Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AGAMA

MK : METODE STUDI ISLAM

DOSEN : KHAIRUN NITA,M.Pd.I

DISUSUN OLEH :

SISTEM INFORMASI

KELOMPOK 1

1. 1. ABDUL FAHRI DAULAY 2171020113

2. 2. ADE SILMI AFIA 2171020114

3. 3. AHMAD FARZI ANWAR 2171020045

4. 4. AHMAD HIDAYAT 2171020159

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG

2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji syukur atas limpahan rahmat dan nik-
matnya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan lancar. Sholawat serta
salam kami sanjung agungkan kepada baginda Muhammad saw, semoga kami semua
mendapatkan syafaat dan pertolongan di hari akhir.

Tujuan penulisan makalah ini untuk memmenuhi tugas mata kuliah metode studi islam
semester 4 dengan judul ”Agama". Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha dengan
semua kemampuan yang kami miliki , sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan.

Kami harap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebgaimana mestinya dan dapat me-
menuhi salah satu tugas mata kuliah . aamiin

II
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN . ................................................................................................... I

KATA PENGANTAR .................................................................................................. .II

DAFTAR ISI ................................................................................................................. III

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. .1

A. Latar Belakang .................................................................................................. .1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. .1
C. Tujuan ............................................................................................................... .1

BAB II AGAMA ........................................................................................................... .2

A. Definisi Agama ................................................................................................... .2


B. Tujuan dan Ruang Lingkup Agama ................................................................. 4
C. Agama Sebagai Moral ...................................................................................... 5
D. Agama Petunjuk Kebenaran ............................................................................ 6
E. Agama sebagai dasar perdamaian .................................................................... 7
F. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama ............................................................ 8

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 9

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

III
BAB I

PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam studi keagamaan sering dibedakan antara kata religion dengan kata religiosity. Ka-
ta yang pertama, religion, yang biasa dialihbahasakan menjadi "agama", pada mulanya lebih
berkonotasi sebagai kata kerja, yang mencerminkan sikap keberagamaan atau kesalehan
hidup berdasarkan nilai-nilai ketuhanan. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, religion
bergeser menjadi semacam "kata benda"; ia menjadi himpunan doktrin, ajaran, serta hukum-
hukum yang telah baku yang diyakini sebagai kodifikasi perintah Tuhan untuk manusia.
Proses pembakuan ini berlangsung, antara lain, melalui proses sistematisasi nilai dan seman-
gat agama, sehingga sosok agama hadir sebagai himpunan sabda Tuhan yang terhimpun da-
lam kitab suci dan literatur keagamaan karya para ulama. Dalam Islam, umpamanya, telah
terbentuk ilmu-ilmu keagamaan yang dianggap baku seperti ilmu kalam, fikih, dan tasawuf
yang akhirnya masing-masing berkembang dan menjauhkan diri antara yang satu dengan
yang lainnya.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi agama?
2. Tujuan dan ruang lingkup agama?
3. Agama sebagai moral?
4. Agama petunjuk kebenaran?
5. Agama ide dasar perdamaian ?
6. Kebutuhan manusia terhadap agama?

A. TUJUAN
1. Mahasiswa memahami definisi agama
2. Mahasiswa mengetahui tujuan dan ruangligkup agama
3. Mahasiswa mengetahui agama sebagai moral
4. Mahasiswa dapat mengetahui agama petunjuk kebenaran
5. Mahasiswa mengetahui tentang ide dasar penelitian
6. Mahasiswa dapat mengetahui kebutuhan manusia terhadap agama

1
BAB II
AGAMA

A. Definisi Agama

1. Pengertian Agama

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip ke-
percayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya
dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan
tersebut. Agama adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkup manusia.

Kata Agama dalam bahasa Indonesia sama dengan diin (dari bahasaArab) dalam
bahasa Eropa disebut religi (religion) (bahasa Inggris), lareligion (bahasa Perancis), the
religie (bahasa Belanda), die religion, (bahasa Jerman). Kata diin dalam bahasa sempit
berarti Undang - undang (Hukum), sedangkan diin dalam bahasa Arab berarti menguasi,
menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Meskipun terdapat perbedaan makna
secara etimologi antara diin dan Agama, namun umumnya kata diin sebagai istilah teknis
diterjemahkan dalam pengertian yang sama dengan Agama . Abdul Mu’in menjelasan
bahwa kata Agama selain disebut dengan kata diin dapat juga disebut syara,
syari’at/millah. Syara itu dinamakan juga addiin/millah.

Hukum itu wajib dipatuhi, maka disebut addin dan karena hukum itu dicatat serta
dibukukan, dinamakan millah. Kemudian karena hukum itu wajib dijalankan, maka di-
namakan syara. Harun Nasution, menjelaskan bahwa Agama adalah suatu sistem ke-
percayaan dan tingkah laku yang berasal dari suatu kekuatan yang ghaib. Pendapat lain
mengenai Agama menurut Al-Syahrastani adalah kekuatan dan kepatuhan yang terka-
dang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan di akhirat).

Pendapat Bouquet mendefinisikan Agama adalah hubungan yang tetap antara diri
manusia dengan yang bukan manusia yang bersifat suci dan supernatur, dan yang bersifat
berada dengan sendirinya dan yang mempunyai kekuasaan absolut yang disebut Tuhan.

Departemen Agama pada masa Indonesia telah merdeka pada masa pertama Soe-
karno pernah mengusulkan definisi Agama kepada pemerintah yaitu “Agama adalah jalan
hidup dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa berpedoman kitab suci dan
dipimpin oleh seorang Nabi. “

Ada empat unsur yang harus ada pada definisi tersebut, ialah:

1. Agama merupakan jalan/alas hidup.


2. Mengajarkan kepercayaan adanya Tuhan Yang Maha Esa.
3. Mempunyai kitab suci.

2
4. Dipimpin oleh seorang nabi atau rasul.

Mukti Ali mendefinisikan Agama sebagai kepercayaan akan adanya Tuhan Yang
Maha Esa dan hukum yang di wahyukan kepada utusan-utusan-Nya untuk kebahagian
hidup manusia di dunia dan akhirat. Menurutnya, ciri-ciri Agama adalah sebagai berikut :

1. “Mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa.


2. Mempunyai kitab suci dari Tuhan Yang Maha Esa.
3. Mempercayai rasul/utusan dari Tuhan Yang Maha Esa.
4. Mempunyai hukum sendiri bagi kehidupan penganutnya berupa perintah dan
petunjuk.

2. Unsur-Unsur Agama

Koentjaraningrat mempunyai konsep bahwa tiap-tiap Agama merupakan suatu sistem


yang terdiri dari empat komponen, yaitu:

1. Emosi ke Agamaan yang menyebabkan manusia menjadi religius.


2. Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan-
bayangan manusia tentang sifat-sifat Tuhan, serta tentang wujud dari da-
lam alam gaib supernatural).
3. Sistem upacara religius yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan
Tuhan, dewa-dewa atau makhluk halus yang mendiami alam gaib.
4. Kelompok-kelompok religius atau kesatuan-kesatuan sosial yang menga-
nut sistem kepercayaan tersebut dalam sub II dan yang melakukan sistem
upacaraupacara tersebut dalam sub III.

Sementara itu Harun Nasution mengemukakan adanya empat unsur yang terdapat dalam
Agama , yaitu :

1. “Kekuatan gaib : manusia merasa dirinya lemah dan berajat kepada


kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Ole karena itu, manusia ha-
rus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan
baik ini dapat terwujud dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan
kekuatan gaib itu.
2. Keyakinan manusia bahwa kesejahterannya di dunia ini dan hidupnya di
akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan yang di-
maksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan keba-
hagiaan yang di cari akan hilang pula.
3. Respons yang bersifat emosional dari manusia. Respons itu bisa mengam-
bil bentuk perasaan takut, seperti yang terdapat dalam Agama - Agama
monoteisme.

3
3. Jenis Jenis Agama

Arti Agama di atas maka sesungguhnya pengertian Agama menjadi sangat luas.
Tiada seorang pun yang tidak menganut suatu ajaran Agama. Boleh jadi seseorang
mengatakan dirinya tidak Beragama namun pada hakikatnya ia telah membuat suatu
ajaran tertentu menjadi AgamaNya.

Ditinjau dari sumbernya Agama dibagi menjadi dua jenis, yaitu :


a. Agama Samawi (Agama Wahyu) Agama samawi (Agama wahyu) adalah
Agama yang diterima oleh manusia dari Allah Sang Pencipta melalui Ma-
laikat Jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat
manusia seperti Majusi, Yahudi, Nasrani dan Islam.
b. Agama Ardhi (Agama Bukan Wahyu) Agama ardhi (Agama bukan wahyu)
Adalah Agama yang diciptakan oleh manusia seperti budha, hindu,
konghuchu.

Agama menurut penjenisan ini dapat dibagi kepada dua jenis :


a. Agama Monoteisme merupakan Agama yang menganggap Tuhan hanya satu,
yakni mendukung konsep kewahidan Tuhan. Contohnya, Agama Islam.

b. Agama Politeisme merupakan Agama yang menganggap bahwa Tuhan


bewujud secara berbilangan, yakni ada banyak Tuhan atau Tuhan boleh ber-
pecah kepada banyak bentuk. Contohnya, Agama Hindu, Agama Rakyat Chi-
na.

B. Tujuan Dan Ruang Lingkup Agama

1. Tujuan Agama

Tuhan menganugerahkan agama di tengah-tengah peradaban manusia bukan tanpa


tujuan. Agama hadir untuk memberikan manfaat kepada manusia berupa:

a. Membimbing umat manusia dalam kehidupannya sesuai dengan ajaran agama


yang dianut.

b. Menyampaikan firman yang diyakini berasal dari Tuhan.

c. Membimbing umat manusia agar menjadi makhluk yang berakal budi dan bisa
menemukan kebaikan dunia dan akhirat.

d. Membuka cara bagaimana bisa bertemu dengan Tuhan-nya setelah mencapai


alam kematian.

4
2. Ruang Lingkup Agama

Pada dasarnya Agama dan agama Islam memiliki ruang lingkup yang hampir sama
yaitu:

a. Keyakinan: Sebuah agama akan dimulai dengan adanya sebuah keyakinan


terhadap agama tersebut. Di dalam Islam disebut Aqidah.
b. Ibadah: Sebuah agama akan memiliki ruang lingkup ibadah di dalamnya, jika
di dalam agama Islam disebut dengan syariat.
c. Akhlak: Disinilah letak perbedaan yang berada di dalam ruang lingkup agama
Islam. Yaitu tentang bagaimana kesadaran diri berperilaku terhadap sesama,
hewan dan makhluk lainnya.

Perlu kita pahami bersama bahwasanya ruang lingkup adalah sebuah batasan-
batasan dalam sebuah masalah. Di dalam hal ini adalah batasan-batasan di dalam se-
buah agama. Perbedaan antara agama dan agama Islam dalam ruang lingkupnya ada-
lah pada bagian akhlak. Setiap agama akan memiliki aqidah masing-masing, dan juga
cara peribadatan masing-masing. Namun hanya di dalam agama Islam yang menga-
tur bagaimana tentang akhlak terhadap satu dengan yang lainnya.

C. Agama sebagai sumber moral

Agama memiliki peranan penting dalam usaha menghapus krisis moral dengan
menjadikan agama sebagai sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama se-
bagai pedoman dalam menjalani kehidupan di dinia ini. Dalam konteks Islam sumber
moral itu adalah Al-Qur’an dan Hadits.

Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama


bahwa ada beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu:

a. Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan tawakal

b. Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani berjuang
menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa

c. Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat
mulia dan terpuji, toleransi, dan manusiawi.

5
Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia, salah
satunya, sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari Tuhan sangat
efektif dan memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar tidak
melakukan tindakan amoral.

D. Agama Petunjuk Kebenaran

Manusia adalah makhluk berakal, bahkan juga makhluk tukang bertanya. Apa saja
dipertanyakan oleh manusia dengan akalnya, untuk diketahui. Dari akal lahirlah ilmu dan
filsafat. Dengan ilmu dan filsafat ini makin besarlah keinginan manusia untuk menge-
tahui segala sesuatu dan makin besar kemampuannya untuk itu.

Salah satu hal yang ingin diketahui oleh manusia adalah apa yang bernama kebena-
ran. Ini adalah masalah besar dan menjadi tanda tanya besar bagi manusia sejak zaman
dahulu kala. Apa kebenaran itu, dan di mana dapat diperoleh? Manusia dengan akal,
dengan ilmu dan filsafatnya ingin mengetahui dan mencapainya. Dan yang menjadi
tujuan ilmu dan filsafat tidak lain adalah untuk mencari jawab atas tanda tanya besar ini,
yaitu masalah kebenaran.

Tetapi sayang, sebegitu jauh usaha ilmu dan filsafat untuk mencapai kebenaran tidak
membawa hasil seperti yang diharapkan. Kemampuan ilmu dan filsafat hanyalah sampai
kepada kebenaran relatif (nisbi), padahal kebenaran relatif (nisbi) bukanlah kebenaran
yang sesungguhnya. Kebenaran yang sesungguhnya adalah kebenaran mutlak dan univer-
sal, yaitu kebenaran yang sungguh-sungguh benar, absolut, dan berlaku untuk semua
orang.

Tampaknya sampai kapan pun masalah kebenaran akan tetap menjadi misteri bagi
manusia, kalau saja manusia hanya mengandalkan alat yang bernama akal, atau ilmu atau
juga filsafat. Sebab, seperti yang dikatakan oleh Demokritos (460-360), “Kebenaran itu
dalam sekali letaknya, tidak terjangkau semuanya oleh manusia” (Hatta,1959).

Penganut Sofisme, yaitu aliran baru dalam filsafat Yunani yang timbul pada perten-
gahan abad ke 5 menegaskan pula, “Kebenaran yang sebenarbenarnya tidak tercapai oleh
manusia” (Hatta, 1957). Bertrand Russel, seorang filosuf Inggris termasyhur juga berka-
ta: “Apa yang tidak sanggup dikerjakan oleh ahli ilmu pengetahuan ialah menentukan ke-
bajikan (haq dan batil). Segala sesuatu yang berkenaan dengar nilai-nilai adalah di luar
bidang ilmu pengetahuan” (Fachruddin, 1966).

Sekarang, bagaimana manusia mesti mencapai kebenaran? Sebagai jawaban atas per-
tayaan ini Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul di berbagai masa dan tempat,
sejak Nabi pertama yaitu Adam sampai dengan Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad
SAW. Para Nabi dan Rasul ini diberi wahyu atau agama untuk disampaikan kepada
manusia. Wahyu atau agama inilah agama Islam, dan ini pula sesungguhnya kebenaran
yang dicari-cari oleh manusia sejak dulu kala, yaitu kebenaran yang mutlak dan univer-
sal. Tinggallah kewajiban manusia untuk beriman dan patuh terhadap agama.

6
kebenaran ini. Allah SWT berfirman :

َ َ ‫َاب إِلَيْكََ أ‬
‫نزلْنَا إِنَّا‬ ََ ‫ق ا ْل ِكت‬
َِ َْ ََْ‫يَْ نََ ب ِلت َ ْحكُ ََم بِال‬ ِ ََ‫للا ُ أ َ َراك‬
َ ِ َّ‫ب َََِ ا الن‬
َ ‫اس‬ َ
“Sesungguhnya telah kami turunkan Al-Kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, agar kamu memberi kepastian hukum di antara manusia dengan
apa yang telah ditunjukkan oleh Allah kepadamu” (Al-Nisa: 105).
Dan firman-Nya pula :

َ َْ ََْ‫ن تَكُونَنََّ فَلََ َّر ِبكََ مِن ال‬


‫ق‬ ََ ‫ا ْل ُم ْمتَ ََ َِي‬
ََ ‫ن ِم‬
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali kamu
termasuk orang-orang yang ragu” (Al-Baqarah: 147).

Dapat disimpulkan, bahwa agama sangat penting dalam kehidupan karena kebenaran
yang gagal dicari-cari oleh manusia sejak dulu kala dengan ilmu dan filsafatnya, ternyata
apa yang dicarinya itu terdapat dalam agama. Agama adalah petunjuk kebenaran. Bahkan
agama itulah kebenaran, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal.

E. Agama Idea Dasar Perdamaian

Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Menurut definisi tersebut, agama dapat terbagi menjadi dua fungsi. Yakni agama se-
bagai pemersatu dan pemicu konflik. Dalam sejarahnya, bukti agama sebagai pemersatu
dapat dilihat dari sejarah Bangsa Indonesia sendiri. Di mana saat memperjuangkan ke-
merdekaan, tidak ada lagi kata Islam, Kristen, Buddha, ataupun yang lainnya. Hanya ada
satu nama yang diperjuangkan, yaitu nama Indonesia sendiri. Namun fungsi tersebut se-
makin terpuruk seiring dengan perkembangan zaman. Ironisnya, semakin berkembangnya
zaman, pemikiran manusia tentang agama menjadi semakin sempit. Agama tidak lagi
dipandang sebagai alat pemersatu namun justru sebagai bahan konflik.

Adanya diskriminasi agama di dunia sudah menimbulkan berbagai macam konflik.


Seperti halnya kasus GKI Yasmin di Bogor. Dalam kasus tersebut disebutkan bahwa ge-
dung Gereja dari GKI Yasmin tidak diizinkan untuk berdiri karena dianggap tidak
mempunyai IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Ternyata hal serupa tidak hanya terjadi
pada umat Kristiani, namun juga umat Muslim di daerah Timur Indonesia. Hal ini men-
imbulkan adanya rasa ketidakadilan di dalam masyarakat. Melalui hal tersebut, dapat
pembaca lihat bahwa agama kini dipandang sebagai pemicu konflik.

agama tidak seharusnya dijadikan sebagai dasar suatu konflik. Terkadang agama han-
ya dijadikan sebagai ‘kompor’ untuk menambah rumit suatu masalah, seperti halnya kon-
flik ISIS. Banyak orang memandang ISIS sebagai Islam, padahal ISIS dan Islam adalah

7
dua hal yang berbeda. Orang ISIS memang beragama Islam, namun orang Islam belum
tentu adalah anggota dari ISIS. Hal ini menciptakan adanya budaya latah untuk menya-
lahkan umat Muslim atas apa yang terjadi saat ini.

F. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

1. Latar Belakang Fitrah Manusia

Dalam bukunya berjudul Perpektif Manusia dan Agama, Murthada Muthahhari


mengatakan, bahwa di saat berbicara tentang para nabi, Imam Ali as.menyebutkan bahwa
mereka diutus untuk mengingatkan manusia kepada perjanjian yang telah diikat oleh
fitrah mereka, yang kelak mereka akan dituntut untuk memenuhinya. Mengacu kepada
informasi yang diberikan Alquran, Musa Asy’ari sampai pada suatu kesimpulan, bahwa
manusia insan adalah manusia yang menerima pelajaran dari Tuhan tentang apa yang tid-
ak diketahuinya. Manusia insan secara kodrati sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna
bentuknya dibandingkan dengan ciptaan Tuhan lainya sudah dilengkapi dengan kemam-
puan mengenal dan memahami kebenaran dan kebaikan yang terpancar dari ciptaan-Nya.

2. Kelemahan dan kekurangan manusia

Quraish Shihab mengatakan, walaupun Alquran menegaskan bahwa nafs berpotensi


positif dan negatif, namun diperoleh pula isyarat bahwa pada hakikatnya potensi positif
manusia lebih kuat daripada potensi negatifnya, hanya saja daya tarik keburukan lebih
kuat daripada daya tarik kebaikan. Sifat-sifat yang cendrung kepada keburukan yang ada
pada manusia itu antara lain berlaku zhalim, dalam keadaan susah payah, suka
melampaui batas, sombong, ingkar dan sebagainya.

3. Tantangan manusia

Faktor lain yang menyebakan manusia memerlukan agama adalah karena manusia
dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari
dalam maupun dari luar. dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan.
Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang di lakukan
manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka
dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang dimanifestasikan dalam
berbagai bentuk kebudayaan yang didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia
dari Tuhan

8
BAB III

KESIMPULAN

Agama adalah hubungan yang tetap antara diri manusia dengan yang bukan
manusia yang bersifat suci dan supernatur, dan yang bersifat berada dengan sendirinya
dan yang mempunyai kekuasaan absolut yang disebut Tuhan.

Tuhan menganugerahkan agama di tengah-tengah peradaban manusia bukan tanpa


tujuan. Agama hadir untuk memberikan manfaat kepada manusia berupa ,Membimbing
umat manusia ,Menyampaikan firman, Membimbing umat manusia agar menjadi ma-
khluk yang berakal budi, Membuka cara bagaimana bisa bertemu dengan Tuhan-nya.
agama dan agama islam memiliki ruang lingkup yang hampir sama yaitu,keyakinan
,ibadah akhlak.

Agama memiliki peranan penting dalam usaha menghapus krisis moral dengan
menjadikan agama sebagai sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama sebagai
pedoman dalam menjalani kehidupan di dinia ini. Dalam konteks Islam sumber moral itu
adalah Al-Qur’an dan Hadits.

Agama sangat penting dalam kehidupan karena kebenaran yang gagal dicari-cari oleh
manusia sejak dulu kala dengan ilmu dan filsafatnya, ternyata apa yang dicarinya itu ter-
dapat dalam agama. Agama adalah petunjuk kebenaran. Bahkan agama itulah kebenaran,
yaitu kebenaran yang mutlak dan universal.

Bukti agama sebagai pemersatu dapat dilihat dari sejarah Bangsa Indonesia sendiri.
Di mana saat memperjuangkan kemerdekaan, tidak ada lagi kata Islam, Kristen, Buddha,
ataupun yang lainnya. Hanya ada satu nama yang diperjuangkan, yaitu nama Indonesia
sendiri.

Latar belakang yang menjadikan kebutuhan agama terhadap manusia ialah, latar
belakang fitrah manusia,kelemahan dan kekurangan manusia,tantangan manusia.

9
DAFTAR PUSTAKA

Liswi hayana .2018. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama.September.Accesed Februari


21,2023.

Aulia.2008. Agama petunjuk kebenaran.Accesed Februari 18,2023.

isfani dana.2016.agama sebagai sumber moral dan akhlakmulia dalam kehidupan .


desember 28.Accesed Februari 18.2023

Yudha Bahkti Ardhiwisastra, Penafsir Dan Kontruksi Hukum,Alumni Bandung,2000,Hlm


8. Accesed 18.2023

10

Anda mungkin juga menyukai