Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pengambilan keputusan adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini
diambil setelah melalui beberapa perhitungan, dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan
dijatuhkan, pada bebrapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan
tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusun alternatif yang akan dipilih dan
sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa saja jenis-jenis keputusan manajemen ?
2) Apa itu keputusan dan jenjang manajemen ?
3) Bagaimana tahap-tahap pengambilan keputusan ?
4) Apa saja tipe-tipe pengambilan keputusan ?
5) Apa saja gaya pengambilan keputusan ?
6) Apa saja model pengambilan keputusan ?
7) Bagaimana perbedaan pengambilan keputusan individu dan kelompok ?
BAB 2

PEMBAHASAN

A. JENIS JENIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan (decision making) meruakan salah satu proses manajemen yang
penting bagi setiap organisasi. Manajemen lainnya dilatar belakangi oleh adanya keputusan yang
di buat oleh manajer puncak, yang kemudian secara hierarkis dibuat oleh lini-lini manajemen di
tingkat staf-staf yang dibutuhkan.

Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian dan pemilihan dari
berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menempatkan suatu
pilihan ang dianggap paling menguntungkan.

Mengidentifikasi masalah utama yang mempengaruhi tujuan, menyusun, menganalisis, dan


memilih berbagai alternatif tersebut dan mengambil keputusan yang di anggap paling baik.

Berdasarkan keputusan yang harus diambil oleh level manajemen di perusahaan jenis
keputusan terdiri atas :

a. Keputusan strategis, yakni keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak dalam sebuah
perusahaan.
b. Keputusan taktis, yakni keputusan yang dibuat oleh manajemen menengah.
c. Keputusan operasional, yakni keputusan yang dibuat oleh tingkat manajemen yang paling
bawah, misalnya operator mesin di lantai produksi.

B. KEPUTUSAN DAN JENJANG MANAJEMEN

Keputusan manajemen
Keputusan (decision) merupakan pilihan yang dibuat dari beberapa alternatif yang
tersedia.Pengambilan keputusan (decision making) adalah proses identifikasi masalah dan
kesempatan kemudian memecahkannya.

Keputusan berdasarkan tipe persoalan, antara lain :

1. Keputusan internal jangka pendek.


Berkaitan dengan kegiatan rutin atau operasional
Contohnya : pembelian bahan baku, penentuan jadwal produksi yang dilakukan oleh
manajer operasional.
2. Keputusan internal jangka panjang.
Keputusan yang berkaitan dengan permasalahan organisasi.
Contohnya : perombakan struktur organisasi, perubahan departemen yang dilakukan oleh
manajer puncak dan manajer menengah.
3. Keputusan eksternal jangka pendek.
Keputusan yang berkaitan dengan semua persoalan yang berdampak dengan lingkungan
dalam rentang waktu yang relatif pendek.
Contohnya : mencari sub kontrak untuk suatu permintaan khusus ang dilakukan oleh
manajer menengah.
4. Keputusan eksternal jangka panjang.
Keputusan yang berkaitan dengan semua persoalan dengan lingkungan dalam rentang
waktu yang relatif panjang.
Contohnya : merger dengan perusahaan lain dan ini bersifat strategis yang dilakukan oleh
manajer puncak.

Jenjang manajemen

Secara klasik, hierarki atau tingkatan manajemen terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Manajer puncak (top manajer).


Disebut juga manajer senior, eksekutif kunci.
Manajer puncak bertugas untuk memutuskan hal-hal yang penting bagi kelangsungan
hidup perusahaan, menyusun rencana umum perusahaan dan mengambil keputusan-
keputusan penting tentang merger, produk baru dan pengeluaran saham ang berkaitan
dengan masalah perencanaan dan keputusan yang bersifat strategis (strategic planning).
Jenjang ini meliputi :
 Dewan direktur (board of directors).

Jenjang BOD bertugas :

a. Bertanggung jawab terhadap kebijakan perusahan secara menyeluruh.


b. Bertanggung jawab kepada pemegang saham, hak dan kewajiban BOD dituangkan
dalam company’s Articles Of Association atau Written Pertnership Agreement.
c. Tanggung jawab hukum meliputi itikad baik dan jujur, bertindak hati-hati, teliti dan
didasarkan keahlian yang dimiliki.
d. Mengawasi pembuatan dan distribusi lapoan keuangan perusahaan.
e. Memastikan perusahaan mematuhi peraturan hukum yang berlaku.
f. Untuk keputusan yang tidak terprogram, biasanya lebih banyak diambil oleh manajer
tingkat tinggi (top manajer).
 Deirektur Utama ( CEO) manajer yang diduduki di Dewan Direksi atau Chief Executive
Officer (CE) dengan tugas menyusun rencana perusahaan maupun pengelolaan harta
kekayaan perusahaan.

Jenjang Direktur Utama bertugas :

a. Sebagai eksekuter kebijakan BOD dan pihak yang memiliki manajerial dan memliki
wewenang paling tinggi dalam operasional perusahaan.
b. Menentukan strategi dan kebijakan yang diambil, penguunaan sumber daya
perusahaan, berhubungan dengan karyawan, pemegang saham dan investor potensial.
2. Manajer Madya (middle manajer)
Disebut juga sebagai manajer menengah, manajer administrasi yang meliputi pimpinan
pabrik atau manajer devisi. Mereka bertanggung jawab menyusun rencana operasi dan
melaksanakan rencana-rencana umum dari manajer puncak. Antara lain menangani
permasalahan kontrol atau pengawasan yang sifat pekerjaannya lebih banyak pada
masalah administrasi : keputusan administrasi/taktis, yang berkaitan dengan pengelolaan
sumberdaya.
3. Manajer operasional (manajer lini)
Merupakan jenjang manajemen terendah, yang tugas utamanya menyangkut pelaksanaan
utama yang dibuat oleh manajer madya, mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional
yang telah dilakukan oleh karyawan sehari-hari, sebagai supervisor garis pertama yang
bertanggung jawab melakukan sipervisi kepada para karyawan yang melakukan
pekerjaan harianya, yaitu berkaitan dengan kegiatan operasional (operasi harian) yang
disebut keputusan operasional.

C. LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Langkah-langkah pengambilan keputusan (proses pembuatan keputusan), antara lain :

1. Pengakuan terhadap persyaratan keputusan.


Para manajer menghadapi persyaratan baik dalam masalah maupun kesempatan. Suatu
masalah terjadi ketika pencapaian organisasional kurang dari sasaran yang ditetapkan.
Kesadaran terhadap masalah/kesempatan adalah langkah utama dalam mengambil
keputusan dan membutuhkan pengamatan lingkungan internal dan eksternal bagi isu-isu
yang membutuhkan perhatian eksekutif.

2. Diagnosis dan analisis penyebab.


Ketika masalah dan kesempatan telah menarik perhatian manajer, pemahaman situasi
harus diperjelas. Diagnosis adalah salah satu labgkah dalam proses pengambilan
keputusan.
3. Pengembangan alternatif.
Pada saat masalah atau kesempatan telah dapat dikenali dan dianalisis, pembuat
keputusan mulai mempertimbangkan untuk melakukan tindakan yang diperlukan.
Langkah berikutnya adalah menghasilkan alternatif solusi yang mungkin dapat
menanggapi kebutuhan situasi dan memperbaiki sebab-sebab yang mendasari.
4. Pemilihan alternattif yang diharapkan. Ketika beberapa alternatif telah dikembangkan,
harus dipilih salah satunya. Keputusan pilihan adalah seleksi yang paling menjanjikan
dari beberapa alternatif tindakan. Alternatif terbaik menyediakan solusi terbaik sesuai
dengan sasaran meyeluruh dan nilai-nilai organisasi serta dapat mencapai hasil yang
diharapkan dengan penggunaan sumberdaya seminimal mungkin.
5. Implementasi alernatif yang dipilih.
Termasuk dalam tahap implementasi adalah penggunaan kemampuan manajerial,
administratif, dan peruasif untuk meyakinkan alternatif yang dipilih dapat dikerjakan.

D. MODEL MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Terdapat beberapa model pengambilan keputusan, diantaranya:

1. Model perilaku pengambilan keputusan.


2. Model ekonomi. Model ini dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan
orang itu rasional, yaitu berusaha mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya
marginal atau untuk memperoleh keuntuntungan maksimum.
3. Model manusia administrasi. Dikemukakan oleh Herbert A. Simon, model ini lebih
berprinsip bahwa orang tidak menginginkan pemaksimalan tetapi keuntungan yang
memuaskan.
4. Model manusia mobisentris. Dikemukakan oleh Jennings, model ini mengemukakan
bahwa perubahan merupakan nilai utama sehingga orang harus selalu bergerak bebas
mengambil keputusan.
5. Model manusia organisasi. Dikemukakan oleh W.F. Whyte, model ini lebih
mengedepankan sifat setia dan penuh kerja sama dalam pengambilan keputusan.
6. Model pengusaha baru. Dikemukakan oleh Wright Mills, model ini menekankan pada
sifat kompetitif.
7. Model sosial. Dikemukakan oleh..., model ini mengemukakan bahwa orang sering tidak
rasional dalam mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situasi dibawah sadar.
8. Model prespektif dan deskriptif.
Fisher mengemukakan bahwa pada hakikatnya ada 2 model pengambilan keputusan,
yaitu:
1. Model preskriptif.
Dengan melakukan berbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok
seharusnya mengambil keputusan.
2. Model deskriptif.
Model ini menerangkan bahwa bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu.

Model prespektif didasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif
berdasarkan pada realitis observasi.
E. TIPE-TIPE PENGAMBILAN KEPUTUSAN
 Keputusan terprogram (programmed decision)
Keputusan yang dibuat untuk mengatasi situasi/masalah yang cukup sering terjadi.
Sehingga pembuat keputusan dapat membuat aturan aturan pembuatan keputusan untuk
diterapkan kedepannya, misalnya keputusan untuk memesan persediaan ketika persediaan
berada pada level tertentu.
 Keputusan tidak terprogram (nonprogrammed decision)
Keputusan yang dibuat untuk menangani situasi yang unik, tidak familier, dan tidak
terstruktur serta menimbulkan konsekuensi konsekuensi penting bagi organisasi. Banyak
keputusan yang tidak terprogram melibatkan perencanaan strategis, karena
ketidakpstiannya begitu besar dan keputusan merupakan hal yang sangat kompleks.
 Keputusan setengah terprogram
Keputusan yang sebagian terprogram, ssbagian berulang-ulang secara rutin dan sebagian
tidak terstruktur. Keputusan ini bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan-perhitungan
serta analisis yang terperinci.

F. GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN


1. Gaya direktif
 Cenderung bersifat efisien, logis, pragmatis, dan sistematis dalam memcahkan
masalah.
 Berfokus pada fakta dan memecahkan masalah secara lebih cepat
 Cenderung berfokus jangka pendek
 Gemar menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, secara umum menggambarkan
kekuasaan yang otokratis.
2. Gaya analitis
 Hasil keputusan akhir atas hasil analisis
 Lebih banyak mempertimbangkan beragam informasi
 Pengambilan keputusan diambil dapam jangka waktu agak lama
 Menggambarkan pemimpin yang otokritas
3. Gaya konseptual
 Memecahkan masalah dengan pandangan yang luas
 Suka mempertimbangkan banyak pilihan
 Melibatkan banyak orang untuk memperoleh banyak informasi
 Berani mengammbil resiko dan sering kali menemukan solusi yang kreatif
 Ketidakpastian dalam mengambil keputusan
4. Gaya perilaku
 Cenderung bekerja dengan orang lain dan terbuka dalam pertukaran pendapat
 Cenderung menerima saran, sprotif dan bersahabat
 Suka informasi yang verbal, dan menghindari konflik serta peduli pada kebahagiaan
orang lain
 Terkadang keputusannya tidak tegas.

G. PERBEDAAN KEPUTUSAN INDIVIDU DAN KELOMPOK

Keputusan Individu

Pengambilan keputusan individu adalah pengambilan keputusan dilakukan oleh perorangan


dan biasanya diambil oleh pimpinan / manajer perorangan sesuai dengan wewenangnya.

Pengambilan keputusan merupakan hasil proses dari beberapa pertimbangan alternatif untuk
menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu, maka pengambilan keputusan sesungguhnya bukanlah
hal yang sederhana.

Seorang filosof Prancis, Jean-Paul Sartre mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk yang
berkesadaran “dikutuk untuk bebas”. Kutukan kekebasan ini menempatkan manusia sebagai
makhluk yang dapat menentukan jalannya sendiri. Apapun jalan yang diambil, maka manusia itu
sendiri yang harus bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi dikemudian hari.

Gaya Pengambilan Keputusan pada Individu


Ada dua dimensi dalam gaya pengambilan keputusan, yakni:
 Orientasi nilai (values orientation),yaitu Tipe pengambil keputusan yang berorientasi
nilai, fokus pada tugas (masalah teknis) dan fokus pada orang (sosial).
 Kompleksitas kognitif (cognitive complexity),yaitu mengindikasikan tingkat di mana
seseorang memiliki toleransi terhadap ambiguitas dan kebutuhan terhadap struktur.

 Empat Gaya pengambilan keputusan individu:

Menurut Rowe & Boulgarides (1994), dua dimensi di atas (orientasi nilai & kompleksitas
kognitif) apabila dikombi-nasikan menghasilkan 4 gaya pengambilan keputusan, yakni:
Directive
Individu dengan gaya direktif, toleransinya rendah terhadap ambiguitas, ia mencari
rasionalitas. Efisien dan logis. Keputusan dibuat dengan informasi yang minimal, dengan menilai
beberapa alternatif. Membuat keputusan yang cepat dan fokus pada jangka pendek.
“gaya directive” Cenderung fokus pada hal-hal yang bersifat teknis, lebih menyukai hal-
hal yang terstruktur, seringkali agresif, serta cenderung mendominasi orang lain.
Analytical
Individu dengan gaya analitis, toleransinya lebih besar terhadap ambiguitas. Fokus
terhadap keputusan yang bersifat teknis. Berkeinginan mencari informasi lebih lanjut dan
mempertimbangkan lebih banyak alternatif. Dicirikan sebagai pengambil keputusan yang terbaik
dalam hal kehati-hatiannya dan kemampuannya dalam beradaptasi, sehingga tidak cepat dalam
mengambil keputusan.

Conceptual
Individu dengan gaya konseptual, cenderung luas pan-dangannya dalam
mempertimbangkan berbagai alternatif. Fokus mereka adalah jangka panjang, dan mereka sangat
baik dalam menemukan kreativitas pemecahan masalah. Disamping itu, tingkat kompleksitas
kognitif dan orientasi.
“gaya conceptual” orientasi pada manusia tinggi. Ada kepercayaan dan kebutuhan dalam
hubungan dengan bawahan. Cenderung idealis, menekankan pada etika dan nilai. Kreatif, cepat
memahami hubungan yang kompleks. Fokusnya pada jangka panjang dengan komitment
organisasi yang tinggi. Berorientasi ke masa depan pada prestasi dan penghargaan, pengakuan,
dan kemandirian. Lebih sebagai “pemikir” daripada pelaksana.

Behavioral
Individu dengan gaya behavioral, memiliki tingkat kompeksitas kognitif yang rendah,
namun mereka memiliki perhatian yang mendalam terhadap organisasi dan perkembangan orang
lain. Peduli dengan prestasi rekan-rekan dan bawahan, menerima saran dari orang lain, serta
mengandalkan pertemuan-pertemuan (meeting) untuk berkomunikasi. Memiliki keinginan untuk
kompromi. Fokus pada jangka pendek, menghindari konflik untuk mencari penerimaan, namun
kadangkala merasa tidak aman.

  Faktor Individual dalam Pengambilan Keputusan


Keputusan individu dalam organisasi biasanya dilakukan untuk permasalahan-
permasalahan yang tidak kompleks. Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi
oleh tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian dan kecenderungan dalam pengambilan
resiko. 

Keputusan Kelompok

Banyak perdebatan muncul saat menentukan efektivitas pengambilan keputusan secara


individu atau kelompok. Secara kelompok biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk
mencapai keputusan, tetapi dengan pengambilan keputusan kelompok dapat mengikut-sertakan
spesialis dan ahli akan menguntungkan karena interaksi di antara mereka akan menghasilkan
keputusan yang lebih baik. Pada kenyataannya, banyak para peneliti menyatakan bahwa
keputusan konsensus dengan lima atau lebih peserta akan lebih baik, karena akan mendapatkan
pengumpulan suara terbanyak dan keputusan memimpin kelompok.
Keputusan tertentu tampaknya memang menjadi lebih baik jika dibuat oleh kelompok,
seperri Keputusan tidak terprogram lebih cocok jika dibuat oleh kelompok.
Hal-hal berikut ini berhubungan dengan proses kelompok saat membuat keputusan tak
terprogram, yaitu:
1. Penetapan tujuan: kelompok lebih unggul dibandingkan individu sebab kelompok
memiliki pengetahuan lebih banyak dibandingkan individu.
2. Identifikasi alternatif: usaha individu sebagai bagian dari anggota kelompok akan
merangsang pencarian lebih luas diberbagai area fungsional di organisasi.
3. Evaluasi alternatif: pertimbangan kolektif dari kelompok dengan berbagai sudut
pandang lebih unggul dibanding individu.
4. Memilih alternatif: interaksi kelompok dan pencapaian konsensus biasanya
menghasilkan penerimaan resiko lebih besar dibanding individu. Keputusan kelompok
juga biasanya lebih dapat diterima sebagai hasil dari partisipasi bersama.
5. Implementasi keputusan: dibuat oleh kelompok atau tidak, penyelesaian biasanya
dilakukan oleh seorang saja manajer. Individu bertanggungjawab untuk implementasi
keputusan kelompok.

 Teknik pengambilan keputusan kelompok

a. Kelompok interaktif, yaitu anggota berinteraksi secara langsung dengan anggota lain.
b. Kelompok nominal , yaitu membatasi komunikasi antar pribadi selama proses
pengambilan keputusan , karena masing-masing individu mengemban tugas secara
independen.

 Bentuk teknik pengambilan keputusan kelompok


1. Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok Delphi, umumnya digunakan untuk
mengambil keputusan meramal masa depan yang diperhitungkan akan dihadapi
organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok pengambil keputusan yang tidak
berada di satu tempat. Pengambil keputusan menysun serangkaian pertanyaan yang
berkaitan dengan suatu situasi peramalan dan menyampaikannya kepada sekelompok
ahli. Para ahli tersebut ditugaskan untuk meramalkan, apakah suatu peristiwa dapat atau
mungkin terjadi atau tidak.
2. Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok Nominal, adalah rapat kelompok yang
terstruktur terdiri dari 7-10 individu duduk berkumpul tetapi tidak berbicara satu sama
lainnya. Setiap orang menulis gagasannya di selembar kertas. Setelah 5 menit, dilakukan
saling tukar pikiran yang terstruktur. Setiap orang mengajukan satu gagasan. Seseorang
yang ditunjuk sebagai notulen mencatat seluruh gagasan itu di kertas di depan seluruh
anggota kelompok.
3. Teknik Pengambilan Keputusan dengan Pertemuan Elektronik, Pendekatan yang terbaru
untuk pengambilan keputusan kelompok adalah mencampurkan teknik kelompok
nominal dengan teknologi komputer canggih. Bentuk ini disebut dengan pertemuan
elektronik (electronic meeting). Jika tehnologi sudah dipakai, konsepnya sederhana saja.
Sampai dengan lima puluh orang duduk mengelilingi meja berbentuk U (tapal kuda) yang
disana hanya ada seperangkat terminal komputer. Masalah dipresentasikan kepada para
peseta pertemuan dan meraka mengetik tanggapan mereka ke layar komputer. Komentar
individu, serta jumlah suara diperlihatkan di layar proyeksi di ruangan tersebut.

Kelebihan pengambilan keputusan kelompok


Menurut Mansoer (1989:69) ada beberapa kelebihan keputusan kelompok dibandingkan
dengan keputusan individual, antara lain:

1. Informasi yang lengkap lebih mungkin diadakan. Dalam kelompok terhimpun banyak
pengalaman dan pandangan daripada seorang.
2. Banyak alternatif yang muncul, karena kelompok mempunyai informasi banyak dalam
jumlah dan ragamnya dan dapat mengidentifikasi lebih banyak kemungkinan. Lebih-lebih
lagi kelompok itu terdiri atas berbagai keahlian dan latar belakang pengalaman.
3. Keputusan kelompok lebih berterima. Hal ini disebabkan karena keputusan kelompok
lebih menelaah banyak pandangan dan pendapat, sehingga keputusannya lebih besar
kemungkinan mendapat persetujuan lebih dari banyak orang.
4. Meningkatkan kesempatan terlaksananya hak orang banyak. Keputusan kelompok lebih
sesuai dengan hak demokrasi. Mengingat banyak kesempatan oleh manajer untuk
mengambil keputusan sendiri, maka mengambil kebijaksanaan untuk memberi
kesempatan kepada orang lain yang ahli untuk turut mengambil kebagian dalam
pengambilan keputusan, adalah merupakan upya meningkatkan legistimasi orang lain.

 Kekurangan pengambilan keputusan  kelompok


Selain memiliki kelebihan, pengambilan keputusan secara kelompok juga tidak lepas dari
beberapa kelemahan, di antaranya adalah:

1. Memakan waktu. Keputusan kelompok diperoleh dari hasil diskusi yang panjang,
banyak waktu dipakai untuk rapat-rapat, sedangkan pengambilan keputusan sendiri oleh
manajer bisa diambil dalam waktu singkat, tepat pada saat masalahnya timbul.
2. Dominasi minoritas. Tidak mungkin dalam satu kelompokterwakili semua kepentingan
dalam organissi dan seringkali hanya terdiri atas segelintir orang saja. Kesempatan ini
oleh para anggota kelompok sering digunakan untuk memenangkan kepentingan orang-
orangtertentu dalam organisasinya yang sengaja atau tidak sengaja diwakilinya. Ada
kecenderungan dia mendominasi kepentingan orang terbanyak.
3. Tekanan untuk menyesuaikan. Dalam kelompok ada saja golongan yang mempunyai
pengaruh dan menekan kelompok untuk menyesuaikan diri dengan kehendaknya.
4. Tanggungjawab tersamar. Pada keputusan individual jelas siapa yang
bertanggungjawab, tapi pada keputusan kelompok dari mereka (para anggota) tidak bisa
dimintai pertanggungjawaban perorangan. Tanggung jawab perorangan luluh dalam
tanggungjawab bersama.

Perbandingan pengambilan keputusan individu dan kelompok

Apabila dilihat keefektifan dan efisiensi antar pengambilan keputusan kelompok atau
individu, maka hal tergantung kepada kriteria apa yang dipakai sebagai ukuran efektif. Bila
diukur dengan derajat akurasi, barangkali keputusan kelompok lebih akurat. Fakta membuktikan
keputusan kelompok lebih baik daripada keputusan individu. Tetapi tidak berarti bahwa secara
bersama kelompok lebih bermutu dari perseorangan. Bila dimaksud dengan efektif adalah ukuran
kecepatan maka keputusan individual jadi lebih efektif. Kalau kreativitas yang jadi ukuran
keefektifan maka keputusan kelompok adalah lebih efektif. Ukuran keefektifan lain, mungkin
dukungan persetujuan, maka keputusan kelompok jadi lebih efektif. Dalam kerja kelompok
pengambil keputusan, telah teruji bahwa jumlah anggota 5 sampai 7 orang adalah  produktif dan
efektif. Efektif tentu diacu juga dengan efisiensi. Keputusan kelompok bisa jadi tidak efisien
dibandingkan dengan keputusan individual, bila diukur dari waktuyang dipakai untuk mengambil
keputusan. Pengambilan keputusan bentuk mana yang akan dipakai bergantung kepada aspek
yang mana yang dipentingkan, efektivitas atau efisiensi.

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Keberhasilan suatu individu dan organisasi terletak pada pengambilan keputusan yang
tepat. Maka itu dalam pengambilan keputusan harus didasarkan faktor-faktor pengambilan
keputusan yang tepat. Agar jika setiap individu atau kelompok dilanda masalah, maka akan
mudah untuk mencari solusi alternatif yang ada dan resiko yang besar akan dapat dihindari

b. Saran

Melalui makalah ini penulis mengharapkan kepada para pembaca dapat mengetahui peran
pengambilan keputusan untuk individu dan kelompok dan dapat membuat keputusan yang lebih
baik.

Anda mungkin juga menyukai