Disusun Oleh :
(160301004)
PENDAHULUAN
Sehingga untuk menyikapi persoalan pluralisme agama yang begitu maraknya, kita
sebagai umat Islam harus merujuk kembali pada Al-Qur‟an dan As-Sunnah sebagai pedoman
hidup, agar kita dapat memahami bagaimana ajaran islam terhadap pluralisme agama. Karena
sejarah mencatat bahwa Muhammad SAW diutus oleh Allah sebagai Nabi dan Rasul yang
terakhir dengan membawa risalah islamiyah, dengan misi universal yakni menjadi rahmat
bagi seluruh alam sebagaimana tertuang dalam firman Allah dalam Q.S. Al-Anbiya: 107
“Dan kami tidak mengutus engkau (muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam”.
Dengan mengkaji kembali dalam Al-Qur‟an Dan As-Sunnah, kita dapat mengetahui
bagaimana ajaran Islam terhadap pluralisme agama?, apakah Islam menerima pluralisme
agama? atau sebaliknya Islam melarang bahkan mengharamkan umatnya dalam menerima
pluralisme. Semoga tulisan ini menjadi rujukan bagi siapa saja yang ingin mengetahui
keberadaan pluralisme dalam ajaran Islam serta dapat menyelasaikan permasalan yang
beeredar dikalangan umat beragama.
Terakhir, penulis hanya menginginkan kritik dan saran yang membangun dari siapa
saja yang membaca tulisan ini, agar saya dapat merubah kembali di kemudian hari. saya
selaku penulis memohon maaf sebesar-besarnya jika terdapat kesalahan dalam penulisan ayat
suci Al-Qur‟an atau dalam menafsirkanya. Semoga Allah SWT memberikan jalan terbaik
untuk kita, dan menempatkan kita bersama orang-orang beriman lainnya Amin Ya Rabbal
„Alamin.
Penulis
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pluralisme
Amirullah Syarbini, dkk., Al-Qur’a da Keruku a Hidup U at Beraga a, (Jakarta: PT Elex Media
1
2
Dr. H. Abuddin Nata, MA., Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia, cet. 2. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2001), hlm:189-190
B. Sejarah Pluralisme Agama
Mengenai sejarah munculnya Pluralisme Agama, Dr. Anis Malik Toha punya
pendapat sendiri. Beliau mengatakan bahwa Pada awal abad ke-20 ada seorang teolog Kristen
Jerman Ernst Troeltsch. Ernst menyatakan bahwa umat kristiani tidak boleh mengklaim
bahwa mereka benar sendiri. Sehingga perlunya sikap pluralis ditengah-tengah merebaknya
konflik antar aliran-aliran dalam agama Kristen ataupun agama lainnya. Pendapat ini juga
diamini oleh sejumlah pemikir teolog lainnya.3
Menurut versi lainnya, pluralisme agama berawal dari agama kristen yang dimulai
setelah Konsili Vatikan II pada permulaan tahun 60-an yanng mendeklarasikan “keselamatan
umum” bahkan untuk agama-agama diluar kristen. Gagasan pluralisme agama ini sebenarnya
merupakan upaya-upaya peletakan landasan teologis kristen untuk berinteraksi dan
bertoleransi dengan agama-agama lain. Namun ada juga yang menyebutkan bahwa
pluralisme agama berasal dari India. Misalnya Rammohan Ray (1773-1833) pencetus
gerakan Brahma Samaj, ia mencetuskan pemikiran Tuhan satu dan persamaan antar agama
(ajaran ini penggabungan antara Hindu-Islam). Serta masih banyak lagi pencetus pluralisme
dari India, pada intinya teori pluralisme di India didasari pada penggabungan ajaran agama-
agama yang berbeda.
Sedangkan dalam dunia Islam sendiri pemikiran pluralisme agama muncul setalah
perang dunia kedua. Diantara pencetus pemikiran pluralisme agama dalam Islam yaitu Rene
Guenon (Abdul Wahid Yahya) dan Frithjof Schuon (Isa Nuruddin Ahmad). Karya-karya
mereka ini sarat dengan pemikiran dan gagasan yang menjadi inspirasi dasar bagi tumbuh
kembangnya wacana pluralisme agama.selain kedua orang tersebut juga ada Seyyed Hossein
Nasr, seorang tokoh muslim Syi‟ah moderat, merupakan tokoh yang bisa dianggap paling
bertanggung jawab dalam mempopulerkan pluralisme agama di kalangan Islam tradisional.
Pemikiran-pemikiran Nasr tentang plurlaisme agama tertuang pada tesisnya yang membahas
tentang sophia perennis atauperennial wisdom (al-hikmat al-kholidah atau kebenaran
abadi) yaitu sebuah wacana menghidupkan kembali kesatuan metefisika yang tersembunyi
dalam tiap ajaran-ajaran agama semenjak Nabi Adam as. hingga sekarang.4
3
https://www.academia.edu/11067389/Sejarah_dan_Ideologi_Pluralisme
4
http://usman-wwwmaal-khidmah.blogspot.co.id/2012/05/islam-dan-pluralisme-agama.html
C. Pandangan Islam Terhadap Pluralisme Agama
“Islam adalah agama terbuka, dan umat islam harus menjadi golongan yang terbuka.
Umat Islam harus tampil dengan penuh percaya pada diri sendiri, bijaksana, dan arif serta
menyadari fungsinya sebagai saksi dan juru atas manusia. Mereka adalah pemimpin karena
itu harus bersikap sebagai pemimpin, mereka adalah pamong karena itu harus bertindak
ngemong. Mereka itu golongan yang paling unggul karena itu harus mencerminkan
keunggulan itu dalamsikap-sikap yang dewasa dan penuh semangat leadership, tidak egois
tapi altruis. Jadi, kemenangan Islam itu akhirnya akan berarti kemenangan semua orang,
kemenangan perikemanusiaan berasaskan ketuhanan dan takwa. Kemenangan Islam tidak
boleh mewujudkan diri dalam bentuk mengancam golongan lain. Jadi, kemenangan itu juga
kemenangan semua golongan yang bukan Islam.” (Nurcholish Madjid, 2000:231)5
Dari uraian tersebut, tampak dengan jelas bahwa Cak Nur memiliki perhatian yang
tinggi terhadap pluralisme agama. Ia juga berharap agar umat Islam bersikap yang sama
dengan pluralisme tersebut. Oleh karena itu, yang terpenting adalah bagaimana umat Islam
mampu mengembangkan dimensi pulralitas sehingga menerima pluralisme, yakni sistem nilai
yang memandang secara positif-optimis terhadap kemajemukan itu sendiri. Bahkan Cak Nur
menganggap pluralisme adalah suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia, antara lain
melalui mekanisme perawatan, pengawasan, dan pengimbangan yang dihasilkannya (Budhy
Munawar Rachman, 2004:39)
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah SWT., menciptakan manusia dengan beragam
bentuk golongan dengan tujuan untuk memelihara keutuhan bumi, dan merupakan salah satu
wujud kemurahan Tuhan yang melimpah kepada umat manusia. Dengan demikian, perbedaan
atau pluralisme merupakan salah satu sunatullah yang keberadaanya tidak mungkin ditolak
oleh siapapun.
Amirulloh Syarbini, dkk., Al-Qur’a da Keruku a Hidup U at Beraga a, (Jakarta: PT Elex Media
5
يا أي ا الناس إنا خ قناك من ذكر أنث هى جع ناك شع با قبائل لتعارف ا ۚ إن أكرمك عند
ّ أتقاك ۚ إن ّ ع ي خبير
“Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling kenal mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sis Allah ialah
orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS. Al-
Hujurat/49: 13)
Menurut tafsir ibnu katsir ayat di atas menjelaskan bahwasannya, Allah SWT.,
menceritakan kepada manusia bahwa Dia telah menciptakan mereka dari diri yang satu dan
darinya Allah menciptakan istrinya, Adam dan Hawa, kemudian Dia menjadikan mereka
berbangsa-bangsa. Pada garis besarnya semua manusia bila ditinjau dari unsur kejadiannya –
yaitu tanah liat- sampai dengan Adam dan Hawa as. Sama saja. Sesungguhnya perbedaan
keutamaan di antara mereka karena perkara agama, yaitu ketaatannya kepada Allah dan
Rasul-Nya.6
6
Syekh Imam Al-Hafiz, Imaduddin Abul Fida Ismail ibnul Khatib Abu Hafs Umar ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir.
Amirulloh Syarbini, dkk., Al-Qur’a da Keruku a Hidup U at Beraga a, (Jakarta: PT Elex Media
7
Dalam pemahaman ayat tersebut muncul tiga fakta, khususnya yang berkaitan dengan
pluralisme agama, yaitu pertama, kesatuan umat manusia di bawah satu Tuhan (Ketuhanan
Yang Maha Esa), kedua, kekhususan agama-agama yang dibawa oleh para nabi; dan ketiga,
peran wahyu dalam mendamaikan perselisihan dan perbedaan di antara berbagai umat
beragama.
8
Penyunting: P. Dr. Bertolomeus Bolong, OCD., Pdt. Dr. Fredrik Y. A. Doeka, Mencintai Perbedaan Renungan
Lintas Iman Pluralisme dan Kerukunan, (Kupang: Bunet Pinggupir, 2013), hlm: 78
Amirulloh Syarbini, dkk., Al-Qur’a da Keruku a Hidup U at Beragama, (Jakarta: PT Elex Media
99
PENUTUP
Kesimpulan
pluralisme agama adalah kondisi hidup bersama-sama antar agama yang berbeda-beda
dalam satu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesifik (ajaran agama masing-
masing). Sedangkan Pluralitas sendiri adalah realitas terhadap keanekaragaman yang ada.
sejarah munculnya Pluralisme Agama, Dr. Anis Malik Toha punya pendapat sendiri.
Beliau mengatakan bahwa Pada awal abad ke-20 ada seorang teolog Kristen Jerman Ernst
Troeltsch. Ernst menyatakan bahwa umat kristiani tidak boleh mengklaim bahwa mereka
benar sendiri. Sehingga perlunya sikap pluralis ditengah-tengah merebaknya konflik antar
aliran-aliran dalam agama Kristen ataupun agama lainnya. Pendapat ini juga diamini oleh
sejumlah pemikir teolog lainnya.
Islam adalah agama terbuka, dan umat islam harus menjadi golongan yang terbuka.
Jadi, pada dasarnya Islam menerima perbedaan antara umat beragama atau yang dimaksud
yakni pluralisme agama. Dan pluralisme juga merupakan salah satu wujud kemurahan Tuhan
yang melimpah kepada umat manusia. Dengan demikian, perbedaan atau pluralisme
merupakan salah satu sunatullah yang keberadaanya tidak mungkin ditolak oleh siapapun.
Jadi, inti dari materi ini adalah Islam menerima pluralisme atau kemajemukan yakni
hidup bersama-sama antar agama yang berbeda-beda dalam satu komunitas dengan tetap
mempertahankan ciri-ciri spesifik (ajaran agama masing-masing).
DAFTAR PUSTAKA
4. Syekh Imam Al-Hafiz, Imaduddin Abul Fida Ismail ibnul Khatib Abu Hafs Umar
ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir.
5. https://www.academia.edu/11067389/Sejarah_dan_Ideologi_Pluralisme
6. http://usman-wwwmaal-khidmah.blogspot.co.id/2012/05/islam-dan-pluralisme-
agama.html