Anda di halaman 1dari 17

PARADOKS AGAMA DAN KERUMITAN DUNIA

Nama Penulis : Izza Auliya Mukhlisin (11221110000067)


Dosen Pengampu : Hamdani M.Ag.,Ph.D.
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022
Pendahuluan
Setiap kita mendengar kata sosial pasti pikiran kita akan menuju kata agama. Hal ini tentu sangat
wajar karena dalam kehidupan sosial, agama menjadi topik yang penting dan akan berhubungan
dengan topik yang lain. Jika kita membicarakan politik pasti akan mengaitkannya dengan agama, jika
kita memberbicara ekonomi pasti akan mengaitkan agama, jika kita membicarakan budaya pasti
akan mengaitkan dengan agama, dan yang paling sering dikaitkan dengan agama adalah budaya.
Agama dan budaya tidak akan pernah terpisahkan karena keduanya akan menentukan perilaku dan
cara pandang manusia dengan dasar perintah tuhan.

Nyaris seluruh manusia yang ada di dunia ini memiliki agama. Agama ialah salah satu kebutuhan
manusia yang paling dasar, sebab agama adalah sebuah fasilitas manusia dalam membela diri
terhadap seluruh kekacauan kehidupan manusia. Namun di sisi lain banyak ditemui dalam catatan
sejarah, konflik yang terjalin akibat keangkuhan manusia yang bawa agama selaku kepentingan
nafsunya.

Setiap orang mungkin memiliki cara pandang berbeda tentang agama. Agama menurut sebagian
orang bisa saja menjadi penyelamat bagi mereka, tetapi menurut sebagian orang lainnya agama bisa
saja menjadi sumber masalah dari kehidupan. semua agama memang mengajarkan umatnya
kebaikan, agama mengajarkan kita bagaimana berperilaku dan berakhlak baik, jika hal tersebut
dapat berjalan dengan baik maka kedamaian mungkin terjadi. Tetapi kenyataannya tidak demikian,
belum lama ini warga dunia menyaksikan bagaimana agama menjadi sumber permasalahan ataupun
konflik yang cukup memprihatinkan. Bermacam peristiwa di dunia ini menampilkan kebencian,
perbedaan agama adalah penyebabnya.

Rasisme, teroris kelompok agama, mayoritas dan minoritas, dan yang lain-lain adalah contoh konflik
agama. Jika dilihat secara mendalam terjadi konflik agama tersebut yang muncul di masyarakat
berawal dari ulah masyarakat itu sendiri. Konflik agama bermula dari sebuah kritik yang bersifat
radikal dari suatu penganut agama dan di lemparkan kepada penganut agama yang lain. Dalam
beberapa kasus, agama yang dikritik bisa membalasnya dengan kepala dingin dan berlapang dada
tetapi tidak semua konflik bisa selesai begitu saja. Banyak konflik yang akan sulit di selesaikan dan
mungkin bisa saja menimbulkan masalah yang baru, Contohnya adalah peperangan yang ada di
Palestina.

Seperti yang saya telah katakan diatas selain menjadi sumber konflik agama juga bisa saja menjadi
sumber perdamaian. Secara historis agama lahir dalam keadaan manusia penuh dosa, kemudian
agama hadir untuk mengubah dan mendorong perubahan dari kehancuran menjadi keharmonisan.
Perdamaian dapat terwujud apabila Manusia dapat mendengar pesan pesan tuhan dan
mempelajarinya. Selain itu manusia juga bisa menjadikan pedoman kehidupan manusia. Sebenarnya
agama tidak hanya mengajarkan perbuatan baik dan larangan, agama juga mengajarkan kegiatan
kita sehari-hari pula contohnya adalah Islam yang mengajarkan kita tentang pembagian warisan atau
ajaran tentang perdagangan dan investasi.

Dari pandangan agama sebagai sumber perdamaian, sebuah perbedaan adalah cara Tuhan
memberikan pelajaran kepada manusia untuk saling menghargai dan menghormati antara sesama
manusia agar terwujudnya perdamaian. Tetapi jika dipandang dari agama sebagai sumber konflik
maka perbedaan akan menjadi salah satu penyebab terjadinya pertikaian antara umat agama
dengan umat agama yang lain, karena perbedaan dapat menimbulkan pemahaman yang berbeda
pula.
Jadi sebenarnya keberadaan agama di dunia ini baik atau tidak? Dari paradoks inilah pertanyaan
yang berakar dan tidak berujung akan timbul. Dalam esai ini saya akan berusaha menjawab
beberapa pertanyaan yang muncul dari paradoks ini seperti : apa itu agama?, Mengapa ada banyak
agama?, apa hubungan kerumitan dunia dan agama?, bagaimana politik menyebabkan konflik
beragama?, Sikap fanatisme dapat menimbulkan rasisme, bagaimana peran para pemimpin dunia
dalam konflik beragama?, Peran agama untuk mendamaikan dunia, agama sebagai obat rohani
manusia.

Pembahasan
Apa Itu Agama?
Agama memiliki banyak makna seperti pengikat dan pengatur, sebuah cara pandang, ramalan,
ajaran atau pengetahuan dan masih banyak lagi. Menurut saya pribadi adalah hal yang diyakini oleh
manusia untuk menunjukkan jalan yang benar dengan dasar perintah dan larangan dari Tuhan.
Dalam agama hubungan manusia dan tuhan adalah hal yang penting, manusia “berkomunikasi”
dengan Tuhan-nya dengan doa dan melakukan anjuran Tuhan-nya. Dengan komunikasi tersebut
manusia mendapatkan kenyaman, kenyamanan yang dimaksud bisa meliputi kenyamanan jasmani
(anjuran untuk menjaga tubuh) dan rohani (rasa percaya diri dan rasa tenang akibat perlindungan
tuhan).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah pengatur (sistem) yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan keyakinan serta pengabdian kepada Sang Pencipta Yang Maha kuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Meskipun begitu iman dengan kepercayaan memiliki perbedaan. Menurut ahli sosiologi Émile
Durkheim, agama berbeda dari keyakinan pribadi karena merupakan "sesuatu yang nyata
sosial".Émile Durkheim juga mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang
terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. 1

Selain dari bahasa Indonesia, ada beberapa istilah yang lain dari pengertian agama yaitu dari dari
bahasa Arab.Kata al-din sendiri memiliki arti yang bervariasi, yaitu al-mulk = kerajaan, al-khidmat =
pelayanan, al-izz = kejayaan, al-dzull = kehinaan, al- ikrah = pemaksaan, al-ihsan = kebajikan, al-adat
=kebiasaan, al-ibadat = pengabdian, al-qahr wa al-sulthan = kekuasaan dan pemerintahan, al-
tadzallulwa al-khudu = tunduk dan patuh, al-tha'at = taat, al-Islam al-tauhid =penyerahan dan
mengesakan Tuhan.2

Agama ialah suatu hal yang senantiasa terdapat didalam kehidupan manusia, baik kapan pula
dimanapun, sekalipun tampilannya tidak begitu jelas. Kenyataan memperlihatkan kalau agama ialah
sumber sekalian kerangka peradaban manusia. Hingga saat ini agama sudah dipelajari oleh
bermacam disiplin ilmu, terutama oleh Riset Studi Agama-Agama.

Pada abad ke-19 Max Müller yang merupakan seorang ahli bahasa yang sekaligus juga pelopor Studi
Agama, berpendapat bahwa akar dari kata "religion" dalam Bahasa Latin, religio, pada awal mulanya

1
Agama,Wikipedia,diakses dari : https://id.wikipedia.org/wiki/Agama, dilihat pada tanggal 9 Desember 2022
2
Dadang Kahmad. Sosiologi agama (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,2002), hlm.13
cuma berarti penghormatan kepada Tuhan ataupun para dewa, dengan hati- hati merenungkan hal-
hal ilahi, kesalehan. 3

Selain diatas ada banyak lagi pengertian tentang agama. Pengertian yang paling sering ditemukan
biasanya tidak jauh dari kata Tuhan seperti “kepercayaan kepada tuhan”, “pemujaaan kepada
tuhan”. “pengikut Tuhan”,”ikatan manusia dengan tuhan”. Selain pengertian tersebut berikut ini
pengertian agama menurut para ahli :4

 Émile Durkheim berkata kalau agama merupakan sesuatu sistem yang terpadu yang terdiri
atas keyakinan serta aplikasi yang berhubungan dengan perihal yang suci. Kita selaku umat
beragama semaksimal bisa jadi berupaya buat terus tingkatkan keimanan kita lewat rutinitas
beribadah, menggapai rohani yang sempurna kesuciannya.
 Bahrun Rangkuti, seseorang muslim cendekiawan sekalian seseorang linguis, berkata kalau
definisi serta penafsiran agama berasal dari bahasa Sansekerta; a- ga- ma. A( panjang)
maksudnya merupakan metode, jalur, The Way, serta gama merupakan bahasa Indo
Germania; bahasa Inggris Togo maksudnya jalur, cara- cara berjalan, cara- cara hingga
kepada keridhaan kepada Tuhan.
 Harun Nasution berkata kalau agama dilihat dari sudut muatan ataupun isi yang tercantum
di dalamnya ialah sesuatu kumpulan tentang tata metode mengabdi kepada Tuhan yang
terhimpun dalam sesuatu kitab, tidak hanya itu dia berkata kalau agama ialah sesuatu
jalinan yang wajib dipegang serta dipatuhi.
 Meter Saefuddin(1987), melaporkan kalau agama ialah kebutuhan manusia yang sangat
esensial yang besifat umum. Sebab itu, agama ialah pemahaman spiritual yang di dalamnya
terdapat satu realitas di luar realitas yang nampak ini, ialah kalau manusia senantiasa
mengharap belas kasihan- Nya, bimbingan- Nya, dan belaian- Nya, yang secara ontologis
tidak dapat diingkari, meski oleh manusia yang mengingkari agama( komunis) sekalipun.
 Sutan Takdir Alisyahbana(1992), agama merupakan sesuatu system kelakuan serta
perhubungan manusia yang pokok pada perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan
serta kegaiban yang tiada terhingga luasnya, serta dengan demikian member makna kepada
hidupnya serta kepada alam semesta yang mengelilinginya.

Dari penjelasan yang sudah dikemukakan, dapat kita ketahui jika sebutan" agama" memiliki arti
penafsiran yang bermacam-macam serta sesuai kepada asal pengambilan kata yang diterapkan.
Adapaun dalam terminologis, sebutan agama didefinisikan dengan bermacam kepercayaan yang
berkenaan dengan terdapatnya sebab, hakikat, dan tujuan alam semesta, lebih utama apabila
dicermati sebagai sesuatu ciptaan dari kekuatan luar biasa manusia, yang berikutnya diikuti dengan
ketaatan dan pula penerapan amalan ritual, di samping memiliki ajaran menimpa syarat moral yang
mengendalikan perilaku sikap manusia.

Asal-Usul Agama
Bisa kita ketahui saat ini terdapat banyak sekali agama didunia ini, lebih tepatnya ada sekitar 4.000-
4.300 agama di dunia ini. Sekitar 85% orang-orang di Bumi beragama, sementara sisanya tidak
beragama (Menurut worldpopulationreview.com). Dengan agama Kristen yang memiliki pengikut

3
Religion, Wikipedia, di akses dari : https://en.wikipedia.org/wiki/Religion#cite_note-55, dilihat pada tanggal 9
Desember 2022
4
PENGERTIAN AGAMA MENURUT PARA AHLI, Jurnal Hasil Reset (2016), diakses dari: https://www.e-
jurnal.com/2013/11/pengertian-agama-menurut-para-ahli.html
terbanyak yaitu sekitar 2,38 miliar orang di seluruh dunia dan nomor dua yaitu agama Islam, yang
dipraktikkan oleh lebih dari 1 ,91 miliar orang.

Maka timbullah sebuah pertanyaan mengapa ada begitu banyak agama?, jika agama mengajarkan
kebenaran maka agama mana yang benar?. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut maka kita
harus ketaui terlebih dahulu bagaimana asal-usul agama.

Terdapat dua pandangan yang bisa menjelaskan bagaimana munculnya agama di dunia ini, yaitu
pandangan dari teori relavansi dan pandangan dari teori evolusi. Para penganut agama- agama besar
didunia cenderung memandang agama dari perspektif teori revelasi atau disebut dengan teori
wahyu serta mendefinisikannya selaku prinsip, nilai- nilai, serta perintah yang diwahyukan Tuhan.
Kebalikannya, sebagian besar sarjana Barat modem penekun Riset Agama agama menarangkan asal-
usul agama bersumber pada perspektif teori evolusi atau disebut dengan teori pertumbuhan serta
berupaya meleraikannya bersumber pada ilmu yang berbeda- beda: antropologi, sosiologi, psikologi
atau lainnya.

Menurut teori evolusi, kemanusiaan telah berlangsung melalui beberapa tingkatan perkembangan
intelektual. Didasarkan pada teori tersebut, para sarjana Barat mempelajari dan membahas agama
sebagai sebuah organisme seperti halnya dunia fisika. Memang, kontribusi paham evolusionisme
terhadap kelahiran Studi Agama-agama begitu besar sehingga dikatakan bahwa "Darwinism makes it
possible".5

Teori relavasi ini menyatakan bahwa kelakuan religious manusia terjadi karena mendapat wahyu
dari Tuhan. Teori ini disebut teori wahyu Tuhan, atau teori revelasi. Pada mulanya, teori ini berasal
dari seorang antropolog dan ilmuwan Inggris bernama Andrew Lang. Lang menyimpulkan bahwa
kepercayaan kepada dewa tertinggi merupakan suatu kepercayaan yang sudah tua, dan mungkin
merupakan bentuk religi manusia yang tertua. Pendirian seperti itu ia kemukakan dalam karyanya,
misalnya dalam The Making of Religion (1888). 6

Terdapat beberapa hipotesis yang sebenarnya mudah untuk dipatahkan, tetapi hipotesis ini sudah
terlantas tertanam dan dianggap benar oleh kebanyakan orang sebagai asal-usul munculnya agama,
dan juga faktor mengapa mereka mempercayai agama.

Pertama, kehidupan manusia didunia ini dikelilingi oleh rasa takut dan kekhawatiran. Gejala alam
yang terjadi membuat manusia bingung dan membuat manusia mempercayai bahwa ada kekuatan
yang mengendalikan alam tersebut, hal ini merujuk manusia untuk beragama. Robert H. Thouless
mengatakan bahwa manusia prasejarah membutuhkan agama karena keamanan terhadap berbagai
ancaman, seperti kekurangan makanan, wabah penyakit, dan kekalahan dari musuhnya.

Kedua, beberapa ahli percaya bahwa penyebab adanya agama adalah ketidaktahuan manusia.
Sesuai dengan karakternya, manusia selalu memiliki rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada
di dunia ini. Namun dengan keterbatasan akalnya, manusia mendapatkan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut melalui agama.

Ketiga, manusia menginginkan suatu hal yaitu keadilan dan keteraturan. Di dalam kehidupannya,
manusia selalu berhadapan dengan kejahatan dan ketidakaturan, mereka menggunakan agama
untuk mereka taati dengan teguh untuk menghilangkan kejahatan itu.

5
Fitriani,Sejarah Agama – Agama, (Materi Perkuliahan), 2020, diakses dari:
http://repository.uinsu.ac.id/10236/1/diktat.pdf, hlm.5-6
6
elrosyadi296,Makalah-Makalah Teori Agama, 296 Group, 8 Febuari 2019, diakses dari:
https://www.296.web.id/2019/02/makalah-teori-teori-agama.html
Mengapa Ada Banyak Agama Didunia Ini?
Dengan luasnya permukaan bumi dan dibatasi oleh lautan maka wajar saja jika suatu perbedaan
akan terjadi. Bahkan agama islam yang berawal dari tanah Arab, memiliki sedikit perbedaan dengan
islam yang ada di Indonesia (Islam Nusantara). Tentu saja hal ini pasti akan membuat bingung kita,
dan perasaan ragu akan timbul. Ketika keraguan itu muncul maka kita sebagai manusia pasti akan
mencari jawaban dari keraguan ini. Mengapa agama ada lebih dari satu dan agama mana yang
sesungguhnya “agama”?.

Tidak peduli kapan dan di mana juga kita berada, sangat besar kemungkinannya kalau orang sebelah
kita berbeda secara etnis, politik, dan apalagi agama. Menguasai ajaran agama lain bukan lagi
semata-mata kegiatan yang dapat kita pilih, dengan alasan mempelajari agama lain itu “menarik”.
Menguasai perbandingan agama dikala ini jadi suatu keharusan sebab ini berarti mempelajari orang
di dekat kita. Bila kita tidak dapat saling mempelajari, hingga kesalahpahaman yang terdapat hendak
menjurus kepada prasangka, konflik, serta apalagi kekerasan.

Sebelum era modern ini, manusia mendapatkan identitas religinya berdasarkan tempat
kelahirannya. Sementara pasa masa modern, setiap orang dihadapkan pada apa yang disebut oleh
sosiolog Peter Berger sebagai “Penyimpangan yang mendesak”. Pada dunia modern ini, setiap umat
beragama merupakan penyimpangan, yang berarti seseorang tidak serta-merta terlahir sebagai
umat agama tertentu, melainkan harus memilih untuk memeluk suatu agama, meskipun itu hanya
untuk mempertahankan identitas yang terberi dari lingkungan tempat kita lahir. 7

Jika dilihat dari segi sejarah agama bermula dari sebuah ajaran, pemikiran, dan ideologi yang di tulis
dan dibukukan, kemudian di jadikan semuah aturan dan norma. Permasalahan nya disini ialah,
setiap individu pasti memiliki pemikiran yang berbeda dan pemikiran manusia juga bisa berubah-
ubah seiring nya waktu berjalan. Dan perbedaan pemikiran inilah yang akan membeda-bedakan
keyakinan/agama.

Dalam kitab suci Al-Quran yaitu kitab agama islam sendiri terdapat jawaban dari pertanyaan di atas,
yaitu dalam ayat suci Quran surah Al-Maidah ayat 48.

‫ب َو ُمهَ ْي ِمنًا َعلَ ْي ِه ۖ فَٱحْ ُكم بَ ْينَهُم بِ َمٓا َأن َز َل‬ِ َ‫ص ِّدقًا لِّ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه ِمنَ ْٱل ِك ٰت‬
َ ‫ق ُم‬ِّ ‫ب بِ ْٱل َح‬ َ َ‫نزَلنَٓا ِإلَ ْيكَ ْٱل ِك ٰت‬
ْ ‫َوَأ‬
ُ ‫ق ۚ لِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِمن ُك ْم ِشرْ َعةً َو ِم ْنهَاجًا ۚ َولَوْ َشٓا َء ٱهَّلل‬ ِّ ‫ٱهَّلل ُ ۖ َواَل تَتَّبِ ْع َأ ْه َوٓا َءهُ ْم َع َّما َجٓا َءكَ ِمنَ ْٱل َح‬
۟ ُ‫لَ َج َعلَ ُك ْم ُأ َّمةً ٰ َو ِح َدةً َو ٰلَ ِكن لِّيَ ْبلُ َو ُك ْم فِى مٓا َءاتَ ٰى ُك ْم ۖ فَٱ ْستَبق‬
ِ ‫وا ْٱل َخ ْي ٰ َر‬
‫ت ۚ ِإلَى ٱهَّلل ِ َمرْ ِج ُع ُك ْم َج ِميعًا‬ ِ َ
َ‫فَيُنَبُِّئ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم فِي ِه ت َْختَلِفُون‬
Arab-Latin: Wa anzalnā ilaikal-kitāba bil-ḥaqqi muṣaddiqal limā baina yadaihi minal-kitābi wa muhaiminan 'alaihi faḥkum bainahum bimā
anzalallāhu wa lā tattabi' ahwā`ahum 'ammā jā`aka minal-ḥaqq, likullin ja'alnā mingkum syir'ataw wa min-hājā, walau syā`allāhu
laja'alakum ummataw wāḥidataw wa lākil liyabluwakum fī mā ātākum fastabiqul-khairāt, ilallāhi marji'ukum jamī'an fa yunabbi`ukum bimā
kuntum fīhi takhtalifụn

Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap
kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
7
John E., Darrell F.,Todd L., World Religions Today, Edisi Keempat(Jakarta, PT Alex Media Komputindo,
2015),hlm.36
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.
Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah
kamu perselisihkan itu

Ibnu Abbas dan Mujahid menerjemahkan bahwa, syir’ata (‫ )شرعة‬adalah tuntunan, minhaja (‫)منهاجا‬
adalah jalan. Syaikh Wahbah Az Zuhaili berpendapat, syir’ata (‫ )شرعة‬adalah apa yang disyariatkan
Allah SWT untuk hamba-Nya berupa agama, sistem, aturan dan hukum-hukumnya. Sedangkan
minhaja (M‫ )منهاجا‬adalah jalan terang yang ditempuh manusia dalam beragama. Ibnu Katsir
menjelaskan bahwa seluruh Nabi dan Rasul, ajaran tauhidnya sama. Adapun syariatnya, yakni
mengenai perintah dan larangan, kadang berbeda-beda. 8

Dapat disimpulkan bahwa ayat ini menjelaskan kita bahwa, tuhan yaitu Allah SWT memang
menciptakan manusia menjadi sebuah indvidu yang berbeda-beda. Hal itu dilakukan agar manusia
memiliki tujuan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Selain itu manusia diciptakan berbeda
karena hal tersebut adalah salah satu ujian yang di berikan Allah SWT. Allah menguji hambanya
dengan menghadapkan hambanya dengan perbedaan, jika hambanya berhasil menghadapi
perbedaan tersebut maka ialah salah satu orang yang beriman dan Allah akan memberi hamba
tersebut dengan pahala. Sebaliknya jika hamba tersebut berhasil terpengaruh dengan perbedaan
tersebut maka ia akan ragu dan mungkin akan melanggar perintah Allah SWT. dan hamba tersebut
akan di beri dosa dan hamba tersebut akan di tandai dengan orang durhaka.

Kerumitan Dunia dan Agama


Tidak seperti dunia pada zaman pramodern, permasalah yang kita hadapi saat ini tentu saja berbeda
dengan masalah yang ada di masa tersebut. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan pandangan
kita terhadap agama pasti akan berubah. Selain itu kerumitan yang ada didunia ini telah
menimbulkan keraguan dan orang yang menyalahgunakan agama, apapun agama pasti akan ada
kesalahpahaman yang timbul dan tidak terkecuali islam.

Mark Juergensmeyer, Hans Kung, Karen Amstrong, serta sosiologis lain menulis tentang kekerasan
atas nama agama. Dalam hal ini agama bukanlah yang menjadi sumber permasalahnnya. Bukan
agama yang mengarahkan, mengajar, membimbing apa itu kekerasan, tetapi terdapat banyak
penyalahgunaan ajaran agama yang dapat melahirkan kekerasan. Kekerasan yang sama terjadi atas
nama apapun. Perbedaannya adalah kekerasan atas nama agama maka umumnya akan dihubungkan
atau disakralisasi atas nama tuhan serta kitab suci. 9

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan kepolosan masyarakat pun mulai menurun, banyak
orang yang memperdebatkan ilmu religious dan ilmu pengetahuan ilmiah bersifat relative pada
aspek-aspek yang penting. Dengan kata lain, sains adalah interpretasi imajinatif tentang dunia,
bersumber pada kebenaran yang valid tentang suatu kenyataan. walaupun begitu, perdebatan ini
seragam dengan perdebatan antara filsuf religi pramodern( para pembela agama) serta para ilmuan
sekuler baru (para penentang agama) pada permulaan periode modern.

8
Nurul Ahmad, Kandungan Surah Al Maidah Ayat 48, Salah Satunya tentang Balasan Perbuatan di Akhirat,
Orami, 27 Oktober 2022, diakses dari: https://www.orami.co.id/magazine/al-maidah-ayat-48
9
Adam, Kerumitan Dunia, Muhammadiyah, 26 Desember 2020, diakses dari:
https://muhammadiyah.or.id/kerumitan-dunia/
Sepertinya dalam dunia modern mengutamakan relativisme kultural dan etis. Sebagian orang
menyambutnya, karena menganggap ini berarti akhir akhir dari seluruh absolutisme yang semenjak
dahulu digunakan selaku pembenaran atas kekerasan satu pihak terhadap pihak lain. Tetapi
sebagian yang lain takut kalau relativisme total hendak mengakhiri peradaban yang saat ini dan
mengawali masa barbarisme yang baru. begitu kita mengaburkan batas yang jelas antara baik serta
kurang baik, kita hendak terjerumus ke dalam kekacauan etis di mana seluruh wujud kekejaman
terdapat pembenarannya.

Dengan adanya globalisasi hal ini akan semakin rumit. Melalui globalisasi agama-agama di dunia
modern ini akan saling bersinggungan satu sama lain. Bahkan agama-agama besar di dunia ini saling
beririsan dengan satu sama lain dengan membagi Sebagian besar dunia diantara mereka sendiri.
Disisi lain globalisasi memiliki dampak yang baik pula, dengan adanya internet kitab bisa saling
bersedekah atau saling membantu melalui jaringan online. Dan dengan globalisasi ini siapapun
dengan mudah menemukan informasi tentang keberagaman agama-agama di dunia ini.

Selain globalisasi media juga menjadi pengaruh bagaimana masyarakat memandang agama. Media
global dikala ini mempermudahkan warga yang terletak jauh untuk merasakan aspek positif serta
negatif, baik dari aksi mulia ataupun hina, seorang yang diatas namakan agamanya sendiri. Di
penjuru dunia, umat ber- agama serta mereka yang skeptis, silih mengadu argument dan pandangan
terkait dengan kenyataan tidak terbantahkan kalau dunia saat ini sedang berurusan dengan
kepercayaan yang beragam.

Agama-agama yang dianut oleh masyarakat saat ini bisa dikatakan mudah atau rentan hancur
dengan adanya stereotipe atau pembedaan-bedaan yang tidak baik. Saat ini kita tidak dapat
menghindar bahwa kita bisa saja bertetangga dengan umat beragama yang berbeda, hal ini pasti
akan memungkinkan perlakuan stereotipe dan perlakuan diskriminasi dan akan timbul prasangka
dan akan menjulur ke konflik. 10

Politik Sebagai Penyebab Konflik Agama


Tanpa disadari politik adalah salah satu faktor utama dalam permasalahan agama yang telah terjadi
di dunia modern ini. banyak para petinggi politik menyalahgunakan agama sebagai salah satu cara
mendapatkan kepercayaan rakyat. Keterpecahbelahan terjadi akibat stereotipe yang membuat
saling ragu antar umat beragama.

Abdul Gaffar menyebutkan dua hal yang dapat menyebabkan para petinggi politik menggunakan
agama untuk kepentingan mereka. Pertama, lemahnya basis ideologi yang dimiliki kebanyakan partai
politik di Indonesia. Kekuatan-kekuatan politik elektoral sangat jarang memiliki fondasi ideologis
yang kuat yang menyebabkan partai-partai politik tidak betul-betul memilki basis ideologi yang jelas.

Kedua, menurut Abdul Gaffar Karim, lemahnya basis programatik yang dimiliki partai-partai politik.
Sehingga masyarakat tidak bisa membedakan program apa saja yang akan diusung oleh setiap partai
politik. Dalam keadaan seperti ini mereka akan memanfaatkan potensi politik identitas di dalam
masyarakat untuk mempertegas siapa diri sendiri dan siapa yang lain, sehingga yang paling mudah
dimanfaatkan adalah agama.11

10
John E., Darrell F.,Todd L., World Religions Today, Edisi Keempat(Jakarta, PT Alex Media Komputindo,
2015),hlm.34-36
11
Menilik Isu Agama dalam Dunia Politik, Universitas Islam Indonesia, 29 JUNI 2020, diakses dari:
https://www.uii.ac.id/menilik-isu-agama-dalam-dunia-politik/
Jika kita lihat Kembali ke masa kolonial, kita dapat mengetahui bagaimana para politis mendominasi
dan menimbulkan konflik ke kaum yang religious. Dominasi colonial dan paternalism disebarkan
dengan diikuti penyebaran sains, teknologi, dan ideologi kapitalisme yang membawa dampak buruk
bagi kebudayaan yang sudah ada dan tradisi agama mereka. Tetapi tentu saja mereka yang tertindas
tidak hanya diam saja dan pasti mereka melakukan perlawanan. Perlawanan ini bisa kita lihat dari
perjuangan untuk mendeklarasikan kemerdekaan dan otonomi mereka, serta mengkokohkan dan
mempertahankan Kembali nilai-nilai yang asli dan selaras dengan pandangan mereka.

Dengan dominasi kolonial dan patenarlisme tersebarnya ideologi kapitalisme, maka muncullah
ideologi sosialisme sebagai bentuk perlawanan. Sosialisme adalah pergerakan modernis yang di
dasari dengan visi progress ilmiah, namun mengutamakan pertentangan dengan individualisme yang
ada di kapitalisme. Dengan masyarakat religious di seluruh dunia yang melawan imperalisme eropa,
maka banyak di antara mereka yang mencoba membentuk cabang-cabang sosialisme sebagai bentuk
modern dan dengan sendirinya mengarah kepada modernitas. Abad ke-20 menyediakan contoh di
penjuru dunia bahwa Yahudi, Kristen, Islam, Hindu, Buddha, dan neo-Konfusius membentuk
sosiolisme. 12

Mayoritas dan Minoritas


Salah satu faktor konflik agama adalah pertikaian antara mayoritas dengan minoritas. Dalam konteks
demokrasi suara mayoritas adalah suara yang menang, terkadang hal ini juga terjadi dalam dunia
keagamaan. Dimana umat beragama yang dominan cenderung menguasai segala aspek dalam
kehidupan, sedangkan kaum minoritas akan cenderung di singkirkan.

Di satu sisi, kelompok mayoritas mengklaim sudah memainkan kedudukan yang besar dalam
membangun kepribadian kelompok serta bangsa sehingga menuntut lebih banyak. Di sisi lain
kelompok minoritas menuntut perlakuan serta pelayanan yang sama atas nama hak asasi serta hak
selaku masyarakat negeri. Hal ini menyebabkan adanya ketidakseimbangan, ialah tuntutan
kelompok minoritas kerap melampaui apa yang bisa diterima serta ditoleransi oleh kelompok
mayoritas.

Masalah mayoritas dan minoritas bukan lah perkara yang mudah. Will Kymlica menyatakan bahwa
isu ini terjadi karena kaum minoritas yang menuntut persamaan kedudukan dan kesempatan hak
dengan kaum mayoritas. Persoalan ini juga menyangkut persoalan keadilan, pandangan masyarakat,
perlakuan masyarakat, dan pemberian kesempatan yang merata kepada semua orang tanpa
membeda-bedakan agama, ras, suku dan yang lain-lain.

Jika diperhatikan dengan teliti, kelompok mayoritas cenderung mempertahankan kedudukannya


yang terdapat saat ini serta menahan proses perubahan sosial yang mereka anggap bisa
mengacaukan status tersebut. Ketakutan untuk kehilangan kedudukan ini menyebabkan mereka
unutk melakukan penindasan serta menyia- nyiakan kemampuan produktif dari kalangan minoritas.
Oleh karena itu, sebutan" dominasi mayoritas", jika pikak mayoritas telah mendominasi sehingga
pihak minoritas terkalahkan kedudukannya.

Berkaitan dengan konflik keagamaan, seorang penganut agama minoritas kemungkinan besar
mengalami kesulitan untuk memenuhi hak religius dan sipilnya, tetapi itu dilihat sebagai harga status
minoritasnya. Hal ini karena alasan berikut. Pertama, kelompok tersebut memiliki karakteristik etnis,
12
John E., Darrell F.,Todd L., World Religions Today, Edisi Keempat(Jakarta, PT Alex Media Komputindo,
2015),hlm.32-33
religius, agama, bahasa, dan ikatan kultural yang jelas berbeda dari mayoritas masyarakat lainnya.
Kedua, jumlah anggota kelompok tersebut lebih kecil daripada kelompok masyarakat lainnnya.
Ketiga, yang bersifat objektif adalah prinsip non-dominan, yang mengekslusifkan kelompok dominan
mayoritas dari definisi minoritas. Dalam hal ini semua kelompok dapat dianggap minoritas, asalkan
mereka berada dalam posisi non-dominan dan berkeinginan mempertahankan identitas mereka
yang berbeda.13

Liliweri yang merupakan seorang sosiologis mengatakan bahwa minoritas kelompok berdasarkan
agama senantiasa dideskripsikan dengan pengelompokan beberapa orang beragama tertentu, yang
secara kuantitatif ataupun kualitatif berbeda dengan agama kelompok kebanyakan. Di Indonesia
secara nasional orang selalu berkata Indonesia bukan negeri Islam namun Indonesia merupakan
negara dengan kebanyakan penduduknya beragama islam. Maksudnya, kelompok Islam ialah
mayoritas, serta kelompok agama lain merupakan minoritas. Tetapi, di bagian daerah di Indonesia
terdapat kelompok kebanyakan yang non-muslim, semacam di propinsi NTT bisa di katakan propinsi
kristen, yang menggambarkan kebanyakan penduduk daerah ini beragama kristen, sebaliknya
kelompok Islam ialah penduduk minoritas.

Tidak hanya di Indonesia, sebagian negeri maju perihal ini pula terjalin. Di Amerika Serikat yang
jumlah penduduknya 226.505.000 jiwa pada tahun 1980 serta kebanyakan beragama kristen dan
berbahasa inggris memperoleh privilage dan kemudahan dalam bermacam aspek. Sedangkan katolik
selaku minoritas dan tidak berbahasa Inggris(Itali, Perancis dan sebagainya) diperlakukan tidak adil
serta terdiskriminasi. Semisal dalam perihal pekerjaan, untuk mereka yang beragama kristen lebih
dipriotitaskan dari pada yang beragama katolik. Apalagi muslim Afrika yang berhijrah ke Amerika
tahun 1492 nyaris tidak diizinkan oleh majikan mereka yang beragama Kristiani untuk melaksanakan
ibadah agamanya(Islam), dan lagi mereka dituntut buat pindah ke agama Kristiani. 14

Sikap Fanatisme Terhadap Agama


Fanatisme dalam agama adalah sikap meyakini bahwa agama yang ia anut baik dan benar secara
absolut dan membantah atau membenci agama lainnya. Hal tersebut sering kali menjadi faktor
konflik di masyarakat, dan sulit akan untuk meredakannya. 15 Fanatisme atau fanatik adalah sikap
yang kita semua harus hindari. Karena pandangan orang yang fanatik terhadap agama menganggap
orang-orang yang berbeda keyakinan dengan mereka sebagai ancaman.

Allah berfirman dalam surat Saba’ ayat 25 dan surat Al-Anam ayat 108 :

َ‫قُلْ اَّل تُ ْسـَٔلُوْ نَ َع َّمٓا اَجْ َر ْمنَا َواَل نُ ْسـَٔ ُل َع َّما تَ ْع َملُوْ ن‬
Arab-Latin : Qul yajma’u bainanā rabbunā ṡumma yaftaḥu bainanā bil-ḥaqq, wa huwal-fattāḥul-‘alīm.

Artinya :“Katakanlah, “Kamu tidak akan dimintai tanggung jawab atas apa yang kami kerjakan dan
kami juga tidak akan dimintai tanggung jawab atas apa yang kamu kerjakan.”
13
Adon Jamaludin, Agama dan Konflik Sosial, (Bandung, Pustaka Setia, 2015),hlm.146-149
14
Umihani, PROBLEMATIKA MAYORITAS DAN MINORITAS DALAM INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT
BERAGAMA, Jurnal TAZKIYA, Vol. 20 No. 02 (2019): Juli - Desember 2019, diakses dari:
https://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/tazkiya/article/view/2374, hlm.248-249
15
Fanatisme, Wikipedia, diakses dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Fanatisme, dilihat pada tanggal 17/12/2022
‫ك َزيَّنَّا لِ ُك ِّل ُأ َّم ٍة َع َملَهُ ْم ثُ َّم‬
َ ِ‫َواَل تَ ُسبُّوا الَّ ِذينَ يَ ْد ُعونَ ِم ْن ُدو ِن هَّللا ِ فَيَ ُسبُّوا هَّللا َ َع ْد ًوا بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم َك َذل‬
َ‫ِإلَى َربِّ ِه ْم َمرْ ِج ُعهُ ْم فَيُنَبُِّئهُ ْم بِ َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬
Arab-Latin : wa lā tasubbullażīna yad'ụna min dụnillāhi fa yasubbullāha 'adwam bigairi 'ilm, każālika zayyannā likulli ummatin 'amalahum
ṡumma ilā rabbihim marji'uhum fa yunabbi`uhum bimā kānụ ya'malụn

Artinya : Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan mereka selain Allah, karena nanti
mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan
setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali
mereka, lalu Dia melindungi mereka apa yang sebelum mereka kerjakan.

Quraish Shihab berpendapat bahwa kedua ayat tersebut menjelaskan semua orang dipersilahkan
untuk melaksanakan apa yang diperintahkan oleh agama dan kepercayaannya. Setiap orang
diperbolehkan untuk menentukan itu yang benar dan berasal dari keyakinan diri sendiri tidak dari
pengaruh keyakinan orang lain. Jadi, tidak bisa diputuskan siapa yang benar atau salah, karena
keputusan tesebut ada pada Tuhan di akhirat nanti.

“Nabi pernah berucap, bantulah saudaramu baik dia benar maupun dia menganiaya. Lalu
sahabatnya tanya, “Bagaimana wahai Nabi? Kalau yang teraniaya wajar, kalau yang menganiaya apa
kita juga harus bantu?” Lalu nabi menjawab, “Bantulah dia dengan luruskan dia, jangan biarkan dia
melakukan penganiayaan,” ujar dia.

Kemudian, Quraish menyebutkan ciri-ciri orang fanatik, yaiut mereka yang merasa pendapatnya
benar dan menyalahkan orang lain sampai memaki atau menilai orang tersebut sudah masuk neraka.
Mereka juga termasuk orang suka mengkafirkan orang lain. Sebab, perbedaan pendapat itu wajar
tapi tidak harus bertentangan.16

Namun terdapat beberapa orang yang berpikir sebaliknya. Bahwa sebuah sikap fantik adalah sikap
yang sudah sepatutnya dimiliki oleh umat beragama dan percaya bahwa agama yang dia anut adalah
satu-satunya agama yang benar. Pandangan tersebut menyatakan, akan aneh apabila agama dia
anut dan dia menganggap bahwa agama yang diyakininya tidak benar dan menganggap agama lain
juga benar. Hal seperti ini akan membuat yang tersebut terlihat seperti linglung dan tidak jelas
pemikirannya, dan terlihat tidak memiliki iman yang kuat.

Bisa kita bayangkan bagaimana bingungnya jika ada umat Katolik yang menganggap bahwa agama
yang dianutnya bukan satu-satunya agama yang benar dan meyakini bahwa agama lain selain agama
katolik adalah agama yang benar, atau ada umat Islam yang menganggap bahwa agama Islam yang
dianutnya bukan satu-satunya agama buang benar dan meyakini bahwa agama selain Islam adalah
agama yang benar, begitupun dengan umat agama lainnya, orang seperti ini jelas menunjukkan
keraguan imannya pada agama yang diyakininya.

Padahal di dalam ajaran agama manapun, soal keimanan adalah perkara pertama dan utama yang
harus ditekankan kepastiannya, dan tidak ada keraguan dalam soal keimanan kita pada kebenaran
suatu agama yang kita pilih. Orang Kristen yakin dengan kebenaran agama Kristen, orang Islam yakin
dengan kebenaran agama Islam dan begitupun pemeluk agama-agama lainnya. 17

16
Meiliza Laveda, Esthi Maharani, Islam Anjurkan Jangan Fanatik pada Apapun, Termasuk Agama, ISLAM
DIGEST, 4 Januari 2021, diakses dari: https://www.republika.co.id/berita/qmczzr335/islam-anjurkan-jangan-
fanatik-pada-apapun-termasuk-agama
17
Saeful Rokhman, Apa Yang Salah Dengan Fanatik Terhadap Agama?, STID Mohammad Natsir,18 September
2021, diakses dari: https://stidnatsir.ac.id/2021/09/18/apa-yang-salah-dengan-fanatik-terhadap-agama/
Dalam Al-Quran, terdapat ayat yang menganjurkan umatnya agar memiliki sikap fanatic terhadap
agama islam, yaitu pada surat Ali-Imran ayat 19 :
۟ ُ‫ٱختَلَفَ ٱلَّ ِذينَ ُأوت‬
َ َ‫وا ْٱل ِك ٰت‬
ۗ ‫ب ِإاَّل ِم ۢن بَ ْع ِد َما َجٓا َءهُ ُم ْٱل ِع ْل ُم بَ ْغ ۢيًا بَ ْينَهُ ْم‬ ْ ‫ِإ َّن ٱل ِّدينَ ِعن َد ٱهَّلل ِ ٱِإْل ْس ٰلَ ُم ۗ َو َما‬
‫ب‬ِ ‫ت ٱهَّلل ِ فَِإ َّن ٱهَّلل َ َس ِري ُع ْٱل ِح َسا‬
ِ َ‫َو َمن يَ ْكفُرْ بِـَٔا ٰي‬
Arab-Latin: Innad-dīna 'indallāhil-islām, wa makhtalafallażīna ụtul-kitāba illā mim ba'di mā jā`ahumul-'ilmu bagyam bainahum, wa may
yakfur bi`āyātillāhi fa innallāha sarī'ul-ḥisāb

Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-
orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

Ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya agama yang hanya diterima di oleh Allah adalah Islam.
Yaitu ketundukan kepada Allah semata dengan menunjukkan ketaatan dan kepasrahan kepada-Nya
melalui ibadah dan keimanan kepada semua Rasul hingga Rasul penutup, Muhammad -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- yang menjadi penutup risalah, sehingga tidak ada syariat yang bisa diterima kecuali
syariatnya. Dan tidaklah orang-orang Yahudi dan Nasrani itu berselisih paham dan berpecah belah
tentang agama mereka kecuali setelah mereka mendapatkan pengetahuan tentang hal itu, karena
dorongan rasa dengki dan rakus terhadap kekayaan duniawi. Barangsiapa yang ingkar kepada ayat-
ayat Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, sesungguhnya Allah Mahacepat Penghitungan-Nya
bagi orang yang ingkar kepada-Nya dan mendustakan rasul-rasul-Nya. 18

Agama Dibutuhkan oleh Manusia


Agama adalah salah satu komponen penting untuk menjalini kehidupan dan memenuhi kebutuhan
manusia. Agama memperingati kelahiran, menandai pergantian usia, mengesahkan pernikahan dan
kehidupan berkeluarga, serta membuka jalur untuk kehidupan yang akan mengarah ke kehidupan
yang hendak tiba. Agama pula membagikan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan atau
persoalan yang membingungkan, yaitu bagaimana awal dari kehidupan, kenapa ada yang namanya
penderitaan, bagaimana keadaan manusia setelah menghadapi kematian.

Menurut Ketua Pengurus Cabang LDNU Jember, KH Mustain Billah, manusia diciptakan oleh Allah
dalam dua komponen, yaitu jasmani dan rohani. Kedua komponen tersebut harus terdapat dalam
diri manusia, jika salah satu komponen tersebut tidak ada, maka kita tidak mengatakan manusia itu
adalah manusia sesungguhnya. Manusia juga harus dapat menjaga keseimbangan antara dua
kebutuhan, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Maka agama mengatur manusia secara
utuh dan mengatur apa yang dilakukannya. 19

Agama akan memberi sebuah kekuatan ketika manusia lemah, memberi harapan ketika putus asa,
memberian keberanian ketika takut, memberi ketabahan ketika ada musibah dan lain-lain. Jika
manusia yang ada di dunia ini memiliki keimanan, maka dia akan kembali ke agamanya setiap ia
mengalami masalah. Dengan memohon sebuah petunjuk, agama hendak memberinya jalan. Dengan
bertanya padanya, agama hendak memberinya jawaban. Bila memohon pertolongan, agama hendak
menolongnya serta membagikan kepadanya dorongan yang tidak terkalahkan dan sokongan yang

18
Surat Ali-Imran ayat 19, TarfsirWeb, diakes dari :https://tafsirweb.com/1151-surat-ali-imran-ayat-19.html
19
Tiga Alasan Mengapa Manusia Butuh Agama,NU online,15 Mei 2019, diakses dari:
https://www.nu.or.id/daerah/tiga-alasan-mengapa-manusia-butuh-agama-0M9QU
tidak akan terputus. Sementara dengan manusia yang tidak memiliki agama, dia kan hidup dengan
jiwa yang tidak tenang, pikiran yang bingung, tidak memiliki arah yang jelas dan kondisi
kehidupannya yang berantakan.

Masalah jasmani yang memperihatinkan ini sama seperti masalah rohani yang diderita oleh manusia
yang hidup tanpa agama dan mungkin kedua hal ini lebih sadis dari yang pertama serta lebih pedih
menurut pandangan orang-orang arif yang mendalaminya. Ia merupakan suatu kerusakan yang akan
terus-menerus muncul pengaruhnya, penderitaan yang lama dan melekat pada orang yang terkenai
sepanjang hidup.

Arnold Toynbee, seorang sejarawan dan filsuf, berpendapat bahwa agama merupakan salah satu
potensi esensi manusia yang alami, dan dapat di katakan bahwa kebutuhan seseorang terhadap
agama karena dorongan kondisi keputusasaan rohani yang memaksanya untuk mencari pelipur lara
dari agama, untuk menghadapi sebuah bencana yang tidak dapat diatasinya sendiri.

William James, seseorang filsuf pragmatis, berpendapat bahwa sebetulnya pengobatan yang paling
ampuh untuk tekanan pikiran merupakan iman. Sedangkan Dokter. A. A. Bril mengatakan," Orang
yang beragama telah pasti tidak akan sempat mengidap penyakit jiwa." Dale Carnegie dalam
bukunya, “Tinggalkanlah stress serta Mulailah Hidup Baru”, mengatakan," Sebetulnya para dokter
jiwa mengetahui bahwa iman yang kokoh serta berpegang teguh pada agama ialah jaminan untuk
mengalahkan tekanan pikiran serta ketegangan saraf dan mengobati penyakit- penyakit ini." 20

Pembangunan Agama Untuk Membangun Toleransi


Tidak dapat di hindari lagi bahwa pluralisme itu nyata dan terdapat disekitar kita. Setiap manusia
pasti memiliki keunikan, juga dalam cara berpikir, berpersepsi, dan bertindak yang berbeda dari
manusia lainnya. Sehingga jika kita memutlakan hanya kepada satu cara berpikir, berpersepsi dan
bertindak saja adalah suatu pengekangan terhadap hak-hak individu yang bersangkutan. Dan salah
satu pluralisme yang kita hadapi saat ini adalah keberagaman agama.

Agama dalam wujud apapun ia ialah sesuatu kebutuhan manusia, sebab itu kedudukan agama
adalah penentu penting dalam tiap kehidupan, dan manusia tanpa agama adalah manusia yang tidak
akan hidup sempurna. Perihal itu berkaitan secara mendasar dalam hakikat kehidupan manusia,
bahwa terdapat suatu hal yang sangat natural pada diri manusia yang kerap diucap naluri ataupun
fitrah buat beragama.

Kedudukan agama akan jadi sangat dibutuhkan, ketika agama dianut oleh kelompok- kelompok
sosial manusia, yang terpaut dengan bermacam aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup manusia
yang lingkungan dalam warga. Pada pertumbuhan yang demikian seperti itu, agama akan memiliki
keterkaitan langsung dengan kebudayaan warga, sehingga agama serta warga dan kebudayaan
mempunyai ikatan timbal balik yang silih pengaruh pengaruhi.

Untuk menghadai pluralisme tersebut, komunikasi pembangunan agama menjadi suatu pendekatan
konsep ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan. Komunikasi pembangunan agama ialah proses
komunikasi yang digunakan dalam melakukan rencana pembangunan dalam bidang agama di suatu
negeri. Dalam hal ini pembangunan agama dilakukan untuk toleransi umat beragama, yang diawali
dari perilaku terhadap pesan komunkasi yang dilakukan oleh komunikator, isi pesan, wujud

20
Adon Jamaludin, Agama dan Konflik Sosial, (Bandung, Pustaka Setia, 2015),hlm.146-149
penyampaian pesan, pendekatan penyampaian pesan, serta penilaian terhadap pesan yang di
informasikan.

Komunikasi pembangunan agama ialah suatu wujud komunikasi serta bagian utama untuk
terwujudnya warga komunikatif, dan lagi terhadap warga yang plural dengan agama yang plural.
Maka dari itu, butuh dibangun forum komunikasi, ruang publik yang demokratis, leluasa dari
dominasi serta hegemoni satu pihak, di mana pelaku- pelaku memiliki pemahaman yang terbuka,
matang. Komunikasi lintas agama ialah suatu solusi sosiologis untuk menanggulangi konflik- konflik
antar agama, dalam pendekatan kajian sosiologi komunikasi yang menolong antar umat beragama
agar meningkatkan kerja sama antara pemeluk-pemeluknya, dengan demikian secara bersama-
sama kita bisa mewujudkan kemanusiaan, keadilan, perdamaian, serta persaudaraan. 21

Selain itu komunikasi pembanguan agama, yang merupakan proses pertumbuhan dari kajian lintas
agama dapat berfungsi untuk menanggulangi rivalitas, penindasan, kebencian, menghasilkan
harmoni serta menjauhkan perilaku hidup yang saling merusak. Dalam hal ini, komunikasi
pembangunan agama dalam membangun toleransi agama dapat dicoba dalam bermacam wujud,
semacam komunikasi dalam bidang kehidupan, bidang kerja sosial, bidang antar monastik, diskusi
buat do‟a bersama(istighosah), serta diskusi dialog teologis 22

Koejaraningrat menguraikan tentang bagaimana nilai-nilai agama yang ada di dunia ini mampu
mendorong manusia untuk melihat dan merencanakan masa depannya dengan lebih seksama dan
teliti, dan maka dari itu kita diharuskan untuk hidup lebih menaikan dan menerapkan nilai-nilai
kemanusian, serta mengobarkan semangat hidup untuk lebih baik, karena agama apapun yang ada
di dunia ini memiliki kemampuan untuk menjadikan manusia lebih baik dari segala aspek. 23

Pembangunan agama telah banyak mewujudkan berbagai bentuk-bentuk aturan yang tujuannya
adalah untuk membangun tatanan peradaban masyarakat yang rukun dalam kehidupan
bermasyarakat dalam semua perbedaan yang ada. Meskipun begitu ada yang perlu kita sadari
bahwa tidak semua aturan yang ada karena agama tersebut dapat berjalan dengan baik, masalah ini
berawal dari tidak komprehensifnya kajian-kajian sosiologis yang berkaitan dalam kehidupan
pluralitas masyarakat dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait dalam konten aturan
yang akan diterapkan.

Kesimpulan
Agama adalah sebuah sistem pengatur kehidupan manusia, dimana manusia percaya dan mengabdi
kepada sang pencipta. Agama berada di sekeliling kita, baik dimana pun dan kapanpun kita berada,
dan kita tidak bisa menghindari hal tersebut. Di dalam agama kita bisa menemukan sebab, hakikat
dan tujuan alam semesta.
21
Hasan Sazali, Komunikasi Pembangunan Agama dalam Membangun Toleransi Agama, Jurnal Studi Islam dan
Humanora, Vol. 13 No. 2 (Juni-Desember 2015), diakses dari:
http://repository.uinsu.ac.id/2920/1/1.%20Komunikasi%20Pembangunan%20Agama%20dalam
%20%20Membangun%20Toleransi%20Agama%20%28Analisis%20Sistem%20dan%20Aktor%29.pdf, hlm.216
22
Mukti Ali, “Dialog dan Kerjasama Agama dalam Menanggulangi Kemiskinan” dalam
Weinata Sairin (ed.), Dialog Antar Umat Beragama: Membangun Pilar-pilar Keindonesiaan yang
Kukuh , Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994, hlm. 14-16.
23
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta, PT.Gramedia Pustaka
Utama, 1997, hlm. 25
Terdapat banyak macam agama di dunia ini. Hal tersebut timbul karena tuhan memberikan kita
perbedaan sebagai ujian atau cobaan dalam menguji keimanan kita, selain itu perbedaan bertujuan
agar umat-umatnya berlomba dalam kebaikan.

Dalam dunia modern ini agama menjadi salah satu masalah yang sering kita hadapi. Telah banyak
terjadi kekerasan yang mengatas namakan agama. Contoh konflik yang paling terkenal adalah
tragedi 9/11 yang terjadi di Amerika Serikat, dimana kelompok teroris yang mengatasnamakan Islam
untuk membajak pesawat dan menabrakannya ke Twin Tower. Dan dengan adanya globalisasi
permasalahan ini semakin sulit karena agama-agama dunia ini akan berbenturan satu sama lain.

Meskipun begitu, fakta mengatakan bahwa semua agama yang ada di dunia ini mengajarkan kita
tentang kebaikan dan kedamaian dalam kehidupan manusia. Islam mengajarkan kasih sayang
(rahmat) bagi seluruh alam, Kristen mengajarkan cinta kasih, Buddha mengajarkan kesederhanaan,
dan Konfusianisme mengajarkan kebijaksanaan. Termasuk agama-agama lokal (Indigenous Religions)
juga mengajarkan keharmonisan dalam setiap kehidupan.

Hal ini memang terlihat paradoks, karena di satu sisi agama mengajarkan nilai-nilai luhur tentang
perdamaian, namun di sisi lain agama juga bertanggung jawab terhadap terjadinya pertumpahan
darah sesama manusia.

Namun perlu kita ingat adalah agama bukanlah sumber masalahnya, agama tidak mengarahkan kita
untuk melakukan kekerasan tersebut. Banyak orang yang bersikap fanatik kepada agamanya tanpa
pemikiran yang matang dan bahkan menyimpang. Dan yang lebih parah lagi banyak orang yang
terpengaruh dengan sikap fanatik ini dan berujung ke sikap radikal yang dapat memecah belah dan
merusak hubungan antar umat beragama.

Maka dari itu kita sebagai kaum pelajar harus menyadari bahwa agama bukan sesuatu hal yang
harus kita hindari. Kita harus belajar dan memahami bahwa perbedaan itu memang ada, tetapi kita
harus menggunakan perbedaan itu untuk bersama-sama berkembang dan bukan menjadi perbedaan
itu sebagai pemisah dan malah membuat konflik. Kita bisa berdiskusi antar sesama umat beragama
untuk membahas isu-isu atau masalah agama yang ada didunia ini dan dengan Bersama mencari
solusi yang terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut. Selain peran para pelajar, saya berharap
para tokoh agama dan pemerintah yang ada di dunia ini dapat menjalin hubungan yang baik dan
menemukan solusi agar terciptanya perdamaian dunia.

Daftar isi

Agama,(n.d), dalam Wikipedia, dilihat pada tanggal 9 Desember 2022,diakses dari :


https://id.wikipedia.org/wiki/Agama

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,2002)

Religion,(n.d), dalam Wikipedia, dilihat pada tanggal 9 Desember 2022, di akses dari :
https://en.wikipedia.org/wiki/Religion#cite_note-55

“PENGERTIAN AGAMA MENURUT PARA AHLI”, dalam Jurnal Hasil Reset (2016), diakses dari:
https://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-agama-menurut-para-ahli.html

Fitriani,”Sejarah Agama – Agama”, [Materi Perkuliahan], 2020, diakses dari:


http://repository.uinsu.ac.id/10236/1/diktat.pdf
elrosyadi296,”Makalah-Makalah Teori Agama”, 296 Group, 8 Febuari 2019, diakses dari:
https://www.296.web.id/2019/02/makalah-teori-teori-agama.html

John E., Darrell F.,Todd L., World Religions Today, Edisi Keempat(Jakarta, PT Alex Media
Komputindo, 2015)

Nurul Ahmad, “Kandungan Surah Al Maidah Ayat 48”, Salah Satunya tentang Balasan Perbuatan
di Akhirat, Orami, 27 Oktober 2022, diakses dari: https://www.orami.co.id/magazine/al-maidah-
ayat-48

Adam, “Kerumitan Dunia”, Muhammadiyah, 26 Desember 2020, diakses dari:


https://muhammadiyah.or.id/kerumitan-dunia/

“Menilik Isu Agama dalam Dunia Politik”, Universitas Islam Indonesia, 29 JUNI 2020, diakses
dari: https://www.uii.ac.id/menilik-isu-agama-dalam-dunia-politik/

Adon Jamaludin, Agama dan Konflik Sosial, (Bandung, Pustaka Setia, 2015)

Umihani, “PROBLEMATIKA MAYORITAS DAN MINORITAS DALAM INTERAKSI SOSIAL ANTAR


UMAT BERAGAMA”, Jurnal TAZKIYA, Vol. 20 No. 02 (2019): Juli - Desember 2019, diakses dari:
https://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/tazkiya/article/view/2374

Fanatisme, (n.d), dalamWikipedia, dilihat pada tanggal 17/12/2022, diakses dari:


https://id.wikipedia.org/wiki/Fanatisme

Meiliza Laveda, Esthi Maharani, “Islam Anjurkan Jangan Fanatik pada Apapun, Termasuk
Agama”, ISLAM DIGEST, 4 Januari 2021, diakses dari:
https://www.republika.co.id/berita/qmczzr335/islam-anjurkan-jangan-fanatik-pada-apapun-
termasuk-agama

Saeful Rokhman, “Apa Yang Salah Dengan Fanatik Terhadap Agama?”, STID Mohammad
Natsir,18 September 2021, diakses dari: https://stidnatsir.ac.id/2021/09/18/apa-yang-salah-dengan-
fanatik-terhadap-agama/

“Surat Ali-Imran ayat 19”, TarfsirWeb, diakes dari : https://tafsirweb.com/1151-surat-ali-imran-


ayat-19.html

“Tiga Alasan Mengapa Manusia Butuh Agama”,NU online,15 Mei 2019, diakses dari:
https://www.nu.or.id/daerah/tiga-alasan-mengapa-manusia-butuh-agama-0M9QU

Hasan Sazali, “Komunikasi Pembangunan Agama dalam Membangun Toleransi Agama”, Jurnal
Studi Islam dan Humanora, Vol. 13 No. 2 (Juni-Desember 2015), diakses dari:
http://repository.uinsu.ac.id/2920/1/1.%20Komunikasi%20Pembangunan%20Agama%20dalam
%20%20Membangun%20Toleransi%20Agama%20%28Analisis%20Sistem%20dan%20Aktor%29.pdf

Mukti Ali, “Dialog dan Kerjasama Agama dalam Menanggulangi Kemiskinan” dalam Weinata
Sairin (ed.), Dialog Antar Umat Beragama: Membangun Pilar-pilar Keindonesiaan yang Kukuh ,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994

Koentjaraningrat, “Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan”, Jakarta, PT.Gramedia Pustaka

Utama, 1997

Anda mungkin juga menyukai