PENDAHULUAN
Pengambilan keputusan adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini
diambil setelah melalui beberapa perhitungan, dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan
dijatuhkan, pada bebrapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan
tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusun alternatif yang akan dipilih dan
sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.
PEMBAHASAN
Pengambilan keputusan (decision making) meruakan salah satu proses manajemen yang
penting bagi setiap organisasi. Manajemen lainnya dilatar belakangi oleh adanya keputusan yang
di buat oleh manajer puncak, yang kemudian secara hierarkis dibuat oleh lini-lini manajemen di
tingkat staf-staf yang dibutuhkan.
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian dan pemilihan dari
berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menempatkan suatu
pilihan ang dianggap paling menguntungkan.
Berdasarkan keputusan yang harus diambil oleh level manajemen di perusahaan jenis
keputusan terdiri atas :
a. Keputusan strategis, yakni keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak dalam sebuah
perusahaan.
b. Keputusan taktis, yakni keputusan yang dibuat oleh manajemen menengah.
c. Keputusan operasional, yakni keputusan yang dibuat oleh tingkat manajemen yang paling
bawah, misalnya operator mesin di lantai produksi.
Keputusan manajemen
Keputusan (decision) merupakan pilihan yang dibuat dari beberapa alternatif yang
tersedia.Pengambilan keputusan (decision making) adalah proses identifikasi masalah dan
kesempatan kemudian memecahkannya.
Jenjang manajemen
Secara klasik, hierarki atau tingkatan manajemen terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Sebagai eksekuter kebijakan BOD dan pihak yang memiliki manajerial dan memliki
wewenang paling tinggi dalam operasional perusahaan.
b. Menentukan strategi dan kebijakan yang diambil, penguunaan sumber daya
perusahaan, berhubungan dengan karyawan, pemegang saham dan investor potensial.
2. Manajer Madya (middle manajer)
Disebut juga sebagai manajer menengah, manajer administrasi yang meliputi pimpinan
pabrik atau manajer devisi. Mereka bertanggung jawab menyusun rencana operasi dan
melaksanakan rencana-rencana umum dari manajer puncak. Antara lain menangani
permasalahan kontrol atau pengawasan yang sifat pekerjaannya lebih banyak pada
masalah administrasi : keputusan administrasi/taktis, yang berkaitan dengan pengelolaan
sumberdaya.
3. Manajer operasional (manajer lini)
Merupakan jenjang manajemen terendah, yang tugas utamanya menyangkut pelaksanaan
utama yang dibuat oleh manajer madya, mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional
yang telah dilakukan oleh karyawan sehari-hari, sebagai supervisor garis pertama yang
bertanggung jawab melakukan sipervisi kepada para karyawan yang melakukan
pekerjaan harianya, yaitu berkaitan dengan kegiatan operasional (operasi harian) yang
disebut keputusan operasional.
Model prespektif didasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif
berdasarkan pada realitis observasi.
E. TIPE-TIPE PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Keputusan terprogram (programmed decision)
Keputusan yang dibuat untuk mengatasi situasi/masalah yang cukup sering terjadi.
Sehingga pembuat keputusan dapat membuat aturan aturan pembuatan keputusan untuk
diterapkan kedepannya, misalnya keputusan untuk memesan persediaan ketika persediaan
berada pada level tertentu.
Keputusan tidak terprogram (nonprogrammed decision)
Keputusan yang dibuat untuk menangani situasi yang unik, tidak familier, dan tidak
terstruktur serta menimbulkan konsekuensi konsekuensi penting bagi organisasi. Banyak
keputusan yang tidak terprogram melibatkan perencanaan strategis, karena
ketidakpstiannya begitu besar dan keputusan merupakan hal yang sangat kompleks.
Keputusan setengah terprogram
Keputusan yang sebagian terprogram, ssbagian berulang-ulang secara rutin dan sebagian
tidak terstruktur. Keputusan ini bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan-perhitungan
serta analisis yang terperinci.
Keputusan Individu
Pengambilan keputusan merupakan hasil proses dari beberapa pertimbangan alternatif untuk
menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu, maka pengambilan keputusan sesungguhnya bukanlah
hal yang sederhana.
Seorang filosof Prancis, Jean-Paul Sartre mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk yang
berkesadaran “dikutuk untuk bebas”. Kutukan kekebasan ini menempatkan manusia sebagai
makhluk yang dapat menentukan jalannya sendiri. Apapun jalan yang diambil, maka manusia itu
sendiri yang harus bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi dikemudian hari.
Menurut Rowe & Boulgarides (1994), dua dimensi di atas (orientasi nilai & kompleksitas
kognitif) apabila dikombi-nasikan menghasilkan 4 gaya pengambilan keputusan, yakni:
Directive
Individu dengan gaya direktif, toleransinya rendah terhadap ambiguitas, ia mencari
rasionalitas. Efisien dan logis. Keputusan dibuat dengan informasi yang minimal, dengan menilai
beberapa alternatif. Membuat keputusan yang cepat dan fokus pada jangka pendek.
“gaya directive” Cenderung fokus pada hal-hal yang bersifat teknis, lebih menyukai hal-
hal yang terstruktur, seringkali agresif, serta cenderung mendominasi orang lain.
Analytical
Individu dengan gaya analitis, toleransinya lebih besar terhadap ambiguitas. Fokus
terhadap keputusan yang bersifat teknis. Berkeinginan mencari informasi lebih lanjut dan
mempertimbangkan lebih banyak alternatif. Dicirikan sebagai pengambil keputusan yang terbaik
dalam hal kehati-hatiannya dan kemampuannya dalam beradaptasi, sehingga tidak cepat dalam
mengambil keputusan.
Conceptual
Individu dengan gaya konseptual, cenderung luas pan-dangannya dalam
mempertimbangkan berbagai alternatif. Fokus mereka adalah jangka panjang, dan mereka sangat
baik dalam menemukan kreativitas pemecahan masalah. Disamping itu, tingkat kompleksitas
kognitif dan orientasi.
“gaya conceptual” orientasi pada manusia tinggi. Ada kepercayaan dan kebutuhan dalam
hubungan dengan bawahan. Cenderung idealis, menekankan pada etika dan nilai. Kreatif, cepat
memahami hubungan yang kompleks. Fokusnya pada jangka panjang dengan komitment
organisasi yang tinggi. Berorientasi ke masa depan pada prestasi dan penghargaan, pengakuan,
dan kemandirian. Lebih sebagai “pemikir” daripada pelaksana.
Behavioral
Individu dengan gaya behavioral, memiliki tingkat kompeksitas kognitif yang rendah,
namun mereka memiliki perhatian yang mendalam terhadap organisasi dan perkembangan orang
lain. Peduli dengan prestasi rekan-rekan dan bawahan, menerima saran dari orang lain, serta
mengandalkan pertemuan-pertemuan (meeting) untuk berkomunikasi. Memiliki keinginan untuk
kompromi. Fokus pada jangka pendek, menghindari konflik untuk mencari penerimaan, namun
kadangkala merasa tidak aman.
Keputusan Kelompok
a. Kelompok interaktif, yaitu anggota berinteraksi secara langsung dengan anggota lain.
b. Kelompok nominal , yaitu membatasi komunikasi antar pribadi selama proses
pengambilan keputusan , karena masing-masing individu mengemban tugas secara
independen.
1. Informasi yang lengkap lebih mungkin diadakan. Dalam kelompok terhimpun banyak
pengalaman dan pandangan daripada seorang.
2. Banyak alternatif yang muncul, karena kelompok mempunyai informasi banyak dalam
jumlah dan ragamnya dan dapat mengidentifikasi lebih banyak kemungkinan. Lebih-lebih
lagi kelompok itu terdiri atas berbagai keahlian dan latar belakang pengalaman.
3. Keputusan kelompok lebih berterima. Hal ini disebabkan karena keputusan kelompok
lebih menelaah banyak pandangan dan pendapat, sehingga keputusannya lebih besar
kemungkinan mendapat persetujuan lebih dari banyak orang.
4. Meningkatkan kesempatan terlaksananya hak orang banyak. Keputusan kelompok lebih
sesuai dengan hak demokrasi. Mengingat banyak kesempatan oleh manajer untuk
mengambil keputusan sendiri, maka mengambil kebijaksanaan untuk memberi
kesempatan kepada orang lain yang ahli untuk turut mengambil kebagian dalam
pengambilan keputusan, adalah merupakan upya meningkatkan legistimasi orang lain.
1. Memakan waktu. Keputusan kelompok diperoleh dari hasil diskusi yang panjang,
banyak waktu dipakai untuk rapat-rapat, sedangkan pengambilan keputusan sendiri oleh
manajer bisa diambil dalam waktu singkat, tepat pada saat masalahnya timbul.
2. Dominasi minoritas. Tidak mungkin dalam satu kelompokterwakili semua kepentingan
dalam organissi dan seringkali hanya terdiri atas segelintir orang saja. Kesempatan ini
oleh para anggota kelompok sering digunakan untuk memenangkan kepentingan orang-
orangtertentu dalam organisasinya yang sengaja atau tidak sengaja diwakilinya. Ada
kecenderungan dia mendominasi kepentingan orang terbanyak.
3. Tekanan untuk menyesuaikan. Dalam kelompok ada saja golongan yang mempunyai
pengaruh dan menekan kelompok untuk menyesuaikan diri dengan kehendaknya.
4. Tanggungjawab tersamar. Pada keputusan individual jelas siapa yang
bertanggungjawab, tapi pada keputusan kelompok dari mereka (para anggota) tidak bisa
dimintai pertanggungjawaban perorangan. Tanggung jawab perorangan luluh dalam
tanggungjawab bersama.
Apabila dilihat keefektifan dan efisiensi antar pengambilan keputusan kelompok atau
individu, maka hal tergantung kepada kriteria apa yang dipakai sebagai ukuran efektif. Bila
diukur dengan derajat akurasi, barangkali keputusan kelompok lebih akurat. Fakta membuktikan
keputusan kelompok lebih baik daripada keputusan individu. Tetapi tidak berarti bahwa secara
bersama kelompok lebih bermutu dari perseorangan. Bila dimaksud dengan efektif adalah ukuran
kecepatan maka keputusan individual jadi lebih efektif. Kalau kreativitas yang jadi ukuran
keefektifan maka keputusan kelompok adalah lebih efektif. Ukuran keefektifan lain, mungkin
dukungan persetujuan, maka keputusan kelompok jadi lebih efektif. Dalam kerja kelompok
pengambil keputusan, telah teruji bahwa jumlah anggota 5 sampai 7 orang adalah produktif dan
efektif. Efektif tentu diacu juga dengan efisiensi. Keputusan kelompok bisa jadi tidak efisien
dibandingkan dengan keputusan individual, bila diukur dari waktuyang dipakai untuk mengambil
keputusan. Pengambilan keputusan bentuk mana yang akan dipakai bergantung kepada aspek
yang mana yang dipentingkan, efektivitas atau efisiensi.
BAB 3
a. Kesimpulan
Keberhasilan suatu individu dan organisasi terletak pada pengambilan keputusan yang
tepat. Maka itu dalam pengambilan keputusan harus didasarkan faktor-faktor pengambilan
keputusan yang tepat. Agar jika setiap individu atau kelompok dilanda masalah, maka akan
mudah untuk mencari solusi alternatif yang ada dan resiko yang besar akan dapat dihindari
b. Saran
Melalui makalah ini penulis mengharapkan kepada para pembaca dapat mengetahui peran
pengambilan keputusan untuk individu dan kelompok dan dapat membuat keputusan yang lebih
baik.