Anda di halaman 1dari 1

BERPUASA TAPI MENINGALKAN SHOLAT, BOLEHKAH?

Di Bulan Ramadhan ini kita sangat bersyukur karena dikaruniai oleh Allah kesempatan untuk
melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya. Kita bisa puasa, sahur, tarawih, sholat lima waktu
memberi makan berbuka dan lain sebagainya.

Namun, ada juga yang belum diberikan nikmat demikian. Seperti seseorang yang berpuasa tapi tidak
meninggalkan sholat, atau ia sholat namun hanya sebagian waktu saja.

Bagaimana dengan yang seperti itu?

Barangsiapa berpuasa tapi meninggalkan shalat, berarti ia meninggalkan rukun terpenting dari
rukun-rukun Islam setelah tauhid. Puasanya sama sekali tidak bermanfaat baginya, selama ia
meninggalkan shalat. Sebab shalat adalah tiang agama, di atasnyalah agama tegak. Dan orang yang
meninggalkan shalat sama seperti meruntuhkan tiang agamanya. Bahkan mendapatkan ancaman
kekufuran dari Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.

Buraidah bin Al Hushoib Al Aslamiy berkata,”Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

َّ ‫ْال َع ْه ُد الَّذِى بَ ْي َننَا َوبَ ْي َن ُه ُم ال‬


‫صالَة ُ فَ َم ْن ت َ َر َك َها فَقَ ْد َك َف َر‬
“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka
dia telah kafir.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah. ) Adz-Dzahabi menshahihkannya.

Jabir meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda:“(Batas) antara seseorang dengan kekafiran adalah
meninggalkan shalat.” (HR. Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Tentang keputusan-Nya terhadap orang-orang kafir, Allah SWT berfirman: “Dan Kami hadapi segala
amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (Al-
Furqaan: 23).

Berbagai amal kebajikan yang mereka lakukan dengan tidak karena Allah SWT, niscaya Kami hapus
pahalanya, bahkan Kami menjadikannya sebagai debu yang beterbangan. Demikian halnya dengan
meninggalkan shalat 5 Waktu atau mengakhirkan shalat dari waktunya. Perbuatan tersebut
merupakan maksiat dan dikenai ancaman yang keras. Allah SWT berfirman:”Maka kecelakaanlah
bagi orang-orang yang shalat, yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (Al-Maa’un: 4-5).

Mereka lalai dari shalat sehingga waktunya berlalu. Kalau Nabi SAW tidak mengizinkan shalat di
rumah kepada orang buta yang tidak mendapatkan orang yang menuntunnya ke masjid, bagaimana
pula dengan orang yang pandangannya tajam dan sehat yang tidak memiliki udzur?

Berpuasa tetapi dengan meninggalkan shalat atau tidak berjamaah merupakan pertanda yang jelas
bahwa ia tidak berpuasa karena mentaati perintah Tuhannya. Jika tidak demikian, kenapa ia
meninggalkan kewajiban yang utama (shalat)? Padahal kewajiban-kewajiban itu merupakan satu
rangkaian utuh yang tidak terpisah-pisah, bagian yang satu menguatkan bagian yang lain.

Anda mungkin juga menyukai