Anda di halaman 1dari 71

ULASAN TEMA KEISLAMAN :

1. TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN


DALAM ISLAM
2. SAINS & TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL- HADITS
3. 3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI HADITS)
5. AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA
PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM
Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S. Th., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Magdalena

NIM : E1Q020031

Fakultas&Prodi : FKIP/Pendidikan Fisika

Semester :1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas


selesainya tugas ini, karena limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya saya dapat
menyelesaikan tugas yang berjudul tentang “Keistimewaan Dan Kebenaran Konsep
Ketuhanan Dalam Islam, Sains & Teknologi Dalam Al-Qur’an Dan Hadits, Generasi
Terbaik Menurut Al-Hadits, Pengertian Salaf (Referensi Hadits) Islam, Ajaran Tentang
Berbagi Serta Keadilan Penegakan Hukum”di susun untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pendidikan Agama di UNIVERSITAS MATARAM, dengan baik dan tepat waktu.

Sholawat dan salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad


SAW atas Risalah beliau yang bermanfaat bagi kita semua sebagai petunjuk menjalani
kehidupan. Serta Dengan pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Terima Kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.
Th., M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang
telah memberikan banyak masukan serta saran yang sangat bermanfaat dalam proses
penyelesaian tugas ini

Besar harapan saya tugas ini akan memberikan manfaat serta inspirasi kepada
pembaca dan semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan para pembaca tentang
tema keislaman di atas.

Penyusun, Mataram 23 Oktober 2020

Nama : Magdalena

NIM : E1Q020031

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER………………………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...……….iii

Bab I.Tauhid: Keistimewaan Dan Kebenaran Konsep Ketuhanan Dalam Islam……….......….....1

A. PENDAHULUAN………………………………………………………. ………………….…...1
B. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan.....................................................................2
C. Konsep Ketuhanan dalam Islam…………………………………………..…………………..8

Bab II. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits………………………………...……15

A. PENDAHULUAN………………………………………………………………………………15
B. Pendidikan Sains dan Teknologi yang Relevan dengan Al-Qur’an dan Hadis………...17
C. Dasar Pendidikan Sains dan Teknologi yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadis……..…19
D. Hadis-Hadis Yang Menggambarkan Tingkat Pengetahuan Ilmiah Dan Teknologi…….21

BAB III. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits………………………………………….…………28

A. Pengertian Sahabat , Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in……………………………….…………28


B. Dalil Keadilan Sahabat Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in……………………………….……….30
C. Tokoh – Tokoh ……………………………………………………………………….…...…
..34

BAB IV. Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referensi Al –Hadits)……………..…………..….37

A. Pengertian Salafussoleh…………………………………………….………………………..37
B. Dalil-dalil daripada Al-Qur'an Al-Karim……………………………………………….……..37
C. Contoh Teladan salaffusaleh………………………………………………………….……...39

BAB V. Ajaran dan Tuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta

Keadilan Hukum Dalam islam……………………………………………………………………….. 42

A. Pengertian Islam……………………………………………………………………………….42
B. Ruang Lingkup Islam………………………………………...………………………………..43
C. Karakteristik Ajaran Islam …………………………………………...……………………….51
D. Pengertian Keadilan……………………………………………………………..……………56

iii
E. Ayat-Ayat Al-Qur’an Dan Al-Hadits Tentang Penegakan Dan Keadilan Hukum……....58
F. Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Berbagi……………………………………………………....59

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN


DALAM ISLAM

A. PENDAHULUAN
Sesungguhnya amalan lahiriah berupa ibadah mahdhah dan muamalah
tidak akan mencapai kesempurnaan, kecuali jika didasari dan diramu dengan
nilai keutamaan tersebut. Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam
hati dan tertuang dalam setiap gerak serta perilaku keseharian.

Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai


arah dan pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus.
Jika tidak pandai membina jiwa generasi mendatang, “dengan menanamkan
nilai-nilai keimanan dalam nalar pikir dan akal budi mereka”, maka mereka tidak
akan selamat dari pengaruh negatif pendidikan modern. Mungkin mereka
merasa ada yang kurang dalam sisi spiritualitasnya dan berusaha
menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera
diambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain
yang bukan berasal dari ajaran spiritualitas Islam.

Seorang muslim yang paripurna adalah yang nalar dan hatinya bersinar,
pandangan akal dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam
berinteraksi dengan Allah dan dengan sesama manusia, sehingga sulit diterka
mana yang lebih dahulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya.
Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang
membangun kemurnian akidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola
pikir teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi
akidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat
diterima sebagai ajaran akidah yang benar dan lurus.

Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah Islam tercermin dalam aturan
muamalat dan dalam memberikan solusi serta terapi bagi persoalan yang
dihadapi. Selain itu Islam adalah agama ibadah. Ajaran tentang ibadah
didasarkan atas kesucian hati yang dipenuhi dengan keikhlasan, cinta, serta

1
dibersihkan dari dorongan hawa nafsu, egoisme, dan sikap ingin menang
sendiri. Agama seseorang tidak sempurna, jika kehangatan spiritualitas yang
dimiliki tidak disertai dengan pengalaman ilmiah dan ketajaman nalar.
Pentingnya akal bagi iman ibarat pentingnya mata bagi orang yang sedang
berjalan.

B. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan


1. Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah
konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman
lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun
pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori
evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari
kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller,
kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock, dan
Jevens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori
evolusionisme adalah sebagai berikut:
1. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah
mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam
kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut
ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada
manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang
berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut
dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia),
tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib
yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh
karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun
mana tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan
pengaruhnya.

2. Animisme

2
Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif
juga mempercayai adanya peran roh dalam  hidupnya. Setiap
benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh
masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif
sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap
sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang,
rasa tidak senang, serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Roh
akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut
kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari
roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh.
Saji-sajian yang sesuai dengan advis dukun adalah salah satu
usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.

3. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak
memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi
sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian
disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu
sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung jawab
terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang
membidangi angin dan lain sebagainya.

4. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama
terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa
yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai
kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia
meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya
mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun
manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain.
kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan
henoteisme (Tuhan tingkat Nasional).

5. Monoteisme

3
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah
menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu
Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk
monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga
paham yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.

Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan


sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877),
ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya
monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa
orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya
dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada
wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka,
yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain.

Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-


angsur golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-
sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme
dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama.
Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara
evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut
diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan
yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan
didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif
adalah monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu
Tuhan. (Zaglul Yusuf, 1993: 26-37).

2. Pemikiran Umat Islam

Dikalangan umat Islam terdapat polemik dalam masalah ketuhanan.


Satu kelompok berpegang teguh dengan Jabariah, yaitu faham yang
mengatakan bahwa Tuhan mempunyai kekuatan mutlah yang menjadi
penentu segalanya. Di lain pihak ada yang berpegang pada doktrin
Qodariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa manusialah yang
menentukan nasibnya. Polemik dalam masalah ketuhanan di kalangan
umat Islam pernah menimbulkan suatu dis-integrasi (perpecahan) umat

4
Islam, yang cukup menyedihkan. Peristiwa al-mihnah yaitu pembantaian
terhadap para tokoh Jabariah oleh penguasa Qadariah pada zaman
khalifah al-Makmun (Dinasti Abbasiah). Munculnya faham Jabariah dan
Qadariah berkaitan erat dengan masalah politik umat Islam setelah
Rasulullah Muhammad meninggal. Sebagai kepala pemerintahaan, Abu
Bakar Siddiq secara aklamasi formal diangkat sebagai pelanjut Rasulullah.
Berikutnya digantikan oleh Umar Ibnu Al-Khattab, Usman dan Ali.

Embrio ketegangan politik  sebenarnya sudah ada sejak khalifah Abu


Bakar, yaitu persaingan segitiga antara sekompok orang Anshar (pribumi
Madinah), sekelompok orang Muhajirin yang fanatik dengan garis keturunan
Abdul Muthalib (fanatisme Ali), dan kelompok mayoritas yang mendukung
kepemimpinan Abu Bakar. Pada periode kepemimpinan Abu Bakar dan
Umar gejolak politik tidak muncul, karena sikap khalifah yang tegas,
sehingga kelompok oposisi tidak diberikan kesempatan melakukan
gerakannya.

Ketika khalifah dipegang oleh Usman Ibn Affan (khalifa ke 3),


ketegangan politik menjadi terbuka. Sistem nepotisme yang diterapkan oleh
penguasa (wazir) pada masa khalifah Usman menjadi penyebab adanya
reaksi negatif dari kalangan warga Abdul Muthalib. Akibatnya terjadi
ketegangan,yang menyebabkan Usman sebagai khalifah terbunuh.
Ketegangan semakin bergejolak pada khalifah berikutnya, yaitu Ali Ibn Abi
Thalib.  Dendam yang dikumandangkan dalam bentuk slogan bahwa darah
harus dibalas dengan  darah, menjadi motto bagi kalangan oposisi di bawah
kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan. Pertempuran antara dua kubu
tidak terhindarkan. Untuk menghindari perpecahan, antara dua kubu yang
berselisih mengadakan perjanjian damai. Nampaknya bagi kelompok
Muawiyah, perjanjian damai hanyalah merupakan strategi untuk
memenangkan pertempuran. Amru bin Ash sebagai diplomat Muawiyah
mengungkapkan penilaian sepihak. Pihak Ali yang paling bersalah,
sementara pihaknya tidak bersalah. Akibat perjanjian itu pihak Ali (sebagai
penguasa resmi) tersudut. Setelah dirasakan oleh pihak Ali bahwa
perjanjian itu merugikan pihaknya, di kalangan pendukung Ali terbelah
menjadi dua kelompok, yaitu : kelompok yang tetap setia kepada Ali, dan
kelompok yang menyatakan keluar, namun tidak mau bergabung dengan

5
Muawiyah. Kelompok pertama disebut dengan kelompok SYIAH, dan
kelompok kedua disebut dengan KHAWARIJ. Dengan demikian umat Islam
terpecah menjadi tiga kelompok politik, yaitu: 1) Kelompok Muawiyah
(Sunni), 2) Kelompok Syi’ah, dan 3) Kelompok Khawarij.

Untuk memenangkan kelompok dalam menghadapi oposisinya,


mereka tidak segan-segan menggunakan konsep asasi. Kelompok yang
satu sampai mengkafirkan kelompok lainnya. Menurut Khawarij  semua
pihak yang terlibat perjanjian damai baik pihak Muawiyah maupun pihak Ali
dinyatakan kafir. Pihak Muawiyah dikatakan kafir karena menentang
pemerintah, sedangkan pihak Ali dikatakan kafir karena tidak bersikap tegas
terhadap para pemberontak, berarti tidak menetapkan hukum berdasarkan
ketentuan Allah. Mereka mengkafirkan Ali dan para pendukungknya,
berdasarkan Al-Quran

Surat Al-Maidah (5) : 44

[َ ‫َو َمنْ لَ ْم َيحْ ُك ْم ِب َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ َفأُولَئ‬


َ ‫ِك ُه ُم ْال َكافِر‬
‫ُون‬

Siapa yang tidak menegakkan hukum sesuai dengan apa yang


diturunkan Allah (Al-Quran), maka mereka dalah orang-orang kafir.

Munculnya doktrin saling mengkafirkan antara satu kelompok


dengan kelompok lain membuat pertanyaan besar bagi kalangan
cendikiawan. Pada suatu mimbar akademik (pengajian) muncul
pertanyaan dari peserta pengajian kepada gurunya yaitu Hasan Al-
Bashry. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan adanya perbedaan
pendapat tentang orang  yang berbuat dosa besar. Sebagian pendapat
mengatakan bahwa mereka itu adalah mukmin, sedangkan pendapat
lain mengatakan kafir. Para pelaku politik yang terlibat tahkim perjanjian
antara pihak Ali dan pihak Muawiyah, mereka dinilai sebagai pelaku
dosa besar. Alasan yang mengatakan mereka itu mukmin beralasan
bahwa iman itu letaknya di hati, sedangkan orang lain tidak ada yang
mengetahui hati seseorang kecuali Allah. Sedangkan pendapat lainnya
mengatakan bahwa iman itu bukan hanya di hati melainkan berwujud
dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Berarti orang yang melakukan

6
dosa besar dia adalah bukan mukmin. Kalau mereka bukan mukmin
berarti mereka kafir.

Sebelum guru besarnya memberikan jawaban terhadap


pertanyaan yang dimajukan tentang dosa besar tersebut, seorang
peserta pengajian yang bernama Wasil ibnu Atha mengajukan jawaban,
bahwa pelaku dosa besar bukan mukmin dan bukan kafir melainkan
diantara keduanya. Hasan Al-Bashry sebagai pembina pengajian
tersebut memeberikan komentar, terhadap jawaban Wasil.
Komentarnya bahwa pelaku dosa besar termasuk yang terlibat dalam
perjanjian damai termasuk kelompok fasik. Wasil membantah komentar
gurunya itu, karena orang yang fasik lebih hina dimata Allah ketimbang
orang yang kafir. Akibat polemik tersebut Wasil bersama beberapa
orang  yang sependapat dengannya memisahkan diri dari kelompok
pengajian Hasal Al-Bashry. Peserta pengajian yang tetap bergabung
bersama Hasan Al-Bashry mengatakan, “I’tazala Wasil ‘anna.” (Wasil
telah memisahkan diri dari kelompok kita.) Dari kata-kata inilah Wasil
dan pendukungnya disebut kelompok MUKTAZILAH. (Lebih jelasnya
lihat Harun Nasution dalam Teologi Islam).

Kelompok Muktazilah mengajukan konsep-konsep yang


bertentangan dengan konsep yang diajukan golongan Murjiah (aliran
teologi yang diakui oleh penguasa politik pada waktu itu, yaitu Sunni.
Berarti Muktazilah sebagai kelompok penentang arus).

Doktrin Muktazilah terkenal dengan lima azas (ushul al-khamsah) yaitu:

1. meniadakan (menafikan) sifat-sifat Tuhan dan menetapkan zat-Nya


2. Janji dan ancaman Tuhan (al-wa’ad dan al-wa’id)
3. Keadilan Tuhan (al-‘adalah)
4. Al-Manzilah baina al-manzilatain (posisi diatara dua posisi)
5. Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar.

Dari lima azas tersebut – menurut Muktazilah – Tuhan terikat


dengan kewajiban-kewajiban. Tuhan wajib memenuhi janjinya. Ia
berkewajiban memasukkan orang yang baik ke surga dan wajib
memasukkan orang yang jahat ke neraka, dan kewajiban-kewajiban

7
lain. Pandangan-pandangan kelompok ini menempatkan akal manusia
dalam posisi yang kuat. Sebab itu kelompok ini dimasukkan ke dalam
kelompok teologi rasional dengan sebutan Qadariah.

Sebaliknya, aliran teologi tradisional (Jabariah) berpendapat


bahwa Tuhan mempunyai sifat (sifat 20, sifat 13, dan maha sifat). Ia
maha kuasa, memiliki kehendak mutlak. Kehendak Tuhan tidak terikat
dengan apapun. Karena itu ia mungkin saja menempatkan orang yang
baik ke dalam neraka dan sebaliknya mungkin pula ia menempatkan
orang jahat ke dalam surga, kalau Ia menghendaki. Dari faham Jabariah
inilah ilmu-ilmu kebatinan berkembang di sebagaian umat Islam.

C. Konsep Ketuhanan dalam Islam

Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu


setiap yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi
oleh manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah
(tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu  Allah, dan
selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda
seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai
ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada

surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:

ِ ‫ُون هَّللا ِ أَ ْندَ ا ًدا ُي ِحبُّو َن ُه ْم َكحُبِّ هَّللا‬


ِ ‫اس َمنْ َي َّتخ ُِذ مِنْ د‬
ِ ‫َوم َِن ال َّن‬

Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai


tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana
mencintai Allah.

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut


konsep tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui
dari ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun
acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi
Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia

8
mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya
nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab
sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran
Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut
timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi
Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam
mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan
masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan
konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.

Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan


dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

َ ‫س َو ْال َق َم َر َل َيقُولُنَّ هَّللا ُ َفأ َ َّنى ي ُْؤ َف ُك‬


‫ون‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬
َ ‫ض َو َس َّخ َر ال َّش ْم‬ ِ ‫َولَئِنْ َسأ َ ْل َت ُه ْم َمنْ َخلَ َق ال َّس َم َوا‬

Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum


tentu berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik
dinyatakan bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui
oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam
adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.
Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam
semesta.

Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah


sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah
pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-
Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam kesadaran
manusia yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-
Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.

1. Konsep ketuhanan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits


Menurut para mufasir, melalui wahyu pertama al-Qur’an (Al-‘Alaq [96]:1-
5), Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan
manusia berbagai hal termasuk diantaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim

9
percaya al-Qur’an adalah kalam Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam
al-Qur’an merupakan “penuturan Allah tentang diri-Nya.”[10]

Selain itu menurut Al-Qur’an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada
dalam diri manusia sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-A’raf [7]:172).
Ketika masih dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji
keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan
menjadi saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan
bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti
ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan. Al-
Qur’an menegaskan ini dalam surah Az-Zumar [39]:8 dan surah Luqman
[31]:32.

2. Konsep Tuhan berdasar spekulasi

Sebagian ulama berbeda pendapat terkait konsep Tuhan. Namun


begitu, perbedaan tersebut belum sampai mendistorsi Al-Qur’an. Pendekatan
yang bersifat spekulatif untuk menjelaskan konsep Tuhan juga bermunculan
mulai dari rasionalitas hingga agnostisisme, panteisme, mistisme, dan lainnya
dan juga ada sebagian yang bertentangan dengan konsep tauhid sehingga
dianggap sesat oleh ulama terutama ulama syariat.[10]

Dalam Islam, bentuk spekulatif mudah dibedakan sehingga jarang


masuk ke dalam konsep tauhid sejati. Beberapa konsep tentang Tuhan yang
bersifat spekulatif diantaranya adalah Hulul, Ittihad, dan Wahdatul Wujud.[10]

Keimanan dan ketaqwaan adalah dua hal yang saling berkaitan satu
sama lain. Jika kita melihat dari definisi kedua istilah tersebut tentunya
hubungan antara kedua nya terlihat dengan jelas.

Keimanan diambil dari kata iman yang secara bahasa diartikan percaya.
Namun, setelah mendapat imbuhan ke-an maka kata tersebut bisa diartikan
menjadi suatu nilai religius yang dimiliki oleh setiap muslim untuk cenderung
melakukan segala hal sesuai dengan aturan yang diajarkan oleh Allah dan
Rasul-Nya serta mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
kehidupan yang dijalaninya teratur sedemikian rupa. Dari definisi di atas
tentunya kita bisa melihat syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap individu

10
yang mengharapkan keimanan tersebut. Syarat itu tiada lain adalah keadaa
muslim. Setiap mu’min (orang yang memiliki keimanan bagus) pasti seorang
muslim juga, tetapi pernyataan tersebut tidak sebaliknya. Hubungan antara dua
keadaan (mu’min dan muslim) tersebut bisa disebut Nisbat ‘Umum Khusus
Muthlaq.

Keimanan yang dimiliki oleh tiap-tiap individu manusia di alam dunia ini
berbeda-beda. Bahkan dalam suatu Hadits disebutkan bahwa keimanan
seseorang itu bisa meningkat dan berkurang.

Meskipun meyakini adanya Tuhan adalah masalah fithri yang tertanam


dalam diri setiap manusia, namun karena kecintaan mereka kepada dunia yang
berlebihan sehingga mereka disibukkan dengannya, mengakibatkan mereka
lupa kepada Sang Pencipta dan kepada jati diri mereka sendiri. Yang pada
gilirannya, cahaya fitrah mereka redup atau bahkan padam.

Walaupun demikian, jalan menuju Allah itu banyak. Para ahli ma’rifat
berkata, “Jalan-jalan menuju ma’rifatullah sebanyak nafas makhluk.” Salah satu
jalan ma’rifatullah adalah akal. Terdapat sekelompok kaum muslim, golongan
ahli Hadis (Salafi) atau Wahabi, yang menolak peran aktif akal sehubungan
dengan ketuhanan. Mereka berpendapat, bahwa satu-satunya jalan untuk
mengetahui Allah adalah nash (Al Quran dan Hadis). Mereka beralasan dengan
adanya sejumlah ayat dan riwayat yang secara lahiriah melarang
menggunakan akal (ra’yu). Padahal kalau kita perhatikan, ternyata Al Quran
dan Hadis sendiri mengajak kita untuk menggunakan akal, bahkan
menggunakan keduanya ketika menjelaskan keberadaan Allah

Tanda dari Iman yang sejati ada tiga macam, yaitu:

Pertama, Mereka dapat mendengar tasbih, dzikir pujian dan penghormatan


yang diberikan oleh seluruh makhluk kepada Tuhannya. Dalam al-Qur’an
dijelaskan bahwa tidak satu pun di dunia ini yang tidak bertasbih, bahkan
benda-benda yang tidak bergerak pun ikut bertasbih. Suatu ketika Rasulullah
saw mengambil segenggam batu dan mengangkatnya sehingga para sahabat
mendengar tasbih dari batu tersebut. Ini adalah suatu keajaiban, dan halini bisa
memberikan Iman yang sejati kepada mereka para sahabah.

11
Kedua, Allah swt membukakan hatinya kepada sumber hikmah sehingga dia
bias mengetahui segala hikmah yang tersembunyi di balik segala benda di
alam ini, selain itu juga mengetahui kegunaan dan posisi masing-masing.
Bagaikan sari bunga Mawar yang membentuk tetesan kecil dalam cairan bunga
Mawar, dia mempunyai hikmah atau inti dari pengetahuan.

Ketiga, Tidak ada sekat atau pemisah antara dirinya dengan alam Barzakh dan
alam Surga. Dia bisa bertemu siapa saja, ruh Nabi saw, para Anbiya atau
Awliya dari alam Barzakh tanpa ada halangan. Sampai ketiga tanda ini muncul,
ketahuilah bahwa kalian masih tersekat, kalian masih terhijab dan belum
terbuka terhadap cahaya keimanan. Allah swt berfirman,“Wahai orang-orang
beriman! Percayalah kepada Allah, Rasul-rasul-Nya, dan Kitab-kitab-Nya (Qs
An Nisa’ 136). Ayat tersebut ditujukan kepada orang-orang beriman untuk
percaya dan mengisyaratkan agar mereka bisa meningkatkan keimanan
mereka sampai mencapai Iman yang sejati dan tidak berhenti pada Iman yang
imitasi saja.

Keimanan dan ketaqwaan adalah dua hal yang saling berkaitan satu sama lain.
Jika kita melihat dari definisi kedua istilah tersebut tentunya hubungan antara
kedua nya terlihat dengan jelas.

Keimanan diambil dari kata iman yang secara bahasa diartikan percaya.
Namun, setelah mendapat imbuhan ke-an maka kata tersebut bisa diartikan
menjadi suatu nilai religius yang dimiliki oleh setiap muslim untuk cenderung
melakukan segala hal sesuai dengan aturan yang diajarkan oleh Allah dan
Rasul-Nya serta mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
kehidupan yang dijalaninya teratur sedemikian rupa. Dari definisi di atas
tentunya kita bisa melihat syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap individu
yang mengharapkan keimanan tersebut. Syarat itu tiada lain adalah keadaa
muslim. Setiap mu’min (orang yang memiliki keimanan bagus) pasti seorang
muslim juga, tetapi pernyataan tersebut tidak sebaliknya. Hubungan antara dua
keadaan (mu’min dan muslim) tersebut bisa disebut Nisbat ‘Umum Khusus
Muthlaq. Keimanan yang dimiliki oleh tiap-tiap individu manusia di alam dunia
ini berbeda-beda. Bahkan dalam suatu Hadits disebutkan bahwa keimanan
seseorang itu bisa meningkat dan berkurang.iman didefinisikan dengan
keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal

12
perbuatan (Al-Iimaanu ‘aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani wa’amalun bil
arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara
hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai
pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.

Kata takwa (‫ )ال َّت ْق َوى‬dalam etimologi bahasa Arab berasal dari kata kerja (
‫)و َقى‬
َ yang memiliki pengertian menutupi, menjaga, berhati-hati dan berlindung.
Oleh karena itu imam Al Ashfahani menyatakan: Takwa adalah menjadikan jiwa
berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti, kemudian rasa takut
juga dinamakan takwa. Sehingga takwa dalam istilah syar’I adalah menjaga diri
dari perbuatan dosa.

PRINSIP IMPLIKASI PROSES TERBENTUKNYA IMAN

1) Prinsip pembinaan berkesinambungan


2) Prinsip internalisasi dan individuasi
3) Prinsip sosialisasi
4) Prinsip konsistensi dan koherensi
5) Prinsip integrasi

Problem Adalah tugas kita untuk menyempurnakan risalahnya dalam


membebaskan manusia dari perbudakan kemiskinan dan kemelaratan
mengakui hak perseorangan dalam hidup yang bebas dan terhormat
menegakkan prinsip prinsip kegotong royongan untuk mana kita harus
memerangi pendirian manusia serakah =yang menurut agama manapun itu
salah namun suatu hal yang menakjubkan bahwa orang orang kaya banyak
termakan oleh itu sendiri baik dinegara barat eropa dan lain lain .T ermasuk
juga indoniesia kecerobohan mereka sedang orang orang miskin menerima
konsep ini itupun karena letak ketidak berdayaan belaka dan sementara
pemuka pemuka pemimpin pemimpin agama,maupun pemerintah

juga melalaikan itu dengan dalih[mereka mementingkan kompor sendiri ]yang


ada terlibat dalam gelombang konsep ini karena kelalaiyan saja alkitab datng
menjumpi konsep ini lalu menyerukan kepada manusia manusia yang kaya
harta sekaligus kaya iman agar mereka sudi mendermakan sebagian harta nya
untuk manusia manusia yang mebutuhkan serta menetapkan adanya hak
tertentu bagi orang orang miskin umumnya karena itu tatkala mereka

13
beragumentasi bahwa hal itu adlah kehendak tuhan [takdir ]maka alkitap
menulak pendirian mereka itu serta menyatakan bahwa mereka dalam
kelalaiyan yang nyata hal itu dinyatakan oleh tuhan dalam firmanya berbunyi
kasih sayang [tali kasih]apabila dikatakan kepada mereka dermakanlah
sebagian harta mu untuk saudarmu , keimanan menjawa b sedang kan nafsu
serakah juga menjawab dan disinilah bentuk ujian tuhan pada sang hamba
.adakah kesesatan atau kelalaian yang lebih nyata nafsu dan iman seorang
hamba maka tuhan tuhan memberi kiasan hujan dan panas agar kita merenung
bahwa hidup ini tidak lain harus mengalir kan harta kita kepada yang
membutuhkan artiny a memberi itu labih baik menurut kaca mata agama
.betapa besarnya dasar dasar nyang telah ditanamkan oleh agama bahwa
setiap kesulitan didunia iniada jalan pemecahanya dan setiap penyakit pasti
ada obatnya sesungguhnya yang menciptakan penyakit tidak lain dan tidak
bukan adalah tuhan kemiskinan serta kesengsaraan didunia ini hanyalah ujian
tuhan terhadap kita orang orang yang mampu menjaga keimanan kita mampu
atau tidak mampu itupun tergantung iman .justru itu keharusan bagi kita untuk
mengiris nafsu dengan iman yang tajam hinga tiadalah kata sengsara di alam
jagat ini .amin . Dan islam mengajarkan jikalau kita ditimpa suatu problem
ataupun masalah yang berbentuk apapun kita kembalikan kepada Alloh swt.

14
BAB II

SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS

A. PENDAHULUAN

Pengertian Sains (science) menurut Agus S. diambil dari kata latin


scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge
merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.
Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan
pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan
pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat
dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint".

Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para


ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan
tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data,
menganalisis dan akhimya menyimpulkan.

Sedangkan menurut kamus bahasa seperti yang dikutip oleh


Abdurrahman R Effendi dan Gina Puspita sains adalah ilmu pengetahuan yang
teratur (sistematik) yang boleh diuji atau dibuktikan kebenarannya. Ia juga
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berdasarkan kebenaran atau
kenyataan semata-mata, misalnya sains fisika, kimia, biologi, astronomi,
termasuklah cabang-cabang yang lebih detil lagi seperti hematologi (ilmu
tentang darah), entomologi, zoologi, botani, cardiologi, metereologi (ilmu
tentang kajian cuaca), geologi, geofisika, exobiologi (ilmu tetang kehidupan di
angkasa luar), hidrologi (ilmu tentang aliran air), aerodinamika (ilmu tentang
aliran udara) dan lain-lain.

Sedangkan teknologi adalah aktivitas atau kajian yang menggunakan


pengetahuan sains untuk tujuan praktis dalam industri, pertanian, perobatan,
perdagangan dan lain-lain. Ia juga dapat didefinisikan sebagai kaedah atau
proses menangani suatu masalah teknis yang berasaskan kajian saintifik
termaju seperti menggunakan peralatan elektronik, proses kimia, manufaktur,
permesinan yang canggih dan lain-lain.

15
Sains dan teknologi menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan
karena saling mendukung satu sama lain. Teknologi merupakan bagian dari
sains yang berkembang secara mandiri, menciptakan dunia tersendiri. Akan
tetapi teknologi tidak mungkin berkembang tanpa didasari sains yang kokoh.
Maka sains dan teknologi menjadi satu kesatuan tak terpisahkan.

Sedangkan ilmu sains yang tergolong dalam kumpulan ilmu sains


terapan (telah mengalami penyesuaian, antara makna dengan kenyataan)
adalah dikaitkan dengan teori dan dasar untuk menciptakan sesuatu hasil yang
dapat memberi manfaat kepada manusia. Sehingga sains mengkaji tentang
fenomena fisik.[2]

Menelusuri pandangan Al-Quran tentang teknologi, mengundang kita


menengok sekian banyak ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam raya.
Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-Quran yang berbicara
tentang alam materi dan fenomenanya, dan yang memerintahkan manusia
untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini. Secara tegas dan berulang-
ulang Al-Quran menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah
untuk manusia
Seperti yang ada dalam Tafsir Q.S. Al-Anbiya’ ayat 30:

َ ‫ض َكا َن َتا َر ْت ًقا َف َف َت ْق َنا ُه َما َو َج َع ْل َنا م َِن ْال َما ِء ُك َّل َشيْ ٍء َحيٍّ أَ َفال ي ُْؤ ِم ُن‬
‫ون‬ ِ ‫ِين َك َفرُوا أَنَّ ال َّس َم َاوا‬
َ ْ‫ت َواألر‬ َ ‫أَ َولَ ْم َي َر الَّذ‬

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman”.

Menurut Tafsir Ibnu Katsir


Allah swt. berfirman menunjukkan kekuasaan-Nya yang sempurna dan
penciptaan-Nya yang maha luas, “Apakah orang-orang kafir yang mengingkari
ketuhanan-Nya Yang Maha Esa dan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya tidak
melihat dan renungkan penciptaan Tuhan, langit dan bumi tujuh lapis, dan
dipisahkannya langit dan bumi dengan awan, lalu diturunkanlah hujan dari

16
langit dan ditumbuhkanlah tumbuh-tumbuhan di bumi serta dijadikannya air
sebagai sumber hidup tiap sesuatu yang hidup. Dan dijadikannya bumi gunung-
gunung yang kokoh untuk mencegah agar bumi tidak guncang bersama
penghuninya dan di antara gunung-gunung itu dibukakan jalan-jalan yang luas
yang menghubungkan satu negeri dengan negeri lain dan sebuah kota dengan
kota lain. langit dijadikannya sebagai atap yang terpelihara dan tidak dapat di
jangkau bagi bumi, kemudian dibaginyalah waktu menjadi malam yang gelap
dan siang yang terang dengan matahari dan bulan yang masin-masing beredar
di dalam garis-garis edarnya sendiri.

B. Pendidikan Sains dan Teknologi yang Relevan dengan Al-Qur’an dan


Hadis
Sains memang merupakan hal yang sangat penting, apalagi di zaman
modern ini, yang sangat menjunjung tinggi nilai rasionalitas (terutama negara
Barat), sehingga segala sesuatu harus disesuaikan dengan logika. Tapi, kita
sebagai kaum Muslimin harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam,
meskipun pada kenyataannya kita juga harus menyesuaikan dengan
perkembangan zaman.
Sebenarnya, bila kita amati, antara ajaran Islam dengan pendidikan
sains tidak ada pertentangan, bahkan Islam mewajibkan umatnya untuk
mencari ilmu. Salah satu dasar (dalil) yang populer adalah hadits Rasulullah
SAW.

‫ض ٌة َعلَى ُك ِّل مُســـل ٍِم َو مُسْ ـــلِ َم ٍة‬


َ ْ‫ َطلَبُ ْالع ِْل ِم َف ِريــ‬:‫صلىَّ هللا تــَ َعالَى َعلَيــْ ِه َو َسلـ َّ َم‬ ِ ‫َقا َل َرس ُْو ُل‬
َ ‫هللا‬

Artinya : Rasulullah SAW. bersabda : “Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi
setiap orang Islam laki-laki dan perempuan.”

Dalam hadits tersebut memang jelas disebutkan bahwa hukum mencari


ilmu adalah fardhu ain (harus dilakukan per individu). Tapi, banyak pendapat
yang muncul dalam menentukan ilmu mana yang dimaksud dalam hadits
tersebut. Para ahli ilmu kalam memandang bahwa belajar teologi merupakan
sebuah kewajiban, sementara para fuqaha’ berpikir bahwa ilmu fiqih
dicantumkan dalam al-Qur’an. Sedangkan menurut Imam Ghazali, ilmu yang
wajib dicari menurut agama adalah terbatas pada pelaksanaan kewajiban

17
syari’at Islam yang harus diketahui dengan pasti. Misalnya, seseorang yang
bekerja sebagai peternak binatang, haruslah mengetahui hukum-hukum tentag
zakat.

Sedangkan dalam sumber lain, penulis menemukan pendapat Shadr al-


Din Syirazi. Menurutnya ada beberapa poin yang dapat diambil dari hadits
tersebut:

1) Kata “ilm” (pengetahuan atau sains), memiliki beberapa makna yang


bervariasi. Kata “ilm” dalam hadits ini bermaksud untuk menetapkan
bahwa pada tingkat ilmu apapun seseorang harus berjuang untuk
mengembangkan lebih jauh. Nabi bermaksud bahwa mencari ilmu itu
wajib bagi setiap Muslim, baik itu para ilmuwan maupun orang-orang
yang bodoh, para pemula mupun para sarjana terdidik. Apapun tingkat
ilmu yang dapat dicapainya, ia seperti anak kecil yang beranjak dewasa,
sehingga ia harus mempelajari hal-hal yang sebelumnya tak wajib
baginya.
2) Hadits ini menyiratkan arti bahwa seorang Muslim tidak akan pernah
keluar dari tanggung jawabnya untuk mencari ilmu.
3) Tidak ada lapangan pengetahuan atau sains yang tercela atau jelek
dirinya sendiri, karena ilmu laksana cahaya, dengan demikian selalu
dibutuhkan. Alasan mengapa beberapa ilmu dianggap tercela adalah
karena akibat-akibat tercela yang dihasilkannya.

Dari pendapat-pendapat diatas, dapat kita lihat bahwa ajaran Islam juga
mencakup tentang pendidikan sains yang notabennya adalah ilmu yang
berguna bagi kehidupan (dunia) manusia.

Dalam bidang pendidikan (khususnya Pendidikan Agama Islam), bentuk


sains seperti ini sangat diperlukan untuk mewujudkan kaum pelajar yang benar-
benar memahami konsep sains Islam, sehingga mereka tidak memiliki
keraguan dan ketakutan dalam mempelajari sains. Selain itu, untuk
menghindarkan mereka dari perbuatan yang dilarang oleh agama, yang
biasanya disebabkan oleh minimnya pemahaman mereka. Jadi, secara jelas
konsep sains Islam akan menghasilkan kesempurnaan pemahaman sains, dan
mendatangkan kenikmatan kehidupan duniawi dan ukhrowi, yang tentunya
diidam-idamkan oleh semua orang yang beriman. Selain itu, buah manis dari

18
konsep sains Islam adalah akan melahirkan ilmuwan-ilmuwan Islam, yang
nantinya akan membangkitkan semangat kaum Muslimin dalam bidang ilmu
pengetahuan. Hal inilah akan menjadi jawaban dari pertanyaan, “Mengapa
orang Islam makin banyak, tapi kualitas mereka jauh menurun dibanding
dengan orang-orang Islam dahulu”.

C. Dasar Pendidikan Sains dan Teknologi yang ada dalam Al-Qur’an dan
Hadis
Umat Islam mulai mempelajari atau melakukan penafsiran ilmiah sejak
generasi pertama sampai abad ke-lima hijriyah hingga menjadikan diri mereka
sebagai pelopor Ilmu pengetahuan di seluruh penjuru dunia, umat Islam telah
menjadi pelopor dalam research tentang alam, sekaligus sebagai masyarakat
pertama dalam sejarah ilmu pengetahuan yang melakukan experimental
science atau ilmu thabi’i berdasarkan percobaan yang kemudian berkembang
menjadi applied science atau technology.

Islam mendorong ummatnya untuk selalu berupaya mengembangkan sains


seperti tercantum dalam QS Al-'Alaq: 1-5 :

َ ‫) ا ْق َر ْأ َو َرب‬2( ‫ان مِنْ َعلَ ٍق‬


)4( ‫) الَّذِي َعلَّ َم ِب ْال َقلَ ِم‬3( ‫ُّك اأْل َ ْك َر ُم‬ َ ‫ا ْق َر ْأ ِباسْ ِم َر ِّب‬
َ ‫) َخلَ َق اإْل ِ ْن َس‬1( ‫ك الَّذِي َخلَ َق‬
)5( ‫ان َما لَ ْم َيعْ لَ ْم‬ َ ‫َعلَّ َم اإْل ِ ْن َس‬

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Iqra' terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari


menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami,
meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun
tidak. Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-
Quran menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut
bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra' berarti bacalah,
telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda
zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil,
objek perintah iqra' mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.

19
Kebangkitan dalam bidang ilmu pengetahuan dikalangan uamt islam
baru muncul kembali di abad modern (1800 sampai dengan sekarang). Sejalan
dengan itu umat islam mulai mengkaji secara seksama terhadap ayat-ayat Al-
Qur’an yang ada hubungannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan
tersebut. Berkaitan dengan ini, perselisihan pendapat para ulama sidah lama
berlangsung. Dalam kitabnya jawahir Al-Qur’an, Imam Ghazali menerangkan
pada bab khusus bahwa seluruh cabang ilmu pngetahuan yang terdahulu dan
yang kemudian, yang telah diketahui maupun yang belum, semuanya
bersumber dari Al-Qur’an al-Karim. Al-Imam Al-Syathibi tidak sependapat
dengan Al-Ghazali. Dalam kitabnya, al-muwafaqat, ia antara lain berpendapat
bahwa para sahabat tentu lebih mengetahui Al-Qur’an dan apa-apa yang
tercantum didalamnya, tetapi tidak seorang pun diantara mereka yang
menyatakan bahwa Al-Qur’an mencakup seluruh cabang ilmu pengetahuan.

Berkenaan dengan pendapat tersebut, H.M. Quraish Shihab


mengatakan: “menurut hemat kami, membahas hubungan Al-Qur’an dan ilmu
pengetahuan bukan dinilai dengan banyaknya cabang-cabang ilmu
pengetahuan yang tersimpul didalamnya, dan bukan pula dengan menunjukkan
kebenaran teor-teori ilmiah. Tetapi pembahasan hendaknya diletakkan pada
proporsi yang lebih sesuai dengan kemurnian dan kesucian al-Qur’an dan
sesuai dengan logika ilmu pengetahuan itu sendiri.

Lebih lanjut Quraish Shihab mengatakan, bahwa membahas hubungan ilmu


pengetahuan denagn melihat, mislanya adakah teori realivitas atau bahasan
tentang angkasa luar, ilmu komputer tercantum dalam Al-Qur’an, tetapi yang
lebih utama adalah melihat adakah jiwa ayat-ayatnya menghalangi kemajuan
ilmu pengetahuan atau sebaliknya, serta adakah satu ayat Al-Qur’an yang
bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang telah mapan? Dengan kata
lain, meletakkannya pada sisi “social psychology”(psikologi sosial) bukan pada
sisi “history of scientific progres” (perkembangan ilmu pngetahuan ).

D. Hadis-Hadis Yang Menggambarkan Tingkat Pengetahuan Ilmiah Dan


Teknologi

a) Teknologi Kedokteran

20
Selama berabad-abad, memiliki umur yang panjang sudah
menjadi salah satu dari tujuan utama umat manusia, di mana mereka
telah mengerahkan banyak usaha guna mencapainya. Mengenai hal ini,
Nabi Muhammad saw. memberitahukan kepada kita suatu kemajuan
pada Akhir Zaman:

Pada saat itu … usia hidup akan makin bertambah panjang.

(Ibnu Hajar Haytsami, Al-Qawl al-Mukhtashar fi ‘Alamat al-Mahdi al-


Muntazhar)

Empat belas abad telah berlalu semenjak Nabi Muhammad saw.


menyampaikan kata-kata ini. Catatan-catatan yang tersimpan
mengenai beberapa tahun terakhir ini telah menunjukkan dengan jelas
bahwa rata-rata harapan hidup pada zaman kita jauh lebih besar
daripada pada setiap awal abad sebelumnya. Bahkan, sudah ada suatu
perbedaan yang besar sekali antara awal dan akhir abad ke-20.
Misalnya, seseorang yang lahir pada tahun 1995 dapat berharap untuk
hidup lebih lama 35 tahun daripada seseorang yang lahir pada tahun
1900.

Sebuah contoh lain yang mencolok tentang hal ini adalah, pada
masa lalu, jarang orang yang berusia hingga 100 tahun; pada hari ini
banyak orang yang mencapai usia tersebut.

Menurut United Nations Department of National Population,


selama beberapa tahun terakhir ini, populasi dunia terus mengalami
transisi yang luar biasa dari suatu tingkat kelahiran dan kematian yang
tinggi ke tingkat kelahiran dan kematian yang rendah. Substansi dari
transisi ini adalah pertumbuhan dalam jumlah dan proporsi orang-orang
yang lebih tua. Peningkatan yang cepat, besar, dan amat bisa dirasakan
ini tak pernah terlihat sebelumnya dalam sejarah peradaban.

Meningkatnya harapan hidup ini tentunya memiliki suatu sebab.


Kemajuan layanan kesehatan yang merupakan konse-kuensi dari
kemajuan teknologi kedokteran telah memungkinkan situasi yang
demikian. Di samping itu, perkembangan-perkembangan dalam ilmu
genetika dan pesatnya kemajuan Proyek Gen Manusia (Human

21
Genome Project) segera mengawali lahirnya sebuah era yang sama
sekali baru di bidang kesehatan. Kemajuan-kemajuan ini merupakan
proporsi yang oleh orang-orang yang hidup pada masa-masa terdahulu
tak pernah terbayangkan. Berdasarkan pada semua perkembangan ini,
kita dapat mengatakan bahwa orang-orang yang hidup pada zaman kita
telah mencapai hidup yang panjang dan sehat seperti digambarkan
dalam hadis di atas.

b) Pendidikan

Sebuah perbedaan signifikan yang membedakan abad ke-20


dan ke-21 dengan abad-abad sebelumnya adalah majunya kemampuan
baca tulis. Pada masa-masa yang lebih awal, kemampuan baca tulis
hanya dimiliki oleh segelintir orang yang memiliki status istimewa,
sedangkan, menjelang akhir abad ke-20, UNESCO dan organisasi-
organisasi pemerintah dan swasta lainnya, telah menyelenggarakan
kampanye-kampanye di seantero dunia untuk melawan kecenderungan
ini. Mobilisasi sumber-sumber daya pendidikan ini, dengan bantuan
penemuan-penemuan teknologi layanan-layanan kemanusiaan, telah
membuahkan hasil pada zaman kita. Menurut sebuah laporan dari
UNESCO, rata-rata tingkat kemampuan baca tulis pada tahun 1997
adalah 77,4%

Angka ini tentu saja adalah yang tertinggi dalam 14 abad. Pada
saat yang sama, Nabi Muhammad saw. menggambarkan masyarakat
pada Akhir Zaman dalam hadis beliau:

Kemampuan baca tulis akan meningkat-tatkala Pengadilan semakin


dekat.

(Ahmad Dhiya’ ad-Din al-Kamushkhanawi, Ramuz al-Ahadits)

3. Teknologi Konstruksi

Suatu tanda kemajuan teknologi pada abad di mana kita hidup dan,
yang mana Nabi Muhammad saw. telah menyebutkannya adalah dibangunnya
gedung-gedung yang tinggi.

22
Tidak akan ada [Hari] Pengadilan-hingga gedung gedung yang sangat tinggi
dibangun. (Diriwayatkan oleh Abu Hurairah)

As-Sa‘ah (Hari Kiamat) tidak akan tiba hingga manusia berlomba-lomba


membuat bangunan yang tinggi. (H.r. Bukhari)

Bila kita tilik sejarah arsitektur dan teknik, kita lihat bahwa gedung-
gedung berlantai banyak mulai dibangun hanya menjelang akhir abad ke-19.
Perkembangan-perkembangan teknologi, meningkatnya penggunaan baja dan
lift mempercepat laju pembangunan struktur-struktur yang disebut pencakar
langit. Pencakar langit telah menjadi sebuah bagian penting dari arsitektur abad
ke-20 dan ke-21, dan pada hari ini telah menjadi sebuah lambang prestise. Apa
yang dikatakan oleh hadis tadi telah menjadi kenyataan: manusia memang
telah berlomba-lomba dalam membangun gedung-gedung tinggi, dan bangsa-
bangsa pun saling berlomba-lomba dalam membangun pencakar langit
tertinggi.

4. Teknologi Transportasi

Di sepanjang sejarah sudah ada suatu hubungan langsung antara


kekayaan dan kekuatan rakyatnya dengan teknologi transportasinya.
Masyarakat-masyarakat yang memiliki kemampuan untuk mengadakan sistem
transportasi yang efektif dapat meningkatkan taraf kemajuan mereka.

Berbicara tentang karakteristik-karakteristik Akhir Zaman, Nabi


Muhammad saw. bersabda mengenai perkembangan transportasi:

Hari Akhir tidak akan tiba hingga … waktu berjalan dengan cepatnya. (H.r.
Bukhari)

Jarak-jarak yang sangat jauh akan dilintasi dengan waktu singkat. (H.r. Ahmad,
Musnad)

Pesan dari hadis di atas cukup jelas. Pada Akhir Zaman, jarak-jarak
yang sangat jauh akan ditempuh dalam waktu yang singkat oleh kendaraan-
kendaraan baru. Pada zaman kita, pesawat terbang supersonik, kereta api dan
kendaraan-kendaraan canggih lainnya dapat, dalam sekian jam saja, melintasi
jarak yang dulunya ditempuh selama berbulan-bulan, dan melakukannya

23
dengan lebih mudah, nyaman, dan aman. Dalam hal ini, isyarat yang
diriwayatkan dalam hadis tadi telah menjadi kenyataan.

Al-Qur’an menyebutkan kendaraan-kendaraan yang dihasilkan oleh


kemajuan teknologi modern:Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan
keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan
Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (Q.s. an-Nahl: 8).

Di sini, kita dapat memikirkan dengan mendalam makna ungkapan


“waktu akan berjalan dengan cepat” dalam hadis pertama, dari pandang apa
yang telah kami ceritakan. Jelaslah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad
saw., pada waktu Akhir Zaman, tugas-tugas akan dirampungkan dalam waktu
yang jauh lebih singkat dibandingkan dengan kurunkurun waktu lainnya.
Sungguh, kemajuan-kemajuan dalam sains telah memungkinkan adanya
peluang bagi hampir semua hal untuk diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih
singkat dan dengan hasil yang jauh lebih baik. Sebuah hadis serupa
menguatkan pandangan ini:

Saat Akhir tidak akan tiba sebelum waktu menyusut, setahun bagaikan
sebulan, sebulan bagaikan sepekan, sepekan bagaikan sehari, sehari bagaikan
sejam, dan sejam bagaikan nyala lilin. (H.r. Tirmizi)

Misalnya, berabad-abad yang lalu, komunikasi internasional, yang


lamanya sampai berminggu-minggu, kini dapat ditempuh dalam hitungan detik
saja dengan menggunakan Internet dan teknologi komunikasi modern lainnya.
Pada masa lalu, barang-barang yang dulunya sampai ke tujuan setelah
menempuh perjalanan selama berbulan-bulan dalam kafilahkafilah, kini dapat
dikirim dengan cepat. Pada hari ini, jutaan buku dapat diterbitkan dalam waktu
yang beberapa abad yang lalu hanya dapat untuk menghasilkan satu buah
buku saja. Hal-hal sehari-hari sudah begitu saja menjadi hal yang lazim, seperti
kebersihan, cara-cara penyajian makanan, dan keperluan untuk perawatan
anak-anak, sudah tidak lagi menghabiskan banyak waktu berkat adanya
keajaiban-keajaiban teknologi modern.

Kita dengan mudah dapat memberikan sekian banyak contoh seperti itu.
Akan tetapi, yang harus kita pikirkan dengan mendalam di sini adalah tanda-
tanda yang diberitahukan oleh Nabi Muhammad saw. pada abad ke-7 dulu
yang kini sedang menjadi kenyataan.

24
Tanda lainnya lagi dari Akhir Zaman yang dalam hadis-hadis adalah
tersebar luasnya perdagangan (Diriwayatkan oleh Ibnu Masud r.a.) yang seiring
dengan kemaju-an-kemajuan di bidang transportasi. Transportasi-transportasi
modern telah memungkinkan tiap negeri di dunia ini untuk melakukan
hubungan perdagangan yang erat dengan negerinegeri lainnya.

5. Teknologi Komunikasi

Sebagian dari informasi paling menarik yang diberitakan oleh Nabi


Muhammad saw. terdapat dalam hadis beliau yang menggambarkan teknologi
komunikasi di masa modern. Salah satu hal yang beliau katakan cukup
mencengangkan:

Hari Akhir tak akan tiba sebelum seseorang berbicara dengan gagang
cambuknya. (H.r. Tirmizi)

Bila kita lihat hadis ini dengan lebih dekat lagi, kita dapat melihat
kebenaran yang terkandung di dalamnya. Sebagaimana kita maklumi, pada
zaman dulu, cambuk dipakai secara luas untuk menaiki hewan-hewan
tunggangan, khususnya onta dan kuda. Manakala kita telaah hadis ini kita pun
melihat bahwa Nabi Muhammad saw. sedang membuat sebuah perbandingan.

Mari kita tanyakan kepada orang-orang pada zaman sekarang: “Benda


berbicara apa yang dapat kita perbandingkan dengan bentuk sebuah cambuk?”
Jawaban yang paling mendekati atas pertanyaan ini adalah sebuah telepon
genggam atau suatu perangkat komunikasi lainnya yang serupa itu. Bila kita
ingat-ingat, perangkat komunikasi nirkabel, seperti telepon genggam atau
telepon satelit, adalah perkembangan yang baru-baru ini terjadi, maka kita akan
paham betapa futuristiknya gambaran Nabi Muhammad saw. 1.400 yang lalu.
Maka, ini adalah satu lagi pemberitahuan akan waktu sebelum Hari Pengadilan
di mana kita hidup di dalamnya

Dalam riwayat lainnya dari Nabi Muhammad saw., beliau menyoroti


perkembangan teknologi komunikasi:

Tak ada Hari Pengadilan … hingga seseorang berbicara dengan suaranya


sendiri. (Mukhtashar Tadzkirah karya Qurthubi)

25
Pesan dalam hadis ini sudah cukup jelas: ia menyatakan bahwa
seseorang mendengar suaranya sendiri merupakan sebuah karakteristik Akhir
Zaman. Tentu saja, bagi seseorang agar dapat mendengar suaranya sendiri,
pertama-tama suara itu harus direkam dan kemudian didengarkan. Teknologi
rekaman dan reproduksi suara adalah produk-produk dari abad ke-20.
Perkembangan ini merupakan titik balik dari kemajuan sains, salah satunya
yang memungkinkan lahirnya industri-industri yang bergerak di bidang
komunikasi dan media. Rekaman suara kini sudah mencapai titik puncaknya,
dengan perkembangan-perkembangan mutakhir dalam komputer dan teknologi
laser.

Pendeknya, perangkat-perangkat elektronik pada hari ini, seperti


mikrofon dan pengeras suara, telah memungkinkan untuk merekam dan
mendengar suara seseorang, yang menunjukkan bahwa apa yang disebutkan
dalam hadis di atas kepada kita telah menjadi kenyataan.

Apa yang dikatakan dalam hadis-hadis yang menggambarkan Akhir


Zaman mengenai teknologi komunikasi tidak terbatas pada hadis yang dikutip
di atas saja. Masih ada tandatanda lain yang sangat menarik dalam hadis-hadis
lainnya:

Tanda hari itu: Sebuah tangan akan menjulur dari langit, dan orang-
orang akan menyaksikannya. (Ibnu Hajar Haytsami, Al-Qawl al-Mukhtashar fi
‘Alamat al-Mahdi al-Muntazhar)

Tanda hari itu adalah sebuah tangan menjulur di langit dan orang-orang
pun berhenti untuk melihatnya.

(Al-Muttaqi al-Hindi, ‘Al-Burhan fi ‘Alamat al-Mahdi Akhir az-Zaman)


Jelaslah bahwa kata “tangan” dalam hadis di atas merupakan kiasan. Pada
zaman dahulu, sebuah tangan yang dijulurkan dari langit dan orang-orang
menyaksikannya, sebagaimana tersebut dalam hadis tadi barangkali tidak
begitu berarti bagi mereka. Namun bila kita mempertimbangkan teknologi pada

26
hari ini, pernyataan tadi dapat ditafsirkan dengan sejumlah cara. Misalnya,
televisi, yang kini sudah menjadi suatu bagian yang tak terpisahkan dari dunia
ini, dan ia, beserta dengan kamera dan komputer, dapat menjelaskan dengan
sangat baik apa yang digambarkan oleh hadis tadi. Kata “tangan” yang disebut
dalam hadis itu mungkin saja dipakai untuk mengiaskan kekuasaan. Bisa
dipakai untuk menyebut gambar-gambar yang muncul dari langit dalam bentuk
gelombang, yaitu, televisi.

Suara ini akan tersebar ke seluruh penjuru dunia, dan setiap suku bangsa akan
mendengarnya dalam bahasa mereka.

(Al-Muttaqi al-Hindi, Al-Burhan fi ‘Alamat al-Mahdi Akhir az-Zaman)

Sebuah suara dari langit yang mana setiap orang akan mendengarnya dalam
bahasa mereka sendirisendiri.

(Al-Muttaqi al-Hindi, Al-Burhan fi ‘Alamat al-Mahdi Akhir az-Zaman)

Hadis ini menyebutkan sebuah suara yang akan terdengar ke seluruh penjuru
dunia dan dalam bahasa setiap orang masing-masing. Jelaslah, yang dimaksud
adalah radio, televisi, dan metode-metode komunikasi lainnya yang semacam
itu. Adalah sebuah keajaiban bahwa, 1.400 tahun yang lalu, Nabi Muhammad
saw. memberi isyarat suatu perkembangan yang bahkan tak terbayangkan
pada seratus tahun yang lalu.

Tatkala Bediuzzaman Said Nursi menafsirkan hadis-hadis ini, beliau


menerangkan bahwa hadis-hadis ini secara menakjubkan meramalkan
kemunculan radio, televisi, dan perang-kat-perangkat komunikasi lainnya yang
semacam itu.

BAB III

TIGA GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS

27
A. Pengertian Sahabat , Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in
Sebelum kita masuk dalam pembahasan materi kita . kita harus
mengetahui apa itu sahabat tabi’in dan tabi’ut tabi’in . sehingga semua mengerti
dan jelas dalam membuat sebuah makalah sehingga pembaca mengerti apa
maksud dari Makalah yang kami buat .

Inilah beberapa generasi terbaik yang beliau sebutkan dalam hadits tersebut :

1. Sahabat

Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam secara langsung serta membantu
perjuangan beliau. Menurut Imam Ahmad, siapa saja diantara orang
beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah, baik sebulan, sepekan,
sehari atau bahkan cuma sesaat maka ia dikatakan sebagai sahabat.
Derajatnya masing-masing ditentukan dengan seberapa lama ia menyertai
Rasulullah.

Para sahabat merupakan orang-orang yang mewariskan ilmu dari


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Diantara sahabat yang terbaik
adalah para Khulafaur Rasyidin, kemudian 10 orang sahabat yang namanya
disebutkan oleh Rasulullah yang mendapatkan jaminan surge.

2. Tabi’in

Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa


Rasulullah atau setelah beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah
dan bertemu serta melihat para sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang
yang belajar dan mewariskan ilmu dari para sahabat Rasulullah.

Salah seorang terbaik dari generasi Tabi’in adalah Uwais Al Qarn,


yang pernah mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan
menjadi sahabat, tetapi tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al
Qarn, pernah disebutkan secara langsung melalui lisan Rasulullah sebagai
orang yang asing di bumi tapi terkenal di langit. Bahkan Rasulullah
memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali, untuk mencari Uwais dan
meminta untuk di doakan, karena ia merupakan orang yang memiliki doa
yang diijabah oleh Allah.

28
Adapun diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi’in lainnya
yakni Umar bin Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al
Husein, Muhammad bin Al Hanafiyah, Hasan Al Bashri dan yang lainnya.

3. Tabi’ut Tabi’in

Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat
atau setelah mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan
bertemu dengan generasi tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang
yang belajar dan mewariskan ilmu dari para tabi’in.

Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah


Imam Malik bin Anas, Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al
Laits bin Saad dan yang lainnya.

Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai


umat muslim yang datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil
ilmu dari kitab-kitab yang telah mereka tuliskan. Semoga kita bisa mengikuti
para generasi terbaik umat ini.

Rasulullah bersabda :

ُ ‫ت ال ُّنجُو ُم أَ َتى ال َّس َما َء َما ُتو َع ُد َوأَ َنا أَ َم َن ٌة أِل َصْ َح ِابي َفإِ َذا َذ َهب‬
‫ْت أَ َتى أَصْ َح ِابي َما‬ ِ ‫ال ُّنجُو ُم أَ َم َن ٌة لِل َّس َما ِء َفإِ َذا َذ َه َب‬
َ ‫ب أَصْ َح ِابي أَ َتى أ ُ َّمتِي َما يُو َع ُد‬
‫ون‬ َ ‫ون َوأَصْ َح ِابي أَ َم َن ٌة أِل ُ َّمتِي َفإِ َذا َذ َه‬ َ ‫يُو َع ُد‬

“Sesungguhnya bintang-bintang itu adalah pengaman bagi langit. Jika


bintang-bintang itu lenyap, maka akan datang apa yang telah dijanjikan
atas langit. Aku adalah pengaman bagi sahabatku, jika aku telah pergi
maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas sahabatku. Dan
sahabatku adalah pengaman bagi umatku, jika sahabatku telah pergi
maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas umatku” ( HR. Muslim)

Rasulullah bersabda :

‫ ُث َّم‬،‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬


َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫اس َقرْ نِي‬ َ ِّ‫ َع ِن ال َّن ِبي‬،ُ‫َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ بن مسعود َرضِ َي هَّللا ُ َع ْنه‬
ِ ‫ َخ ْي ُر ال َّن‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل‬
‫ ومسلم‬،‫ رواه البخاري‬.ُ‫ َو َيمِي ُن ُه َش َها َد َته‬،ُ‫ ُث َّم َي ِجي ُء أَ ْق َوا ٌم َتسْ ِب ُق َش َهادَ ةُ أَ َح ِد ِه ْم َيمِي َنه‬،‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬ َ ‫الَّذ‬

Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah
masaku, lalu orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah
mereka. Selanjutnya datang kaum-kaum yang kesaksian salah seorang

29
mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya”
(HR al-Bukhari dan Muslim)

B. Dalil Keadilan Sahabat Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in

Allah Telah Menta’dil ( memberikan penilaian adil ) kepada para sehabat


nabi SAW dengan firman – firmannya di dalam kitab suci Al Quran, maka tidak
diperlukan lagi ucapan – ucapan dari manusia – manusia Jahil yang
meragukan dan membantahnya. Dan ini adalah dalil – dalilnya :

ِ ‫ون َفضْ الً م َِن هَّللا‬ َ َ ‫م َُح َّم ٌد َرسُو ُل هَّللا ِ َوالَّذ‬
َ ‫ار ر َُح َما ُء َب ْي َن ُه ْم َت َرا ُه ْم ُر َّكعا ً سُجَّ داً َي ْب َت ُغ‬ِ ‫ِين َم َع ُه أشِ دَّا ُء َعلَى ْال ُك َّف‬
‫يل َك َزرْ ٍع أَ ْخ َر َج‬ ِ ‫ك َم َثلُ ُه ْم فِي ال َّت ْو َرا ِة َو َم َثلُ ُه ْم فِي اأْل ِ ْن ِج‬ َ ِ‫َو ِرضْ َوانا ً سِ ي َما ُه ْم فِي وُ جُوه ِِه ْم مِنْ أ…َ َث ِر ال ُّسجُو ِد َذل‬
َ ‫ار َو َع َد هَّللا ُ الَّذ‬
‫ِين آ َم ُنوا َو َع ِملُوا‬ َ ‫اع لِ َيغِي َظ ِب ِه ُم ْال ُك َّف‬ َ ‫َش ْطأَهُ َف‬
ُّ ُ‫آز َرهُ َفاسْ َت ْغلَ َظ َفاسْ َت َوى َعلَى سُوقِ ِه يُعْ ِجب‬
َ َّ‫الزر‬
29:‫ت ِم ْن ُه ْم َم ْغف َِر ًة َوأَجْ راً َعظِ يماً)) الفتح‬ ِ ‫الصَّال َِحا‬

“Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang - orang yang bersama dia
adalah keras terhadap orang - orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan
keridhoan-Nya. Tanda - tanda mereka, tampak pada muka mereka dari bekas
sujud. Demikianlah sifat - sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu
menjadi besarlah dia dan tegak lurus diatas pokoknya; tanaman itu
menyenangkan hati penanam - penanamnya, karena Allah menjengkelkan hati
orang - orang kafir (dengan kekuatan orang - orang mukmin). Allah menjanjikan
kepada orang - orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih diantara
mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Fath: 29)

‫ان َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه ْم َو َرضُوا َع ْن ُه َوأَ َع َّد‬ َ ‫ار َوالَّذ‬


ٍ ‫ِين ا َّت َبعُو ُه ْم ِبإِحْ َس‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ين َواأْل َ ْن‬ َ ‫ون م َِن ْال ُم َها ِج ِر‬ َ ُ‫ون اأْل َوَّ ل‬
َ ُ‫َّابق‬
ِ ‫َوالس‬
]100/‫) [التوبة‬100( ‫ك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي ُم‬ َ ‫ت َتجْ ِري َتحْ َت َها اأْل َ ْن َها ُر َخالِد‬
َ ِ‫ِين فِي َها أَ َب ًدا َذل‬ ٍ ‫لَ ُه ْم َج َّنا‬

“Orang - orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai
di dalamnya selama - lamanya. Mereka kekal didalamnya. Itulah kemenangan
yang besar”.

30
‫( البقرة‬...‫ون الرَّ سُو ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِه ًيدا‬
َ ‫اس َو َي ُك‬ ُ ‫َو َك َذل َِك َج َع ْل َنا ُك ْم أُم ًَّة َو َس ًطا لِ َت ُكو ُنوا‬
ِ ‫ش َهدَا َء َعلَى ال َّن‬
)143

“Dan demikianlah (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat islam), umat yang
adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”. (QS. Al-
Baqarah:143)

Perhatikan Sabda Nabi SAW dibawah ini :

)352 ‫ ص‬/ 12 ‫ (ج‬- ‫صحيح مسلم‬

ُ ‫ت ال ُّنجُو ُم أَ َتى ال َّس َما َء َما ُتو َع ُد َوأَ َنا أَ َم َن ٌة أِل َصْ َح ِابي َفإِ َذا َذ َهب‬
‫ْت أَ َتى‬ ْ ‫َف َقا َل ال ُّنجُو ُم أَ َم َن ٌة لِل َّس َما ِء َفإِ َذا َذ َه َب‬
َ ‫ب أَصْ َح ِابي أَ َتى أ ُ َّمتِي َما يُو َع ُد‬
‫ون‬ َ ‫ون َوأَصْ َح ِابي أَ َم َن ٌة أِل ُ َّمتِي َفإِ َذا َذ َه‬
َ ‫أَصْ َح ِابي َما يُو َع ُد‬

Lalu Rasulullah SAW bersabda: ‘Bintang-bintang ini merupakan amanah


( penjaga, tanda keamanan ) bagi langit. Apabila bintang-bintang tersebut
hilang, maka langit akan tertimpa apa yang telah dijanjikan. Aku adalah
amanah ( penjaga, tanda keamanan ) para sahabatku. Kalau aku sudah tidak
ada, maka mereka para sahabatku, akan tertimpa apa yang telah dijanjikan.
Para sahabatku adalah amanah ( penjaga, tanda keamanan ) umatku. Apabila
para sahabatku telah tiada, maka umatku pasti akan tertimpa apa yang telah
dijanjikan kepada mereka”.[Diriwayatkan oleh Muslim no. 2531. Diriwayatkan
pula oleh Ahmad 4/398-399].

)5 ‫ ص‬/ 12 ‫صحيح البخاري – (ج‬

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَل َت ُسبُّوا أَصْ َح ِابي َفلَ ْو أَنَّ أَ َح َد ُك ْم أَ ْن َف َق م ِْث َل أ ُ ُح ٍد َذ َهبًا َما َبلَ َغ ُم َّد أَ َح ِد ِه ْم َواَل‬
َ ُّ‫َقا َل ال َّن ِبي‬
‫َنصِ ي َف ُه‬

Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian mencaci para sahabatku. Demi


Zat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, seandainya seorang dari kalian
menginfakkan emas seberat Gunung Uhud, maka belum bisa menyamai satu
mud atau separuhnya yang diinfakkan oleh seorang dari mereka.” (HR Bukhari

31
dalam Shahih-nya (3/1343) (3470), dan Muslim dalam Shahih-nya (4/1967)
(2540))

Adapun Tabi’in mereka adalah murid dan pengikut setia para Sahabat.
Demikian juga Tabi’ut-Tabi’in dalam mengikuti Tabi’in.

،‫ إنّ الفتوى باألثار السّلفية والفتاوى الصحابيّة أولي باألخذ بها من أراء المتأ ّخرين وفتويهم‬: ‫قال ابن قيّم الجوزية‬
‫ وإنّ فتاوى‬،‫صواب بحسب قرب أهلها من عصر الرسول صلوات هللا وسالمه عليه وعلي أله‬
ّ ‫وإن قربها إلي ال‬
‫ وفتاوى التابعين أولي من فتاوى تابعى التابعين‬،‫ص حابة أولي أن يؤخذبها من فتاوى التابعين‬
ّ ‫ال‬...

Ibnul Qoyyim berkata: Sesungguhnya fatwa dari atsar as-Salafus Salih dan
fatwa-fatwa sahabat lebih utama untuk di ambil dari pada pendapat-
pendapat dan fatwa-fatwa mutaakhirin (orang belakang). Karena dekatnya
fatwa terhadap kebenaran sangat terkait dengan kedekatan pelakunya
dengan masa Rasulullah Saw. maka fatwa-fatwa sahabat lebih didahulukan
untuk di ambil dari fatwa-fatwa tabi'in dan fatwa-fatwa tabi'in lebih di
dahulukan dari fatwa-fatwa tabiut-tabiin.

‫ فأفضل العلوم في تفسير القرآن ومعاني الحديث والكالم في الحالل والحرام ما كان مأثورا عن‬: ‫قال ابن رجب‬
‫الصحابة والتابعين وتابعيهم وأن ينتهي إلي أئمة اإلسالم المشهورين المقتدى بهم‬.

Ibnu Rajab berkata : Seutama-utama ilmu adalah dalam penafsiran al-Qur’an


dan makna-makna hadits serta dalam pembahasan halal dan haram yang
ma'tsur dari para sahabat, tabi'in dan tabiut-tabi'in yang berakhir pada
Aimmah terkenal dan diikuti .

Adapun dalil tentang sahabat , tabi’in, dan tabi’ut tabi’in sebagai berikut:

ٍ ‫ان َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه ْم َو َرضُوا َع ْن ُه َوأَ َع َّد لَ ُه ْم َج َّنا‬


‫ت‬ ٍ ‫ِين ا َّت َبعُوهُم ِبإِحْ َس‬ َ ‫ار َوالَّذ‬
ِ ‫ص‬َ ‫ين َو ْاألَن‬ َ ُ‫ون ْاألَوَّ ل‬
َ ‫ون م َِن ْال ُم َها ِج ِر‬ َ ُ‫َّابق‬
ِ ‫َوالس‬
‫} التوبة‬100{ ‫ك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي ُم‬ َ ‫َتجْ ِري َتحْ َت َها ْاألَ ْن َها ُر َخالِد‬
َ ِ‫ِين فِي َهآ أَ َب ًدا َذل‬

artinya : Dan as-Sabiqunal awwalun dari orang – orang Muhajirin dan orang -
orang Anshar dan orang - orang yang mengikuti mereka dengan ihsan,
Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah, dan Allah
menyediakan bagi mereka jannah yang mengalir di bawahnya sungai –
sungai, mereka kekal di dalamnya . Itulah keberuntungan yang besar. ( at
Taubah 100 ).

32
‫خيرالناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم ثم يجيئ اقوام تسبق شهادة[ أحدهم يمينه ويمينه شها دته {البخاري‬
}‫و مسلم‬

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi setelah mereka


kemudian generasi setelah mereka, Kemudian datang suatu kaum yang
kesaksiannya mendahului sumpahnya. Dan sumpahnya mendahului
kesaksiannya”. (Bukhari/Muslim)

Maksud ‫ قرني‬adalah generasi Sahabat ra. dan‫الذين يلونهم‬ yang pertama


adalah Tabi’in sedangkan ‫ الذين يلونهم‬yang kedua adalah generasi Tabi’ut-
Tabi’in.

‫ طوبى لمن رآني وطوبى لمن رأى من رآنى طوبى لهم وحسن مآب‬: ‫ قال رسول هللا‬:‫عن عبد هللا بن بسر قال‬
‫ طوبى لمن رآني وطوبى لمن رأى من رآني وطوبى لمن رأي من رأي من‬: ‫{رواه الطبراني} وفي رواية الحاكم‬
‫رآني‬.

“Dari Abdullah bin Busr radliyallahu ‘anhu Rasulullah saw bersabda :


Keberuntungan bagi orang-orang yang melihatku, keberuntungan bagi orang
yang bertemu dengan orang yang melihatku. Bagi mereka keberuntungan dan
tempat kembali yang baik” .

Sedangkan dalam riwayat Hakim ; Keberuntungan bagi orang melihatku,


keberuntungan bagi orang yang bertemu dengan yang melihatku,
keberuntungan bagi orang yang bertemu dengan orang yang bertemu dengan
yang melihatku.

C. TOKOH – TOKOH
1) SAHABAT RASULULLAH

1. Abdullah bin Umar 16. Mua'wiyah bin Abu Sufyan


2. Abdurrahman bin Auf 17. Mus'ab bin Umair
3. Abu Bakar 18. Salman al-Farisi
4. Abu Dzar Al-Ghiffari 19. Sa'ad bin Abi Waqqas
5. Abu Hurairah 20. Sa'ad bin 'Ubadah
6. Abu Thufail al-Laitsi 21. Sa'id bin Zayd bin `Amr

33
7. Abu Ubaidah bin al-Jarrah 22. Thalhah bin Ubaidillah
8. Ali bin Abi Talib 23. Zaid bin Khattab
9. Amru bin Ash 24. Umar bin Khattab
10. Bilal bin Rabah 25. Usamah bin Zaid bin Haritsah
11. Hakim bin Hazm 26. Usman bin Affan
12. Hamzah bin Abdul Muthalib 27. Wahsyi bin Harb
13. Imran bin Hushain 28. Zubair bin Awwam
14. Khalid bin Walid
15. Mua'dz bin Jabal

2) TOKOH TABI’IN

1. Abu Hanifah 17. Said bin Jubair


2. Abu Muslim al Khaulani 18. Said bin al-Musayyib
3. Ashamah an-Najasyi 19. Syuraih al-Qadhi
4. Uwais al-Qarny 20. Amir bin Abdu Qais
5. Ashim bin Umar 21. Abdul Malik bin Marwan
6. Iyyas bin Muawiyah al- 22. Urwah bin az-Zubair
Muzani 23. Atha bin Abi Rabah

34
7. Aban bin Utsman bin Affan 24. Yahya bin Yu'ammar
8. Abu al-Aswad ad-Du'ali 25. Nafi maula Ibnu Umar
9. Hasan al-Bashri 26. Uqbah bin Nafi'
10. Ubaid bin Umair al-Kanani 27. Umar bin Abdul-Aziz
11. Dzakwan bin Kaisan 28. Al-Qasim bin Muhammad bin Abu
12. Raja bin Haiwah Bakr
13. Abdullah ibnul Mubarak 29. Malik bin Dinar
14. Rabi'ah bin Farrukh 30. Atha bin Yasar
15. Zainab binti Ali 31. Ibnu Sirin
16. Salim bin Abdullah 32. Mush'ab bin Az-Zubair
33. Musa bin Nushair

3) TOKOH TABI'UT TABI'IN

1. Ja'far al-Sadiq
2. al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr as-Siddiq (w. 108 H)
3. Sufyan al-Tsauri (97–161 H)
4. Sufyan bin ‘Uyainah (107-198 H)
5. Al-Auza'i (w. 158 H)
6. Al-Laits bin Saad
7. Abdullah bin Al-Mubarak

35
8. Waki'
9. Abdurrahman bin Mahdi
10. Yahya bin Said Al-Qathan
11. Yahya bin Ma'in
12. Ali bin Al-Madini
13. Abu Abdullah Muhammad asy-Syafi'i

14. Ahmad bin Hanbal

BAB IV

PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH

(REFERENSI AL –HADITS)

36
A. PENGERTIAN SALAFUSSOLEH
As-Salafus Soleh dari sudut bahasa bermakna para pendahulu yang
soleh. Yang dimaksudkan dengan istilah as-Salafus Soleh adalah para
pendahulu kaum muslimin dari kalangan sahabat nabi,tabi'in(para murid
sahabat) dan tabi'ut tabi'in(para murid tabi'in). Dengan demikian as-Salafus
Soleh adalah tiga generasi awal dari kaum muslimin.

B. Dalil-dalil daripada Al-Qur'an Al-Karim


Di dalam Al-Qur'an, surah at-Taubah ayat 100

ٍ ‫ان رَّ ضِ َي هّٰللا ُ َع ْن ُه ْم َو َرض ُْوا َع ْن ُه َواَ َع َّد لَ ُه ْم َج ٰ ّن‬


‫ت‬ ٍ ۙ ‫ار َوالَّ ِذي َْن ا َّت َبع ُْو ُه ْم ِباِحْ َس‬
ِ ‫ص‬َ ‫َوال ٰ ّس ِبقُ ْو َن ااْل َوَّ لُ ْو َن م َِن ْالم ُٰه ِج ِري َْن َوااْل َ ْن‬
ٰ ٰ
‫َتجْ ِريْ َتحْ َت َها ااْل َ ْن ٰه ُر خلِ ِدي َْن فِ ْي َهٓا اَ َب ًدا ۗذل َِك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ْي ُم‬

Artinya :
"Dan generasi yang terdahulu dan pertama (masuk Islam) dari kalangan kaum
muhajirin dan ansar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,
Allah telah redha kepada mereka dan mereka pun redha kepada Allah, dan
Allah menyediakan bagi mereka syurga-syurga yag mengalir sungai-sungai di
dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan
yang agung."
Ayat tersebut menetapkan bahawa redha Allah dan syurga-Nya itu bagi
sahabat nabi (muhajirin dan ansar) dan orang-orang yang mengikuti mereka. Ini
menunjukkan bahawa syurga itu di capai dengan cara mengikuti pemahaman
sahabat dalam perkara din(agama), maka mengikuti mereka merupakan suatu
kewajipan.
Di dalam surah Ali Imran ayat 110

ِ ‫اس َتأْ ُمر ُْو َن ِب ْال َمعْ ر ُْوفِ َو َت ْن َه ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َو ُت ْؤ ِم ُن ْو َن ِباهّٰلل ِ ۗ َولَ ْو ٰا َم َن اَهْ ُل ْالك ِٰت‬
‫ب‬ ِ ‫ت لِل َّن‬ ْ ‫ُك ْن ُت ْم َخي َْر ا ُ َّم ٍة ا ُ ْخ ِر َج‬
‫ان َخيْرً ا لَّ ُه ْم ۗ ِم ْن ُه ُم ْالم ُْؤ ِم ُن ْو َن َواَ ْك َث ُر ُه ُم ْال ٰفسِ قُ ْو َن‬
َ ‫لَ َك‬

Artinya :
"Kalian adalah umat terbaik yang di tampilkan untuk manusia, kalian telah
memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran dan beriman kepada
Allah."

37
Ketika ayat ini turun, lafaz kalian di tujukan kepada sahabat nabi, maka
ayat tersebut menetapkan bahawa sahabat adalah generasi yang terbaik dalam
perkara agama. Penetapan Allah swt terhadap diri mereka sebagai generasi
terbaik, menunjukkan pemahaman sahabat dalam perkara din,dalam perkara
akidah mahupun amal, kerana tidaklah seseorang itu mengikuti dan
meneladani kecuali yang telah di tetapkan oleh-Nya sebagai generasi terbaik
dari umat ini.
Maka orang-orang yang mengikuti sahabat dalam beragama akan
menjadi bahagian dari kelompok sahabat, menjadi sebahagian dari umat
terbaik yang telah di tampilkan oleh Allah swt, dengan demikian makna umat
terbaik berlaku bagi sahabat nabi dan semua orang yang mengikuti
pemahaman mereka dalam perkara din(agama).

Dalil daripada Sunnah

Rasulullah saw bersabda yang Artinya:


"Sebaik-baik manusia adalah generasiku - iaitu sahabat nabi -, kemudian
orang-orang sesudah mereka - iaitu tabi'in -, kemudian orang-orang sesudah
mereka - iaitu tabiut tabbi'in -. Sesudah itu akan datang satu kaum yag
kesaksian mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului
kesaksiannya."
Penetapan Rasulullulah saw terhadap tiga generasi awal kaum muslimin
(generasi as-Salafus Soleh) sebagai sebaik-baik manusia menunjukkan
kewajipan mereka kepada orang-orang setelahnya untuk mengikuti mereka
dalam perkara din kerana yang dapat dijadikan ikutan hanyalah sebaik-baik
manusia.

C. Contoh Teladan salaffusaleh


Justeru hari ini saya cuba memperkenalkan tema baru untuk blog saya,
dengan mengambil semangat dari guru al-Imam as-Syafi’i rah., yaitu al-Imam
Malik yang berkata tentang al-islah/perbaikan ini:

‫لن يصلح أمر هذه األمّة اال بما صلح به أوّ له‬

38
“Tidak akan menjadi baik urusan ummah ini kecuali dengan apa yang
telah membuat baik generasi pertama (salaf) ummah ini”

Salafussoleh adalah contoh teladan yang wajib diikuti. Terdapat banyak


bukti-bukti betapa suatu masyarakat yang jahiliah dapat diubah dengan
mengikuti cara/manhaj mereka, terutamanya dalam berdakwah mengubah,
melakukan islah kepada manusia dengan kebenaran Islam. Namun tidak dapat
dinafikan akan tetap wujud kerosakan terhadap usaha-usaha dakwah ini
sendiri, sebagaimana sunnah Nabi juga telah dirosakkan mereka dan
diamalkan secara salah bahkan diajak manusia kepadanya. Inilah tugas para
pendakwah dalam melakukan perbaikan terhadap ummah ini. Allah S.W.T.
telah mengajar kita manhaj dakwah ini dalam al-Qur’an pada banyak ayat,
antaranya surah al-Jumu’ah ayat 2:

‫وا‬ َ ‫يه ْم َوي َُعلِّ ُم ُه ُم ْٱل ِك ٰ َت‬


۟ ‫ب َو ْٱلح ِْك َم َة َوإِن َكا ُن‬ َ ِّ‫ث فِى ٱأْل ُمِّي‬
۟ ُ‫ۦن َرسُواًل ِّم ْن ُه ْم َي ْتل‬
ِ ‫وا َعلَي ِْه ْم َءا ٰ َي ِتهِۦ َوي َُز ِّك‬ َ ‫ه َُو ٱلَّذِى َب َع‬
ٰ َ ‫مِن َق ْب ُل لَفِى‬
ٍ ‫ضلَ ٍل م ُِّب‬
‫ين‬

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
diantara mereka, yang (1)membacakan (menerangkan) ayat-ayat-Nya
kepada mereka, (2)mensucikan mereka dan (3)mengajarkan mereka
kitab dan hikmah (as-sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata (zaman jahiliyyah)”

Dan sebaik-baik manusia, kata Rasulullah (muttafaqun ‘alaih), adalah


pada masaku (yaitu masa para Sahabat radhiallahu ‘anhum-r.a.h.-) kemudian
yang setelahnya, kemudian yang setelahnya. Inilah definisi golongan
salaf/ikutan yang wajib dicontohi oleh setiap Muslim, terutamanya para
pendakwah. Para Sahabat telah beriman dengan penuh keyakinan ketika
turunnya wahyu, dimana ketika itu tiada orang yang beriman kecuali para
Sahabat r.a.h.

“Maka jika mereka telah beriman sebagaimana yang kamu (para Sahabat)
beriman, sungguh, mereka telah mendapat petunjuk. Tetapi jika mereka
berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (denganmu).
Maka Allah mencukupkan engkau(Muhammad) terhadap mereka (dengan

39
pertolongan-Nya). Dan Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui” (surah al-
Baqarah,2:137)

Melalui ayat ini Allah menjadikan iman para Sahabat Nabi s.a.w. sebagai
parameter untuk membezakan antara petunjuk dan kesesatan, antara
kebenaran dan kebatilan. Apabila Ahlul Kitab (Yahudi, Nasrani dan lainnya)
beriman sebagaimana berimannya para Sahabat Nabi s.a.w., maka sungguh
mereka mendapatkan hidayah yang mutlak dan sempurna. Jika mereka
berpaling maka mereka jatuh dalam perpecahan, perselisihan dan kesesatan
yang sangat jauh. Dan benarlah fenomena bahawa ummah ini akan menuruti
jejak langkah Yahudi dan Nasrani dalam banyak hal, hinggalah hal beragama.

Dalam hadis sahih riwayat al-Hakim, al-Baghawi dan lainnya,


diriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w. pernah berpesan kepada Sahabatnya
dengan membuat garis di tanah/pasir dengan tangannya. ‘Inilah jalan yang
lurus’, sabdanya. Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya kemudian
bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan yang bercerai-berai, tiada satu pun dari jalan-
jalan ini kecuali di atasnya ada syaitan yang menyeru kepadanya’. Kemudian
beliau menyebut firman Allah dalam surah al-An’am, ayat 153:

َ ُ‫ُوا ٱل ُّس ُب َل َف َت َفرَّ َق ِب ُك ْم َعن َس ِبيلِهِۦ ۚ ٰ َذلِ ُك ْم َوص َّٰى ُكم ِبهِۦ لَ َعلَّ ُك ْم َت َّتق‬
‫ون‬ ۟ ‫َوأَنَّ ٰ َه َذا صِ ٰ َرطِ ى مُسْ َتقِيمًا َفٱ َّت ِبعُوهُ ۖ َواَل َت َّت ِبع‬

“Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah! Jangan kamu ikuti
jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.
Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa”

Dan dalam hadis lain disebutkan lagi tentang perselisihan ini, dan beliau
menyebutkan dengan jelas solusinya. Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Aku berwasiat kepada kalian agar selalu bertakwa kepada Allah, selalu
mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang hamba
dari Habsyah. Sungguh, orang yang masih hidup di antara kalian
sepeninggalanku, nescaya akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib
atas kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Khulafa-ur
Rasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah ia erat-erat dan gigitlah ia
dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang diada-
adakan (dalam agama), kerana setiap perkara yang diada-adakan itu adalah

40
bid’ah dan setiap bid’ah itu adalah kesesatan” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, al-
Hakim. Dishahihkan oleh Imam az-Dzahabi)

Dalam hadis ini Rasulullah menggabungkan Sunnah Khulafa-ur


Rasyidin, yaitu pemahaman Salaf, dengan Sunnah beliau. Sebutan ‘Peganglah
ia (‫ )تمسّكوا بها‬dan gigitlah ia (‫ ’)غضّوا عليها‬merujuk kepada Sunnah tersebut yang
difahami sebagai satu kalimah, menunjukkan tiada perselisihan antara manhaj
para salaf dengan Sunnah Nabi s.a.w. Inilah solusi bagi mereka yang berfikir,
tentang perselisihan yang banyak di akhir zaman ini. Kembali kepada Allah dan
Rasul, slogan yang dilaungkan hendaklah atas bukti yang nyata dan manhaj
yang jelas, bukan sekadar sorakan. Ulama’ pewaris Nabi, tiadalah yang mereka
warisi kecuali Allah dan Rasul-Nya. Yaitu ilmu yang didasarkan kepada al-
Qur’an dan as-Sunnah.

Marilah kita sebarkan budaya berilmu di dalam ummah ini, lebih-lebih


lagi dalam hal beragama. Mungkin banyak kalimah dan perenggan yang kalian
tidak fahami dari entri kali ini, justeru itu diperlukan proses ‘‫‘تكوين الشخصية‬,
pembinaan tarbiyah dan tashfiah yang tidak pernah tidak, harus bermula
dengan penekanan aqidah. Jom meriahkan lagi majlis-majlis ilmu sekitar
Jakarta, halaqah dan usrah yang berpasakkan kepada Sunnah Rasulullah
s.a.w.

BAB V

AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, PENEGAKAN

SERTA KEADILAN HUKUM DALAM ISLAM

41
A. PENGERTIAN ISLAM

1. Etimologi

Berdasarkan ilmu bahasa (Etimologi) kata ”Islam” berasal dari bahasa


Arab, yaitu kata salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata
itu terbentuk kata aslama, yuslimu, islaman, yang berarti juga menyerahkan
diri, tunduk, paruh, dan taat.

2. Terminologi
Pengertian islam secara terminology diungkapkan oleh Ahmad Abdullah
Almasdoosi (1962) bahwa islam adalah kaidah hidup yang diturunkan
kepada manusia sejak manusia dilahirkan ke muka bumi, dan terbina dalam
bentuknya yang yang terakhir dan sempurna dalam al-Qur’an yang suci
yang diwahyukan tuhan kepada nabi nya yang terakhir, yakni nabi
Muhammad ibn Abdullah, suatu kaidah hidup yang yang memuat tuntunan
yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia, baik spiritual
maupun material. Islam juga merupakan agama yang dibawa oleh Nabi
Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Ya’kub, Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Isa as.
Dan nabi-nabi lainnya.

”Nabi Ibrahim telah berwasiat kepada anak-anaknya, demikian pula Nabi


Ya’kub, Ibrahim berkata : Sesungguhnya Allah telah memilih agama Islam
sebagai agamamu, sebab itu janganlah kamu meninggal melainkan dalam
memeluk agama Islam”. (QS. Al-Baqarah, 2:132)

Nabi Isa juga membawa agama Islam, ”Maka ketika Nabi Isa
mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkata dia : Siapakah
yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah
(Islam)? Para Hawariyin (sahabat beriman kepada Allah, dan saksikanlah
bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim” (QS. Ali Imran,
3:52).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama


Allah yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya untuk diajarkankan kepada
manusia. Dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi ke generasi
selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, berisi tentang

42
hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan
manusia, dan manusia dengan alam semesta.

B. Ruang Lingkup Islam


Makna ruang lingkup Islam, terbagi menjdi dua :
Ruang lingkup Islam dalam artiannya yang sempit adalah “arkanu Islam”

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َذاتَ َي ْو ٍم إِ ْذ َطلَ َع َعلَ ْي َنا‬ ِ ‫ َب ْي َن َما َنحْ نُ ُجلُ ْوسٌ عِ ْندَ َرس ُْو ِل‬: ‫َعنْ ُع َم َر َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه أَيْضا ً َقا َل‬
َ ‫هللا‬
ِّ‫س إِلَى ال َّن ِبي‬ َ َ‫ َح َّتى َجل‬،‫ َوالَ َيعْ ِرفُ ُه ِم َّنا أَ َح ٌد‬،‫ الَ ي َُرى َعلَ ْي ِه أَ َث ُر ال َّس َف ِر‬،‫ب َش ِد ْي ُد َس َوا ِد ال َّشعْ ِر‬ ِّ ‫اض‬
ِ ‫الث َيا‬ ِ ‫َر ُج ٌل َش ِد ْي ُد َب َي‬
‫ َف َقا َل‬،‫ َيا م َُحمَّد أَ ْخ ِبرْ نِي َع ِن ْاإلِسْ الَ ِم‬:‫ض َع َك َّف ْي ِه َعلَى َف ِخ َذ ْي ِه َو َقا َل‬ َ ‫صلى هللا عليه وسلم َفأَسْ َندَ رُ ْك َب َت ْي ِه إِلَى ر ُْك َب َت ْي ِه َو َو‬
‫صالَ َة َو ُت ْؤت َِي‬ ِ ‫إلسِ الَ ُم َأنْ َت ْش َهدَ أَنْ الَ إِلَ َه إِالَّ هللاُ َوأَنَّ م َُح َّم ًدا َرس ُْو ُل‬
َّ ‫هللا َو ُتقِ ْي َم ال‬ ِ ‫ ْا‬: ‫هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫َرس ُْو ُل‬
)‫ان َو َت ُح َّج ْال َبيْتَ إِ ِن اسْ َت َطعْ تَ إِلَيْه َس ِبيْال(رواهمسلم‬ َ ‫ض‬ َ ‫الزكا َ َة َو َتص ُْو َم َر َم‬َّ

Dari ‘Umar radhiyallahu’anhu –juga- dia berkata: Pada suatu hari, ketika kami
berada di sisi Rasulullah, tiba-tiba muncul di hadapan kami, seorang laki-laki
yang berpakaian sangat putih dan berambut hitam legam, tidak terlihat padanya
bekas-bekas perjalanan jauh, dan tidak seorangpun dari kami yang
mengenalnya.Hingga ia duduk di hadapan Nabi, lalu menyandarkan kedua
lututnya ke lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua
pahanya. Lalu ia berkata, “Ya Muhammad, kabarkan kepadaku tentang Islam?”
Maka Rasulullah bersabda, ”Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada Ilah
yang diibadahi dengan hak, kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah,
engkau mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan ramadhan, dan
engkau berhaji ke Baitullah, jika engkau mampu melakukannya. (HR.Muslim)

Ruang lingkup Islam dalam artianya yang luas meliputi :

 Aqidah

Aqidah secara bahasa berasal dari kata aqada-yaqidu-aqdan


yang berarti simpul, ikatan dan perjanjian, setelah terbentuk menjadi
aqidatan (aqidah) berarti kepercayaan atau keyakinan. Secara istilah
adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu diletakkan
dalam hati dan menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenran itu. (Abu Bakar Al-Jaziri dalam kitab “Aqidah al-mukmin”)
Aqidah islam berisikan tentang ajaran tentang apa saja yang harus
dipercayai, diyakini, dan diimani oleh setiap orang islam, karena agama

43
islam bersumber dari kepercayaan dan keiimanan kepada tuhan, maka
aqidah merupakan system kepercayaan yang mengikat manusia
kepada islam. Seseorang disebut muslim manakala dengan penuh
kesadaraan dan ketulusan bersedia terikat dengan system kepercayaan
islam, karena itu aqidah merupakan ikatan dan simpul dasar dalam
Islam. Sistem kepercayaan Islam atau Aqidah dibangun atas enam
dasar keimanan yang lazim disebut rukun iman, Allah berfirman:

ِ ‫ب الَّذِي أَ ْن َز َل مِنْ َق ْب ُل ۚ َو َمنْ َي ْكفُرْ ِباهَّلل‬


ِ ‫ب الَّذِي َن َّز َل َعلَ ٰى َرسُولِ ِه َو ْال ِك َتا‬ ِ ‫ِين آ َم ُنوا آ ِم ُنوا ِباهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َو ْال ِك َتا‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
‫ضاَل اًل َبعِي ًدا‬
َ ‫ض َّل‬َ ‫َو َماَل ِئ َك ِت ِه َو ُك ُت ِب ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْال َي ْو ِم اآْل خ ِِر َف َق ْد‬

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya (Qs. An-nisa’ 136)

Menurut Hasan Al-Bana pembahasan aqidah juga meliputi:

 Ilahiyah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan


dengan ilah (tuhan), seperti wujud Allah, nama-nama serta sifat-sifat allah,
dan lain-lain
 Nubuwwah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan nabi dan Rasul termasuk mengenai kitab-kitab Allah, mu’jizat, dan
sebagainya.
 Ruhaniyah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan alam metafisik, seperti malaikat, jin, setan, dan ruh.
 Sam’iyah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui melalui dalil naqli berupa Alqua’an dan Hadist, seperti alam
barzah, akhirat, adzab, dan sebagainya.aqidah yang benar merupakan
landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal. Allah
swt berfirman

‫ك ِب ِع َبادَ ِة َر ِّب ِه أَ َح ًدا‬ َ ً‫ان َيرْ جُوا ِل َقآ َء َر ِّب ِه َف ْل َيعْ َم ْل َع َمال‬
ُ ‫صالِحً ا َوالَ ُي ْش ِر‬ َ ‫ َف َمنْ َك‬.

44
Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di
akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang
pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110)

Allah swt juga berfirman,

َ ُ‫ِين مِن َق ْبل َِك َلئِنْ أَ ْش َر ْكتَ لَ َيحْ َب َطنَّ َع َمل‬


َ ‫ك َولَ َت ُكو َننَّ م َِّن ْال َخاسِ ِر‬
‫ين‬ َ ‫َولَ َق ْد أُوح َِى إِلَ ْي‬
َ ‫ك َوإِلَى الَّذ‬

Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi


sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka
sungguh amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-
orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)

Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan


Rasul mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah,
sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah saw berdakwah dan mengajarkan
Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau
keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih
tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang
merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat
berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat
kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan
perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan penegakan hukum-
hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih singkat,
yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita
mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam
ajaran Islam.

Aqidah Islam adalah sesuatu yang bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran
yang hanya dapat ditetapkan dengan adanya dalil dari Allah dan Rasul-Nya.
Maka, sumber ajaran aqidah Islam adalah terbatas pada al-Quran dan Sunnah
saja. Karena, tidak ada yang lebih tahu tentang Allah kecuali Allah itu sendiri,
dan tidak ada yang lebih tahu tentang Allah, setelah Allah sendiri, kecuali
Rasulullah saw.

Generasi para shahabat adalah generasi yang dinyatakan oleh


Rasululah sebagai generasi terbaik kaum muslimin. Kebaikan mereka terletak
pada pemahaman dan sekaligus pengamalannya atas ajaran-ajaran Islam

45
secara benar dan kaffah. Hal ini tidak mengherankan, karena mereka adalah
generasi awal yang menyaksikan langsung turunnya wahyu, dan mereka
mendapat pengajaran dan pendidikan langsung dari Rasulullah saw. Setelah
generasi shahabat, kualifikasi atau derajat kebaikan itu diikuti secara berurutan
oleh generasi berikutnya dari kalangan tabi’in, dan selanjutnya diikuti oleh
generasi tabi’ut tabi’in. Tiga generasi inilah yang secara umum disebut sebagai
generasi salaf. Rasulullah bersabda tentang mereka,

‫اس َقرْ نِي ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم‬
ِ ‫…خ ْي ُر ال َّن‬
َ

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah generasi pada masaku, lalu generasi


berikutnya, lalu generasi berikutnya…” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Generasi salaf yang shalih (al-salaf al-shalih) mengambil pemahaman


aqidah dari al-Quran dan sunnah dengan metode mengimani atau meyakini
semua yang diinformasikan (ditunjukkan) oleh kedua sumber tersebut. Dan apa
saja yang tidak terdapat dapat dalam kedua sumber itu, mereka meniadakan
dan menolaknya. Mereka mencukupkan diri dengan kedua sumber tersebut
dalam menetapkan atau meniadakan suatu pemahaman yang menjadi dasar
aqidah atau keyakinan.

Dengan metode di atas, maka para shahabat, dan generasi berikutnya


yang mengikuti mereka dangan baik (ihsan), mereka beraqidah dengan aqidah
yang sama. Di kalangan mereka tidak terjadi perselisihan dalam masalah
aqidah. Kalau pun ada perbedaan, maka perbedaan di kalangan mereka
hanyalah dalam masalah hukum yang bersifat cabang (furu’iyyah) saja, bukan
dalam masalah-masalah yang pokok (ushuliyyah). Seperti ini pula keadaan
yang terjadi di kalangan para imam madzhab yang empat, yaitu Imam Abu
Hanifah (th. 699-767 M), Imam Malik (tahun 712-797), Imam Syafi’i (tahun 767-
820), dan Imam Ahmad (tahun 780-855 M).

 Syari’at

Syari’at menurut asal katanya berarti jalan menuju mata air, dari asal
kata tersebut syari’at islam berarti jalan yang harus ditempuh seorangmusli.
Menurut istilah syari’at adalah aturan- aturan Allah yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan
manusia dengan alam semesta. “Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang

46
agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru
mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-
Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-
Nya)”. (Qs, Asy-Syura:13)

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang


mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak
ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah
dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh
azab yang amat pedih”.(Qs. Asy-Syura 21)

Dari Abu ‘Abdullah, Jabir bin ‘Abdullah Al Anshari radhiyallahu anhuma,


sungguh ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasululloh Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam : “Bagaimana pendapatmu jika aku melakukan shalat fardhu, puasa
pada bulan Ramadhan, menghalalkan yang halal (melaksanakannya dengan
penuh keyakinan), mengharamkan yang haram (menjauhinya) dan aku tidak
menambahkan selain itu sedikit pun, apakah aku akan masuk surga?"
Rasulullah, “ya” (HR:Muslim)

Sahabat yang bertanya kepada Rasulullah ini bernama Nu’man bin


Qauqal Abu ‘Amr bin Shalah mengatakan bahwa secara zhahir yang dimaksud
dengan perkataan “aku mengharamkan yang haram” mencakup dua hal, yaitu
meyakini bahwa sesuatu itu benar-benar haram dan tidak melanggarnya. Hal
ini berbeda dengan perkataan “menghalalkan yang halal”, yang mana cukup
meyakini bahwa sesuatu benar- benar halal saja.

Pengarang kitab Al Mufhim mengatakan secara umum bahwa


Rasulullah tidak mengatakan kepada penanya di dalam Hadits ini sesuatu yang
bersifat tathawwu’ (sunnah). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum boleh
meninggalkan yang sunnah. Akan tetapi, orang yang meninggalkan yang
sunnah dan tidak mau melakukannya sedikit pun, maka ia tidak memperoleh
keuntungan yang besar dan pahala yang banyak. Akan tetapi, barang siapa
terus-menerus meninggalkan hal-hal yang sunnah, berarti telah berkurang
bobot agamanya dan berkurang pula nilai kesungguhannya dalam beragama.

47
Barang siapa meninggalkan yang sunnah karena sikap meremehkan atau
membencinya, maka hal itu merupakan perbuatan fasik yang patut dicela.

Pada garis besarnya hukum Syari’at terbagi menjadi dua dalam kaidah fiqh:

1. Ibadah
Para Ulama salaf menetapkan kaidah dalam pengambilan
hukum Ibadah dengan menggunakan dalil (Al Qur’an dan Sunnah)
karena pada dasarnya Ibadah itu haram sebelum ada dalil (Al Qur’an
dan Sunnah) yang memerintahkanya.

‫ﺍﻷﺻﻞ ﻓﻲﺍﻹﺒﺪﮦ ﺗﻮﻗﻔﻴﻪ ﻮﺇﺘﺒﻊ‬

“Dasar asli pokok ibadah adalah tauqifiyah (bersumber dengan dalil)


dan Ittiba’ (mengikuti sunnah)”

2. Muamalah
berbeda dengan ibadah, muamalah pada semua bentuknya
mubah (boleh dilakukan), kecuali ada dalil yang mengharamkanya.

‫ﺍﻷﺻﻞ ﻓﻲﺍﻠﻤﻌﺎﻤﻼ ﺖﺍﻹﺒﺎ ﺒﺔ ﺍﻥﻴﺪﻝ ﺪﻠﻴﻝﻋﻠﻰ ﺘﺣﺭﻴﻤﮭﺎ‬

“Dasar semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada


dalil yang mengharamkanya”.

Ruang lingkup Sya’riah :

a) sebagai tuntunan hidup (ad din)


“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya” (Qs,
Ar-Rum : 30)
b) sebagai arahan moral (al-Millah) Yusuf berkata: "tidak disampaikan
kepada kamu berdua makanan yang akan diberikan kepadamu
melainkan aku telah dapat menerangkan jenis makanan itu, sebelum
makanan itu sampai kepadamu. yang demikian itu adalah sebagian
dari apa yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku

48
telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada
Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian. (Qs, Yusuf 37)
c) sebagai panduaan hukum (al-hukmu) “dan Sesungguhnya telah
Kami berikan kepada Bani Israil Al kitab (Taurat), kekuasaan dan
kenabian dan Kami berikan kepada mereka rezki-rezki yang baik
dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya)”.
(Qs, Al-Jatsyiah : 16)
d) sebagai pembatas halal dan haram (al-hudud) “kemudian jika si
suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka perempuan
itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain.
kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada
dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin
kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan
hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya
kepada kaum yang (mau) mengetahui”. (Qs, Al-Baqarah 230)

Beberapa kemaslahatan Sya’riat :

a. Bersifat abadi dan sejati (Mashalihul ‘ibad)


b. tidak mengandung unsur kepicikan (nafyul haraj)
c. beban yang ringan (Qillatul at-taklif)
d. mewujudkan keadilan yang merata (‘adalah ‘ammah’)
e. menutup celah kejahatan (saddu az-dzara’i)

3. Akhlak

Kata akhlak merupakan bentuk jama’ dari kata khuluq, yang


artinya tingkah laku, perangai, tabi’at, dalam ihya’ ulumuddin Imam
Ghozali mendefinisikan bahwa akhlak merupakan sifat yang tertanam
dalam jiwa, darinya timbul perbuatan yang mudah tanpa memerlukan
timbangan pikiran

Akhlak adalah pelengkap dalam ajaran Islam, dalam hal ini


Rasullulah Saw yang berperan memberikan contoh ideal bagi perilaku
manusia, Rasulullah meletakan prinsip-prisip dasar yang harus diikuti
manusia agar bersikap lurus, konsisten dan benar, di samping mengkaji
puncak kebaikan sebagai tujuaan manusia yang paling tinggi. Bagi

49
seorang muslim, contoh atau teladan terbaik adalah nabi Muhammad
saw. Allah sendiri yang menjadikan beliau sebagai “uswatun hasanah”
Mengapa demikian? Allah telah memuji moralitas, akhlak beliau dengan
menyatakan:

‫ك َل َعلى ُخلُ ٍق َعظِ ٍيم‬


َ ‫َوإِ َّن‬

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas tataran akhlaq


yang tertinggi agung (Qs Al Qalam 68:4)

“sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR.Bukhari


& Ahmad)

Akhlak yang benar bertujuaan menjadi pedoman bagi prilaku


manusia yang permanen bukan hanya sebatas teori belaka, melainkan
harus menjadi ilmu teknik yang dapat diformat dimana prinsip-prisipnya
berlaku ditengah-tengah masyarakat dengan keindahan serta
kelembutan akhlak yang mulia.

“orang mukmin yang paling sempurna imanya adalah orang yang paling
baik akhlaknya” (Hr. Tirmidzi)

Kitab suci Al-Qur’an telah merangkum dengan baik seluruh dimensi


akhlak mulia dan merangkainya dalam rangkaian yang sempurna,
dimana Rasulullah Saw telah menjalankannya dan menerapkanya
dengan sebaik-baiknya.

Aisyah r.a berkata: “Akhlaknya Rasulullah Saw adalah Al Qur’an” (Hr


Muslim)

Menurut obyek atau sasarannya, Akhlak dibagi menjadi tiga bagian,


yaitu

o Akhlak kepad Allah


o Akhlak kepada manusia
 Akhlak kepada diri sendiri
 Akhlak kepada ibu dan bapak
 Akhlak kepadakeluarga

50
o Akhlak kepada Lingkungan hidup

C. Karakteristik Ajaran Islam


1) Rabbaniyyah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala merupakan Rabbul alamin (Tuhan
seru sekalian Alam) disebut juga dengan Rabbun nas (Tuhan manusia)
dan banyak lagi sebutan lainnya. Kalau karakteristik Islam itu adalah
Rabbaniyyah itu artinya bahwa Islam merupakan agama yg bersumber
dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala bukan dari manusia, sedangkan Nabi
Muhammad SAW tidak membuat agama ini tapi beliau hanya
menyampaikannya. Karenanya dalam kapasitasnya sebagai Nabi
beliau berbicara berdasarkan wahyu yang diturunkan kepadanya Allah
berfirman dalam Surah An-Najm ayat 3-4 yang artinya “Dan tiadalah
yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya ucapan itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan .”
Karena itu ajaran Islam sangat terjamin kemurniannya
sebagaimana Allah telah menjamin kemurnian Al-Qur’an Allah
berfirman dalam Surah Al-Hijr 9 yang artinya “Sesungguhnya Kami
telah menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.”
. Allah berfirman dalam Surah Al-Imran 79 yang artinya “Tidak
wajar bagi manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab hikmah dan
kenabian lalu dia berkata kepada manusia ‘hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah’ tapi dia berkata
‘hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani karena kamu selalu
mengajarkan Al Kitab dan kamu tetap mempelajarinya.”
2) Insaniyyah.
Islam merupakan agama yg diturunkan untuk manusia karena itu
Islam merupakan satu-satunya agama yang cocok dengan fitrah
(pembawaan) manusia. Pada dasarnya tidak ada satupun ajaran Islam
yang bertentangan dengan jiwa manusia. Seks misalnya merupakan
satu kecenderungan jiwa manusia untuk dilampiaskan karenanya Islam
tidak melarang manusia untuk melampiaskan keinginan seksualnya
selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.

51
Prinsipnya manusia itu akan mempunyai kecenderungan untuk
cinta pada harta, tahta, wanita dan segala hal yang bersifat duniawi
(materi) semua itu tidak dilarang di dalam Islam namun harus diatur
keseimbangannya dengan kenikmatan ukhrawi(akhirat), Allah berfirman
dalam Surah Al-Qashash 77 yg artinya “Dan carilah pada apa yang
telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhirat dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu di dunia dan berbuat baikklah
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di muka bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan .”
3) Syumuliyah.
Islam merupakan agama yang lengkap tidak hanya
mengutamakan satu aspek lalu mengabaikan aspek lainnya.
Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari konsep Islam dalam
berbagai bidang kehidupan mulai dari urusan pribadi keluarga
masyarakat sampai pada persoalan-persoalan berbangsa dan
bernegara.
karakter Islam yang ini tidak hanya dari segi ajarannya yang
rasional dan mudah diamalkan tapi juga keharusan menegakkan ajaran
Islam dengan metodologi yang islami. Karena itu di dalam Islam kita
dapat melihat konsep tentang dakwah jihad dan sebagainya. Dengan
demikian segala persoalan ada petunjuknya di dalam Islam Allah
berfirman dalam Surah An-Nahl 89 yang artinya “Dan Kami turunkan
kepadamu al kitab untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yg berserah diri.”

4) Al Waqi’iyyah.
Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah al waqi’iyyah ini
menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yg dapat diamalkan oleh
manusia atau dengan kata lain dapat di realisasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Islam dapat diamalkan oleh manusia meskipun mereka
berbeda latar belakang kaya miskin, pria wanita, dewasa remaja anak-
anak, berpendidikan tinggi berpendidikan rendah, bangsawan rakyat
biasa, berbeda suku adat istiadat dan sebagainya

52
5) Al Wasathiyah
Di dunia ini ada agama yang hanya menekankan pada
persoalan-persoalan tertentu, ada yang lebih mengutamakan masalah
materi daripada masalah kerohanian atau sebaliknya. Ada pula yang
lebih menekankan aspek logika daripada perasaan dan begitulah
seterusnya. Allah Swt menyebutkan bahwa umat Islam adalah
ummatan wasathan, umat yang seimbang dalam beramal baik yang
menyangkut pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani dan akal pikiran
maupun kebutuhan rohani.
Manusia memang membutuhkan konsep agama yang seimbang
hal ini karena tawazun (keeibangan/balancing) merupakan sunnatullah
(hukum alam). Di alam semesta ini terdapat siang dan malam gelap
dan terang hujan dan panas dan begitulah seterusnya sehingga terjadi
keseimbangan dalam hidup ini. Dalam soal aqidah misalnya, banyak
agama yang menghendaki keberadaan Tuhan secara konkrit sehingga
penganutnya membuat simbol-simbol dalam bentuk patung. Ada juga
agama yg menganggap tuhan sebagai sesuatu yang abstrak sehingga
masalah ketuhanan merupakan khayalan belaka bahkan cenderung
ada yang tidak percaya akan adanya tuhan sebagaimana komunisme.
Islam mempunyai konsep bahwa Tuhan merupakan sesuatu yang ada
namun adanya tidak bisa dilihat dengan mata kepala kita,
keberadaannya bisa dibuktikan dengan adanya alam semesta ini yang
konkrit maka ini merupakan konsep ketuhanan yang seimbang. Begitu
pula dalam masalah lainnya seperti peribadatan, akhlak, hukum dan
sebagainya.
6) Al Wudhuh.
Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adalah konsepnya
yang jelas . Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung
dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam bahkan pertanyaan
umat manusia tentang Islam dapat dijawab deagan jelas apalagi kalau
pertanyaan tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran Islam itu
sendiri.
Dalam masalah aqidah konsep Islam begitu jelas sehingga
dengan aqidah yang mantap seorang muslim menjadi terikat pada
ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Konsep syari’ah atau

53
hukumnya juga jelas sehingga umat Islam dapat melaksanakan
peribadatan dengan baik dan mampu membedakan antara yang haq
(yang benar) dengan yang bathil (yang salah), begitulah seterusnya
dalam ajaran Islam yang serba jelas apalagi pelaksanaannya
dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
7) Al Jam’u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah.
Di dalam Islam tergabung juga ajaran yang permanen dengan
yang fleksibel . Yang dimaksud dengan yang permanen adalah hal-hal
yang tidak bisa diganggu gugat (absolut), dia mesti begitu, misalnya
shalat lima waktu yang mesti dikerjakan tapi dalam melaksanakannya
ada ketentuan yang bisa fleksibel, misalnya bila seorang muslim sakit
dia bisa shalat dengan cara duduk atau dengan cara berbaring, kalau
dalam perjalanan jauh bisa dijama’ (menggabungkan dua waktu shalat
menjadi satu waktu shalat, misalnya shalat dzuhur dan ashar, dapat
dikerjakan di waktu dzuhur saja atau ashar saja, dan tentunya dengan
menggabungkannya) dan diqashar (mengabungkan dua waktu shalat
dan meringkaskan bilangan rakaatnya, khusus shalat yang memiliki
empa bilangan rakaat) dan bila tidak ada air atau dengan sebab-sebab
tertentu, berwudhu bisa diganti dengan tayamum.
Ini berarti secara prinsip Islam tidak akan pernah mengalami
perubahan namun dalam pelaksanaannya bisa saja disesuaikan dgn
situasi dan kondisinya ini bukan berarti kebenaran Islam tidak mutlak
tapi yang fleksibel adalah teknis pelaksanaannya.
Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa Islam
merupakan satu-satunya agama yg sempurna dan kesempurnaan itu
memang bisa dirasakan oleh penganutnya yg setia.

D. Pengertian Keadilan
Keadilan berasal dan kata dasar adil, mendapat awalan ke dan akhiran
an sehingga menjadi keadilan. Keadilan mengandung pengertian “tidak berat
sebelah, tidak memihak, berpegang kepada kebenaran, atau berpihak kepada
yang benar.” Menegakkan keadilan diperintahkan oleh Allah sebagaimana
firman Allah swt. berikut.

Yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang


yang benar-benar penegak keadilan, menjadI saksi karena Allah, biarpun

54
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau
miskin, maka Allah lebih tahu keinaslahatannya. Maka janganiah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dan kebenaran. Dan jika kainu
memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan inenjadi saksi, maka sesungguhnya
Allah Maha Mengetahul segala apa yang karnu kerjakan. “ (Q.S. An Nisa: 135)

Berdasarkan ayat di atas, dapat diambil hikmah bahwa Allah


memerintahkan kepada manusia untuk menegakkan keadilan. Berlaku adil
hams ditegakkan walau terhadap ibu, bapak, kaum kerabat, bahkan terhadap
dirinya sendiri sekalipun. Menegakkan keadilan harus dilakukan tanpa pandang
bulu. Dalam ayat lain Allah berfirman yang berbunyi sebagai berikut.

Yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan


amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. An Nisa:58)

Sebagai pemimpin dan hakim, Rasulullah saw. menegakkan keadilan


dengan sebaikb aiknya. Hal ini beliau contohkan dalam hadisnya yang
berbunyi:Yang artinya: “Jika sekiranya Fatimah binti Muhammad mencuri,
niscaya aku potong tangannya. “ (H.R. Bukhari)

Di dalam hadis yang lain beliau bersabda seperti berikut.

Yang artinya: “Sesungguhnya Allah beserta para hakim selama hakim itu tidak
curang. Apabila Ia telah curang Allah pun menjauh dan hakim itu dan mulailah
setan menjadi teman yang erat bagi hakim itu.” (H.R. At Turmudzi)

Dan keterangan ayat-ayat dan hadis di atas, jelaslah bahwa keadilan


merupakan sendi pokok ajaran Islam yang harus ditegakkan. Dengan
ditegakkannya keadilan dalam segala hal akan menjamin lancamya segala
urusan. Sebaliknya, apabila keadilan dikes ampingkan dan diabaikan akan
berakibat perpecahan dan kehancuran di kalangan umat.

55
E. Ayat-Ayat Al-Qur’an Dan Al-Hadits Tentang Penegakan Dan Keadilan Hukum

‫ وإذا سرق فيهم الضعيف‬،‫ إنما هلك الذين من قبلكم أنهم كانوا إذا سرق فيهم الشريف تركواه‬،‫يا أيها الناس‬
‫ لقطعت يده‬،‫ لو أن فاطمة بنت محمد سرقت‬،‫ وايم هللا‬.‫أقاموا عليه الحد‬

Artinya: “Wahaimanusia, sesungguhnya yang membinasakanorang-orangsebelum


kalian adalah, apabilaseorangbangsawanmencuri, merekabiarkan,
tetapibilaadaoranglemahdanmiskinmencuri, merekategakkanhukumankepadanya.
Demi Allah, andaikan Fatimah putri Muhammad mencuri,
niscayaakupotongtangannya.” (HR: IbnuMajah).

ُ ‫اس َأنْ َتحْ ُكمُوا ِب ْال َع ْد ِل إِنَّ هَّللا َ ِن ِعمَّا َيع‬


َ ‫ِظ ُك ْم ِب ِه إِنَّ هَّللا َ َك‬
‫ان‬ ِ ‫إِنَّ هَّللا َ َيأْ ُم ُر ُك ْم أَنْ ُت َؤدُّوا اأْل َ َما َنا‬
ِ ‫ت إِلَى أَهْ لِ َها َوإِ َذا َح َكمْ ُت ْم َبي َْن ال َّن‬
‫َسمِي ًعا بَصِ يرً ا‬

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya,dan apabila kamu
menetapkanhukumdiantaramanusiahendaknyakamumenetapkannyadenganadil.
Sesungguhnya Allah sebaik-baik yang
memberipengajarankepadamu.Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. – (Q.S An-Nisa: 58)

َ ‫ْن َواأْل َ ْق َر ِب‬


‫ين إِنْ َي ُكنْ َغ ِن ًّيا أَ ْو َفقِيرً ا َفاهَّلل ُ أَ ْولَى ِب ِه َما‬ ِ ‫ش َهدَ ا َء هَّلِل ِ َولَ ْو َعلَى أَ ْنفُسِ ُك ْم أَ ِو ْال َوالِ َدي‬
ُ ِ‫ِين ِب ْالقِسْ ط‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا ُكو ُنوا َقوَّ ام‬
‫ون َخ ِبيرً ا‬ َ ‫َفاَل َت َّت ِبعُوا ْال َه َوى أَنْ َتعْ دِلُوا َوإِنْ َت ْلوُ وا أَ ْو ُتعْ ِرضُوا َفإِنَّ هَّللا َ َك‬
َ ُ‫ان ِب َما َتعْ َمل‬

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu para penegak keadilan, menjadisaksi
karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap kedua orangtua dan
kaum kerabat mu.Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatan (untukkebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
karena ingin menyimpang dari kebenaran.Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata)
atau engga nuntuk menjadi saksi, maka ketahuilah bahwa Allah Maha teliti terhadap
segala sesuatu yang kamu kerjakan. – (Q.S An-Nisa: 135)

َ ‫ش َهدَ ا َء ِب ْالقِسْ طِ َواَل َيجْ ِر َم َّن ُك ْم َش َنآنُ َق ْو ٍم َعلَى أَاَّل َتعْ ِدلُوا اعْ ِدلُوا ه َُو أَ ْق َربُ لِل َّت ْق َوى َوا َّتقُوا هَّللا‬
ُ ِ ‫ِين هَّلِل‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا ُكو ُنوا َقوَّ ام‬
َ ُ‫إِنَّ هَّللا َ َخ ِبي ٌر ِب َما َتعْ َمل‬
‫ون‬

56
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu para penegak keadilan karena Allah,
(ketika) menjadi saksi dengan adil.Dan janganlah kebencian mu terhadap suatu kaum
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena (adil) itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha teliti
terhadap apa yang kamu kerjakan. – (Q.S Al-Maidah: 8)

َ ‫ُوك َفاحْ ُك ْم َب ْي َن ُه ْم أَ ْو أَعْ ِرضْ َع ْن ُه ْم َوإِنْ ُتعْ ِرضْ َع ْن ُه ْم َفلَنْ َيضُرُّ و‬


َ‫ك َش ْي ًئا َوإِنْ َح َكمْت‬ َ ‫ت َفإِنْ َجاء‬ َ ُ‫ب أَ َّكال‬
ِ ْ‫ون لِلسُّح‬ ِ ‫ُون ل ِْل َك ِذ‬
َ ‫َسمَّاع‬
َ ِ‫َفاحْ ُك ْ[م َب ْي َن ُه ْم ِب ْالقِسْ طِ إِنَّ هَّللا َ ُيحِبُّ ْال ُم ْقسِ ط‬
‫ين‬

Mereka sangat suka mendengar berita bohong, lagi banyak memakan (makanan) yang
haram. Jika mereka (orangYahudi) datang kepadamu (Muhammad untuk meminta
putusan), maka berilah putusan diantara mereka atau berpalinglah dari mereka. Dan
jika engkau berpaling dari mereka maka mereka tidak akan membahayakan mu sedikit
pun, tetapi jika engkau memutuskan (perkaramereka), maka putuskanlah dengan adil.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil. – (Q.S Al-Maidah: 42)

‫ان ِب ْالقِسْ طِ اَل ُن َكلِّفُ َن ْف ًسا إِاَّل وُ سْ َع َها َوإِ َذا قُ ْل ُت ْم‬ َ ‫ِيز‬ َ ‫ش َّدهُ َوأَ ْوفُوا ْال َك ْي َل َو ْالم‬ ُ ‫ِي أَحْ َسنُ َح َّتى َي ْبلُغَ َأ‬َ ‫َواَل َت ْق َربُوا َما َل ْال َيت ِِيم إِاَّل ِبالَّتِي ه‬
َ ‫ان َذا قُرْ َبى َو ِب َع ْه ِد هَّللا ِ أَ ْوفُوا َذلِ ُك ْم َوصَّا ُك ْم ِب ِه َل َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر‬
‫ُون‬ َ ‫َفاعْ ِدلُوا َولَ ْو َك‬

Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga dia mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran
sertatimbangan dengan adil .Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut
kesanggupannya .Apabila kamu berbicara, bicaralah sejujurnya sekalipun dia
kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Demikian lah Dia memerintah kan kepadamu
agar kamuingat.” – (Q.S Al-An’am: 152)

ِ ْ‫ْن أَ َح ُد ُه َما أَ ْب َك ُم اَل َي ْق ِد ُر َعلَى َشيْ ٍء َوه َُو َك ٌّل َعلَى َم ْواَل هُ أَ ْي َن َما ي َُوجِّ ْه ُه اَل َيأ‬
ْ‫ت ِب َخي ٍْر َه ْل َيسْ َت ِوي ه َُو َو َمن‬ ِ ‫ب هَّللا ُ َمثَاًل َر ُجلَي‬
َ ‫ض َر‬
َ ‫َو‬
ْ
‫َيأ ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َوه َُو َعلَى صِ َراطٍ مُسْ َتق ٍِيم‬

Dan Allah (juga) membuat perumpamaan dua orang laki-laki, salah seorang dari
keduanya adalah seorang yang bisu, ia tidak dapat berbuat sesuatu dan dia menjadi
beban bagi penanggungnya, kemana saja ia disuruh (oleh penanggungnya itu), ia
sama sekali tidak dapat mendatangkan suatu kebaikan. Samakah orang itu dengan
orang yang menyuruh berbuat keadilan, dania berada dijalan yang lurus?. – (Q.S An-
Nahl: 76)

57
ُ ‫ان َوإِي َتا ِء ذِي ْالقُرْ َبى َو َي ْن َهى َع ِن ْال َفحْ َشا ِ[ء َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع‬ ْ
َ ‫ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر‬
‫ُون‬ ِ ِ ِ ‫إِنَّ هَّللا َ َيأ ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َواإْل ِحْ َس‬

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberibantuan kepada kerabat, dan Dia melarang dari perbuatan keji, kemungkaran,
dan permusuhan.Dia memberimu pengajaran agar kamu dapat mengambil pelajaran.
– (Q.S An-Nahl: 90)

F. AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG BERBAGI

Al-Baqarah (2) : 3. "Adapun orang-orang yang beriman dengan yang ghaib dan
mendirikan sembahyang dan menginfakkan sebahagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka".

al-Baqarah (2) : 195. "Dan berinfaklah kamu (bersedekah atau nafakah) di jalan Allah
dan janganlah kamu mencampakkan diri kamu ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah kerana sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik".

al-Baqarah (2) : 215. "Mereka bertanya kepada engkau tentang apa yang mereka
infakkan, Jawablah! Apa sahaja harta yang kamu infakkan hendaklah diberikan kepada
ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
sedang dalam perjalanan. Dan apa sahaja kebajikan yang kamu buat, maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui".

al-Baqarah (2) : 245. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman
yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat
gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

al-Baqarah (2) : 254. Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah)
sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada
hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at[160]. Dan orang-orang kafir
itulah orang-orang yang zalim.

al-Baqarah (2) : 261. Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan

58
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui.

al-Baqarah (2) : 262. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah,


kemudian mereka tidak mengiringi apa yangdinafkahkannya itu dengan menyebut-
nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

al-Baqarah (2) : 263. Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha
Kaya lagi Maha Penyantun.

al-Baqarah (2) : 264. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan
dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu
seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa
yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
kafir

al-Baqarah (2) : 265. Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya


karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah
kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan
gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.

al-Baqarah (2) : 267. Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu
kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

59
al-Baqarah (2) : 271. Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik
sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang
fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan
dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.

al-Baqarah (2) : 272. Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk,


akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-
Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka
pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu
melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu
sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).

al-Baqarah (2) : 273. (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di
jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka
mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka
dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.
Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka
sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.

al-Baqarah (2) : 274. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang
hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati. 276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah . Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.

Ali Imran (3) : 93. "Kamu sekali-kali tidak akan sampai mencapai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu menginfakkan sebahagian harta yang kamu cintai.
Dan apa yang kamu infakkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya".

Ali Imran (3): 133-134. "Dan bersegeralah kamu kepada keampunan Tuhanmu dan
kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-
orang yang taqwa. Iaitu orang-orang yang menginfakkan (hartanya) baik diwaktu
senang atau di waktu susah, dan orang-orang yang menahan kemarahannya dan
memaafkan kesalahan orang. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan".

60
al-Anfaal (8) : 60. "Apa sahaja yang kamu infakkan pada jalan Allah nescaya akan
dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)".

LAMPIRAN

A. ILMUWAN YANG MEMELUK AGAMA ISLAM SETELAH MELAKUKAN


PENELITIAN

1. Jacques Yves Costeau


Seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari
Prancis, Jacques-Yves Cousteau melakukan eksplorasi bawah laut.
Tiba-tiba ia menemukan beberapa kumpulan mata air tawar yang tidak
bercampur dengan air laut. Seolah ada dinding atau membran yang

61
membatasi keduanya. Lalu, suatu hari ia bertemu dengan seorang
profesor Muslim dan menceritakan fenomena itu.
Profesor itu teringat pada ayat Alquran tentang bertemunya dua
lautan pada surat Ar Rahman Ayat 19-20. "Dia membiarkan dua lautan
mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada
batas yang tidak dilampaui masing-masing," (QS Ar Rahman Ayat 19-
20).
Mendengar ayat-ayat Alquran itu, Costeau kagum dan
dikatakan ia memeluk Islam.Sekadar informasi, Jacques-Yves Cousteau
lahir di Prancis pada 11 Juni 1910 dan meninggal dunia di Paris pada
25 Juni 1997.

2. Maurice Bucaille
Maurice Bucaille dikenal sebagai ilmuwan yang meneliti jasad
Fir'aun. Ia merupakan ahli bedah asal Prancis yang lahir pada 19 Juli
1920. Maurice Bucaille kemudian menjadi pemimpin ahli bedah
sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian tentang mumi.

Hasil penelitian menemukan hal yang mengejutkan bahwa sisa-


sisa garam yang melekat pada tubuh mumi adalah petunjuk bahwa
Fir'aun meninggal karena tenggelam. Jasadnya yang baru dikeluarkan
dari laut kemudian segera dibalsem untuk diawetkan. Namun hal ini
tetap mengganjal logika sang profesor. Bagaimana jasad mumi yang
sudah tenggelam lama di dalam laut ini masih lebih baik kondisinya
dibanding mumi-mumi lainnya? Hal tersebut mulai sesuai dengan
penggambaran kematian Fir'aun di Alquran bahwa dia mati karena
ditelan ombak.

Bucaille kemudian merilis laporannya yang berjudul "Les


momies des Pharaons et la midecine" (Mumi Fir'aun; Sebuah Penelitian
Medis Modern).Ia lalu mendengar bahwa Alquran sebenarnya telah
mengisahkan cerita tenggelamnya Fir'aun.Kabarnya, setelah mencari
riwayat di berbagai kitab termasuk Taurat dan Injil, Bucaille beralih ke
Islam. Ia menemui sejumlah ilmuwan autopsi Muslim dan diberitahu
mengenai salah satu ayat Alquran.

62
"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu
dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami," (QS. Yunus Ayat 92).Ayat tersebut telah menyentuh
hati Bucaille hingga ia menjadi seorang mualaf.

3. Prof William Brown


Majalah sains, Journal of Plant Molecular Biologies
mengungkap hasil penelitian yang dilakukan tim ilmuwan Amerika
Serikat.Tim meneliti suara ha`lus yang tidak bisa didengar oleh telinga
manusia. Suara itu keluar dari tumbuhan dan peneliti merekamnya
dengan alat perekam canggih. Dari alat perekam itu, getaran ultrasonik
diubah menjadi gelombang elektrik optik yang dapat dipantau di
monitor.
Para ilmuwan ini kabarnya membawa hasil penemuan mereka
ke hadapan tim peneliti Inggris di mana salah seorangnya adalah
peneliti muslim. Mengejutkan, getaran halus ultrasonik yang tertransfer
dari alat perekam menggambarkan garis-garis yang membentuk lafadz
Allah. Ilmuwan lalu kagum dengan apa yang mereka saksikan.
"Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memujinya,
tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia
adalah Maha Penyantun Lagi Maha Pengampun," (QS Al-Isra:44).
Peneliti muslim lalu memberikan hadiah berupa mushaf Alquran
dan terjemahanya kepada Profesor William, salah satu anggota tim
peneliti Inggris.
Pada suatu kesempatan, sang profesor mengatakan bahwa
dalam hidupnya, ia belum pernah menemukan fenomena semacam ini.
"Dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan
pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini.
Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa
menafsirinya. Akan tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan
adalah dalam Alquran.
Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain
mengucapkan Syahadatain," ungkap William.

63
B. ILMUWAN ISLAM YANG BERJASA DALAM ILMU PENGETAHUAN

1. Al-Jazari

Di tahun 1100 an, sebuah jam yang sangat tidak biasa dan unik,
dibuat oleh Al-Jazari, seorang insinyur dan matematikawan asal Turki.

Ini adalah sebuah jam besar yang tampilan luarnya berbentuk


gajah yang menopang berbagai ornamen yang disebut-sebut sebagai
perpaduan berbagai budaya. Penemuan jam gajah ini digadang-gadang
sebagai karya robotik pertama di dunia.

2. Ibnu al-Haytham

Seorang ilmuwan Arab Muslim bernama Ibnu al-Haytham adalah


seorang yang punya kontribusi besar di dunia optik, astronomi, serta
matematika. Ia bahkan disebut sebagai bapak optik. Tak hanya itu, di
dunia barat dia juga dikenal luas hingga memiliki nama barat bernama
Alhazen.

64
Kontribusi besarnya adalah eksperimen serta studinya soal
cahaya. Ia berteori soal cahaya bergerak dalam garis lurus dan
dibedakan oleh objek yang ter-refleksikan oleh sinar tersebut.

Ialah yang memperbaiki konsep 'camera obscura' atau lubang


jarum yang awalnya ditemukan Tiongkok, di mana cahaya bergerak
pada garis lurus dan membentuk gambar yang terbalik pada retina.

3. Al-Idrisi

Al-Idrisi adalah seorang geografer dan kartografer yang lahir di


Ceuta, Afrika Utara. Selama hidup ia tinggal di Palermo, Sisilia, Italia,
dan menorehkan prestasi di sana. Di sekitar abad ke 12, ia
memproduksi sebuah peta dunia dengan deskripsi yang paling lengkap
dan rumit. Peta tersebut dianggap sebagai yang paling hebat di abad
pertengahan. Jadilah peta Al-Idrisi adalah yang peta yang digunakan
secara luas oleh para pelancong selama beberapa abad ke depan.
Bagaimana tidak, deskripsi rinci tentang Afrika dan Timur jauh pun
lengkap di sana. Terlebih lagi penjelasan lengkap tentang wilayah utara
Kristen dan wilayah Islam juga dijelaskan dengan baik.

65
DAFTAR PUSTAKA

https://sangpelajar.wordpress.com/2009/04/05/contoh-teladan-salafussoleh/

https://ilakadafi.blogspot.com/2015/03/pemahaman-konsep-dasar-tentang-ajaran.html

https://tugassekolah.co.id/2020/09/pengertian-keadilan-dalam-agama-isla.html

https://ayoksinau.teknosentrik.com/hukum-islam/

https://www.kaskus.co.id/thread/5eb01f99337f9342b35c1d33/10-ilmuwan-ini-
bersyahadat-masuk-islam-saat-penelitiannya-terjawab-di-alquran/

https://www.merdeka.com/teknologi/7-ilmuwan-islam-yang-berjasa-dalam-ilmu-
pengetahuan.html?page=2

https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03

66
https://hikmah.blog.uns.ac.id/2010/05/08/konsep-ketuhanan-dalam-islam/

https://widyaelrahma.blogspot.com/2014/07/pendidikan-sains-dan-teknologi-dalam-
al.html

https://alfikmiza.wordpress.com/2010/08/26/sains-dan-teknologi-dalam-al-quran/

https://samsulbae.blogspot.com/2013/01/al-quran-dan-al-hadits.html

https://bincangsyariah.com/kalam/siapa-generasi-islam-terbaik-itu/

https://alomuslim.com/generasi-terbaik-umat-islam/

https://id.wikipedia.org/wiki/Tabi%27ut_tabi%27in

https://www.risalahislam.com/2013/10/pengertian-salafi-yang-sebenarnya.html

https://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-sahabat-tabiin-
dan-tabiit-tabiin.html

https://arangkadir.blogspot.com/2010/06/pengertian-as-salafus-soleh.html#:~:text=As-
Salafus%20Soleh%20dari%20sudut%20bahasa%20bermakna%20para
%20pendahulu,murid%20sahabat%29%20dan%20tabi%27ut%20tabi%27in
%20%28para%20murid%20tabi%27in%29

67

Anda mungkin juga menyukai