadi berkata:
‘Aku mencintai dia, ya Rasullah.’ Lalu Nabi menjawab: ‘Apakah kamu telah
memberitahukan kepadanya?’ Orang tersebut menjawab: ‘Belum.’ Kemudian
Rasulullah bersabda: ‘Beritahukan kepadanya.’ Lalu orang tersebut
memberitahukan kepadanya seraya berkata: ‘ Sesungguhnya aku mencintaimu
karena Allah.’ Kemudian orang yang dicintai itu menjawab: ‘Semoga Allah
mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.”
Memohon didoakan bila berpisah“Tidak seorang hamba mukmin berdo’a
untuk saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat berkata: ‘Dan bagimu
juga seperti itu” (H.R. Muslim).

Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa“Janganlah


engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang dating dari saudaramu), dan jika
kamu berjumpa dengan saudaramu maka berikan dia senyum kegembiraan.”
(H.R. Muslim).

2. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)“Tidak ada dua orang
mukmin yang berjumpa lalu berjabatan tangan melainkan keduanya
diampuni dosanya sebelum berpisah.” (H.R Abu Daud dari Barra’).
3. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara).
4. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu.
5. Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya.
6. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya.
7. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan.

 Manfaat Ukhuwah Islamiyah

Banyak persaudaraan lain yang bukan karena islam dan persaudaraan itu
tidak akan kuat disebabkan mereka tidak memenuhi persyaratan ukhuwah, yaitu
kurangnya mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah yang bersungguh-
sungguh.Betapa indah ukhuwah islamiyah yang diajarkan Allah SWT. Bila umat
islam melakukannya, tentunya terasa lebih manis rasa iman di hati dan terasa
indah hidup dalam kebersamaan.

Ukhuwah Islamiyah merupakan hal yang pokok dan mendasar yang harus
ditegakkan demi kelangsungan kejayaan umat Islam, maka dari Umat Islam harus
selalu meningkatkan dakwah Islamiah dan Amar Makruf Nahi Mungkar, agar
persatuan dan kesatuan dikalangan umat dapat ditegakkan. Sekaligus umat Islam
harus senantiasa menyadari akan pentingnya Ukhuwah Islamiyah sebagai modal
menuju kemenangan cita-cita Islam. Kemenangan itu tidak akan tercapai tanpa
adanya kekuatan. Dan kekuatan tidak akan terwujud tanpa adanya persatuan.
Sedangkan persatuan tidak akan mungkin tercapai tanpa adanya Ukhuwah
Islamiyah.

 Insaniyah

Persaudaraan dengan seluruh umat manusia (Ukhuwah Insaniyah)


mengandung arti bahwa seluruh umat manusia adalah saudara karena mereka
berasal dari seorang ayah dan ibu. Manusia mempunyai motivasi dalam
menciptakan iklim persaudaraan hakiki yang tumbuh dan berkembang atas dasar
rasa kemanusiaan yang bersifat universal.

Seluruh manusia di dunia adalah saudara. Tata hubungan dalam Ukhuwah


Insaniyah menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan martabat kemanusiaan
untuk mencapai kehidupan yang sejahtera, adil dan damai. Ukhuwah Insaniyah
bersifat solidaritas kemanusiaan.

Semua umat manusia itu bersaudara. Allah SWT dalam Islam memang
telah menegaskan bahwa di bumi ini telah diciptakan banyak kepentingan,
perbedaaan warna kulit dan sebagainya. Kita simak firman Allah SWT berikut:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan


bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui.” (ar-Rum:22).

 Contoh Ukhuwah Insaniah


1. Menyantuni orang Non Muslim yang lemah.
2. Memaafkan orang Non Muslim yang berbuat kesalahan.
3. Bergaul dengan sesama manusia dengan baik.
4. Mengupayakan sikap perdamaian (rekonsiliasi) jika terjadi perselisihan.
5. Kadang-kadang harus bersikap tegas terhadap orang yang ingkar (kafir).
6. Memohonkan ampunan Allah untuk mereka di kala mereka masih hidup.
 Wathaniyah
Ukhuwah islamiyah dikembangkan lebih luas menjadi ukhuwah
wathaniah.Wathaniah berasal dari kata Al-Wathan artinya tanah air atau
kampung halaman. Sehingga yang dimaksud dengan ukhuwah wathaniah adalah
persaudaraan sesama warga negara dalamsatu tanah air dan satu bangsa. Sikap
ini merupakan perwujudan rasa syukur seorang hambakepada Allah swt yang
telah mengkaruniai tanah air. Biasanya ukhuwah wathaniah kurang terasa
berpengaruh saat masih tinggal di negeri sendiri, begitu telah berada di luar
negeri, ukhuwah wathaniah sangat terasa manfaat dan pengaruhnya. Hal ini juga
penting untuk persatuan dan persaudaraan dalam ikatan tanah air. Perbedaan
suku, bahasa, adat istiadat, dan agama sebaiknya disatukan dalam persaudaraan
setanah air atau ukhuwah wathaniah.

D. Kebersamaan dalam pluralitas beragama (Inter dan antar umat


beragama

Pluralitas agama adalah fenomena nyata yang ada dalam kehidupan. Pluralitas
merupakan hukum alam (sunnatullah) yang mesti terjadi dan tidak mungkin
terelakkan. Pluralitas agama dapat kita jumpai, seperti di dalam masyarakat
tertentu, di kantor tempat bekerja, di pasar tempat belanja, di perguruan tinggi
tempat belajar. Seorang baru dikatakan memiliki sifat keterlibatan aktif dalam
pluralitas apabila dia dapat berinteraksi secara positif dalam lingkungan
kemajemukan. Dengan kata lain, pemahaman pluralitas agama menuntut sikap
pemeluk agama untuk tidak hanya mengakui keberadaan dan hak agama lain,
tetapi juga harus terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan guna
mencapai kerukunan dan kebersamaan.

Bila dikaji, eksistansi manusia dalam kerukunan dan kebersamaan ini,


diperoleh pengertian bahwa arti sesungguhnya dari manusia bukan terletak
pada akunya, tetapi pada kitanya atau pada kebersamaanya. Kerukunan dan
kebersamaan ini bukan hanya harus tercipta intern seagama tetapi yang lebih
penting adalah antar umat yangberbeda agama didunia (pluralitas agama).
Kerukunan dan kebersamaan yang didambakan dalam Islam bukanlah yang
bersifat semu, tetapi yang dapat memberikan rasa aman pada jiwa setiap
manusia. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mewujudkannya dalam setiap individu, setelah itu, melangkah pada keluarga,
kemudian masyarakat luas dan selanjutnya pada seluruh bangsa di dunia ini.
Akhirnya, dapat tercipta kerukunan, kebersamaan dan perdamaian dunia.

Ada perbedaan yang mendasar anatara kerukunan dengan toleransi,


namun antara keduanya saling berhubungan, kerukunan mempertemukan unsur-
unsur yang berbeda, sedangkan toleransi merupakan sikap atau refleksi dari
kerukunan, tanpa kerukunan, toleransi tidak pernah tercermin bila kerukunan
belum terwujud.

I. Kerukunan Intern Umat Islam


Kerukunan intern umat Islam di Indonesia harus berdasarkan atas
semangat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim) sesuai dengan
firman-Nya dalam surat Al-Hujurat: 10. Kesatuan dan persatuan intern umat
Islam diikat oleh kesamaan akidah (keimanan), akhlak, dan sikap
beragamanya didasarkan atas Alqur’an dan Al-Hadits.

Adanya perbedaan di antara umat Islam adalah rahmat asalkan


perbedaan pendapat itu tidak membawa perpecahan dan permusuhan.

II. Kerukunan Antar Umat Beragama Menurut Islam


Kerukunan umat Islam dengan penganut agama lainnya telah jelas
disebutkan dalam Alqur’an dan Al-hadits. Hal yang tidak diperbolehkan
adalah dalam masalah akidah dan ibadah, seperti pelaksanaan sosial, puasa
dan haji, tidak dibenarkan adanya toleransi, sesuai dengan firman-Nya dalam
surat Al Kafirun: 6, yang artinya: “Bagimu agamamu, bagiku agamaku.”
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati.


Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan
adalah kehendak Allah. Namun didalam Al-Quran dijelaskan bahwa satu-satunya
agama yang diridhoi adalah Agama Islam.

Hakikat Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin dibuktikan dengan rasa


saling menghormati umat manusia. Dalam konteeks perbedaan agama, “Islam
agama rahmatal lilalamin (agama yang mengayomi seluruh alam) memberikan
dasar bahwa Islam mengakui dan tidak menghapus ajaran-ajaran Allah terdahulu.

Ukhuwah Islamiah didasarkan kepada persamaan pada persoalan yang paling


mendasar dalam hidup, yaitu persamaan aqidah. Sedangkan Ukhuwah Insaniyah
adalah hubungan yang menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan martabat
kemanusiaan untuk mencapai kehidupan yang sejahtera, adil dan damai. Lebih
lanjut dapat dikatakan bahwa Ukhuwah Insaniyah bersifat solidaritas
kemanusiaan.

Perbedaan merupakan suatu kenikmatan dari Allah SWT yang patut di


syukuri, karena dengan perbedaan, manusia dapat lebih menghargai hidup dan
memperkuat persatuan dan kesatuan suatu bangsa.

4.2 saran

Tugas makalah kelompok ini disadari belumlah sempurna dikarenakan


keterbatasan waktu dan ilmu dari para pembuatnya. Untuk itu kegiatan diskusi
dan jejak pendapat sangatlah diperlukan untuk meningkatkan pemahaman secara
lebbih mendalam mengenai makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim Muslim. Pendidikan Agama Islam Mahasiswa. Jakarta: Penerbit


Erlangga.
Imarah Muhammad. 1999. Islam dan Pluralitas Perbedaan dan Kemajemukan
dalam Bingkai Persatuan. Jakarta: Gema Insani Press.
Jalaluddin Rakhmat. 2006. Islam dan Pluralisme: Akhlak Quran Menyikapi
Perbedaaan. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
http://www.wikipedia.com

https://mindaudahedu.wordpress.com/2012/05/26/kerukunan-antar-umat-
beragama-2/

Anda mungkin juga menyukai