Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MANUSIA DAN KEBUTUHAN AGAMA

Disusun oleh :

1. Lutfiyah Nurkhoiroh (2017201192)


2. Alifa Jabal Rahma (2017201193)
3. As’ad Nurjam Khasani (2017201194)
4. Ragil Sudrajat (2017201195)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PURWOKERTO

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT. Atas izin dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah. Tak
lupa penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul “ Manusia dan Kebutuhan Agama “


bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah
Metodologi Studi Islam, Ma’ruf Hidayat, M.H. Yang telah membantu kelancaran
dalam pembuatan makalah ini. Kepada orang tua yang telah membantu dan
memberi pengertian dalam melaksanakan tugas ini dan kepada teman-teman yang
telah memberikan dukungan dan semangat.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam


penulisan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk menjadi acuan bagi penulis untuk menjadi lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan dapat bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Purwokerto, 29 Maret 2021

Penyusun

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Agama .......................................................................................... 2


B. Kebutuhan Manusia terhadap Agama ........................................................ 4
C. Fungsi Agama dan Kehidupan................................................................... 6
D. Doktrin Kepercayan Agama ...................................................................... 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama merupakan pedoman hidup manusia. Setiap agama yang ada di
muka bumi memiliki maksud dan tujuan yang sama, yaitu menciptakan
perdamaian dan kebahagiaan pada makhluk hidup. Masyarakat beragama pada
umumnya memandang agama sebagai jalan hidup yang dipegang dan diwarisi
turun-temurun oleh masyarakat, agar hidup mereka menjadi tertib, damai, dan
tidak kacau. Selain itu, mereka juga meyakini agama sebagai kekuatan spiritual
yang dapat memenuhi keutuhan rohani manusia serta diharapkan mampu
“berbicara” banyak dalam menyelesaikan problem sosial, ekonomi,
kemanusiaan, dan sebagainya.
Agama merupakan risalah yang disampaikan Tuhan kepada para nabi-
Nya untuk memberi peringatan kepada manusia. Memberi petunjuk sebagai
hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam
menyelenggarakan tata hidup yang nyata. Mengatur tanggung jawab kepada
Allah, kepada masyarakat dan alam sekitarnya. Oleh karena itu, kewajiban
semua orang untuk menyadarkan bahwa agama merupakan kebutuhan umat
manusia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Agama
Secara etimologis kata “agama” berasal dari bahasa Sanskrit, yaitu
yang tersusun dari dari dua kata, a = tidak dan gam= pergi. Jadi agama artinya
tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi secara turun temurun (Harun
Nasution:1985,9). Hal ini menunjukkan pada salah satu sifat agama, yaitu
diwarisi secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ada
juga versi lain yang mengatakan agama tersusun dari a = tidak dan gama berarti
kacau. Jadi agama artinya tidak kacau. Selanjutnya ada lagi pendapat yang
mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci.
Agama dalam Bahasa Arab disebut din, yang mengandung arti
menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama memang
membawa peraturan-peraturan yang merupakan hukum, yang harus dipatuhi
orang. (Harun Nasution,1985:9). Din dalam bahasa Semit juga berarti undang-
undang atau hukum. Sedangkan dalam bahasa Inggris agama disebut religi
yang terambil dari bahasa latin relegere yang mengandung arti mengumpulkan,
membaca. Pendapat lain kata itu berasal dari relegare yang berarti mengikat.
Intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di atas menurut Harun Nasution
(1985: 11) adalah ikatan. Agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus
dipegang dan dipatuhi manusia.
Sedangkan menurut terminologi, definisi agama beragam tergantung
orang yang mendefinisikannya. Mukti Ali pernah mengatakan, barangkali
tidak ada kata yang paling sulit diberi pengertian dan definisi selain dari kata
agama. Pernyataan ini didasarkan pada tiga alasan. Pertama, bahwa
pengalaman agama adalah soal batini, subyektif dan sangat individualis
sifatnya. Kedua, barangkali tidak ada orang yang begitu bersemangat dan
emosional dari pada orang yang membicarakan agama. Karena itu setiap
pembahasan tentang arti agama selalu ada emosi yang melekat erat sehingga

2
kata agama itu sulit didefinisikan. Ketiga, konsepsi tentang agama dipengaruhi
oleh tujuan dari orang yang memberikan definisi itu (Mukti Ali,1971: 4).
Sampai sekarang perdebatan tentang definisi agama masih belum
selesai, hingga W.H. Clark, seorang ahli Ilmu Jiwa Agama, sebagaimana
dikutip Zakiah Daradjat (1985: 14) mengatakan, bahwa tidak ada yang lebih
sukar dari pada mencari kata-kata yang dapat digunakan untuk membuat
definisi agama, karena pengalaman agama adalah subyektif, intern, individual,
dimana setiap orang akan merasakan pengalaman agama yang berbeda dari
orang lain. Di samping itu tampak bahwa umumnya orang lebih condong
mengaku beragama, kendatipun ia tidak menjalankannya.
Menurut Durkheim, agama adalah sistem kepercayaan dan politik yang
telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus. Bagi Spencer,
agama adalah kepercayaan terhadap sesuatu yang maha mutlak. Sementara
Dewey mengatakan bahwa agama adalah pencarian manusia terhadap cita-cita
umum dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam
jiwanya; agama adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan ghaib yang
hebat. (Didiek Ahmad Subadi, 2012: 36).
Oxfort Student Dictionary (1978) mendefinisikan agama (religion)
dengan ― the belief in the existence of supranatural ruling power, the creator
ad controller of the universe”, yaitu suatu kepercayaan akan adanya suatu
kekuatan pengatur supranatural yang mencipta dan mengendalikan alam
semesta.
Agama dalam pengertiannya yang paling umum diartikan sebagai
sistem orientasi dan obyek pengabdian. (Azyumardi Azra ,2003: 28). Dalam
pengertian ini semua orang adalah makhluk relegius, karena tak seorangpun
dapat hidup tanpa suatu sistem yang mengaturnya. Kebudayaan yang
berkembang di tengah manusia adalah produk dari tingkah laku keberagamaan
manusia.
Dari pengertian di atas, sebuah agama biasanya mencakup tiga
persoalan pokok, yaitu:

3
1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan
supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam.
2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan
dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau
pengakuan dan ketundukannya.
3. Sistem nilai (hukum/norma) yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan
keyakinannya tersebut.
Dengan demikian jelaslah bahwa agama merupakan seperangkat aturan
yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan , dengan sesama manusia dan
dengan alam sekitarnya.
B. Kebutuhan Manusia terhadap Agama
Sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang melatar belakangi
kebutuhan manusia terhadap agama. Ketiga alasan tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut yaitu:
1. Pertama, Fitrah manusia.
Dalam konteks hal ini di antara ayat al-Qur’an dalam surat
ar-Rum ayat 30 bahwa ada potensi fitrah beragama yang terdapat
pada manusia. Dalam hal ini dapat ditegaskan bahwa insan adalah
manusia yang menerima pelajaran dari Tuhan tentang apa yang
tidak diketahuinya. Manusia insan secara kodrati sebagai ciptaan
Tuhan yang sempurna bentuknya dibanding dengan makhluk
lainnya sudah dilengkapi dengan kemampuan mengenal dan
memahami kebenaran dan kebaikan yang terpancar dari ciptaan-
Nya. Lebih jauh Musa Asy’ari dalam buku Manusia Pembentuk
Kebudayaan dalam al-Qur’anyang dikutip oleh Nata bahwa pengertian
manusia yang disebut insan, yang dalam al-Qur’an dipakai untuk
menunjukkan lapangan kegiatan manusia yang amat luas adalah
terletak pada kemampuan menggunakan akalnya dan mewujudkan
pengetahuan konseptualnya dalam kehidupan konkret. Hal demikian
berbeda dengan kata basyar yang digunakan dalam al-Qur’an untuk

4
menyebut manusia dalam pengertian lahiriyahnya yang membutuhkan
makan, minum, pakaian, tempat tinggal, hidup yang kemudian
mati.
2. Kedua, Kelemahan dan Kekurangan manusia.
Menurut Quraish Shihab, bahwa dalam pandangan al-
Qur’an, nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang
berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan
keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh al-
Qur’an dianjurkan untuk diberi perhatian lebih besar. Di antara ayat
yang menjelaskan hal ini terdapat dalam surat al-Syams ayat 7-8,
bahwa “ Demi nafs serta penyempurnaan ciptaan, Allah
mengilhamkan kepadanya kafasikan dan ketaqwaan”.Menurut
Quraish Shihab bahwa kata mengilhamkan berarti potensi agar
manusia melalui nafs menangkap makna baik dan buruk. Di sini
berbeda dengan terminologi kaum Sufi bahwa nafs adalah sesuatu
yang melahirkan sifat tercela dan prilaku buruk dan dalam hal ini
sama dengan pengertian yang terdapat dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia. Lebih jauh Qurash Shihab berpendapat bahwa kendatipun
nafs berpotensi positif dan negatif, namun diproleh pula isyarat
bahwa pada hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat dari
potensi negatifnya, hanya saja dorongan dan daya tarikkeburukan
lebih kuat dari pada daya tarik kebaikan.
3. Ketiga, Tantangan Manusia.
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan
agama karena manusia dalam kehidupannya menghadapi berbagai
tantangan baik yang datang dari dalam amupun dari luar. Tantangan
dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan
(lihat QS 12:5; 17:53). Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa
rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara
sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan.
Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga dan

5
pikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan
yang di dalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari
tuhan. Kita misalkan membaca ayat yang berbunyi “ Sesungguhnya
orang-orang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi
orang dari jalan Allah (QS al-Anfal,36). Berbagai bentuk budaya,
hiburan, obat-obat terlarang dan lain sebagainya dibuat dengan
sengaja.” Pada zaman semakin sekuler ini agama memainkan
peranan penting terhadap kehidupan berjuta-juta manusia”.( Keene
: 6)Untuk itu upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah
dengan mengajarkan mereka agar taat menjalankan agama.
Godaan dan tantangan hidup demikian itu, sangat meningkat,
sehingga upaya mengagamakan masyarakat menjadi penting.

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh


Allah swt. Oleh sebab itu manusia selalu membutuhkan panutan untuk
menjalankan kehidupannya masing-masing. Manusia tidak akan pernah merasa
puas atas apa yang telah mereka miliki, oleh karena itu manusia harus
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan kebutuhan pokok seperti kebutuhan
primer, skunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut harus diiringi dengan
keyakinan, manusia dapat mengatur hidupnya dengan adanya keyakinan atau
Agama yang mereka anut, oleh sebab itu agama merupakan salah satu
kebutuhan manusia yang juga tidak kalah penting dibandingkan dengan
kebutuhan pokok tersebut. Dengan memiliki Agama, manusia dapat
mengendalikan segala sesuatu yang dihadapi dalam kehidupannya, manusia
dapat mengendalikan hawa nafsu mereka dengan aturan keyakinan mereka
masing-masing, kebutuhan manusia terhadap agama bukanlah kebutuhan yang
dianggap mudah, karna agama dapat membuat manusia meyakini apa yang
mereka lakukan dalam kehidupan mereka masing-masing, dalam Agama Islam
manusia memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan kodratnya, maka dalam
agama islam manusia dapat mengatur kehidupannya dengan baik.
C. Fungsi Agama dan Kehidupan

6
Sudah ada sejarah yang panjang dalam menilai dan usaha menjelaskan
fungsi agama. Karl Marx dan Engels misalnya berpendapat bahwa fungsi
agama adalah untuk menutupi realitas yang mendasari sistem ekonomi dan
mengurangi rasa sakit penderitaan dari massa pekerja. Durkheim berpendapat
bahwa fungsi agama adalah untuk memungkinkan terjadinya ritual-ritual yang
mengikat atau menyatukan masyarakat bersama-sama. Freud, pada pihak lain,
mengatakan bahwa fungsi agama tak lebih dari mengatasi rasa takut serta
mencukupi kebutuhan-kebutuhan emosional.
Banyak ahli berpendapat bahwa fungsi agama adalah untuk memajukan
serta mempertahankan perilaku-perilaku moral. Para pendukung teori evolusi
modern melihat agama terutama sebagai adaptasi yang berfungsi untuk
meningkatkan kohesi kelompok, dan inilah juga yang dikemukakan oleh
Durkheim.
Philip Goldberg yang merangkum berbagai fungsi agama memberi
daftar fungsi agama sebagai berikut:
1. Transmisi atau pewarisan: yakni untuk meneruskan ke setiap generasi
suatu “sense of identity” melalui kebiasaan-kebiasaan, cerita, dan
kelanjutan historis yang dimiliki bersama.
2. Translasi atau penerjemahan: yakni untuk menolong individu-individu
menafsirkan peristiwa-peristiwa kehidupan, mendapatkan suatu rasa
bermakna dan bertujuan, dan memahami hubungan-hubungannya
dengan keseluruhan yang lebih besar (baik dalam arti sosial maupun
kosmis).
3. Transaksi: yakni untuk menciptakan dan mempertahankan suatu
komunitas yang sehat, dan memberi penuntun terhadap perilaku-
perilaku moral dan hubungan-hubungan etis.
4. Transformasi: yakni sebagai pengembangan kedewasaan dan
pertumbuhan yang terus- menerus, menolong umat beragama untuk
merasa lebih penuh dan komplet.
5. Transendensi: yakni untuk memuaskan kerinduan untuk memperluas
batasan-batasan diri yang dipersepsikan, menjadi lebih sadar terhadap

7
aspek kehidupan yang lebih sakral, dan mengalami persekutuan/
penyatuan dengan dasar keberadaan yang mutlak.
Daftar di atas kurang lebih mencoba merangkum berbagai definisi
fungsional dari agama dan daftar itu masih bisa lebih panjang lagi. Tentu saja
tidak setiap orang memaknai agama yang dianutnya dengan keseluruhan fungsi
seperti di atas, atau memberi tekanan yang sama terhadap semua fungsi di atas,
karena memang pengalaman agamawi setiap orang itu unik dan individual.
Dalam Jurnal Tarbiyah Al-Awlad yang berjudul "Agama dan
Pengaruhnya dalam Kehidupan", menyebutkan fungsi agama yaitu:
1. Edukatif
Fungsi agama yang pertama adalah fungsi edukatif. Para
penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama mereka memberikan
ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis, berfungsi
untuk menyuruh dan melarang seseorang bertindak. Kedua unsur suruh
dan larangan ini mempunyai latar belakang untuk mengarahkan
seseorang agar para penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan
yang baik menurut ajaran agama masing-masing.
2. Penyelamat
Fungsi agama yang kedua yaitu fungsi penyelamat. Setiap orang
pasti menginginkan dirinya selamat di mana pun berada. Agama hadir
dengan membawa keselamatan tersebut. Keselamatan yang diberikan
oleh agama meliputi keselamatan di dua alam, yaitu di dunia dan
akhirat. Tapi untuk mendapatkan keselamatan tersebut, agama
mengajarkan para penganutnya melalui pengenalan kepada masalah
sakral, berupa keimanan kepada Tuhan.
3. Pendamai
Fungsi agama yang ketiga adalah sebagai pendamai. Dengan
agama, seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai
kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa
bersalah yang ada pada dirinya akan segera menjadi hilang dari

8
batinnya, ketika seorang pelanggar tersebut telah menebus dosanya
dengan cara tobat, pensucian, ataupun penebusan dosa.
4. Sosial Kontrol
Fungsi agama yang keempat yaitu sebagai sosial kontrol. Para
penganut agama akan terikat batinnya pada ajaran agama yang
dipeluknya, baik secara pribadi maupun secara kelompok. Oleh
penganutnya, ajaran agama tersebut dianggap sebagai pengawasan
sosial secara individu maupun kelompok.

D. Doktrin Kepercayaan Agama


Dalam pemikiran kaum Marxis doktrin agama dianggap sebagai candu
masyarakat yang melalaikan manusia terhadap berbagai penindasan kaum
borjuis. Lantas apakah doktrin kepercayaan agama memang bersifat demikian.
Pernyataan Karl Mark dilatarbelakangi oleh konteks yang demikian. Namun
perlu diketahui bahwa agama terutama Islam sama sekali tidak menganjurkan
manusia lalai dengan tindakan ketidak adilan yang ada di depan matanya.
Perlu diketahui juga bahwa dalam menjalankan fungsi dan mencapai
tujuan hidupnya manusia telah dianugerahi oleh Allah dengan berbagai bekal
seperti: naluri, (insting), pancaindra, akal, dan lingkungan hidup untuk dikelola
dan dimanfaatkan. Fungsi dan tujuan hidup manusia adalah dijelaskan oleh
agama dan bukan oleh akal. Agama justru datang karena ternyata bekal-bekal
yang dilimpahkan kepada manusia itu tidak cukup mampu menemukan apa
perlunya ia lahir ke dunia ini. Agama diturunkan untuk mengatur hidup
manusia. Meluruskan dan mengendalikan akal yang bersifat bebas. Kebebasan
akal tanpa kendali, bukan saja menyebabkan manusia lupa diri, melainkan juga
akan membawa ia ke jurang kesesatan, mengingkari Tuhan, tidak percaya
kepada yang gaib dan berbagai akibat negatif lainnya.
Yang istimewa pada doktrin agama ialah wawasannya lebih luas. Ada
hal-hal yang kadang tak terjangkau oleh rasio dikemukakan oleh agama. Akan
tetapi pada hakikatnya tidak ada ajaran agama (yang benar) bertentangan
dengan akal, oleh karena agama itu sendiri diturunkan hanya pada orang-orang

9
yang berakal.[13] Maka jelas bahwa manusia tidak akan mampu menanggalkan
doktrin agama dalam diri mereka. Jika ada yang merasa diri mereka
bertentangan dengan agama maka akalnya lah yang tidak mau berpikir secara
lebih luas.
Lebih luas lagi menurut T. Jeremy Gunn ada tiga segi agama yang perlu
diketahui, yaitu :
1. Pertama, agama sebagai kepercayaan. Agama sebagai kepercayaan
menyinggung keyakinan yang orang pegang mengenai hal-hal seperti
Tuhan, kebenaran, atau doktrin kepercayaan. Kepercayaan terhadap
agama menekankan, contohnya, kesetiaan pada doktrin-doktrin seperti
rukun Islam, karma, darma, atau pesan sinkretis lainnya yang menurut
banyak doktrin agama mendasari realitas kehidupan.
2. Kedua, agama sebagai kepercayaan menekankan pada doktrin,
sedangkan agama sebagai identitas menekankan pada afiliasi dengan
kelompok. Dalam hal ini, identitas agama dialami sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan keluarga, etnisitas, ras atau Kebangsaan. Jadi,
orang percaya bahwa identitas agama merupakan sesuatu yang
didapatkan setelah proses belajar, berdoa, atau refleksi.
3. Segi agama yang ketiga ialah agama sebagai jalan hidup (way of life).
Dalam segi ini, agama berhubungan dengan tindakan, ritual, kebiasaan
dan tradisi yang membedakan umatnya dari pemeluk agama lain.
Contohnya, agama sebagai jalan hidup bisa mendorong orang untuk
hidup di biara atau komunitas keagamaan, atau melakukan banyak
ritual, termasuk salat lima waktu, mengharamkan daging babi, dan lain
sebaginya. Dalam segi ini, keimanan berusaha tetap dipegang, bahkan
perlu untuk diimplementasikan.
Doktrin Kepercayaan Agama Islam
1. Iman kepada Allah
Kalimat lailaha illa Allah atau sering disebut kalimat thoyyibah adalah
suatu pernyataan pengakuan terhadap keberadaan Allah yang Maha
Esa, tiada tuhan selain Dia (Allah). Ia merupakan bagian lafadz dari

10
syahadatain yang harus diucapkan ketika akan masuk Islam yang
merupakan refleksi dari tauhid Allah ynag menjadi inti ajaran Islam.
a. Argumen keberadaan Allah
Pengakuan terhadap keberadaan Allah berarti menolak
keberadaan tuhan-tuhan lainnya yang dianut oleh para pengikut
agama lain. Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam
semesta yang mendukung keberadaaan tuhan. Pertama, paham
yang menyatakan bahwa alam semesta ini ada dari yang tidak
ada, ia terjadi dengan sendirinya. Kedua, paham yang
menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari sel yang
merupakan inti. Ketiga, paham ynag mangatakan bahwa alam
semesta itu ada yang menciptakan.
b. Kemustahilan menemukan zat Allah
Akal yang merupakan ciri keistimewaan manusia, sekaligus
sebagai pembeda antara manusia dan makhluk lainnya, belum
bisa digunakan untuk mengetahui persoalan yang tidak dapat
diselesaikan oleh akal yaitu menemukan zat Allah, karena pada
hakekatnya manusia berada dalam dimensi yang berbeda
dengan Allah.
2. Iman kepada malaikat kitab dan rasul Allah
a. malaikat Allah
Malaikat merupakan makhluk tuhan yang diciptakan dari nur
cahaya, ia adalah makhluk langit yang mengabdi kepada Allah
dengan bermacam-macam tugas yang diembannya, jumlahnya
sangatlah banyak, namun yang harus kita imani hanyalah 10
(nama) malaikat beserta tugas-tugasnya.
b. kitab-kitab Allah
Iman kepada kitab Allah adlah wajib dan itu merupakan
konsekuensi logis dari pembenaran terhadap adanya Allah, oleh
karena itu tidak sepantasnya seorang mukmin mengingkari
kitab-kitab Allah yaitu al-Qur’an, Injil, Taurat, dan Zabur.

11
c. Rasul-rasul Allah
Doktrin islam mengajarkan agar setiap muslim beriman kepad
rasul yang diutus oleh Allah tanpa membedakan antara satu
dengan yang lainnya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh
Allah swt. Oleh sebab itu manusia selalu membutuhkan panutan untuk
menjalankan kehidupannya masing-masing. Manusia tidak akan pernah merasa
puas atas apa yang telah mereka miliki, oleh karena itu manusia harus
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan kebutuhan pokok seperti kebutuhan
primer, skunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut harus diiringi dengan
keyakinan, manusia dapat mengatur hidupnya dengan adanya keyakinan atau
Agama yang mereka anut, oleh sebab itu agama merupakan salah satu
kebutuhan manusia yang juga tidak kalah penting dibandingkan dengan
kebutuhan pokok tersebut. Dengan memiliki Agama, manusia dapat
mengendalikan segala sesuatu yang dihadapi dalam kehidupannya, manusia
dapat mengendalikan hawa nafsu mereka dengan aturan keyakinan mereka
masing-masing, kebutuhan manusia terhadap agama bukanlah kebutuhan yang
dianggap mudah, karna agama dapat membuat manusia meyakini apa yang
mereka lakukan dalam kehidupan mereka masing-masing, dalam Agama Islam
manusia memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan kodratnya, maka dalam
agama islam manusia dapat mengatur kehidupannya dengan baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Muhammadin. 2013. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. Vol. 1/99-144.

Bakhtiar, Nurhasanah dan Marwan. 2016. Metodologi Studi Islam. Pekanbaru :


Cahaya Firdaus.
http://msitadriskimia.blogspot.com/2010/09/manusia-dan-kebutuhan-doktrin-
agama.html?m=1
https://www.merdeka.com/jabar/fungsi-agama-bagi-kehidupan-manusia-sebagai-
pemberi-damai-hingga-sosial-kontrol-kln.html?page=3
https://stie-igi.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/Bab-1-2.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai