MAKALAH
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur alhamdulilah kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah kami dengan judul “Kebutuhan Manusia terhadap
Agama” ini dalam keadaan sehat wal’afiat tanpa kurang suatu apapun.
Tujuan utama penulis membuat makalah ini agar pembaca dapat mengetahui
akan kebutuhan manusia terhadap agama dan untuk memenuhi Mata Kuliah
pendidikan agama pertemuan ke -4.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangatkami
harapkan agar kedepannya menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................ii
2
Daftar Isi...............................................................................................iii
Bab I Pendahuluan................................................................................1
Latar Belakang......................................................................................1
Rumusan Masalah.................................................................................1
Tujuan...................................................................................................1
Bab II Pembahasan...............................................................................2
Pengertian Agama.................................................................................2
Fungsi Agama.......................................................................................8
Kesimpulan...........................................................................................11
Saran.....................................................................................................11
Daftar Rujukan......................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Agama merupakan pedoman bagi setiap orang untuk bertingkah laku
dalam kehidupan sehari-hari.Di Indonesia sendiri, banyak agama telah diakui.
Mulai dari Islam, Kristen, katholik, hindu, bahkan Budha sudah mendapat
pengakuan di Indonesia. Meskipun demikian, Islamlah yang mayoritas dianut
oleh bangsa ini.Namun, kebanyakan dari mereka hanyalah menganut Islam,
tanpa menjalankan syariat-syariatnya, tanpa mengetahui maksud dari agama
tersebut dianut.
Oleh karena itu, penulis bermaksud memberi penjelasan kepada
penulis mengenai “Kebutuhan Manusia Terhadap Agama”.Agar pembaca bisa
introspeksi diri, sehingga bisa lebih baik kedepannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian agama itu?
2. Bagaimanakah latar belakang kebutuhan manusia terhadap agama?
3. Apakah fungsi agama dalam kehidupan?
4. Apakah doktrin kepercayaan agama itu?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian agama.
2. Untuk mengetahui latar belakang kebutuhan manusia terhadap agama.
3. Untuk mengetahui fungsi agama dalam kehidupan.
4. Untuk mengetahui doktrin kepercayaan agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
Berbicara mengenai pengertian agama, A. Mukti Ali menyebutkan tiga
aliran tentang kesulitan dalam mendefinisikan agama. Yaitu:
4
1. Karena pengalaman agama itu adalah soal batini dan subjektif, juga sangat
individualistis.
Oleh karena itu, tidak ada orang yang bertukar pikiran tentang pengalaman
agamanya.
2. Tidak ada orang yang begitu semangat dan emosional lebih, daripada
membicarakan agama.
3. Sehingga setiap orang ingin menyatakan dirinya sebagai manusia
beragama.
4. Konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan
pengertian agama itu.1
5
Dalam bahasa Semit, din berarti undang-undang atau hukum. Jika dalam
bahasa Arab, mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan,
dan kebiasaan. Pengertian ini juga sejalan dengan kandungan agama yang di
dalamnya terdapat peraturan-peraturan yang merupakan hukum., yang harus
dipatuhi penganut agama yang bersangkutan.
Selanjutnya agama juga menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan
patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama.
Adapun kata religi berasal dari bahasa Latin, dan menurut Harun Nasution
kata religi adalah relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan
membaca.Dari beberapa definisi tersebut, akhirnya Harun Nasution
menyimpulkan bahwa intisari yang terkandung dalam istilah-istilah diatas adalah
ikatan.
Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia
sehari-hari.Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari
manusia.Satu kekuatan ghaib yang tak dapat ditangkap pancaindera.5
Dalam bukunya yang berjudul Agama dan Masyarakat, Elizabet K.
Nottingham berpendapat bahwa agama adalah gejala yang begitu sering terdapat
dimana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk membuat
abstraksi ilmiah.Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa agama berkaitan dengan
usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya
sendiri dan keberadaan alam semesta.
Selanjutnya karena demikian banyaknya definisi tentang agama yang
dikemukakan para ahli, Harun Nasution mengatakan bahwa agama dapat
didefinisikan sebagai berikut:
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib
yang harus dipatuhi
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan
pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi
3
perbuatan-perbuatan manusia.
5
Ibid,hal.10
6
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup
tertentu
5. Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari kekuatan
ghaib
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini
bersumber pada kekuatan ghaib
7. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam
sekitar manusia
8. Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Rasul.
Dari beberapa definisi diatas, kita dapat menjumpai empat unsure yang
menjadi karakteristik agama, sebagai berikut:
Pertama, unsur kepercayaan terhadap kekuatan ghaib
Kedua, unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
di dunia dan akhirat teergantung pada adanya hubungan yang baik dengan
kekuatan ghaib yang dimaksud.
Ketiga, unsur respons yang bersifat emosional dari manusia.
Keempat, unsure paham adanya kudus dan suci, dalam bentuk kekuatan
ghaib, kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan,
tempat-tempat tertentu, peralatan untuk menyelenggarakan apacara, dan
sebagainya.
4
1. Agama wahyu (agama samawi) adalah agama yang diterima oleh manusia
dari Allah melalui malaikat Jibril dan disebarkan oleh Rasul-Nya kepada
manusia.
7
2. Agama budaya (agama ardhi) adalah agama yang bersumber dari ajaran
seorang manusia yang dipandang mempunyai pengetahuan yang
mendalam tentang kehidupan.6
6
Aminuddin, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bandung: Ghalia
Indonesia 2005) hal 13
8
bertujuan untuk mengakui eksistensi anak tersebut di tengah-tengah lingkungan
keluarganya yang selanjutnya bisa menumbuhkan harga dirinya.Dan pada saat
menjelang kematiannya, kalimat yang harus diperdengarkan adalah kalimat
tauhid.
Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi beragama ini
dapat dilihat melalui bukti historis dan antropologis.Melalui bukti ini, kita
mengetahui bahwa pada manusia primitive yang tidak pernah dating kepadanya
mengenai informasi tentang Tuhan, ternyata mereka mempercayai adanya
Tuhan.Misalnya mereka mempertuhan benda yang dianggap misterius dan
mengagumkan.
Berkaitan dengan uraian diatas, ada beberapa hipotesis yang diajukan
mengenai pertumbuhan agama pada manusia. Diantaranya,
1. Hipotesis yang mengatakan bahwa agama adalah produk rasa takut, seperti
rasa takut dari alam. Sebagai akibat rasa takut inilah terlintas agama dalam
benak manusia.
2. Hipotesis yang mengatakan bahwa agama adalah produk kebodohan.
Manusia sesuai wataknya selalu cenderung ingin mengetahui sebab-sebab
dan hukum-hukum yang berlaku atas alam ini serta peristiwa-peristiwa
yang terjadi di dalamnya.
3. Hipotesis yang mengatakan bahwa motivasi keterikatan manusia kepada
agama adalah pendambaannya akan keadilan dan keteraturan.
4. Hipotesis tersebut telah banyak dibuktikan kegagalannya oleh para ahli,
karena dasar hipotesis terseut adalah pemikiran manusia yang
terbatas.Sedangkan agama yang benar berasal dari Maha Tidak Terbatas,
yaitu Tuhan.
5. Jadi, Karena di dalam hati manusia sudah terdapat potensi untuk
beragama, maka potensi beragama ini perlu pembinaan, pengarahan dan
pengembangandengan cara mengenalkan agama kepadanya.
Beberapa hipotesis tersebut telah banyak dibuktikan kegagalannya oleh
para ahli, karena dasar hipotesis tersebut adalah pemikiran manusia yang terbatas,
9
sedangkan agama yang benar datang dari Yang Maha Tidak Terbatas.Dengan
demikian, dalam hal beragama, akal saja tidak cukup.
Ada suatu permasalahan, bahwa di dunia ini ada banyak orang yang tidak
taat beragama namun dirinya seakan-akan bisa sukses, hidunya terarah.Hal ini
karena Allah memiliki sifat Rohman, Maha Pengasih di dunia saja. Sehingga
siapapun pasti mendapat nikmat dari Allah, tidak peduli oarng islam atau bukan.
Sebagai contoh, dalam literature trologi Islam kita jumpai pandangan kaum
Mu’tazilah yang rasionalis, karena banyak mendahulukan pendapat akal dalam
memperkuat argumentasinya daripada mendapat wahyu.Namun mereka sepakat
bahwa manusia akalnya memiliki kelemahan.Dalam hubungan inilah, maka kaum
Mu’tazilah mewajibkan pada Tuhan agar menurunkan wahyu dengan tujuan agar
kekurangan yang ada dapat dilengkapi dengan informasi dari wahyu tersebut.
10
upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar agama pada
mereka agar lebih taat menjalankannya.7
Untuk itu maka upaya mengatasi dan membentengi manusia yaitu dengan
mengajar mereka agar taat menjalankan agama.Godaan dan tantangan hidup
demikian itu, saat ini semakin meningkat.Sehingga upaya mengamankan
masyarakat menjadi penting.
C. Fungsi Agama
Agama merupakan suatu rasa iman / kepercayaan. Orang yang meyakini
agama tertentu, pastilah menginginkan orang lain untuk ikut bersamanya. Mereka
menyebarkan, mendakwahkan serta mempropaganda agar orang lain sepaham
dengannya.
Mereka rela melakukan hal itu demi agamanya.Agama yang mereka anggap
sebagai system kepercayaan. Sehingga pantaslah bila mereka menjadikan agama
sebagai peraturan atau tuntunan tentang cara hidup di dunia, baik lahir maupun
batin.8
11
juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya
sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan sedikit penerangan daripada
falsafah.Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahawa dunia
adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT.
Setangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak
terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat
menarik dan untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk
menjawab soalan-soalan ini.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah
kerana sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama,
malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
12
Doktrin lebih bersifat praktis, sehingga doktrin keagamaan cenderung dicirikan
oleh intensitas praktis.Doktrin juga berarti kebenaran.Dalam konteks doktrin, agama
selalu menjadi aqidah, yakni suatukepercayaan kepada Tuhan, suatu ikatan, kesadaran
dan penyembahan secara spiritual kepada-Nya.
Pada dasarnya, doktrin tentang kebenaran memiliki sifat ganda, yaitu mutlak dan
relative.Kemuutlakan dapat dilihat dari esensinya.Sedangkan kerelatifan terletak pada
penyikapan terhadap esensi itu.9
Begitu juga dengan doktrin yang dimaksud kaum Sunni tradisional.Bagi mereka,
doktrin adalah adanya kewajiban tunduk kepada pemerintah oleh semua kaum muslimin
tanpa pandang bulu.
Di kalangan mereka ada ungkapan “para penguasa lalim untuk masa 60 tahun,
masih lebih baik daripada anarki sesaat”. Ketundukan itu sama sekali tidak
memperhitungkan penggunaan kekuasaan secara salah. Ketundukan kepada penguasa ini
sebenarnya adalah doktrin kaum Sunni Tradisional, yang tentu sangat berlawanan dengan
berbagai ajaran.
9
. Adeng Muchtar Ghazali, M.Ag, Agama dan Keberagaman dalam konteks
perbandingan Agama, (Bandung:Pustaka Setia 2004) hal 51-52
13
Esa dalam perbuatan (af’al) ialah bahwa tidak ada seorang pun yang mampu
mengerjakan sesuatu yang menyerupai perbuatan Allah.
Dalam Al-Quran, Allah berfirman,”Allah tidak dapat dicapai oleh penglihatan
mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dia-lah yang Maha
Halus lagi Maha Mengetahui” (Q.S Al-An’am:103)
c. Argumen Keberadaan Allah
Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang
mendukung keberadaan Tuhan.Pertama, paham yang mengatakan bahwa alam
semesta ini ada dari yang tidak ada (creatio ex-nihilo).Ia terjadi dengan
sendirinya. Kedua, paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini berasal dari
sel (jauhar) yang merupakan inti.Ketiga, paham yang mengatakan bahwa alam
semesta itu ada yang menciptakan. (Sayid Syabiq, 1974:61)
d. Iman kepada Malaikat, Kitab, dan Rasul Allah
1. Malaikat Allah
Malaikat adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dari al-nur
(cahaya).Malaikat termasuk makhluk ruhani yang bersifat ghaib.Mereka bukan
kelompok makhluk berwujud jasmaniah yang dapat diraba, dilihat, dicium, dan
dirasakan karena mereka berada di alam yang berbeda dengan alam
manusia.Mereka disucikan dari syahwat kebinatangan yang terhindar dari
keinginan hawa nafsu yang bersifat materiil.Mereka selalu tunduk dan patuh
kepada Allah SWT, tidak pernah ingkar kepada-Nya.Dengan demikian, mereka
menghabiskan waktu siang dan malam untuk beribadah kepada Allah semata.
2. Kitab-Kitab Allah
Ayat-ayat Allah yang merupakan ajaran-ajaran dan tuntutan itu dapat
dibedakan menjadi dua, ayat yang tertulis dalam kitab-Nya dan yang tidak tertulis
yang disebut alam semesta.
Ayat-ayat yang tertulis terformulasikan dalam empat kitab, yaitu Al-Quran, Injil,
Zabur dan Taurat yang masing-masing diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW,. Nabi Isa, Nabi Dawud dan Nabi Musa. Keempat kitab itu disebut kitab
samawi, karena kitab itu diyakini umat Islam sebagai firman Allah yang
14
diwahyukan kepada para nabi dan rasul.Hanya saja, kitab-kitab selain Al-Quran
sudah terkontaminasi oleh manusia sebagaimana yang diberitakan dalam Al-
Quran.
3. Rasul-Rasul Allah
Secara bahasa, rasul berarti orang yang diutus. Artinya, ia diutus untuk
menyampaikan berita, rahasia, tanda-tanda yang akan dating, dan misi atau
risalah. Secara terminology, rasul berarti orang yang diutus oleh Allah SWT untuk
menyampaikan wahyu kepada umatnya.
Diantara tugas yang diemban oleh para rasul adalah:
Mengajarkan tauhid dengan segala sifat-sifat-Nya
Mengajak manusia untuk menyembah dan minta tolong hanya kepada
Allah
Mengajarkan kepada manusia agar memiliki moral atau akhlak mulia
Mengajarkan kepada manusia tentang norma-norma kehidupan agar
selamat dunia dan akhirat
Mengajak manusia untuk semangat dalam bekerja, sehingga memiliki
keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat
Mengajak manusia agar tidak memperturutkan hawa nafsu
Menyampaikan berita yang bersifat ghaib, seperti malaikat, surge dan
neraka, alam kubur, alam akhirat.
Sifat-sifat yang diberikan Allah kepada para rasul:
Shidiq, artinya jujur dan benar serta terhindar dari sifat al-kidzb
atau dusta.
Amanah, artinya dapat dipercaya dan terhindar dari sifat khianat
Tabligh, artinya menyampaikan dan terhindar dari sifat al-kitman
atau menyembunyikan sesuatu
Fathonah, artinya bijaksana dan brilian serta terhindar dari sifat al-
jahl atau bodoh
Ma’shum, artinya senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah,
sehingga apabila melakukan kekeliruan, langsung mendapat
teguran dan koreksi dari Allah.
15
4. Alam Ghaib
Manusia itu tersusun dari dua unsur, jasmani dan rohani.Ruh adalah urusan
Allah yang termasuk ghaib.Ketika manusia mati, ruh tidak ikut mati tapi kembali
kea lam arwah.Oleh karena itu, akal pikiran manusia tidak mampu menerangkan
ruh dengan jelas.
Kematian merupakan pintu bagi manusia untuk memasuki alam kedua, alam
kubur atau alam barzakh.Para ulama mengartikan alam barzakh sebagai periode
antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.Keberadaan di alam barzakh
memungkinkan seseorang dapat melihat kehidupan dunia maupun akhirat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama merupakan kepercayaan pada kekuatan ghaib yang menimbulkan
cara hidup tertentu. Banyak factor yang menyebabakan manusia
membutuhkan agama.Diantaranya, agama merupakan kebutuhan fitri manusia,
manusia masih memiliki banyak kekurangan pada dirinya, dan banyak
tantangan yang dihadapi.
16
Agama dapat berfungsi sebagai peraturan atau tuntunan untuk hidup di
dunia.Selain itu, dalam istilah agama juga dikenal adanya doktrin yang
merupakan ajaran tentang kebenaran.
B. Saran
Demikian makalah ini penulis susun.Penulis hanyalah manusia biasa
yang tak luput dari kesalahan.Karena itu, pastilah makalah ini belum sesuai
harapan.Untuk itu, penulis berharap agar para pembaca memberi kritik dan
saran kepada penulis.Sehingga makalah kami bisa lebih baik
kedepannya.Terimakasih.
DAFTAR RUJUKAN
14
Nata, Abuddin,Metodologi studi Islam,Jakarta:Logos,1998
Wahid,Abdurrahman,Islamku Islam Anda Islam Kita,Jakarta:The WAHID
Institute,2006
Tafsir,Dr.Ahmad,Filsafat Umum,Bandung:PT.Remaja Rosydakarya,1990
Muchtar Ghazali,Adeng,Agama dan Keberagaman dalam Konteks Perbandingan
Agama,Bandung:Pustaka Setia,2004
17
Amunuddin,Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi,Jakarta:Ghalia
Indonesia,2005
http://abdain.wordpress.com/2010/04/11/fungsi-agama-bagi-kehidupan/
15
18