Anda di halaman 1dari 20

PLURARISME DAN TOLESARANSI DALAM

AGAMA ISLAM
MATA KULIAH: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS

OLEH:

1.     Ikhlas Surya Pratama   :        21024014018


2.     Nur Fajriah                    :        21024014078
3.     Cici Paramita                 :        21024014045

Kelas A2 & A3
FAKULTAS TEKNIK
PRODI INFORMATIKA
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR (UIM) 2021
JUDUL……………………………………………………………..….……………i
KATA PENGANTAR………………………………….…………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………...………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah……………….…………..…..…….I
B.    Rumusan Masalah…….……….……….…….………………
I
C.    Tujuan Pembahasan…………………….……………………I
BAB II PEMBAHASAN
                           A. Pluralisme Dalam Sejarah Islam
                           B. Konsep Toleransi Dalam Islam
                           C. Makna Ukhuwah Islamiyah Dan Ukhuwah Insaniyah
                           D. Kebersamaan Dalam Pluralitas Beragama
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan
kehadirannya kami dapat menyelesaikan makalah dengan Judul
“PLURALISME DAN TOLERANSI KERUKUNAN “ dengan
lancar dan tepat waktu. Makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Pluralisme dan Toleransi Kerukunan di
lingkungan masyarakat bagi pembaca dan juga penulis
Kami juga menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun di harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
PEMBAHASAN

A. PLURALISME DALAM SEJARAH ISLAM

Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleran kepada pemeluk


agama lain adalah mutlak untuk dijalankan, sebagai bagian dari
keberagaman (pluralitas). ... Solusi Islam terhadap adanya pluralisme
agama adalah dengan mengakui perbedaan dan identitas agama masing-
masing (lakum diinukum wa liya diin).

Pluralisme agama adalah sebuah konsep yang mempunyai makna yang


luas, berkaitan dengan penerimaan terhadap agama-agama yang berbeda,
dan dipergunakan dalam cara yang berlain-lainan pula:
Sebagai pandangan dunia yang menyatakan bahwa agama seseorang
bukanlah sumber satu-satunya yang eksklusif bagi kebenaran, dan
dengan demikian di dalam agama-agama lain pun dapat ditemukan,
setidak-tidaknya, suatu kebenaran dan nilai-nilai yang benar.
Sebagai penerimaan atas konsep bahwa dua atau lebih agama yang
sama-sama memiliki klaim-klaim kebenaran yang eksklusif sama-sama
sahih. Pendapat ini sering kali menekankan aspek-aspek bersama yang
terdapat dalam agama-agama.

Islam Sunting
Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleran kepada pemeluk
agama lain adalah mutlak untuk dijalankan, sebagai bagian dari
keberagaman (pluralitas). Namun anggapan bahwa semua agama adalah
sama (pluralisme) tidak diperkenankan, dengan kata lain tidak
menganggap bahwa Tuhan yang 'kami' (Islam) sembah adalah Tuhan
yang 'kalian' (non-Islam) sembah. Pada 28 Juli 2005, Majelis Ulama
Indonesia (MUI) menerbitkan fatwa melarang paham pluralisme dalam
agama Islam.[1] Dalam fatwa tersebut, pluralisme didefinisikan sebagai
""Suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan
karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap
pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja
yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga
mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan
berdampingan di surga".

Namun, paham pluralisme ini banyak dijalankan dan kian disebarkan


oleh kalangan Muslim itu sendiri.[2] Solusi Islam terhadap adanya
pluralisme agama adalah dengan mengakui perbedaan dan identitas
agama masing-masing (lakum diinukum wa liya diin). Tapi solusi
paham pluralisme agama diorientasikan untuk menghilangkan konflik
dan sekaligus menghilangkan perbedaan dan identitas agama-agama
yang ada.[3]

Di Indonesia, salah satu kelompok Islam yang dianggap mendukung


pluralisme agama adalah Jaringan Islam Liberal. Di halaman utama
situsnya terulis: "Dengan nama Allah, Tuhan Pengasih, Tuhan
Penyayang, Tuhan segala agama."[4]
B. KONSEP TOLERANSI DALAM ISLAM

Toleransi yang sering kita kenal dengan kata “Tasamuh” memiliki


makna menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki
prinsip hidup yang tidak sama
Maksud toleransi dalam agama islam adalah saling menghargai
perbedaan pendapat yang terjadi dalam masyarakat islam. Akan tetapi,
umat islam dilarang untuk ikut-ikutan mengerjakan amalan ibadah non
muslim karena perbuatan tersebut termasuk dalam mencampur adukkan
agama.
Konsep Toleransi dalam Islam ini biasanya mencakup tentang rasa
tenggang rasa, saling menolong satu sama lain, saling menghormati satu
sama lain, dan saling menghargai satu sama lain sesama manusia sebagai
contoh saling tolong menolong sesama manusia dalam hal positif
menghargai perbedaan satu sama lain tidak membedakan antara manusia
yang satu dengan manusia yang lainnya
C. MAKNA UKHUWAH ISLAMIYAH DAN UKHUWAH
INSANIYAH

Makna Islamiyyah
Ukhuwah Islamiyah merupakan persaudaraan antar sesama umat Islam,
Al-Qur'an dan hadist merupakan landasan utamanya di dalam ajaran
Ukhuwah Islamiyah tersebut, sehingga dengan ikatan Ukhuwah
Islamiyah mampu membangun masyarakat yang ideal yang damai dan
sejahtera.

Makna insaninya
Yang dimaksud ukhuwah insaniyah, yaitu persaudaraan sesama umat
manusia. Manusia mempunyai motivasi dalam menciptakan iklim
persaudaraan hakiki yang dan berkembang atas dasar rasa kemanusiaan
yang bersifat universal. Seluruh manusia di dunia adalah bersaudara.
D. KEBERSAMAAN DALAM PLURALITAS
BERAGAMA

1. DEFINISI PLURALITAS

Pluralitas berasal dari bahasa inggris "plural" yang berarti banyak,


majemuk. Dalam beberapa kamus bahasa Inggris, paling tidak ada tiga
pengertian,

a. pengertian kegerejaan, sebutan untuk orang yang memegang lebih dari


satu jabatan dalam struktur kegerejaan, memegang dua jabatan atau
lebih secara bersamaan baik bersifat kegerejaan maupun non kegerejaan
b. pengertian filosofis, sistem pemikiran yang tidak hanya berlandaskan
pada satu hal
c. pengertian sosio-politis, mengakui adanya perbedaan dalam segala hal
dengan tetap menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan diantara
kelompok-kelompok tersebut.

Al-Qur'an sendiri juga mengakui adanya pluralitas, yang tercantum


dalam QS. Ar Rum: 2 "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
penciptaan langit dan bumi dan berlainan bahasamu dan warna kulitmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi
orang-orang yang mengetahui."
Ayat ini menunjukkan bahwa keberagaman suku, bangsa, bahasa, warna
kulit adalah hal yang menjadi sunnatullah. Inilah yang dikatakan
pluralitas menurut islam. Sebagaimana diciptakannya berbagai suku dan
budaya di penjuru dunia.

2. DEFINISI PLURALITAS AGAMA

Sebelum mengkaji lebih lanjut mengenai pluralitas agama, ada baiknya


kita mengetahui definisi dari agama itu sendiri.
Agama berasal dari bahasa sanskerta "a" yang berarti tidak, dan
gama" yang berarti kacau. Jadi, secara etimologi agama adalah sesuatu
yang tidak kacau(teratur). Dari segi istilah, agama dapat dirtikan sebagai
suatu hal yang mencakup tentang keyakinan (kepercayaan dan cara-cara
peribadatan yang ditujukan kepada Tuhan, serta mengkaji tentang
berbagai amalan (tindakan) yang ditujukan kepada sesame manusia,
Dari kedua uraian diatas (pluralitas dan agama), dapat diambil
kesimpulan bahwa pluralitas agama adalah suatu keragaman agama yang
terkumpul dalam suatu masyarakat tertentu. Seseorang bisa disebut
manusia yang berpluralitas (agama) jika dapat berinteraksi positif dalam
lingkungan kemajemukan dalam agama tersebut. Dengan kata lain,
dalam pluralitas agama, tiap pemeluk agama dituntut untuk mengakui
adanya berbagai agama sebagai sunnatullah. Artinya, tidak mungkin bisa
disamakan antara satu dengan yang lain, Lebih dari itu, tiap pemeluk
agama tidak hanya mengakui adanya perbedaan agama, tapi juga
memahami dan menghormati perbedaan tersebut sehingga memunculkan
suatu persatuan yang kuat dalam suatu masyarakat tersebut.

3. SEJARAH MUNCULNYA PLURALISME AGAMA


Sejarah mengenai awal pertama kali munculnya pluralisme agama
ada beberapa versi, Versi pertama pluralisme agama berawal dari agama
kristen yang dimulai setelah Konsili Vatikan Il pada permulaan tahun
60-an yanng mendeklarasikan keselamatan umum" bahkan untuk
agama-agama diluar kristen. Gagasan pluralisme agama ini sebenarnya
merupakan upaya-upaya peletakan landasan teologis kristen untuk
berinteraksi dan bertoleransi dengan agama-agama lain. Versi kedua
menyebutkan bahwa pluralisme agama berasal dari India. Misalnya
Rammohan Ray (1773-1833) pencetus gerakan Brahma Samaj, ia
mencetuskan pemikiran Tuhan satu dan persamaan antar agama (ajaran
ini penggabungan antara HinduIslam). Serta masih banyak lagi pencetus
pluralisme dari India, pada intinya teori pluralisme di India didasari pada
penggabungan ajaran agama-agama yang berbeda.

4.PANDANGAN-PANDANGAN MENGENAI PLURALISME


AGAMA

Pandangan Islam
Dalam hal pluralisme agama, al-Qur'an mengakui terhdap
pluralisme atau keragaman agama Al-qur'an disamping membenarkan,
mengakui keberadaan, eksistensi agama-agama lain, juga memberikan
kebebasan untuk menjalankan ajaran agamanya masing-masing.Ini
adalah sebuah konsep yang secara sosiologis dan kultural menghargai
keragaman, tetapi sekaligus secara teologis mempersatukan keragaman
tersebut dalam satu umat yang memiliki kitab suci Ilahi. Karena
memang pada dasarnya tiga agama samawi yaitu Yahudi, Kristen dan
Islam adalah bersudara, kakak adek, masih terikat hubungan
kekeluargaan yaitu sama-sama berasal dari nabi Ibrahim.

Sebagaimana Firman Allah


"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah
adalah yang palingtakwa" (QS. Al-Hujurat:13).
Al-qur'an juga secara eksplisit mengakaui jaminan keselamatan
bagi komonitas agama-agama yang termasuk Ahl al-Kitab (Yahudi,
Nasrani, Shabi'in); sebagaimaru dalam pernyataannya
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-
orang Nasrani dan orangorang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang
benar-benar beriman kepada Allah, hari Kemudian dan beramal salch,
mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-
Baqarah: 62).
Sikap menghargai dan toleran kepada pemeluk agama lain adalah
mutlak untuk dijalankan, sebagai bagian dari keberagaman (pluralitas).
Namun anggapan bahwa semua agama adalah sama (pluralisme) tidak
diperkenankan, dengan kata lain tidak menganggap bahwa Tuhan yang
kami' (Islam) sembah adalah Tuhan yang 'kalian' (non-Islam) sembah
Pada 28 Juli 2005. Majelis Ulama Indonesia menerbitkan
fatwamelarang paham pluralisme dalam agama Islam Dalam fatwa
tersebut, pluralisme didefiniskan sebagai "Suatu paham yang
mengajarkan bahwa semua agama adalah suma dan karenanya
kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk
agama tidak boleh mengklaim bahwa hama agamanya saja yang benar
sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa
semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga”
Al-Qur'an dalam memberikan pendidikan kesadaran terhadap
pluralisme agama terhadap umat manusia diantaranya tampak dari sikap-
sikapnya sebagai berikut:
1) Mengukui eksistensi agama lain (Q.S An-Nahl:93)
2) Memberi hak untuk hidup berdampingan saling menghormati
pemeluk agama lain. (Al-An'am:108)

3) Menghindari kekerasan dan memelihara tempat-tempat beribadah


umat beragama lain. (Al-Hajj:40)

4) Tidak memaksakan kehendak kepada penganut agama lain (Al-


Baqarah:229) 5) Mengakui tentang banyaknya jalan yang dapat
ditempuh manusia dan pemerintah berlomba-lomba dalam kebajikan.
(Al-Baqarah:148)

Pandangan dunia barat


Pluralisme dalam masyarakat barat digunakan untuk menyatakan
adanya otonomi yang dimiliki oleh banyak pihak, seperti pihak gereja,
asosiasi dagang, dan organisasi professional. Disamping dalam
pengertian tersebut, pluralisme juga dipahami oleh masyarakat barat
sebagai suatu ajaran bahwa semua kelompok masyarakat yang ada
adalah berguna. Dalam pengertian yang terakhir ini pluralisme
berkembang menjadi ideologi terpenting bagi Negara-negara modern,
baik di barat, maupun juga di timur. Dalam perkembangannya,
pluralisme di Inggris semakin pouler pada awal abad ke-20, melalui para
tokoh seperti F. Maitland, S.G. Hobson, Harold Laski, R.H. Tawney,
dan GDH cole dalam melawan keterasingan jiwa masyarakat modern
karena tekanan kapitalisme. Oleh karena itu, prinsip-prinsippluralisme
dianggap dapat menjawab permasalahan tersebut. Hal ini karena dengan
pluralisme masalah-masalah yang terjadi yang terjadi memiliki banyak
alternatif penyelesaian.Dengan demikian, ide pluralisme berkembang
seiring dengan perkembangan situasi dan kondisi yang melingkupinya.
5. PLURALISME AGAMA DALAM KONTEKS PENELITIAN

Sikap perilaku seseorang terludap agam-agama lain sangat dipengaruhi


oleh pemahamannya. Dalam penelitian agama-agama, paling tidak
terdapat tiga pandangan keberagaman, yang kemudian menjadi cikal
bakal" munculnya teori teori pluralisme yakni eklusivisme,
inklusivisme, dan pluralisme-pluralisme.

a. Yahudi dan Pluralisme Keagamaan

Agama yahudi merupakan agama pertama yang mencapai bentuk


dan sistem keyakinan, yang kemudian menjadi konteks munculnya
agama kristen dan islam. Dalam Alkitab disebutkan bahwa Yahudi
mengutuk agama-agama lain dan menegaskan bahwa Yahwe adalah
satu-satunya Allah yang benar atau bahwa Allah lain harus tunduk
kepada Yahwe (UI: 5 dan Kel: 20). Berdasarkan teks ini, Maimonedes
filsuf Yahudi abad pertengahan memberikan gagasan bahwa dari semua
agama, agama Yahudi adalah agama satu-satunya iman keagamaan yang
diwahyukan Allah dan bahwa hanya iman keagamaan itulah yang benar
dalam segala hal. Ekslusivitas Maimonedes diperkuat dengan
keyakinannya bahwa agama-agama lain sebagai upaya manusia untuk
menyamai atau melebihi agama yahudi dengan membangun struktur-
struktur keyakinan tertentu adalah kepalsuan dan kemusyrikan. Oleh
karena itu, Maimonedes juga berkeyakinan bahwa Isa dan Muhammad
adalah nabi-nabi palsu.

b. Kristen dan Pluralisme Keagamaan


Pluralisme keagamaan dalam konteks kekristenan merupakan tantangan
besar terkait erat dengan eksklusivitas kegiatan dakwah agama ini
selama ratusan tahun. Eksklusivitas ini didasarkan pada doktrin tentang
keunikan yesus sebagai manusia sekaligus Allah pribadi kedua dari tri
tunggal yang sama kedudukannya. Diselenggarakan konsili Florence
tahun 1442 M. Yang menghasilkan doktrin extra ecclessiam nulla salus (
tidak ada keselamatan diluar gereja), semakin memberi energidan
motivasi bagi umat kristen untuk melakukan kristenisasi dunia. Bahkan
setelah Paus Paulus II mengobarkan semangat eksklusif yang disokong
oleh aliran yansanisme, maka doktrinini semakin memperkokoh gerakan
Kristenisasi.

Menurut Harold Coward, terdapat beberapa pendekatan mutakhir yang


berkembang dalam tradisi kristiani era modem, yaitu pertama,
pendekatan kristosentris, yang merupakan pendekatan kristiani yang
dibidani antara lain oleh Karl Rahner. Paham ini mengakui keunikan
yesus sebagai penjelmaan tuhan. Kedua, pendekatan teosentris,
memandang bahwa tuhan adalah pusat segala sesuatu. Karena itu, semua
ngama "berjalan" mengelilingi yesus (tuhan).

c. Islam dan Pluralisme Keagamaan


Al-qur'an memberikan apresiasi bahwa masyarakat dunia terdiri dari
beragam komunitas yang memiliki orientasi kehidupan masing-masing.
Komunitas- komunitas tersebut harus menerima kenyataan akan
keraggaman sehinggga mampu memberkan toleransi. Tuhan
memberikan umatnya beragam karena keraggaman merupakan bagian
dari sunntullah. Hal ini terbukti dengan diberikannya pilihan-pilihan
yang bisa diambil olehm manusia apakah akan mengimani atau
mengingkari kebenaran tuhan (al-qu'an, 18:29) serta watak karahmatan
tuhan yang terbatas (al-qur'an, 5: 118).
Islam pluralis, dipandang sebagai pengembang secara liberal dari islam
inklusif, dimana bagi penganut paham ini semisal Fritjhof Schuon,
berpandangan bahwa setiap agama pada dasarnya terbentuk oleh
perumusn iman dan pengalaman iman. Ketika islam misalnya
mengharuskan seseorang memiliki iman terlebih dahulu ( tawhid) baru
disusul pengalaman iman (amal salib) maka dalam perspektif kristiani
seseorang harus lebih dahulu memiliki pengalaman iman baru disusul
perumusan iman.

6. BAGAIMANA MEMAKNAI KEBERSAMAAN DALAM


PLURALITAS AGAMA

Pemahaman pluralitas agama menuntut sikap pemeluk agama untuk


tidak hanya mengakui keberadaan dan hak agama lain, tetapi juga harus
terlibat memahami perbedaan dan persamaan dan mencapai kerukunan
dan kebersamaan. Bila dikaji eksistensi manusia dalam kerukunan dan
kebersamaan ini di peroleh pengertian bahwa arti sesungguhnya dari
manusia bukan terletak pada akunnya, tetapi pada kebersamaannya
Pluralitas agama di dalam QS An-Naml: 125. menganjurkan dialog yang
baik untuk saling mengenal mitra dialog. Dialog tersebut dengan
sendirinya akan memperkaya wawasan kedua belah pihak dalam rangka
mencari persamaan yang dapat dijadikan landasan untuk menjalin
kerukunan. Pluralitas bukan hanya toleransi atau kebersamaan yang
pasif, melainkan kesediaan untuk melindungi dan mengakui kesetaraan
di antara sesame manusia, terlepas dari perbedaan asal-usul etis,
keyakinan, kepercayaan dan agama yang di anut
7.DAMPAK PLURALISME DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT

1) Damapak positif:
a. Adanya toleransi beragama.
b. Terjadinya kerukunan antar umat bergama di Indonesia

2) Dampak negative:
a. Munculnya berbagai sekte agama yang mengatas namakan HAM b.
Bisa menjadi asal pertikaian antar umat beragama jika pluralisme
ditanggapi secara berlebihan,
b. Bisa menjadi asal pertikaian antar umat beragama jika pluralism
ditanggapi secara berlebihan

8). UPAYA-UPAYA MEMELIHARA PLURALISME AGAMA

1) Adanya Kesadaran Islam yang Sehat


Kesadaran islam yang cerdas merupakan factor yang menjamin
pluralism dan menjaganya dari penyimpangan dan kesalahan Kesadaran
Islam yang cerdas tidak pernah menutup diri dari berbagai
kecenderungan yang positif obyektif. Bahkan kecenderungan itu bisa
jadi akan menambah keistimewaan agama Islam itu sendiri,

Kesadaran Islam yang sehat akan mampu melihat dengan jernih sisi
kebenaran yang terdapat dalam agama lain karena semua agama punya
nilai-nilai kebenaran yang bersifat univerasl, tidak panatisme agama
secara berlebihan dan selalu membuka diri dengan orang lain walaupun
berbada agama dan keyakinan. Bila sikap seperti ini dimiliki oleh setiap
muslim, maka pluralisme agama dapat berkembang dengabaik yang
pada akhirnya akan tercipta kerukunan dan toleransi umat beragama
yang baik dan harmonis ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara

2) Dialog Antarumat Beragam

Salah satu faktor utama penyebab terjadinya konflik keagamaan adalah


adanya paradigma keberagamaan masyarakat yang masih eksklusif
(tertutup).
Dialog antarumat beragama mempersiapkan diri untuk melakukan
diskusi dengan umat agama lain yang berbeda pandangan tentang
kenyataan hidup. Dialog tersebut dimaksudkan untuk saling mengenal,
saling pengertian, dan saling menimba pengetahuan baru tentang agama
mitra dialog. Dengan dialog akan memperkaya wawasan kedua belah
pihak dalam rangka mencari persamaan-persamaan yang dapat dijadikan
landasan hidup rukun dalam suatu masyarakat, yaitu toleransi dan
pluralisme.Agama Islam sejak semula telah menganjurkan dialog
dengan umat lain, terutama dengan umat Kristen dan Yahudi yang di
dalam al-qur'an disebut dengan ungkapan ahl al-Kitab (yang memiliki
kitab suci). Penggunaan kata ahl al-Kitab untuk panggilan umat Kristen
dan Yahudi, mengindikasikan adanya kedekatan hubungan kekeluargaan
antara umat Islam, Kristen dan Yahudi Kedekatan ketiga agama samawi
yang sampai saat ini masih dianut oleh umat manusia itu semakin
tampak jika dilihat dari genologi ketiga utusan (Musa, Isa dan
Muhammad) yang bertemua pada Ibrahim sebagai bapak agama tauhid.
Ketiaga agama ini, sering juga disebut dengan istilah agama-agama
semitik atau agama lbrahim
3) Menggali semangat pluralisme dalam masyarakat

Dalam menggali semangat pluralisme kita harus menjaga sikap sikap


toleran kepada umat agama lain. Karena hal ini merupakan landasan
agar pluralisme dalam beragama dapat tercipta dengan baik dan antar
umat beragama dapat bermasyarakat dengan baik tanpa saling
mengucilkan atau menjelek jelekan agama lain,

4) Saling menjaga tempat tempat peribadatan.

Dalam hal ini kita harus menjaga tempat peribadatan umat beragama,
baik dalam hal kenyamanan maupun keamanan. Karena jika umat agama
lan dapat menjalankan ritual keagamaannya dengan tentram maka hal itu
pula yang akan terjadi pada hubungan antar umat beragama.

5) Salingmeniadakan dalam bentuk konflik antar agama.

Hal ini lebih merujuk kepada kesadaran kelompok agama untuk tidak
encampuri urusan internal umat beragama lainnya, karena hal ini
merupakan sebuah privasi bagi suatu klompok umat beragama yang
sedang memiliki konflik intern.

6) Saling menjaga relasi antar umat beragama.

Agama secara normatif-doktriner selalu mengajarkan kebaikan, cinta


kasih dan kerukunan. Dalam hal ini agama mengajarkan untuk
menghormati umat agama lain, dan hal ini sangat ditekankan oleh semua
agama terlebih lagi agama Islam. Dalam ajaran islam penghormatan
kepada umat agama lain sangat dianjurkan karena dengan menghormati
agama lain, maka umat agama lain akan memberi apresiasi yang sama
terhadap umat Islam.

DAFTAR PUSTAKA
http://makalahpendidikanku.blogspot.co.id/2013/12/makalah-tentang-
pluralitasdan.html
https://www.slideshare.net/khomsvasholikha-ppt-agama-islam-kel14
http://fitriayumachlika.blogspot.co.id/2016/04/makalah-pluralisme-
agama.html

Anda mungkin juga menyukai