Anda di halaman 1dari 17

ttg isu pluralisme, HAM, civil society dalam studi islam

PLURALISME

1.Pengertian Pluralisme

Secara etimologi pluralisme berasal dari kata "jamak" (inggris) yang berarti lebih darisatu atau banyak
dan tentang dengan keanekaragaman dan “ isme”

Yang Berarti paham. Dengan demikian pluralisme berarti paham kemajemukan.Ada doa perspektif
dalam mengerti pluralisme. Anti jamak menganggap pluralisme sebagai menyamakan semua agama
(sinkretik). Sedangkan orang yang pro dengan pluralisme memaknai pluralisme sebagai menghargai
antar umat beragama, tidakmenghakimi agama lain, serta tidak merasa Agamanya pagar benar.Wacana
tentang pluralisme masih begitu penting karena masih terkait dengan hal penting dan sensitif yaitu
masalah teologis. tidak semua umat beragama perubahan mengatakanada kebenaran lain di luar
agamanya.2. sikap dan pemahaman Umat Islam melawan Pluralismehubungan sosial antara umat
manusia membuka doa pilihan yaitu harmoni ataukonflik. Harmoni bangunan ketika masing-masing
berusaha untuk saling memahami, salingtoleransi dan menghilangkan berbagai artikel negatif terhadap
orang lain. Dengan caratersebut, akan pencipta suatu kehidupan yang rukun, nyaman, tentram dan
penuh hal.sebaliknya, konflik terjadi ketika masing-masing pesta memegang dengan teguh
kebenaranyang diyakininya. melihat pesta lain sebagai lawan yang harus dikuasai dan ditundukkan.sikap
itu yang merupakan penyebab suatu konflik yang tidak dapat dihindari. Perbenturankepentingan,
keinginan yang menguasai dan Sikap arogan menjadi Sebab lahirdan berkembangnya sebuah kon
flikpluralisme.pemahaman masyarakat terhadap pluralisme sangat beragam, di adalah ada yang
berkonotasi positif, netral, dan negatif. Mereka yang memaknai secara negatif melihat pluralisme
sebagai konsep yang sarat kepentingan ideologi, imperialis, bahkan teologis.sikap kecurigaan dan
memusuhi terhadap pluralisme menjadi bahan diutarakan secara kehebatanmerupakan bentuk
interpretasi negatif atas konsep ini. dalam pandangan mereka yangarti pluralisme secara negatif, dinilai
sama dengan relativisme yaitu pandangan yangmelihat tidak ada kebenaran yang mutlak atas sebuah
agama. masing-masing agama memilikikebenaran yang bisa berubah setiap saat, jadi kebenaran yang
ada dalam setiap agama3

relatif silemaknya. Dengan pandangan ini ,maka pluralismedinilai sebagai hal yangmembahayakan
aqidah. Padahal makna pluralisme sedang sama dengan relativisme. setiapagama memiliki doa

Nurcholis Madjid, mengemukakan definisi pluralisme agama adalah


bahwa semua agama adalah jalan kebenaran menuju Tuhan. Dalam konteks ini,

Madjid menyatakan bahwa keragaman agama tidak hanya sekedar realitas sosial,

tetapi keragaman agama justru menunjukan bahwa kebenaran memang beragam.

Pluralisme agama tidak hanya dipandang sebagai fakta sosial yang fragmentatif,

tetapi harus diyakini bahwa begitulah faktanya mengenai kebenaran. Senada

dengan Madjid, Hick, berpendapat bahwa pluralisme agama merupakan sebuah

gagasan yang mengajarkan bahwa Tuhan sebagai pusat, dikelilingi oleh sejumlah

agama. Setiap komunitas mendekati Tuhan dengan cara masing-masing.

Konsepsi nasr tentang islam pluralis, juga didasarkan pada pemahaman bahwa

pada dasarnya setiap agama terstrukturisasi dari dua hal, yakni perumusan iman

dan pengalaman iman.

Menurut Diana L. Eck, pluralisme itu bukanlah sebuah paham bahwa

agama itu semua sama. Menurutnya bahwa agama-agama itu tetap berbeda pada

dataran simbol, namun pada dataran substansi memang stara. Jadi yang

membedakan agama-agama hanyalah (jalan) atau syariat. Sedangkan secara

substansial semuanya setara untuk menuju pada kebenaran yang transendental


itu.9Pluralismeadalah upaya membangun kesadaran masyarakat (manusia) yang

bersifat teologis dan kesadaran sosial. Oleh karena itu, pluralisme pada nantinya

diharapkan dapat memberikan implikasi pada kesadaran bahwa manusia hidup ditengah masyarakat
yang plural dari segi agama, budaya, etnis, dan berbagai

keragaman sosial lainnya.Dalam konsep teologis, pluralisme adalah pandangan filosofis yang tidak

mereduksikan segala sesuatu pada satu prinsip terakhir, melainkan menerima

adanya keragaman baik dalam bidang kultural, politik dan religious.11 Sedangkan

dalam konsep sosiologis, pluralis adalah suatu sistem yang mengakui koeksistensi

keragaman kelompok, baik yang bercorak aspek perbedaan yang sangat

karakteristik di antara kelompok-kelompok tersebut.12

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia memberikan definisi bahwa Pluralisme berasal dari kata plural yang

berarti jamak atau lebih dari satu (banyak). Pluralisme adalah hal yang mengatakan

jamak atau tidak satu; kebudayaan: berbagai kebudayaan yang berbeda-beda di

suatu masyarakat.13

Konsep Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Islam


HAM merupakan hak yang secara alamiah diperoleh seseorang sejak lahir,

karena itu HAM sejalan dengan ftrah manusia itu sendiri. HAM pada hakikatnya

merupakan anugrah Allah kepada semua manusia.

Menurut Syari‟ah, manusia adalah makhluk bebas yang mempunyai tugas dan

tanggung jawab, dan karenanya ia juga mempunyai hak dan kebebasan. Dasarnya

adalah keadilan yang ditagakkan atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa pandang

bulu. Artinya, tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan,

sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud tanpa adanya tanggung jawab

itu sendiri.2Pada dasarnya HAM dalam Islam terpusat pada lima hal pokok yang

terangkum dalam al-dloruriyat al-khomsah atau yang disebut juga al-huquq alinsaniyah fi al-Islam (hak-
hak asasi manusia dalam Islam). Konsep ini mengandung

lima hal pokok yang harus dijaga oleh setiap individu, yaitu: 4

1. Hifdzu al-nafs wa al-ird atau Hak Untuk Hidup (Al-Quran surat AL-An‟am :

151)

2. Hifdzu al-„aql atau Hak Persamaan Derajat (Al-Quran surat AL-Hujurat : 13)

3. Hifdzu al-nasl atau Hak memperoleh keadilan (Al-Quran surat al-Maidah : 2)


4. Hifdzu al mal atau Hak Perlindungan harta/Milik (Al-quran surat AL-Baqarah

: 188)

5. Hifdzu al-din atau Hak Kebebasan Beragama (Al-quran surat AL-Baqarah :

256, dan surah Yunus : 99).

Dan masih banyak lagi ayat-ayat al-Quran yang mengisyaratkan hak asasi

manusia yang dihormati secara universal. Kelima dharurat ini yang menjadi tiang

kehidupan manusia. Tidak akan hidup baik kehidupan manusia kecuali dengan

menjaga lima perkara ini. Bahkan kelima hal ini adalah HAM yang dijamin syariat

Islam. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam pernah bersabda yang

Artinya:

“Seorang Muslim adalah saudara muslim lainnya. Jangan

menzhaliminya dan jangan menyerahkannya. Siapa yang membantu

kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya dan siapa

yang menyelamatkan seorang muslim dari satu bencana maka Allah akan

selamatkan dari satu bencana di hari kiamat. Siapa yang menutupi aib seorang

muslim maka Allah akan tutupi aibnya dihari kiamat.” (HR al- Bukhori).
Demikian juga dalam haji Wada‟ Nabi shallallahu „alaihi wasallam pernah

berkhuthbah yang isinya:

“Wahai Manusia hari apakah ini? Mereka menjawab: hari suci. Beliau

bertanya lagi: Dinegeri apakah ini? Mereka menjawab : Negeri suci (tanah

suci). Beliau tanya: Pada bulan apa ini? Mereka menjawab: Bulan suci. Lalu

beliau bersabda: Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian haram

seperti sucinya hari kalian ini dinegeri kalian ini dan dibulan kalian ini. Beliau

ulang beberapa kali.” (HR al- Bukhori).

Secara historis, prinsip-prinsip HAM sudah diaplikasikan oleh nabi

Muhammad saw. Pada masa awal kepemimpinan beliau di madinah.

Prinsip-prinsip penghormatan terhadap HAM, seperti yang menyangkut keadilan, persamaan derajat,
kebebasan beragama dan lainnya tanpa diskriminasi atas

dasar ras, warna kulit, jenis kelamin dan agama dapat dijumpai terutama pada ayatayat Makiyah (yang
turun selama periode Mekah), Kemudian dalam perjalanan .

peradaban Islam, para ulama dan sarjana muslim mengembangkan konsep-konsep

rasional baik dalam masalah hukum, (yang lazim disebut fiqih) atau teologia (yang
sering disebut ilmu kalam), dan disitu mulai terlihat adanya banyak perbedaan

persepsi dalam menyikapi HAM di kalangan ulama dan sarjana Islam dan hal ini

berlangsung sampai sekarang, ditambah lagi dengan gencarnya Revivalisme Islam

dalam dekade terakhir ini. Semangat Revivalisme Islam juga menyentuh tentang

HAM. Konsep HAM yang universal ditolak karena dianggap mengandung Bias

kepentingan Barat, sebaliknya kemudian diajukan prinsip HAM dalam prinsip Islam

dan Formulasi paling modern dari HAM versi Islam ini adalah “Al-Bayan alalami‟an huquq al insan fil
islam”.

Untuk masalah yang menyangkut penerapan HAM dalam Plurarisme agama.

Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad saw memberikan bimbingan dan teladan

implementasinya kepada para pengikutnya, mulai dari kehidupan berkeluarga hingga

Umi Sumbulah, Islam Radikal dan Pluralisme Agama (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian
kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan pemerintahan atau negara yang pertama

kali didirikan oleh Nabi Muhammad dan pengikutnya di madinah adalah sebuah

negara dengan keragaman Agama dan suku.


Islam adalah agama yang universal dan komprehensif yang melingkupi

beberapa konsep. Konsep yang dimaksud yaitu aqidah, ibadah, dan muamalat yang
masing-masing memuat ajaran keimanan. Aqidah, ibadah dan muamalat, di samping

mengandung ajaran keimanan, juga mencakup dimensi ajaran agama Islam yang

dilandasi oleh ketentuan-ketentuan berupa syariat atau fikih.8

Selanjutnya, di dalam Islam, menurut Abu A'Ala Al-Maududi, ada dua

konsep tentang Hak. Pertama, Hak manusia atau huquq al-insān al-dharuriyyah.

Kedua, Hak Allah atau huquq Allah. Kedua jenis hak tersebut tidak bisa dipisahkan.

Dan hal inilah yang membedakan antara konsep HAM menurut Islam dan HAM

menurut perspektif Barat. 9

Pengertian Civil Society

Menurut AS. Hikam, ada empat pemikiran mengenai konsep Civil

Society.7 Pertama, Civil Society dipandang sebagai sistem kenegaraan;

Kedua, menempatkan Civil Society sebagai antitesa dari negara. Ketiga,

menempatkan Civil Society sebagai elemen ideologi dari kelas

dominan, dan pemikiran yang keempat, menempatkan Civil Society

sebagai kekuatan penyeimbang terhadap kekuatan negara.

Pendefinisian Civil Society sangat bergantung pada kondisi sosiokultur suatu bangsa, karena konsep
tersebut merupakan terma yang
terlahir dari sejarah pergulatan bangsa Eropa.8

Mengutip pemikiran Zbigniew Rau dengan background kajiannya

Eropa Timur dan Uni Soviet, menerjemahkan masyarakat madani

adalah suatu masyarakat yang berkembang dari sejarah, yang

mengandalkan ruang dimana individu dan perkumpulan tempat

mereka bergabung, bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-nilai

yang mereka yakini. Sedangkan menurut Kim Sunhyuk mengatakan

yang dimaksud masyarakat madani adalah satu satuan yang terdiri

dari kelompok-kelompok secara mandiri menghimpun dirinya dan

gerakan-gerakan dalam masyarakat yang secara relatif otonom dari


negara.9 Sedangkan dalam konteks piagam madinah menyiratka

pertama, semua ummat adalah Ummatan Wahidah meskipun mereka

berbeda suku. Kedua, hubungan dengan komunitas muslim dengan

non-muslim di dasarkan prinsip-prinsip kesetaraan. Yang dimaksud

prinsip-prinsip kesetaraan ini adalah berinteraksi baik dengan

tetangga, saling bekerjasama dalam menghadapi musuh yang


mengancam Negara, membela mera yang teraniaya dan

memnghormati kebebasan beragama yang dianut oleh masingmasing.10

Konsep Civil Society atau masyarakat madani menunjukkan bahwa

masyarakat yang ideal adalah kelompok masyarakat yang memiliki

peradaban maju. Lebih lanjut, konsep ini mengindikasikan adanya

sistem sosial yang subur berasaskan prinsip moral dan menjamin

keseimbangan antara kebebasan perorangan dan kestabilan

masyarakat. Masyarakat madani secara sepintas merupakan format

kehidupan alternatif yang mengedepankan semangat demokrasi dan

menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Hal ini diberlakukan

ketika negara sebagai penguasa dan pemerintah tidak bisa

menegakkan demokrasi dan hak-hak asasi manusia dalam

menjalankan pemerintahan. Dari sini, konsep masyarakat madani

menjadi alternatif pemecahan, dengan pemberdayaan dan penguatan

daya kontrol masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah

yang pada akhirnya terwujud kekuatan sipil yang mampu


merealisasikan dan menegakkan konsep hidup yang demokratis dan

menghargai hak-hak asasi manusia.

Sejarah Civil Society

Munculnya wacana Civil Society bermula dari sejarah pergulatan di

Eropa, oleh sebab itu sebagian besar tokoh konsep ini adalah orangorang Eropa, seperti Cicero, Antonio
Gramsci, dan de’Tocqueville. Jika

diruntut, awal mula konsep Civil Society sebenarnya telah ada sejak

masa Aristoteles dengan istilah koinonia politike.

11 Selanjutnya, pada tahun 1767 Adam Ferguson mengembangkan konsep ini dengan

mengambil konteks sosio-kultural dan politik Skotlandia. Hingga

perkembangan-perkembangan lanjut yang dilakukan oleh sejumlah

tokoh-tokoh Eropa, diantaranya Thomas Paine yang menggunakan

istilah Civil Society sebagai kelompok masyarakat yang memiliki posisi

secara diametral dengan negara, bahkan dianggap sebagai antitesis

dari negara.

G.W.F. Hegel (1770-1831) mengatakan bahwa struktur sosial terbagi


atas 3 entitas, yakni keluarga, Civil Society, dan negara. Keluarga

merupakan ruang sosialisasi pribadi sebagai anggota masyarakat yang

bercirikan keharmonisan. Civil Society merupakan lokasi atau tempat

berlangsungnya percaturan berbagai kepentingan pribadi dan

golongan terutama kepentingan ekonomi. Sementara negara

merupakan representasi ide universal yang bertugas melindungi

kepentingan politik warganya dan berhak penuh untuk intervensi

terhadap masyarakat.12

Konsep Civil Society atau masyarakat madani yang pernah

dibangun Nabi Muhammad SAW berhasil memberlakukan nilai-nilai

keadilan, prinsip kesetaraan hukum, jaminan kesejahteraan bagi

semua warga, serta perlindungan terhadap kelompok minoritas. Dari

pemikiran itu, para pemikir Muslim menganggap masyarakat

Madinah sebagai prototipe masyarakat ideal dari produk Islam yang

memungkinkan untuk disandingkan dengan masyarakat ideal dalam


konsep Civil Society.
Pemakaian istilah “masyarakat madani” lebih populer digunakan

dalam menerjemahkan istilah Civil Society di Indonesia. Oleh sebab itu,

dalam menjelaskan beberapa karakteristik wacana ini, menggunakan

karakteristik masyarakat madani. Dalam mewujudkan wacana

masyarakat madani, perlu mengetahui prasyarat-prasyarat yang tidak

bisa dipisahkan. Karakteristik masyarakat madani adalah:13

a. Free Public Sphere adalah adanya ruang publik bebas sebagai sarana

dalam mengemukakan pendapat.

b. Demokratis adalah entitas yang menjadi penegak wacana

masyarakat madani.

c. Toleran menunjukkan sikap saling menghargai dan menghormati

aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.

d. Pluralisme adalah sebuah prasyarat penegakan masyarakat

madani, maka pluralisme harus dipahami secara mendalam dengan

menciptakan tatanan kehidupan yang menghargai dan menerima


kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari-hari.

e. Keadilan sosial dimaksudkan untuk menyebutkan keseimbangan

dan pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban

setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Hal

ini memungkinkan tidak adanya monopoli dan pemusatan salah

satu aspek kehidupan pada satu kelompok masyarakat.

Dalam penegakan kehidupan masyarakat madani, perlu adanya

penegak masyarakat yang mertugas sebagai pengontrol dan

pengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif.

Prasyarat tersebut menjadi mutlak bagi terwujudnya kekuatan

masyarakat madani. Di antara institusi-institusi yang berperan sebagai

social controls antara lain LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), pers,

supremasi hukum, perguruan tinggi, dan partai politik. Civil Society dan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan nasional dalam jangka waktu yang panjang

harus menghasilkan sumber daya manusia yang mempunyai

wawasan dan perilaku yang beradab.14 Oleh sebab itu, konsep Civil
Society diprioritaskan dalam perspektif pendidikan yang juga menjadi

tujuan pendidikan nasional. Seluruh elemen atau unsur masyarakat

memiliki rasa tanggung jawab kesadaran dan partisipasi yang tinggi

untuk merealisasikan hal-hal tersebut dalam realitas kehidupan baik

perorangan maupun kolektif, antara lain menciptakan keamanan,

kedamaian dan ketertiban bersama di dalam lingkungan sekitar serta

upaya-upaya lain yang bersifat strategis, baik jangka pendek maupun

untuk jangka panjang bagi terwujudnya kemaslahatan dan

kesejahteraan masyarakat dan bangsa, misalnya mengerjakan atau

memberikan pendidikan etik, moral dan agama bagi generasi muda

bangsa dalam persiapannya menuju masa depan yang kuat dan

mandiri.

Konsep dasar pembaharuan pendidikan harus didasarkan pada

asumsi-asumsi dasar tentang manusia menurut ajaran Islam, filsafat

dan teori pendidikan Islam yang dijabarkan dan dikembangkan

berdasarkan asumsi-asumsi tentang manusia dan lingkungannya.


Atau dengan kata lain pembaharuan pendidikan Islam adalah filsafat

dan teori pendidikan Islam yang sesuai dengan ajaran Islam, dan

untuk lingkungan (sosial- kultural) yang dalam hal ini adalah

masyarakat madani. Konsep dasar pendidikan Islam supaya relevan

dengan kepentingan umat Islam dan relevan dengan disain

masyarakat madani. Maka penerapan konsep dasar filsafat dan teori

pendidikan harus memperhatikan konteks supra sistem bagi

kepentingan komunitas "masyarakat madani" yang dicita-citakan

bangsa ini.

Reprensi:

7Abdullah Idi dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Tiara

Wacana, 2006), hlm. 144.

8Dede Rosyada et.al., Pendidikan Kewargaan, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan

Ma

Amir Syarifuddin, Pengertian dan Sumber Hukum Islam dalam Ismail Muhammad Syah, dkk.
Filsafat Hukum Islam (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 25-26, 2010), 48-51.

mesin,

Islam dinamis Islam Harmoni. lokalitas, Pluralisme, Terorisme

. (Jakarta: Lki Pencetakan Cemerlang, 2011).

Ali usman,

Menegakkan Pluralisme: Fundamentalisme Konservatif di Tubuh Muhammadiyah

. (Jakarta:LSAF, 2008).

Anda mungkin juga menyukai