Anda di halaman 1dari 22

Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia

Oleh: Ahmad Khaerurrozikin.


PENDAHULUAN
Dalam konteks indonesia dewasa ini, paham pluralisme agama yang di
bawa oleh cendikiawan liberal telah menjadi solusi untuk mendamaikan atau
pemersatu dalam kemajemukan suku, agama, ras, dan antargolongan. Karena
mengingat dalam keberagaman ini telah banyak menimbulkan konflik terutama
antar umat beragama, sebagaimana yang terjadi di beberapa daerah seperti situ
bondo (1996), Tasikmalaya (1997), Rengasdengklok (1997), Sambas dan
(1999),dan Ambon (1999).1
Terlepas dari fenomena pluralitas agama yang sering menimbulkan
konflik, maka muncul sejumlah teori pluralisme agama, yang mungkin bisa
diklasifikasikan, sesuai dengan pokok-pokok pemikiran yang terbagi menjadi
empat kategori, yaitu pertama: humanisme sekuler kedua:teologi global ketiga:
Sinkretisme , keempat,Hikmah abadi. dalam keempat kajian ini, ujung-ujungnya
berakhir pada muara yang sama. Yaitu memberikan legitimasi yang setara kepada
semua agama (semua aliran dan ideologi) yang ada, agar dapat hidup
berdampingan bersama secara damai, aman, penuh tenggang rasa, toleransi dan
saling menghargai tanpa adanya perasaan superioritas dari salah satu agama di
atas yang lain. Setidaknya inilah yang ingin diwujudkan oleh tren-tren
tersebut,yaitu yang sekarang di kenal dengan pluralisme agama.2
Munculnya paham pluralisme agama dalam pluralitas agama ini telah
menimbulkan problem bagi agama-agama, Buktinya, paham ini menganggap
bahwa semua agama adalah sama, sehingga mendapat reaksi dari beberapa tokoh
agama-agama, terkhusus di Indonesia. Sebut saja tokoh Kristen pdt. Stevri Indra
Lumintang yang menyatakan bahwa Pluralisme agama adalah suatu tantangan
sekaligus bahaya yang sangat serius bagi kekristenan.3 Poltak YP Sibarani dan
Benard Jody A. Siregar dalam Buku Beriman dan Berilmu Panduan Pendidikan
Agama Kristen untuk Mahasiswa Menjelaskan, pluralisme bukan sekadar
menghargai fakta pluralitas agama. akan tetapi, paham tersebut sekaligus
menganggap (penganut) agama lain setara dengan agamanya. Walhasil, ini adalah
sikap untuk menerima dan menghargai agama lain sebagai agama yang baik dan
benar, serta mengakui adanya jalan keselamatan di dalam agama-agama selain
yang diyakininya. Begitu juga dengan fatwa MUI pada tahun 2005 tentang
1

Samsul Arifin, Studi Agama Perspektif Sosiologi dan Isu-Isu Kontemporer, p. 70


Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama Tinjauan Kritis, (Jakarta: Perspektif
Kelompok Gema Insani, Cet. III, Agustus, 2007), p. 3
3
Stevri Lumintang. Teologi Abu-Abu (Pluralisme Iman). (Malang . YPPII. Cet. Pertama.
2002), p. 15- Mohammad Harir Saiful Yasak, Dampak Doktrin Pluralisme Agama Bagi
Kehidupan Sosial, (Program Kaderisasi Ulama Gontor, Angkatan VI, Tahun 2012-2013), p. 1
2

haramnya pluralisme agama,4 karena bagi MUI paham pluralisme agama


bertentangan dengan ajaran Islam.
Berangkat dari fenomena di atas, penulis ingin membahas Apakah
pluralisme agama itu bisa sebagai solusi dalam menciptakan kerukunan antar
umat beragama? Bagaimana jikalau pluralisme ini diterapkan dalam kehidupan
sosial umat beragama?

Pengertian Pluralisme, Pluralitas dan Pluralisme Agama


Makna Pluralisme
Kata Pluralism berasal dari kata plural yang artinya jamak, lebih dari satu
(more than one).5 Dari berbagai kamus pluralism dapat disederhanakan ke dalam
dua pengertian: pertama, pengakuan terhadap keragaman kelompok, baik yang
bercorak ras, agama, suku, aliran, maupun partai dengan tetap menjunjung tinggi
aspek-aspek perbedaan yang sangat karakteristik diantara kelompok-kelompok
tersebut (the existence within society of diverse groups, as in religion, race, or
ethnic origin, which contribute to the cultural matrix of the society while retaining
their distinctive characters). Kedua, doktrin yang memandang bahwa tidak ada
pendapat yang benar atau semua pendapat adalah sama benarnya (No view is true,
or that all view are equally true).6 Kedua, doktrin yang memandang bahwa tidak
ada pendapat yang benar atau semua pendapat adalah sama benarnya (No view is
true, or that all view are equally true).7
Dari jabaran makna diatas, pluralisme dalam pengertian awal dapat di
artikan sebagai toleransi, dan yang kedua di artikan sebagai relatifitas kebenaran
yang memandang bahwa tidak ada kebenaran atau semua agama sama-sama
benar.

Adian Husaini, Islam Liberal, Pluralisme Agama dan Diabolisme Intelektual, (Surabaya:
Risalah Gusti, Cet. I, 2005), p. 2012
5
A.S Hornby, Oxford Advanced Leaners Dictionary of Corrent English, (London:
Oxford University Press, 1983, Cet. 11), hal. 889;
6

The New International Websters Comprehensive Dictionary of The English Language,


(Chicago: Trident Press International, 1996), (pluralism), hal. 972; Simon Blackburn, Oxford
Dictionary of Philosophy, (Oxford: Oxford University Press), see: pluralism; Lorens Bagus,
Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), hal. 855
7

The New International Websters Comprehensive Dictionary of The English Language,


(Chicago: Trident Press International, 1996), (pluralism), hal. 972; Simon Blackburn, Oxford
Dictionary of Philosophy, (Oxford: Oxford University Press), see: pluralism; Lorens Bagus,
Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), hal. 855

Menurut Diana L. Eck tentang pluralisme, ia menyatakan bahwa


pluralisme adalah sebuah pergumulan yang bertujuan menciptakan sebuah
masyarakat (Common Society) yang dibangun atas dasar atau kebhinekaan itu.8
Dari jabaran makna, pluralisme memiliki makna yang relative kemudian
diperkuat dengan ide pemikiran barat post modern yang diwarnai semangat
pluralisme.

Makna Pluralisme agama


Pluralitas dan pluralisme agama memiliki arti yang berbeda-beda.
Pluralitas adalah fakta wujud keberagaman dan perbedaan agama-agama di dunia
ini. Sebagai fakta bahwa pluralitas merupakan ketentuan Tuhan yang sudah
ditetapkan dan sebagai sunnatullah, dan untuk itu, tidak mungkin dihapuskan.
Ketika kata pluralisme ini disandingkan dengan agama, maka makna
pluralisme berubah menjadi sebuah istilah yang disebut pluralisme agama
(religious pluralism). Istilah pluralisme agama telah menjadi terminologi khusus
yang sudah baku (technical term). Untuk itu, ia tidak bisa hanya sekedar dirujuk
ke dalam kamus-kamus bahasa. Walaupun dalam kamus terdapat makna
pluralisme sebagai toleransi atau sikap saling menghormati keunikan masingmasing, tetapi pluralisme agama adalah sebuah paham atau cara pandang terhadap
pluralitas agama yang paham ini memandang semua agama adalah sama atau
setara dengan agama-agama lainnya.9
Menurut john Hick pluralisme is the view that the great world faith
embody different perceptions and conception of, and correspondingly different
responses to the real or the Ultimate from within the major variant cultural ways
of being human; and that within each of them the transformation of human
existence from self centredness to Reality centrednes is manifestly taking plaace
and taking place, so far as human observation can tell, to much the same extent.
Dari pemahaman demikian dapat ditelusuri bahwa dua aliran: teologi
global (Global Theology) dan kesatuan transenden agama-agama (Transcendent
Unity of Religion) yang dibawa oleh tokoh barat John Hick dan Frithchop Shouon
Teologi global (Global Theology) lahir dari rahim globalisme Barat.
Pengusungnya adalah John Hick seorang teolog Kristen Protestan.10 Dalam
8

Djohan Efendi, Merayakan Kebebasan Beragama, (Jakarta: Indonesia Conference on


Religion and Peace, Cet. Ke I, November, 2009), P. 181
9
Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi SekulerLiberal, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 339
10
Akibat globalisme membuat agama-agama berkoeksistensi antara satu dengan yang
lain, Hick mengajukan teologi global sebagai solusi yang kompetibel dengan memodfikasi klaim
eksklusivime dan inklusivisme agama-agama, Lih: Adnan Aslan, Religious Pluralism in Christian
and Islamic Philosophy: the Though of John Hick and Seyyed Hossein Nasr, (Curzon Press, Cet. 1,
1998), hal. 99

teorinya, John Hick merumuskan sebuah revolusi teologis dari pemusatan agamaagama menuju pemusatan tuhan (the transformation from religion-centredness to
God-centerdness). Selain itu, Hick juga memandang bahwa agama-agama adalah
realitas dari tanggapan budaya manusia yang berbeda-beda dari Satu Yang Nyata
(The Real).11 Dengan teorinya ini, Hick ingin menegaskan bahwa kebenaran
agama tidaklah monolitik atau tunggal tapi bersifat plural sesuai dengan jumlah
tradisi-tradisi atau ajaran-ajaran agama yang melaluinya manusia melakukan
respon terhadapnya.12
Berbeda dengan teologi global, kesatuan transenden agama-agama
(Transcendent Unity of Religion) lahir sebagai kritik terhadap globalisme dan
modernitas Barat yang anti agama. Pengusungnya yang terkenal adalah Fritchof
Schuon. Ia membagi agama-agama kepada dua hakikat; eksoterik (lahiriyah), dan
esoterik (bathiniyah). Dari sudut pandang ini, agama-agama seperti; Islam,
Kristen, Yahudi, Hindu, Budha dll merupakan bentuk lahiriyah (eksoterik) yang
dipisahkan oleh garis horizontal dan bertemu pada hakikat esoterik. 13
Dari pemaparan di atas dapat di lihat bahwa pandangan ini ingin
mengantarkan manusia kepada sebuah kesepakatan bahwa semua agama
merupakan manifestasi-manifestasi dan bentuk-bentuk yang beragam dari hakikat
esoterik yang tunggal. Dari sudut pandang ini dimensi esoterik merupakan sesuatu
yang absolut dan dimensi eksoterik bersifat relatif agar agama-agama dapat
berkoeksistensi satu sama lainnya.14

PLURALISME AGAMA DI INDONESIA


Paham pluralisme agama, yang menyatakan bahwa semua agama adalah
sama telah menyebar di kalangan cendikiawan muslim, awalnya paham ini
pertamakali berasal dari barat yang di populerkan oleh dua tokoh Barat yang
terkenal bernama Frithjof Schuon dengan teorinya Kesatuan Transendensi
agama-agama (The Trancendent unity of religions), dan John Hick dengan
teorinya Teologi global (Global Theology. Dalam teorinya, Hick merumuskan
sebuah revolusi teologis dari pemusatan agama-agama menuju pemusatan tuhan
(the transformation from religion-centredness to God-centerdness).

11

John Hick, Tuhan Punya Banyak Nama, Terj. Amin Maruf dan Taufik Aminuddin,
(Interfidei, Cet. 1, 2006), hal. 65
12

Lebih jelasnya, baca: Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama; Tinjauan Kritis
(Jakarta: Perspektif; Kelompok Gema Insani, 2007), hal. 83
13

Lih: gambaran Huston Smith, dalam pengantar buku Schuon, Frithjof Schuon, The
Transcendent Unity of Religions, (Quest Book Theosopical Publishing House, Cet. 2, 1993), hal.
xii
14

Lebih jelasnya, Lih: Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama, hal. 117-118

Dari dua tokoh barat ini kemudian di usung dan disebarkan oleh
cendikiawan Jaringan Islam Liberal indonesia, seperti Nurcholis Madjid, yaitu
dengan meluncurkan gagasan sekularisme dan ide-ide teologi inklusif-pluralis
kemudian di sebarkan melalui media seperti Kompas, Koran tempo, republika,
dan majalah-majalah lainnya. 15 sehingga tidak heran kalau sekarang ini pemikiran
Nurcholis Madjid diikuti oleh banyak cendikiawan muslim, seperti Ulil Absar
Abdallah, yang menyatakan semua agama sama. Semuanya menuju jalan
kebenaran, jadi, Islam bukan yang paling benar.16 Budy Munawar Rahman juga
menegaskan bahwa pluralisme agama sebagai paham yang menyatakan semua
agama mempunyai peluang untuk memperoleh keselamatan pada hari akhirat,
dengan kata lain, pluralisme agama memandang bahwa selain agama islam, yaitu
pemeluk agama lain mempunyai peluang untuk memperoleh keselamatan. 17
Dari Jaringan Islam Liberal, Abdul Munir Mulkhan juga menambahkan
jika semua agama memang benar sendiri, penting diyakini bahwa surga Tuhan
yang satu itu sendiri yang terdiri banyak pintu dan kamar. Tiap pintu adalah jalan
pemeluk tiap Agama memasuki kamar surganya. Syarat memasuki surga ialah
keikhlasan pembebasan manusia dari kelaparan, penderitaan, kekerasan dan
ketakutan, tanpa melihat agamanya, inilah jalan universal surge bagi semua
agama. 18
Dari pemaparan para tokoh di atas nampaknya secara konseptual masih
bermasalah, sebab pada tingkat esoteric terdapat mendasar antara islam dengan
agama-agama lain, pemikiran Frithjof Schuon dan pengikutnya di indonesia
nampaknya di dorong oleh suatu motif agar antar agama-agama yang ada di dunia
ini tidak terjadi pertentangan. Tapi teorinya cenderung membenarkan semua
agama. pemebenarannya itu bukan berdasarkan pada wahyu, tapi intelek.

PROBLEM SOSIOLOGI PLURALISME AGAMA


Di indonesia, paham pluralisme agama telah disebarkan oleh kalangan
muslim liberal bahkan tokoh pembesar agama melalui liberalisasi pemikiran Islam
dengan dalih toleransi. Akan tetapi, apa yang diwacanakan adalah doktrin teologis
Islam dengan pernyataan-pernyataan yang bertentang dengan ajaran Islam.

15

Adian Husaini, Islam Liberal Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan dan Jawabannya.


(Jakarta: Gema Insani Press, Cet. I, Juni, 2002), p. 4
16
Wawancara di Majalah GATRA, 21 Desember 2002.
17
Budhy Munawar-Rachman, Reorientasi Pembaruan Islam: Sekulerisme, Liberalisme
dan Pluralisme, Paradigma Baru Islam Indonesia, (Jakarta: LSAF dan Paramadina, Cetakan, I,
Juni, 2010), p. 553
18
Abdul Munir Mulkhan, Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar, (Yogyakarta:
Kreasi Wacana, 2002), p. 44

Problem yang paling nyata yang terjadi di masyarakt dari paham


pluralisme agama ini adalah menghilangkan pokok-pokok ajaran Islam yang telah
di tetapkan dalam Al-Quran atau Hadist yaitu dengan cara menyamakan semua
dengan dalih toleransi, agar tercipta Negara yang aman, damai dan sejahtera.
Maka dari itu, disini ada beberapa contoh problem sosiologi pluralisme agama
yang terjadi dalam kehidupan sosial:

1.

Tradisi Mengucapkan Selamat Perayaan Natal

Tradisi merayakan perayaan agama non muslim seperti perayaan natal,


nyepi, dan lain sebagainya merupakan masalah dalam ajaran umat islam, karena
dalam perayaan ini, terdapat ajaran yang bertentangan dengan ajaran islam dan
sudah menyangkut persoalan aqidah. Seperti dalam agama Kristen misalnya,
perayaan natala merupakan bagian dari ritual atau peribadatan dalam
memperingati yesus kristus yang diyakini sebagai salah satu Tuhan dari tiga tuhan
dalam ajaran trinitas. Sehingga umat muslim tidak diperbolehkan mengikuti acara
ini. Karena, mengikuti acara ini artinya mengakui bahwa yesus adalah tuhan.
Akan tetapi dalam setiap perayaan natal, tidak sedikit orang muslim
mengikuti acara ini, seperti mengenakan atribut Natal; menghadiri Natal, memberi
ucapan selamat natal dan lain sebagainya.Padahal dalam dalam Al-Quran
mengatakan kamu tidak mendapat sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah
dan Rasul-nya. 19 dalam ayat ini sudah jelas berkasih sayang dengan mengikuti
acara perayaan orang-orang non muslim artinya menentang Allah dan rasulnya.
Akan tetapi orang-orang liberal saat ini, terus menyebarkan paham
pluralisme agama dengan tujuan untuk menyatukan dengan toleransi. Seperti
Jaringan Islam liberal yang menggunakan ayat Al-Quran untuk melegalkan umat
muslim untuk mengucapkan ucapan selamat natal pada orang Kristen. Dalam hal
ini ia menyatakan pertama:memberikan ucapan selamat natal kepada kaum
Kristiani merupakan kelaziman sosial dan bukan keharusan teologis, sehingga ia
tidak bisa dikategorikan sebagai bidah, karena ucapan natal merupakan bidang
Muamalah-duniawiyah untuk melakukan inovasi. Kedua: dalam Al-Quran di
sebutkan bahwa Nabi Isa al-Masih berkata:
(salam sejahtera pada hari kelahiranku, wafatku, dan kebangkitanku), AlQuran mengucapkan selamat buat nabi-nabi lain. Untuk Nuh

19

QS: Al-Mujadalah: 22.

, Untuk Nabi Ibrahim , Untuk Nabi Harun


, untuk Nabi Ilyas , dan salam buat seluruh rasul.20
Selain itu Prof. Dr. Qurai Sihab juga menambahkan masalah hukum
mengucapkan natal kepada kaum Nasrani, yang mengatakan bahwa natal itu
merupakan kelahiran, sehingga kalau anda mengucapkan selamat natal kemudian
tidak disertai dengan keyakinan bahwa nabi isa itu bukan Tuhan atau anak Tuhan,
maka tidak ada salahnya, maka ucapkanlah selamat natal dengan keyakinan ini.21
Menurut Gus Dur, kita jangan cuman mengucapkan selamat natal, baiknya kita
ikut merayakan,karena Natal itu hari kelahiran maulidnya Nabi Isa. 22
Dari pandangan di atas tentu berseberangan dengan pendapat MUI, yang
mengeluarkan Fatwa pada 7 Maret 1981 yang menyatakan bahwa umat muslim
haram menghadiri perayaan Natal, karena di sebabkan banyaknya muslim yang
sukarela, terpaksa demi kerukunan.23 Selain itu Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga mengeluarkan fatwa yang persis dengan
MUI yang menyatakan Poin pertama mengikuti perayaan natal bersama bagi
ummat islam adalah Haram hukumnya dalam konteks ini, perayaan Natal di
Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkara-perkara akidah tersebut di atas.
Kedua mengucapkan Selamat Natal dianjurkan untuk tidak dilakukan
karena merupakan bagian dari perkara kegiatan perayaan Natal, agar Umat Islam
tidak terjerumus kepada perkara syubhat dan larangan Allah Subhanahu Wataala.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menjauhkan diri dari dari hal hal
yang syubhat dan dari larangan Allah Allah Subhanahu Wataala serta untuk
mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan.24
Imam Baihaqi dalam Kitab Iqtidha Al-Shirath Al-Mustaqim menyatakan
jika kaum Muslim diharamkan masuk Gereja, apalagi merayakan hari raya
mereka. Sedangkan ibnu Qayyim al-jauziyyah dalam Ahkam Ahl Dzimmah
menyatakan tidak diperbolehkan bagi kaum Muslim menghadiri hari raya mereka,
karena mereka berada dalam kemunkaran dan kedustaan. 25
Dari keterangan di atas kaum pluralis mencoba memberikan kebebasan
kepada agama lain untuk mengikuti ritual keagaaman lain sebagai bentuk dari
persaudaraan. Akan tetapi MUI menyatakan tentang perayaan natal, bahwa umat
20

Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama Membangun Toleransi Berbasis


Al-Quran, (Depok: KataKita, Cet. II, Mei 2009), p. 267-268
21
https://www.youtube.com/watch?v=v-PRLZROLyc
22
M.Hamid, Gus Gerr Bapak Pluralisme dan Guru Bangsa, (Yograkarta: Gedung
Galangpress Center, Cet. I, 2010), p.80
23
Herry Mohammad Dkk, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta:
Gema Insani Press, Cet. I, 2006), p. 65-66
24

Fatwa (Fatwa Tarjih, Cetakan VI, 2003 ), p.209-210

25

M.Hamid, Gus Gerr Bapak Pluralisme dan Guru Bangsa, (Yograkarta: Gedung
Galangpress Center, Cet. I, 2010), p.80

muslim haram dan berdosa mengikutinya, sebab dalam acara natal, mengandung
unsur ibadah Kristiani. Sehingga dapat merusak aqidah dan keimanan umat Islam.
Selain itu Ketua MUI menegaskan meski tidak mengucapkan selamat Natal,
umat Islam harus tetap menghormati perayaan Natal. Tapi tetap di dalam batasanbatasan ajaran agama islam.
Selamat natal pada hakekatnya merupakan ucapan kepada umat Nasrani
yang tengah merayakan kelahiran yesus. Islam dan Kristen memiliki pemaknaan
yang berbeda tentang nabi Isa. Islam menolak Trinitas sebagai bentuk pengakuan
Isa adalah anak tuhan. Degnan ucapan selamat dan menghadiri natal bisa
menyebabkan seseorang muslim menepis ajaran Islam yang menyakini Isa
hanyalah seseraogn Nabi. Jadi yang paling mendasar tentang haramnya ucapan
selamat natal adalah karena Yesus Kristus mereka di pandang sebagai putra tuhan.
Pahal dalam Al-Quran surat Maryam di jelaskan: Hampir saja langit pecah,
dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, (karena ucapan itu), karena
mereka menganggap (Allah) yang Maha Pengasih mempunyai anak. Dan tidak
mungkin bagi (Allah) yang Maha Pengasih mempunyai anak. 26
Ucapan selamat natal tersebut juga merupakan syubhat yang harus di
tinggalkan Karena dampaknya terhadap masyarakat Islam secara luas lebih
banyak mendatangkan mudharatnya dari pada manfaatnya. Seperti dalam kaidah
usul fiqh yang artinya menolak kerusakan lebih di dahulukan dari pada
mendatangkan kebaikan. Maka dari itulah MUI mengharamkan umat islam
mengikuti natal, karna dapat merusak aqidah dan iman. Selain itu juga Dalam
buku Tanya Jawab Agama Jilid II, oleh Tim PP Muhammadiyah Majlis Tarjih,
yang diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah (1991), hal. 238-240, sudah
diterangkan, hukum menghadiri perayaan Natal bersama adalah Haram.
Muhammadiyah dalam hal ini juga mengacu kepada fatwa MUI itu.27

2. Ceramah Lintas Agama


Sekarang ini, penyebaran paham pluralisme agama oleh orang-orang
liberal semakin marak terjadi, baik itu melewati media, majalah, maupun dari
ceramah. Seperti kasus ceramah yang di sampaikan oleh tokoh pemuka agama
muslim di gereja Bethany Indonesia pada perayaan hari Natal. Dalam ceramah ini,
banyak ajaran-ajaran Islam yang sudah pasti kebenarannya, lalu campur aduk
26
)09( ) 09(











) 09(
27

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/12/25/mfl8g0-ipw-nilaipengamanan-natal-terlalu-berlebihan

dengan ajaran-ajaran non islam, sehingga makna ajaran islam menjadi hilang.
Seperti kata-kata Salom Ilaihi yang sering digunakan oleh orang Kristen,
disamakan dengan salam yang ada dalam islam, karna mernurut tokoh pemuka
agama ini kata-kata salam dalam Kristen dengan islam sama, hanya berbeda
bahasa saja.28
Pernyataan tokoh pemuka agama di atas, yang menyamakan makna Salam
Kristen dengan salam yang ada dalam Islam, hanya berbeda Bahasa saja, Salom
Ilaihi menggunakan bahasa ibrani, sedangkan salam yang digunakan dalam islam
menggunakan Bahasa Arab. Dari hal ini, rasulullah SAW bersabda:
Dari Abu Hurairah R.A. , Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Janganlah kalian awali megucapkan salam kepada Yahudi dan Nasrani. Apabila
kalian bertemu salah seorang mereka di jalan, maka pepetlah hingga ke
pinggirnya. (HR. al- Muslim dari Abu Hurairah)
Dari hadist di atas dapat di ketahui bahwa seorang muslim tidak
diperkenankan untuk mengucapkan salam kepadan non muslim apabila bertemu,
apabila menghadiri perayaan Non-Muslim (Natal). Dari sini dapat dilihat
bagaimana ucapan salam dalam islam memiliki perbedaan dan tidak sembarangan
digunakan dalam bergaul. Karena hanya orang-orang sesama muslim yang bisa
digunakan, di luar orang muslim hukumnya haram, sebagaimana yang di katakana
oleh Imam Nawawi dalam hadist di atas Larangan yang disebutkan dalam hadits
di atas menunjukkan keharaman, Inilah yang benar bahwa memulai
mengucapkan salam pada orang kafir dinilai haram. (Syarh Shahih Muslim, 14:
145).
Selain masalah mengucapkan salam, tokoh pemuka agama ini juga
mengeluarkan pernyataan bahwa ( panggilah Allah dengan
kasih sayang) Allah di sini, boleh juga di ganti dengan nama-nama yang baik
seperti, Sang Yang Wenang, Sang Yang Widi Wase, Sang Yang Wenang, boleh di
panggil Wisnu, boleh di panggil Siwa, bahkan kalau perlu yang Ngecet nama
Lombok itu namanya bagus, tidak apa-apa.29
Dari pernyataan di atas dapat di artikan bahwa seseorang tidak hanya
boleh memohon kepada Allah saja, akan tetapi boleh kepada Tuhan siapapun
selama menurut seseorang itu bagus. Pernyataan demikian tentunya
28

Nuril Arifin, Ceramah Perayaan Natal Gereja Bethany Indonesia, (Tayu, Pati, 9 Desember,
2013), https://www.youtube.com/watch?v=FGBXVzbPTdQ.
29
Nuril Arifin, Ceramah Perayaan Natal Gereja Bethany Indonesia, (Tayu, Pati, 9
Desember, 2013), https://www.youtube.com/watch?v=FGBXVzbPTdQ.

problemamatik, karena telah menyamakan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain,


dan ini merupakan sebuah kesyirikan. Sebagaimana dalam Al-Quran Surat AlIkhlas, ayat 4.30
Contoh ceramah lain yang terjadi dari tokoh pemuka agama Islam (KH:
Abdul Muhaimin, dalam ceramahnya yang disampasikan dalam Gereja, Bathany
di Jogyakarat; ia menyatakan bahwa seumpama di jogja ini tidak ada yang
percaya pada Allah, pada yesus, pada sang widhi wase, pada sang Budha
Gautama, ia hanya percaya pada Nyai Roro Kidul, itu berhak dan wajib
dilindungi.31
Pernyataan tokoh agama di atas tentunya bermasalah, apabilia di
benturkan dengan ayat-ayat yang mengklaim bahwa Allah adalah satu-satunya
tuhan yang harus di sembah, QS. Al Baqarah (2): 163. Dalam ayat lain juga
disebutkan Dan janganlah engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi
manfaat dan tidak pula memberi bencana kepadamu selain Allah, sebab jika
engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orangorang yang zalim. QS: Yunus:11:106 Dalam hadist juga dikatakan bahwa
Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada
asalnya, maka perkara tersebut tertolak.32
Dengan mengusung ajaran- ajaran yang ada dalam setiap agama, para
penganut paham pluralis agama menggunakan (ajaran- ajaran) yang ada dalam
sebuah agama, untuk memuluskan doktrin pluralisme agama. Doktrin itu adalah
dibolehkannya doa lintas agama. Peristiwa doa lintas agama itu tentu saja
menimbulkan pertanyaan besar bagi publik. 33 Apakah boleh ummat Islam
melakukan doa bersama dengan pengikut agama lain. Sebab, doa bukan bukan
hubungan antar manusia, tapi antara manusia dan Sang Pencipta. Apalagi secara
tegas Nabi SAW mengatakan bahwa doa adalah ibadah. Doa adalah otak
(inti) ibadah. (HR. Tirmizi).
Forum Bahtsul Masail al-Diniyah al-Waqiiyyah Muktamar NU di PP
Lirboyo Kediri, 21-27 November 1999, menyatakan, bahwa Doa Bersama Antar
Umat Beragama hukumnya haram. Diantara dalil yang mendasarinya: Kitab
30

31

Toleransi antar umat : KH Abdul Muhaimin di GKJ Sawokembar Gondokusuman Yogyakarta/


https://www.youtube.com/watch?v=QDbkdqLYaaM
32

((HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718))


33
Menurut Hartono Ahmad Jaiz, doa bersama antar agama, merusak islam, doa bersama
antar agama yang disyariatkan hanyalah mubahalah Hartono Ahmad Jaiz. Tasawuf, Pluralisme, &
Pemurtadan. Lihat http:// nahimunkar. com /3047/ doa-bersama-antar-agama-merusak-islam/.
21.10.2012.12.48 pm

10

Mughnil Muhtaj, Juz I hal. 232: Wa la yajuzu an-yuammina ala dua-ihim kama
qalahu ar-Rauyani li-anna duaal kafiri ghairul maqbuli.34
Menyikapi masalah doa bersama antara pemeluk agama tersebut, Majelis
Ulama Indonesia (MUI) kemudian mengeluarkan Fatwa pada 17 Juni 2009 lalu.
Dimana intinya, MUI mengatakan doa adalah ibadah. an, doa bersama kaum non
muslim tidak dikenal dalam ajaran Islam dan menyatakan itu bidah atau
menambah-nambah ketentuan agama. kemudian MUI membuat fatwa karena
banyak di sejumlah acara resmi kemasyarakatan mau-pun kenegaraan terkadang
dilakukan doa oleh umat Islam Indonesia dalam bentuk doa bersama dengan
penganut agama lain pada satu tempat yang sama. Kejadian itu menurut MUI
menimbulkan pertanyaan dari masyarakat sehingga MUI perlu mengeluarkan
fatwa untuk dijadikan pedoman.35 Berikut fatwa MUI, Pertama: Doa bersama
yang dilakukan oleh orang Islam dan non-muslim tidak dikenal dalam Islam. Oleh
karenanya, termasuk bidah. Kedua: Doa Bersama dalam bentuk Setiap pemuka
agama berdoa secara bergiliran maka orang Islam haram mengikuti dan
mengamini doa yang dipimpin oleh non-muslim. Ketiga: Doa Bersama dalam
bentuk Muslim dan non-muslim berdoa secara serentak (misalnya mereka
membaca teks doa bersama-sama) hukumnya HARAM. Keempat: Doa Bersama
dalam bentuk Seorang non-Islam memimpin doa maka orang Islam HARAM
mengikuti dan mengamininya. Kelima: Doa Bersama dalam bentuk Seorang
tokoh Islam memimpin doa hukumnya mubah. Keenam: Doa dalam bentuk
Setiap orang berdoa menurut agama masing-masing hukumnya mubah.36
Dari penjelesan ini bisa kita pahami bahwa, Jika doa bersama semacam
ini terjadi dalam kehidupan sosial, khususnya ummat Islam. maka masyarakat
akan dibingungkan, kepada Tuhan yang mana doa itu dipanjatkan. Doa bersama
versi pluralism agama, secara aqidah juga membahayakan bagi ummat muslim,
karena doa dalam Islam merupakan ibadah kepada Allah S.W.T.

3. Doa Bersama Lintas Agama


Doa bersama lintas agama yang dilakukan di tengah kemajemukan
pemeluk agama dewasa ini menjadi tren, karena tidak ada satupun acara nasional
kenegaraan yang tidak ditandai dengan acara kenegaraan yang tidak ditandai
dengan acara doa bersama, begitu juga dengan acara sosial masyarakat. Terutama
34

lihat: Ahka>mul Fuqaha>, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam: Keputusan


Muktamar, Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2004), (Lajnah Talif wan-Nasyr, NU
Jatim, cet.ke-3, 2007), hal. 532-534
35
Syamsul Mahmuddin Doa Bersama Lintas Agama. http://www. forum keadilan. co.id/
hukum. php ? tid =261. 21.10.2012.12.48 pm
36
http: //www.mui.or.id/ index.php?option= com_content & view= article&id=96:doabersama & catid=25: fatwa-majelis- ulama- Indonesia. 14.02.2013. 10.08 AM

11

ketika masyarakat sedang mengalami bencana atau musibah bersama. 37Doa


bersama yang dilakukan khususnya di Indonesia, melibatkan lima agama yang
telah diakui Negara, yaitu agama Hindu, Budha, Konghu, Kristen dan Islam.
Agama yang berbeda-beda ini kemudian duduk di satu tempat untuk melakukan
ibadah bersama, di mana dalam acara tersebut umat agama-agama salimg
mendoakan secara bergiliran ataupun berdoa secara serentak bersama.
Padahal, jika dilihat dari perspektif teologis, mereka sebenarnya berdoa
kepada Tuhan yang berbeda-beda dan memiliki makna dan konsep doa yang bedabeda. Orang hindu berdoa kepada Brahmana, dewa-dewi, dan kekuatan alam, 38
orang Budha berdoa kepada Budha, biksu agung, dan benda-benda peninggalan
Budha yang dianggap suci dan sakral,39 orang Konghucu berdoa kepada dewa
langit, Kong Fu Tse (pendiri agama Konghucu), nenek moyang dan roh-roh luhur,
40
orang Kristen berdoa kepada Tuhan Trinitas Tuhan Allah, Tuhan Yesus dan
Roh Kudus,41 dan orang Islam berdoa kepada Allah swt.42 Perbedaan konsep
Tuhan inilah yang kemudian tidak memungkinkan bagi agama-agama tersebut
untuk duduk di satu tempat atau forum untuk beribadah (berdoa) kepada Tuhan
yang berbeda secara bersama-sama, karena secara teologis, doa yang dipanjatkan
tidak dapat bertemu.
Di lihat dalam segi ritual, setiap agama mengajarkan berbagai macam
ibadat dan tempat yang berbeda-beda. Seperti orang hindu, kuil merupakan pusat
kehidupan religious, namun sembahyang bisa juga dilakukan di rumah.
Setidaknya, terdapat tiga bentuk ibadat yang dilakukan di dalam kuil: Pertama,
melagukan mantra untuk memanggil dewa-dewi, menyanyikan lagu-lagu pujian,
atau bhajan, diiringi bel dan rebana sementara beberapa orang menari, kemudian
pendeta membacakan Bhagavad Gita43 sebelum mengakhiri ibadat dengan doa
damai. Kedua, ibadat pembukaan (arti), di mana pendeta menyalakan lima lilin di
atas nampan untuk melambangkan lima unsur yaitu api, tanah, udara, gas dan air,
kemudian berdoa dengan cara melayangkan tangan di atas nyala api dan kemudian
di atas kepala mereka untuk menerima kekuatan dan berkat Tuhan. Ketiga,
persembahan api (havan), yaitu penyembahan dengan menggunakan kayu, kamper
dan minyak lemak kerbau, kemudian pendeta menyalakan api di atas altar yang

37

Nicolas J. Woly, Perjumpaan di serambi Iman (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), p.1
WAMY, Gerakan keagamaan dan pemikiran, (Jakarta: Al-Itishom, 2011), p. 419
39
Ibid, p. 325
40
Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama (Jakarta: Almahira, 2011), h.
38

526
41

JB. Banawiratma SJ (edt), Kristologi dan Allah Tritunggal (Yogyakarta: Kanisius,


1990), h. 97-98
42
Agus Hakim, Perbandingan Agama (Bandung: Diponegoro, 2000), h. 12
43
Bagavad Gita atau nyanyian Tuhan, ada kitab suci hindu yang diperkirakan disusun
pada abad ke-2 SM atau sedikit sebelumnya. Kitab ini adalah kitab yang paling banyak dibaca di
India.Membacanya berarti berkenalan dengan tema-tema pokok pikiran Hindu dan praktek-praktek
kehidupan Hindu.Bagavad Gita memperkenalkan syair Hindu yang indah dan kepada dewa Krisna.
Lihat, Harold H. Titus, Persoalan-Persoalan Filsafat h. 473

12

dapat dipindah, untuk melambangkan mulut dewa yang melahap sajian yang
berada dihadapannya.
Sebelum beribadah, orang Hindu mengawalinya dengan membersihkan
diri dan mengurangi makan atau berpuasa.44 Bentuk ibadah lain yang dilakukan di
dalam Hindu adalah dengan cara mengambil tempat duduk, berjongkok atau
berlutut di depan Tuhan-nya, dengan menyusun sepuluh jari, menyembah dan
mengucapkan kata doa yang biasanya diambil dari ayat-ayat Veda45 dengan cara
merendahkan diri dan menahan nafas sedapat-dapatnya. Sembahyang ini
dilakukan tiga kali dalam sehari diiringi dengan pemberian korban apa saja
(sesaji) untuk ruh-ruh para leluhur.46 Sebab, tanpa korban, ruh-ruh orang mati
akan lenyap, dengan demikian hilanglah kebesaran suatu keluarga selamanya.
Korban atau sesaji adalah makanan untuk nenek moyang, dan Tuhan agni-lah
(dewa api) yang membawanya kepada mereka. Orang yang tidak memberikan
korban dianggap sebagai orang yang meninggalkan kedua ibu bapaknya mati
kelaparan,47 dan pemberian sesajenatau korban biasanya dilakukan oleh kaum
wanita Hindu.48
Sedangkan dalam ajaran Konghucu, terdapat berbagai gambar dan patung
sesembahan di dalam tempat peribadatan mereka yang menunjukkan bahwa
penyembahan atau doa yang dilakukan oleh penganut Konghucu dilakukan
dengan perantara gambar dan patung-patung, yang merepresentasikan Tuhan
langit, Kong Fu Tse, ruh nenek moyang, tokoh sejarah dan para leluhur yang telah
pergi mendahului mereka.49 Penyembahan atas ruh nenek moyang, tokoh sejarah
dan para leluhur yang dilakukan oleh pemeluk agama Konghucu adalah sebuah
bentuk penghormatan dan pelayanan kepada mereka yang berdasar pada ajaran
etik agama tersebut. Dalam ajaran Konghucu, penghormatan dan pelayanan
terhadap orang tua tidak hanya dilakukaan ketika mereka masih hidup, namun
juga setelah mereka meninggal dunia.
Oleh sebab itu, mereka mempersembahkan sesaji atau korban berupa
buah-buahan, lauk pauk, kue, hewan kurban di depan patung-patung mereka.
Mereka juga menggunakan dupa karena memiliki makna harum semerbak, segala
doa, permohonan dan harapan yang keluar dari hati yang tulus kepada Tuhan yang
maha kuasa diringi dengan semerbak dupa. Begitu juga lilin digunakan sebagai
44

Sufaat Mansur, Agama-Agama Besar Masa Kini p. 53


Kata Veda banyak menceritakan tentang kehidupan bangsa Aria, juga berisi doadoa.Kitab ini terdiri dari empat buah. 1. Rig Veda: yang berebicara tentang peristiwa 3000 tahun
SM yang lalu, di mana disebutkan dewanya para dewa yaitu Indra, Agni, Baruna dan Surya. 2.
Yasagur Veda: kitab yang dibaca para pendeta ketika mempersembahkan korban. 3. Sama Veda:
yang berisi lagu-lagu keagamaan untuk sembahyang dan doa. 4. Atthar Veda: berisi kumpulan
mantra untuk menolak sihir, mejik, khurofat, cerita-cerita nenek moyang, dan setan. Lihat,
WAMY, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran p. 418
46
Ahmad Shalabi, Agama-Agama Besar di India p. 29-30, bandingkan dengan, Agus
Hakim, Perbandingan Agama p. 151-152
47
Ahmad Shalabi, Agama-Agama Besar di India... p. 77
48
Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik p. 174
49
Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama p. 526
45

13

penerang jiwa dan batin, dan sebagai pelita dalam menjalani kehidupan.50 Di sisi
lain, dalam beribadah, Konfusius menghadapkan diri pada dewa yang paling besar
atau dewa langit, ia berdoa dalam diam, dan tidak mau memohon nikmat serta
pengampunan Tuhan. Bagi Konfusius, berdoa tidak lebih dari wujud kedisiplinan
masing-masing individu.51
Dalam agama Kristen dua pola besar ibadat. Pertama, ibadat model
liturgis yang sangat tergantung pada serangkaian pola ibadat, atau yang disebut
liturgi, atau yang telah dikuduskan melalui pelaksanaanya dalam jangka waktu
lama. Unsur-unsur pokok ibadat dalam gereja Ortodoks Timur, misalnya,
disesuaikan dengan ibadat pada abad keempat. Kedua, ibadat non-liturgis yaitu
cara yang dipakai oleh sebagian besar gereja-gereja Protestan. Di sini kebebasan
beribadat dalam nyanyian pujian, doa spontan, pembacaan Alkitab dan khotbah.52
Dari segi isinya, doa dalam Kristen juga dibedakan menjadi dua, Pertama, pujisyukur yang dalam bahasa kuno disebut eukharistia yang merupakan tanggapan
manusia atas segala anugerah Tuhan. Kedua, permohonan yang bukan berarti
meminta-minta, namun permohonan yang di dalamnya terdapat pengakuan dan
pernyataan akan kelemahan dan kemiskinan manusia.53 Sembahyang tidak
ditentukan oleh bilangan yang jelas, tetapi dengan konsentrasi pada sembahyang
subuh dan sore. Dalam tradisi Kristen, sembahyang adalah doa-doa tasbih dan
nyanyian-nyanyian.54
Di dalam Islam, seorang muslim diwajibkan mengikuti syarat, tata cara
dan adab berdoa sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah swt sebagai objek dari
doa. Syarat yang paling utama dan urgen adalah ikhlas, mengikuti tuntunan
Rosulullah saw, percaya kepada Allah dan yakin bahwa doanya akan dikabulkan
oleh Allah dan memahami bahwa semua kebaikan dan barokah ada di sisi Allah,
khusyu dan mantap atau bersungguh-sungguh dalam berdoa. 55 Di samping itu,
Al-Quran dan hadist banyak menyebutkan adab dan tata cara berdoa ini, misalnya
dengan cara merendahkan diri dan menggunakan suara yang lembut atau tidak
kasar,56 harus disertai dengan iman dan amal saleh,57 menghindari makanan,
minuman dan pakaian yang diperoleh dari cara-cara yang tidak halal (haram),58
penuh keyakinan dan tidak ragu-ragu, tidak tergesa-gesa agar doa segera
dikabulkan,88 tidak mendoakan yang jelek kepada diri sendiri, keluarga, harta dan

50

Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Agama_Sembahyang (diakses pada hari Kamis,


02/01/2014)
51
Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama p. 523
52
Michael Keene, Agama-Agama Dunia p. 112-113
53
Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik p. 197-198
54
WAMY, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran (Jakarta: Al-Itishom, 2008), p. 397
55
Kholid bin Sulaiman Ar-Robi, Keajaiban Doa, (Solo: Wacana Ilmiah Press, 2006), p.
9-10
56
QS [7] Al-Araaf: 55
57
QS [42] As-Syuura: 25-26
58
QS [23] Al-Mukminuun: 51 dan QS. [2] Al-Baqarah: 172

14

anak-anak walaupun dalam keadaan marah, karena dikhawatirkan Allah


mengabulkan doa yang jelek tersebut.59
Seorang muslim sebelum berdoa dianjurkan berwudhu jika hal tersebut
tidak menyulitkannya, kemudian berdoa dengan cara memuji Allah terlebih
dahulu dan membaca sholawat atas Nabi saw dan mengakhirnya dengan sholawat
juga. Seorang muslim hendaknya berdoa di saat lapang maupun sempit,
merendahkan diri kepada Allah, tidak bosan-bosan berdoa kepada Allah,
bertawasul dengan berbagai wasilah yang disyariatkan,60 mengakui dosa yang
telah dilakukan, tidak memaksakan diri bersajak dalam doa atau tidak berlebihlebihan, mengulang doa sebanyak tiga kali, menghadap kiblat, dan mengangkat
kedua tangan, hendaknya berdoa untuk diri sendiri dahulu jika akan mendoakan
orang lain, berdoa hanya kepada Allah bukan kepada selain-Nya, mendahului doa
dengan perbuatan baik, seperti sholat, sedekah dan lain sebagainya.61
Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa dalam agama-agama memiliki
perbedaan dalam melakukan doa, terutama agama islam, sebagaimana yang
terdapat dalam Al-Quran secara tegas Allah menolak doa oaring-orang kafir
disebabkan doa mereka ditujukan kepada Allah, yang tidak dapat memberikan
manfaat ataupun mudharat.62 Berdoa kepada selain Allah adalah wujud lain dari
praktek kesyirikan dengan konsekuensi dosa besar. Beribadah seharusnya
ditujukan kepada Dzat Yang Maha Hidup, dan bukan kepada benda mati seperti
berhala-berhala atau makluk ciptaan Allah, karena di samping makhluk-makhluk
tersebut tidak wajar disembah, juga pasti ia tidak akan mampu memberi manfaat
dan tidak akan dapat mencegah mudharat, sehingga beribadah kepada apa pun
selain dari pada Allah adalah tidak berguna.63
TOLERANSI DALAM ISLAM
Jika doktrin pluralisme agama harus mengakui kebenaran agama lain,
Islam hanya mengakui Islam yang paling benar disisi Allah (Sesungguhnya al-Din
(yang diterima) disisi Allah adalah Islam). Namun Islam menjunjung tinggi

59

HR. Muslim dan Abu Daud


Tawasul adalah salah satu cara berdoa dan salah satu pintu untuk menghadap Allah,
jadi yang menjadi sasaran atau tujuan asli yang sebenarnya dalam bertawasul- adalah Allah swt.
Sedengkan yang ditawasuli (al-mutawassal bih) hanya sekedar perantara (washitah dan washilah)
untuk taqorrub atau mendekatkan diri kepada Allah.Dengan demikian siapa yang berkeyakinan
selain demikian, maka ia telah menyekutukan Allah. Selain itu, perantara atau wasilah adalah
orang yang dicintai, dan berkeyakinan bahwa Allah juga mencintai orang yang dijadikan wasilah
tersebut, dan tidak meyakini bahwa wasilah dapat memberikan kemudharatan dan manfaat, namun
hanya meyakini bahwa Allah sajalah yang dapat mendatangkan kemudharatan dan manfaat.
61
Kholid bin Sulaiman Ar-Robi, Keajaiban Doa p. 17-25
62
QS. [27] An-Naml: 62 dan QS. [10] Yunus: 106
63
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah vol. 5, p. 525-526
60

15

toleransi. Bahkan toleransi (tasamuh) merupakan karakteristik Islam itu sendiri


sebagai al-Hanifiyah as-Samhah.64
Toleransi Islam tersebut telah terbukti baik secara Nash dan sejarah
peradaban Islam. Secara Nash, Islam tidak memaksa manusia untuk mengikutinya
(al-Baqoroh: 256, Yunus: 99), juga menunjukkan cara-cara beradab dalam
berdakwah (an-Nahl: 124). Bahkan kaum muslimin diharuskan berbuat baik dan
adil kepada seluruh manusia walau kafir sekalipun dengan syarat ia tidak
memerangi Islam (al-Mumtahanah: 8).65
Dalam praktiknya, Nabi berdiri ketika ada jenazah Yahudi yang diusung
sebagai penghormatan atas nama kemanusiaan. Hal tersebut juga diikuti oleh para
shahabat. Umar misalnya, suatu ketika ia melihat seorang Yahudi buta yang
meminta-minta. Umar kemudian mengantarkannya ke Baitul Mal dan menyuruh
shahabat untuk mencukupi kebutuhannya.66
Dalam catatan sejarah Nabi Muhammad telah menyusun aturan antara
Islam dan agama-agama lain, yang belakangan disebut Mitsaq Madinah.
Diantara butir perjanjian itu adalah:
Orang-orang yahudi bani auf adalah satu umat dengan orang-orang mukmin. Bagi
orang-orang yahudi adalah agama mereka dan bagi orang-orang mukmin agama mereka,
termasuk pengikut mereka dan diri mereka sendiri. Hal ini berlaku bagi orang-orang
yahudi selain bani auf.67

Orang-orang non-Muslim68 yang hidup dalam perjanjian itu disebut Ahli


Dzimmah, mereka mendapat hak-hak dan kewajiban seperti ummat Islam kecuali
dalam perkara-perkara tertentu dengan syarat membayar jizyah. Yusuf Qardhawi
64

Diambil dari hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad: (litalama yahd anna f
dnina fushatan inn ursiltu bi-hanfiyya samha), Ahmad bin Hanbal Abu Abdullah as-Syaibani,
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz: 6, (Qohirah: Muassasah Qurtubah), hal. 116; dan juga dari
Bukhori: (ahabbu ad-din ila Allah al-hanifiyah samhah), Abu Abdullah Muhammad Ismail bin
Ibrahim bin al-Mughiroh al-Bukhori, al-Jami as-Shahih al-Musnad min Ahadits ar-Rasul
salallahu alaihi wa sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, Juz: 1, Kitab: al-Iman, Bab: ad-Din
Yusrun, (Beirut: Daar al-Kitab al-Islami), hal. 68
65

Yusuf al-Qardhawi, Ghair al-Muslimin fi al-Mujtama al-Islamiy, (), hal. 4

66

Abu Yusuf Yaqub bin Ibrahim, Kitab al-Kharraj, (Daar Syuruq, Cet. 1, 1405), Tahqiq.
Dr. Ihsan Abbas, hal. 278-279
67

Teks Piagam madinah ini bisa dilihat di: Ibn Hisyam, al sirah al nabawiyyah,
Tahqiq: Musthafa al saqa (mesir :maktabah wa matbaah Musthafa al-babi al-halabi, cet.2 1375),
bag.1, hal. 501
68

Bukan hanya Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani), tetapi Majusi, dan agama-agama
pagan lainnya, juga diperlakukan sama dengan Ahli Kitab untuk membayar Jizyah, hal itu
berdasarkan hadist : Sunnu bihim Sunnata Ahli Kitab, Lih: Malik bin Anas, Muattha,Juz: 2, Bab:
Jizyah Ahli Kitab wa al-Majus, Tahqiq: Muhammad Musthafa al-azhami, (Muassasah Zayid bin
Sulthan Al Nahyan, Cet. 1, 1425) , hal. 395; Jizyah tersebut bukanlah sanksi orang-orang nonMuslim karena tidak mau masuk Islam melainkan karena mereka tidak hak dan kewajiban militer,
dan jizyah tersebut sebagai imbalan atas perlindungan yang mereka peroleh dari Negara Islam.
Jizyah tersebut hanya dibebankan kepada pria yang sehat, namun apabila ia ikut serta dalam
perang bersama ummat Islam, maka ia bebas dari Jizyah.

16

dalam bukunya Ghair al-Muslimin fi al-Mujtama al-Islamiy, menjelaskan bahwa


hak-hak non-Muslim mencakup kepada: hak perlindungan dari serangan musuh,
harta, jiwa, kehormatan hatta jaminan hari tua. Selain itu, mereka juga diberi
kebebasan dalam beragama, dengan rincian sebagai berikut: 69
1) Kebebasan berkeyakinan dan beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing, dan orang-orang Muslim tidak boleh
memaksa mereka masuk Islam.
2) Kebebasan merayakan hari besar keagamaan, kaum Nashrani
misalnya, diberi kebebasan untuk membunyikan lonceng kecuali
waktu-waktu sholat. Mereka juga diizinkan mengusung salib pada
perayaan hari besar mereka. Sebagaimana perlakuan Khalid bin Walid
kepada penduduk Anat.
3) Kebebasan membangun tempat-tempat ibadah dan memperbaiki yang
lama sesuai dengan kebutuhan dan selama tidak berada di kawasan
kota atau desa yang berpenduduk Islam. Bahkan ada sebagian ulama
fiqh yang membolehkan pendirian di daerah Islam tapi dengan syarat
mendapat izin dari pemerintah.
4) Hak untuk mendirikan sistem peradilan khusus atau otonomi untuk
menyelesaikan kasus-kasus khusus mereka (seperti pernikahan, urusan
keluarga dan lain sebagainya) sesuai dengan konsep dan sistem yang
diyakini. (seperti pernikahan, urusan keluarga dan lain sebagainya)
sesuai dengan konsep dan sistem yang diyakini.
Jaminan-jaminan seperti tersebut diatas membuat penyebaran dakwah
Islam mudah diterima. Bahkan ketika pasukan muslimin di bawah kepemimpinan
Abu Ubaidah mencapai lembah Jordan, penduduk Kristen setempat menulis surat
kepadanya agar diperkenankan hidup di bawah naungan pemerintah Islam. Di
Byzantium, rakyat Kristen yang selama berabad-abad tertekan dapat menikmati
betapa agungnya toleransi Islam. Di Yerusalem, Umar bin Khattab berhasil
menaklukannya tanpa ada kekerasan dan memberi jaminan perlindungan orangorang Kristen dari orang-orang Yahudi.70

69

Yusuf al-Qardhawi, Ghair al-Muslimin fi al-Mujtama al-Islamiy, hal. 8-11;


bandingkan dengan: Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama; Tinjauan Kritis, hal. 256-257
70

Muhammad bin Jarir at-Thabari Abu Jafar, Tarikh al-Umam wa al-Mulk, Juz: 2,
(Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiyah, Cet. 1, 1407 H), hal. 449

17

Di spanyol, ketika Islam masuk, banyak orang-orang tertindas yang


terangkat martabatnya. Dengan argumen dan toleransi Islam banyak orang-orang
spanyol yang masuk Islam, orang-orang Kristen hidup berdampingan dengan
Muslim, namun ketika kekuasaan Islam berakhir, orang-orang Kristen yang
masuk Islam diperlakukan secara biadab (1487) oleh pasukan ferdinand dan
Isabella. Pada tahun terakhir 1610 orang-orang Islam dari bangsa Moor diusir
dengan biadab, bahkan dirazia untuk diinkuisisi.
Menurut Qardhawi, tradisi toleransi Islam terhadap orang-orang nonMuslim merupakan sebuah realitas yang dapat ditelusuri melalui Nash wahyu; alQuran dan Hadist, dan sejarah peradaban yang ditorehkan para khulafa rasyidin,
kemudian umawiyah, Abbasiyah, Utsmaniyyin, dan kerajaan-kerajaan Islam
lainnya; yang di dalam daar Islam, terdapat Masjid-masjid, Gereja-gereja,
sinagog; yang di dalamnya dapat terdengar suara adzan dan suara lonceng gereja.
Orang-orang non-Muslim minoritas dengan jaminan perlindungan dan keamanan
dan diberi kebebasan untuk mengamalkan ritual keagmaan mereka.71
Hal tersebut dilandasi oleh ajaran Islam sebagai agama yang haqq, yang
memandang manusia sebagai manusia, dan mengembalikan segala urusan kepada
Allah dan rasul-Nya. Jadi dapat dikatakan bahwa toleransi dalam Islam; diatur
dalam pandangan hidup Islam itu sendiri, dengan tetap meyakini bahwa Islam
adalah yang haqq, namun juga diperintahkan untuk mengasihi sesama manusia.
Toleransi Islam dapat diibaratkan seperti pohon yang akarnya tetap namun
rantingnya memberi rahmat kepada semua manusia. (tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon
yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu
memberikan buahnya pada tiap musim dengan izin tuhannya.)72
Maka benarlah apa kata Hikmat bin Basyir bin yasin bahwa toleransi Islam
(tasamuh) lebih dari sekedar toleransi atau kemauan untuk menerima
ketidaksepakatan yang genuine tapi ia merupakan ihsan (kebaikan) kepada orang
lain yang membawa kecintaan kepada seseorang yang diberikan kepadanya
kebaikan, dalam artian bahwa toleransi mengarahkan kita pada kecintaan,
keharmonisan, serta menjauhkan kita dari kekerasan dan alienasi73.

71

Yusuf al-Qardhawi, Ghair al-Muslimin fi al-Mujtama al-Islamiy, hal. 65

72

Q. S: Ibrahim: 24

73

Hikmat bin Basyir bin yasin, Samahatu al-Islam fi at-Taamul maa Ghair al-Muslimin,
(Kulliyat al-Quran wa ad-Dirasat al-Islamiyah: al-Jamiah al-Islamiyah, al-Madinah alMunawwarah), hal. 2

18

Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pertama: paham
pluralisme agama tidak bisa bisa diartikan sebagai toleransi dalam beragama atau
saling menghormati. Selain itu dalam pluralisme agama baik itu dalam global
teologi maupun kesatuan transenden agama-agama karena bertujuan untuk
merelatifkan kebenaran agama-agama, sehingga paham ini memandang bahwa
semua agama adalah sama.
Kedua: islam tidak menganut paham pluralisme agama, akan tetapi
menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, baik ketika umat islam sebagai minoritas
maupun sebagai mayoritas. Karena dalam hadist maupun dalam sejarah peradaban
Islam, umat islam sudah menjalankan kehidupan damai antar pemeluk agama.

Referensi
Berbahasan Indonesia
Lumintang, Stevri, Teologi Abu-Abu Pluralisme Iman. (Malang . YPPII. Cet.
Pertama. 2002).
19

Husaini, Adian, Pluralisme Agama Musuh Agama-Agama, Pandangan Katolik,


Protestan, Hindu, dan Islam terhadap paham Pluralisme Agama, (Dewan
Dawah Islamiyah Indonesia, 2010).
Pusat Studi Pancasila UGM, Prosiding Kongres Pancasila IV Strategi
Pelembagaan Nilai-Nilai Pancasila dalam Menegakkan Konstitusionalitas
Indonesia, (Yogyakarta: 31 Mei-01 Juni 2012).
Yaqin, Ainul, Klarifikasi Menolak Liberalisme Islam Catatan atas Berbagai
Wacana dan Isu Kontemporer, (Surabaya: Majelis Ulama Indonesia
provinsi Jawa TImur, Cet. 1, April, 2012)
Madrasuta, Ngakan Made (ed). Semua Agama Tidak Sama. (Media Hindu, 2006),
p. xxx. Dalam makalah Adian Husaini. Pluralisme Agama Musuh AgamaAgama (Pandangan Katolik, protestan, Hindu, Dan Islam Terhadap
Paham Pluralisme Agama). Adabiy Press. 2012
Hornby, A.S, Oxford Advanced Learners Dictionary of Corrent English,
(London: Oxford University Press, , Cet. 11, 1983)
Husaini, Adian, Wajah Peradaban Barat Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi
Sekuler-Liberal, (Jakarta: Gema Insani, 2005)
Efendi,

Djohan,

Merayakan

Kebebasan

Beragama,

(Jakarta:

Indonesia

Conference on Religion and Peace, Cet. Ke I, November, 2009)


Subhan, Imam, Wacana pluralisme di Yogya, (Yogyakarta: Kanisius, Cet. Ke V,
2011)
Groenon, C. , Sejarah Dogma Kristologi Perkembangan Pemikiran Tentang Yesus
Kristus Pada Umat Kristen (Yogyakarta: KaNisius, 1988)
Perry, Marvin, Western Civilization: A Brief History (New York: Houghton
Mifflin Company, 1997)
Husaini, Adian, Pluralisme dan Persoalan Teolog Kristen, dalam Buku Adnin
Armas, Pluralisme Agama Telaan Kritis Cendikiawan Muslim, (Jakarta:
INSISTS, 1434 M)
Thoha, Anis Malik, Tren Pluralisme Agama Tinjauan Kritis, (Jakarta: Perspektif
Kelompok Gema Insani, Cet. III, Agustus 2007)
Husaini, Adian, Waajah Peradaban Barat, Dari Hegemoni Kristen Ke Dominasi
Sekuler-Liberal, (Jakarta: Cet. 1, Gema Insani Press, 2005)

20

Zarkasy, Hamid Fahmi, Liberalisasi Pemikiran Islam, (Jawa Timur, Center for
Islamic and Occidental Studies, Cet. II, Maret, 2010)
Samples, Kenneth R., The Callange of Religious Pluralism dalam The Christian
Research, Summer 1990.
Ujan , Andre Ata dkk, Multikultural Belajar Hidup Bersama Dalam Perbedaan,
(Jakarta Utara: PT Indeks, Cet. II, 2009)
Muchtar, Rusdi, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia 1, (Jakarta: Balai
Penelitian dan pengembangan Agama Jakarta, Cet. 1, September, 2009)
Hefner, Robert W., Politik Multikulturalisme Menggugat Realitas Kebangsaan,
(Yograkarta: Kanisius, 2007)
Husaini , Adian, Wajah Peradaban Barat dari Hegemoni Kristen Ke Dominasi
Sekuler-Liberal, (Jakarta: Gema Insani Press, Cet. I, 2005)
Zarkasy ,Hamid Fahmi, Liberalisasi pemikiran Islam, Gerakan Bersama
Missionaris Orientaslis dan Kolonialis, (Ponorogo: Center for Islamic and
Occidental Studies, Cet. II, Maret, 2010)
Hidayat, Komaruddin dkk. Agama Masa Depan Perspektif Filsafat Perennial,
(Jakarta: Gramedia Pustaka, Maret, 2003)
Muammar, Khalif , Islam dan Pluralisme Agama, (Malaysia: Center for Advance
Studies on Islam Science and Civilisation, Februari, 2013)
Hasib, Kholil,

Kritik dan Konsep Abrahamic Faith dalam Studi Agama,

(Ponorogo: Center for Islamic and Occindental Studies, 2010)


Hafidhuddin, Didin ,Ketika Umat Islam Mayoritas, Koran Republikaonline, Edisi:
Minggu 02 Juni, 2013, 06:40 WIB.
Yudoyono , Susilo Bambang, Majalah Tempo Gereja di Indonesia Lebih Banyak
dari Jerman Edisi Mei 2013, 14:42 WIB.
Mahmuddin

Syamsul , Doa Bersama Lintas Agama. http://www. forum

keadilan. co.id/ hukum. php ? tid =261. 21.10.2012.12.48 pm

Internet
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/12/25/mfl8g0-ipw-nilaipengamanan-natal-terlalu-berlebihan

21

lihat: Ahka>mul Fuqaha>, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam: Keputusan


Muktamar, Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2004), (Lajnah Talif
wan-Nasyr, NU Jatim, cet.ke-3, 2007), hal. 532-534
http: //www.mui.or.id/ index.php?option= com_content & view=
article&id=96:doa-bersama & catid=25: fatwa-majelis- ulama- Indonesia.
14.02.2013. 10.08 AM

22

Anda mungkin juga menyukai