Anda di halaman 1dari 19

MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah: Metodologi Studi Islam

Dosen: Nurul Hikmah, M.Pd. I

Disusun Oleh:
AMELDA
2011120122
ARISMA
2011120139
TAMARA SULISTIANI
2011120127

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur selalu tidak lupa tercurahkan kepada Allah SWT, yang karena izin dan
karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah
untuk mata kuliah Metodologi Studi Islam yang berjudul “Manusia Dan Kebutuhan Doktrin
Agama” ini tepat waktu. Sholawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada baginda
Rasulullah SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan seluruh pengikut setia beliau sampai akhir
zaman.

Adapun tujuan dibuatnya makalah berjudul “Manusia Dan Kebutuhan Doktrin Agama”
adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam. Makalah ini berisi
penjelasan dan pemaparan secara rinci mengenai bagaimana manusia dan kebutuhan doktrin
agama tersebut.

Dengan segenap kerendahan hati, penulis memohon maaf atas masih banyaknya
kekurangan baik dari segi penulisan ataupun materi dari makalah ini. Maka dari itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
maupun semua pihak.

Palangka Raya, 13 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Masalah...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Definisi Agama dan Manusia...........................................................................3
B. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama............................................................5
C. Fungsi Agama Dalam Kehidupan.....................................................................7
D. Rasa Ingin Tahu Manusia Terhadap Agama....................................................9
E. Doktrin Kepercayaan Dalam Agama Islam......................................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................14
A. Kesimpulan….................................................................................................14
B. Saran…..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti makhluk-makhluk lainnya, manusia adalah ciptaan Allah. Manusia
mempunyai dua fungsi yaitu individu dan sosial. Dalam fungsinya sebagai makhluk
individu, manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, misalnya
pendidikan, kesehatan, kebahagiaan dan sebagainya, sedangkan secara social
manusia memerankan fungsinya sebagai makhluk sosial yang hidup dan berinteraksi
dengan masyarakat.
Namun di samping itu manusia juga mempunyai kecenderungan untuk mencari
sesuatu yang mampu menjawab segala pertanyaan yang ada dalam benaknya. Segala
keingintahuan itu akan menjadikan manusia gelisah dan kemudian mencari
pelampiasan dengan timbulnya tindakan rasionalitas. Munculnya pemujaan terhadap
benda-benda merupakan bukti adanya keingintahuan manusia yang diliputi oleh rasa
takut terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya.
Kepercayaan manusia akan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan
akhirat yang tergantung pada hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang
dimaksud. Ketakutan manusia jika hubungan baik manusia dengan kekuatan gaib
tersebut hilang, maka hilang pula lah kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari.
Kemudian menurut sebagian para ahli rasa ingin tahu dan rasa takut itu menjadi
pendorong utama tumbuh suburnya rasa keagamaan dalam diri manusia. la merasa
berhak untuk mengetahui dari mana ia berasal, untuk apa dia berada di dunia, apa
yang mesti ia lakukan demi kebahagiaannya di dunia dan alam akhirat nanti, yang
merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah agama. Karenanya,
sangatlah logis jika agama selalu mewarnai sejarah manusia dari dahulu kala hingga
kini, bahkan sampai akhir nanti. Lantas benarkah hanya rasa takut dan ingin tahu
tersebut yang menjadikan manusia membutuhkan agama dalam kehidupan mereka?.
Maka dari itu dalam makalah akan diulas bagaimana agama bisa menjadi kebutuhan
bagi manusia.

1
B. Rumusan Masalah
A. Apa itu definisi agama dan manusia ?
B. Apa itu kebutuhan manusia terhadap agama ?
C. Apa fungsi agama dalam kehidupan ?
D. Apa itu rasa ingin tahu manusia Terhadap Agama?
E. Apa itu doktrin kepercayaan dalam agama?

C. Tujuan Masalah
1. Agar kita mengetahui pengertian agama dan manusia.
2. Agar kita mengetahui kebutuhan manusia terhadap agama.
3. Agar kita mengetahui fungsi agama dalam kehidupan.
4. Agar kita mengetahui doktrin kepercayaan dalam agama.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Agama Dan Manusia
Secara etimologis Agama berasal dari bahasa Sanskerta yang tersusun dari kata “a”
berarti “tidak” dan “gam” berarti “pergi”. Dalam bentuk harfiah yang terpadu, kata
agama berarti “tidak pergi”, tetap di tempat, langgeng, abadi yang diwariskan secara
terus-menerus dari satu generasi kepada generasi yang lainnya.” 1
Pada umumnya, kata “agama” diartikan tidak kacau, yang secara analitis diuraikan
dengan cara memisahkan kata demi kata, yaitu “a” berarti “tidak” dan “gama” berarti
“kacau”. Maksudnya orang yang memeluk agama dan mengamalkan ajaran-ajarannya
dengan sungguh, hidupnya tidak akan mengalami kekacauan. 2
Secara terminologi menurut sebagian orang, agama merupakan sebuah fenomena
yang sulit didefinisikan. WC Smith mengatakan, "Tidak berlebihan jika kita katakan bahwa
hingga saat ini belum ada definisi agama yang benar dan dapat diterima". Meski
demikian, para cendekiawan besar dunia memiliki definisi, atau yang lebih tepatnya kita
sebut dengan kesimpulan mereka tentang fenomena agama. Beberapa di antaranya
adalah sebagai berikut:3
a) Emile Durkheim mengartikan, agama sebagai suatu kesatuan sistem kepercayaan dan
pengalaman terhadap suatu yang sakral, kemudian kepercayaan dan pengalaman
tersebut menyatu ke dalam suatu komunitas moral.
b) Karl Mark berpendapat bahwa agama adalah keluh kesah dari makhluk yang tertekan
hati dari dunia yang tidak berhati, jiwa dari keadaan yang tidak berjiwa, bahkan
menurut pendapatnya pula bahwa agama dijadikan sebagai candu bagi masyarakat.
c) Spencer mengatakan bahwa agama adalah kepercayaan akan sesuatu yang Maha
mutlak.
d) Dewey menyebutkan agama sebagai pencarian manusia akan cita-cita umum dan
abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam jiwanya, agama
adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yang hebat.
e) Sebagian pemikir mengatakan bahwa apa saja yang memiliki tiga ciri khas di bawah
ini dapat disebut sebagai agama:
1) Keyakinan bahwa di balik alam materi ini ada alam yang lain,
2) Penciptaan alam memiliki tujuan,

1
Dr. Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), Hlm. 12
2
H. Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, (Bandung: Pustaka Setia), Hlm. 19
3
A. Hafidh Al-Kaf, dalam makalah “Manusia dan Agama” hlm. 3

3
3) Alam memiliki konsep etika.
Pada semua definisi tersebut di atas, ada satu hal yang menjadi kesepakatan
semua, yaitu kepercayaan akan adanya sesuatu yang agung di luar alam. Namun, lepas
dari semua definisi yang ada di atas maupun definisi lain yang dikemukakan oleh para
pemikir dunia lainnya, kita meyakini bahwa agama adalah kepercayaan akan adanya
Tuhan yang menurunkan wahyu kepada para nabi-Nya untuk umat manusia demi
kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Dari sini, kita bisa menyatakan bahwa agama
memiliki tiga bagian yang tidak terpisah, yaitu akidah (kepercayaan hati), syari'at
(perintah-perintah dan larangan Tuhan) dan akhlak (konsep untuk meningkatkan sisi
rohani manusia untuk dekat kepada-Nya). Meskipun demikian, tidak bisa kita pungkiri
bahwa asas terpenting dari sebuah agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang
harus disembah.
Secara bahasa manusia berasal dari kata manu (sansekerta), mens (latin), yang
berarti berpikir dan berakal budi. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep
atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok atau seorang individu.
Definisi manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dan dianugerahi akal, hati
dan fisik.
Manusia adalah khalifah Tuhan di Bumi, manusia merupakan makhluk yang
mempunyai inteligensi paling tinggi, manusia mempunyai kecendrungan dekat dengan
Tuhan, manusia dalam fitrah nya memiliki sekumpulan umsur surgawi yang lihir, manusia
merupakan makhluk pilihan manusia bersifat bebas dan merdeka,manusia memiliki
kesadaran moral, jiwa manusia tidak akan pernah damai kecuali dengan mengingat Allah,
segala bentuk karunia duniawi, di ciptakan untuk kepentingan manusia, Tuhan
menciptakan manusia agar mereka menyembahnya dan dan tuduk patuh kepada nya,
manusia tidak dapat memahami dirinya , kecuali dalam sujudnya kepada Tuhan dengan
mengingatnya, setiap realitas yang tersembunyi akan di hadapkan kepada manusia
semesta setelah mereka meninggal dan selubung roh mereka disingkakan, manusia
tidaklah semata-mata tersentuh oleh motivasi duniawi saja. 4

4
Murtadha Muthohhari, Perspektif al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama (Mizan, Bandung: 1984),
hal.117-121.

4
B. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial. Artinya manusia tidak dapat hidup dan
berkembang dengan baik tanpa bantuan orang lain. Hubungan manusia dengan sesama
manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup yang kompleks, yaitu kebutuhan
bersifat fisik dan psikis. Substansi hubungan manusia itu pada pokoknya adalah saling
memenuhi kebutuhan masing- masing. Inipertanda bahwa manusia diberikan batasan-
batasan tentang perbuatan yang baik untuk keharmonisan interaksi.Menurut kami
walaupun manusia diberikan kebebasan dalam menetukan segala hal atau kebebasan
dalam menentukan pilihan namun itu semua tidak terlepas dari bahwasanya manusia itu
masih memiliki batasan-batasan yang tidak boleh iya langgar karena pada ahakikatnya
manusia itu hidup bersosial tidak dapat hidup tanpa orang lain. Untuk itu perlu adanya
yang mengatur kehidupan manusia ini agar hidup dapat berjalan sesuai dengan jalanya.
Maka dari itu manusia sangat membutuhkan agama sebagai pedomannya.
Agama merupakan risalah yang disampaikan Tuhan kepada para Nabi-Nya untuk
memberi peringatan kepada manusia. Memberi petunjuk sebagai hukum- hukum
sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata hidup yang nyata.
Mengatur tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat dan alam sekitarnya. Oleh
karena itu, kewajiban semua orang untuk menyadarkan bahwa agama merupakan
kebutuhan umat manusia.
Menurut kami, sudah menjadi fitrah seorang manusia dalam menjalani hidupnya
sebagai makhluk yang sangat sekali bergantung atau membutuhkan yang namanya
agama. Agama merupakan tuntunan hidup yang jelas. Dengan adanya agama,
kehidupan dalam dunia ini menjadi lebih jelas dan terarah kemana kita akan menjalani
kehidupan yang sebenarnya. Dengan agama, kita menjalani hidup sesuai dengan hukum-
hukum yang telah ditentukan oleh tuhan. Dengan kata lain setiap perbuatan yang kita
lakukan pasti akan menerima ganjarannya baik itu ganjaran yang baik atau pun buruk,
baik itu perbuatan yang tidak dibolehkan atau dibolehkan. Karna agama merupakan
petunjuk yang dibutuhkan oleh mausia dan menjadi kebutuhan manusia dalam mejalani
kehidupan. Kebutuhan manusia terhadap agama didasari oleh beberapa faktor dominan,
yaitu faktor fitrah, kekurangan dan kelemahan manusia dan faktor tantangan yang
dihadapinya. Oleh karena itu agama adalah paket yang sangat dan amat dibutuhkan oleh
manusia.Ada empat faktor yang menyebabkan manusia memerlukan agama. Yaitu: 5

5
Drs. Yatimin, Op. Cit. Hlm. 39-42

5
a) Faktor Kondisi Manusia
Kondisi manusia terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani.
Untuk menumbuhkan dan mengembangkan kedua unsur tersebut harus mendapat
perhatian khusus yang seimbang. Unsur jasmani membutuhkan pemenuhan yang
bersifat fisik jasmaniah. Kebutuhan tersebut adalah makan-minum, bekerja, istirahat
yang seimbang, berolahraga, dan segala aktivitas jasmani yang dibutuhkan. Unsur
rohani membutuhkan pemenuhan yang bersifat psikis (mental) rohaniah. Kebutuhan
tersebut adalah pendidikan agama, budi pekerti, kepuasan, kasih sayang, dan segala
aktivitas rohani yang seimbang.
b) Faktor Status Manusia
Status manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna.
Jika dibanding dengan makhluk lain, Allah menciptakan manusia lengkap dengan
berbagai kesempurnaan, yaitu kesempurnaan akal dan pikiran, kemuliaan, dan
berbagai kelebihan lainnya. Dalam segi rohaniah manusia memiliki aspek rohaniah
yang kompleks. Manusia adalah satu-satunya yang mempunyai akal dan manusia
pulalah yang mempunyai kata hati. Sehingga dengan kelengkapan itu Allah
menempatkan mereka pada permukaan yang paling atas dalam garis horizontal
sesama makhluk. Dengan akalnya manusia mengakui adanya Allah. Dengan hati
nuraninya manusia menyadari bahwa dirinya tidak terlepas dari pengawasan dan
ketentuan Allah. Dan dengan agamalah manusia belajar mengenal Tuhan dan agama
juga mengajarkan cara berkomunikasi dengan sesamanya, dengan kehidupannya, dan
lingkungannya.
c) Faktor Struktur Dasar Kepribadian
Dalam teori psikoanalisis Sigmun Freud membagi struktur kepribadian manusia
dengan tiga bagian. Yaitu:
1. Aspek Das es yaitu aspek biologis. Aspek ini merupakan sistem yang orisinal
dalam kepribadian manusia yang berkembang secara alami dan menjadi bagian
yang subjektif yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif.
2. Aspek das ich, yaitu aspek psikis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk
hubungan baik dengan dunia nyata.
3. Aspek das uber ich, aspek sosiologis yang yang mewakili nilai-nilai tradisional
serta cita-cita masyarakat.

6
C. Fungsi Agama Dalam Kehidupan
Pada zaman yang semakin maju ini, agama memainkan peran penting terhadap
kehidupan berjuta- juta manusia. Penyelidikan-penyelidikan menyatakan bahwa lebih
dari 70% penduduk dunia menunjukkan bahwa mereka menganut salah satu agama.
Diseluruh Eropa Timur, misalnya, semakin banyak orang mengikuti ibadah di Sinagoga,
Mesjid, Kuil, dan Gereja. Dibanyak tempat di dunia, imam, biksu dan pendeta bekerja
bersama- sama untuk menciptakan dunia yang semakin baik dan damai.
Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan
bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam semesta
sehingga peraturan yang dibuatNya betul-betul adil. Secara terperinci agama memiliki
peranan yang bisa dilihat dari: aspek keagamaan (religius), kejiwaan (psikologis),
kemasyarakatan (sosiologis), hakkekat kemanusiaan (human nature), asal usulnya
(antropologis) dan moral (ethics).6
Fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan manusia sebagai pedoman, aturan
dan undang- undang Tuhan yang harus di taati dan mesti dijalankan dalam kehidupan.
Agama sebagai pedoman hidup yang harus diberlakukan dalam segala segi kehidupan.
Orang yang beragama dapat mendisiplinkan dirinya sendiri, menguasai nafsunya sesuai
dengan ajaran agama. Orang yang beragama cendrung berbuat baik sebanyak- banyaknya,
dengan hartanya, tenaganya dan pikirannya. Dan dia akan berusaha sehabis daya
upayanya untuk menghindarkan dirinya dari segala perbuatan yang keji dan munkar.
Selain itu agama merupakan unsur mutlak dalam pembinaan karakter pribadi dan
membangun kehidupan sosial yang rukun dan damai.Fungsi agama juga sebagai pencapai
tujuan luhur manusia di dunia ini, yaitu cita-cita manusia untuk mendapatkan
kesejahteraan lahir dan batin. Dalam Al-Quran surat Thoha ayat 117-119 disebutkan:
”Maka kami berkata: “Hai Adam, Sesungguhnya Ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi
istrimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga,
yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di
dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga
dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya”.
Dari segi pragmatisme, seseorang menganut suatu agama adalah disebabkan oleh
fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan

6
Prof. Dr. H.M.Amin Syukur, MA, Pengantar Studi Islam,(Semarang: CV. Bima Sakti,2003).Hlm.25

7
hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti
apa yang diuraikan di bawah ini:
a. Memberi pandangan dunia kepada budaya manusia.
Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia senantiasa
memberi penerangan kepada dunia (secara keseluruhan), dan juga kedudukan
manusia di dalam dunia. Penerangan dalam masalah ini sebenarnya sulit dicapai
melalui indra manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya,
agama Islam menerangkan kepada umatnya bahwa dunia adalah ciptaan Allah dan
setiap manusia harus menaati Allah.
b. Menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sebagian pertanyaan yang senantiasa ditanya oleh manusia merupakan pertanyaan
yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya pertanyaan kehidupan
setelah mati, tujuan hidup, soal nasib dan sebagainya. Bagi kebanyakan manusia,
pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik dan perlu untuk menjawabnya. Maka,
agama itulah fungsinya untuk menjawab soalan-soalan ini.
c. Memainkan fungsi peranan sosial.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukan kelompok manusia. Ini adalah
karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama,
melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
d. Memberi rasa kebersamaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran agama
sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan oleh
penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi peranan sosial.
Menurut kami, dengan demikian dapat ditegaskan bahwa masayarakat adalah
kumpulan dari individu- individu. Masyarakat akan baik, manakala terdiri dari pribadi-
pribadi yang baik. Pribadi yang baik hanya dapat dibina melalui ajaran agama. Oleh sebab
itu orang yang beragama, walau tidak ada orang yang tahu, ia tetap berbuat baik dan
menjaga diri dari yang dilarang tuhan, karena ia yakin bahwa ia tetap diawasi tuhan.
Maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa agama sangat berfungsi dam memiliki
kedudukan yang strategis dalam menata kehidupan manusia untuk mendapatkan
kesemalatan dirinya dan kemaslahatan bagi orang lain.

8
D. Rasa Ingin Tahu Manusia Terhadap Agama
Rasa ingin tahu adalah kodrat manusia, karena selalu ingin mencari tahu apa yang
belum diketahuinya. Sadar atau tidak kita semua lebih banyak belajar dari pertanyaan
daripada jawaban, hasrat ingin tahu manusia terpuaskan saat ia memperoleh
pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya, seserderhana itu. Rasa ingin tahu
yang bersifat sederhana didasari oleh keingintahuan manusia tentang apa yang terjadi
(Ontologi) dan rasa ingin tahu yang bersifat kompleks meliputi bagaimana peristiwa
dapat terjadi dan mengapa peristiwa itu terjadi (Epistemologi), serta untuk apa peristiwa
tersebut perlu diketahui atau dipelajari (Aksiologi).
Manusia itu berpikiran rasional, yang bersumber pada akal manusia yang diolah di
dalam otak. Terkadang rasa ingin tahu manusia terhadap agama terhalang oleh
pemikiran rasionalnya, misal tentang doktrin terhadap Allah. Manusia secara rasional
berpikir dimana itu Allah dan siapa itu Allah, pasti banyak pertanyaan yang berputar di
otak seorang manusia. Dari sinilah awal seorang manusia mulai mencari tahu sampai ia
menemukan jawaban yang membuat hatinya puas. Rasa ingin tahu yang besar inilah
akan membuat seorang manusia mendalami atau menyusuri agama lebih dalam lagi.
E. Doktrin Kepercayaan Dalam Agama Islam
Menurut KBBI doktrin adalah ajaran tentang asas suatu aliran politik,keagamaan.
Pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan, keagamaan, ketatanegaraan, secara
bersistem, khususnya dalam penyusunan kebijakan Negara. Dokrin adalah ajaran ilmu
tertentu yang diterapkan oleh sekelompok orang tertentu kepada orang lain dengan
tujuan tertentu dan bersifat teoritis bukan praktis. Dalam Islam, trilogi doktrin (ajaran)
Islam biasa dikenal dengan trilogi ajaran Ilahi, yakni: Iman, Islam dan Ihsan.
Menurut Bernard Arief Sidharta, istilah lain doktrin adalah ajaran. Doktrin
merupakan pendapat atau pendirian ilmiah yang disusun dan dikemukakan secara
rasional dan dapat meyakinkan orang lain. Doktrin ini memiliki peranan penting, karena
dikemukakan seorang ilmuwan yang sangat berpengaruh dan menjadi bagian sumber
hukum positif.7Menurut T. Jeremy Gunn ada tiga segi agama yang perlu diketahui, yaitu :
Pertama, agama sebagai kepercayaan. Agama sebagai kepercayaan menyinggung
keyakinan yang orang pegang mengenai hal-hal seperti Tuhan, kebenaran, atau doktrin
kepercayaan. Kepercayaan terhadap agama menekankan, contohnya, kesetiaan pada
7
Bernard Arief Sidharta, Refleksi Tentang Fundasi dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum Sebagai Landasan
Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia (Jakarta, 1996).

9
doktrin-doktrin seperti rukun Islam, karma, darma, atau pesan sinkretis lainnya yang
menurut banyak doktrin agama mendasari realitas kehidupan.
Kedua, agama sebagai kepercayaan menekankan pada doktrin, sedangkan agama
sebagai identitas menekankan pada afiliasi dengan kelompok. Dalam hal ini, identitas
agama dialami sebagai sesuatu yang berhubungan dengan keluarga, etnisitas, ras atau
Kebangsaan. Jadi, orang percaya bahwa identitas agama merupakan sesuatu yang
didapatkan setelah proses belajar, berdoa, atau refleksi.
Segi agama yang ketiga ialah agama sebagai jalan hidup (way of life). Dalam segi
ini, agama berhubungan dengan tindakan, ritual, kebiasaan dan tradisi yang
membedakan umatnya dari pemeluk agama lain. Contohnya, agama sebagai jalan hidup
bisa mendorong orang untuk hidup di biara atau komunitas keagamaan, atau melakukan
banyak ritual, termasuk salat lima waktu, mengharamkan daging babi, dan lain sebaginya.
Dalam segi ini, keimanan berusaha tetap dipegang, bahkan perlu untuk
diimplementasikan.
Dokrin kepercayaan dalam agama islam itu ada 6 aspek yang harus diyakini
keberadaanya oleh umat islam atau yang biasa disebut dengan rukun iman, yaitu :
1) Iman kepada Allah SWT
2) Iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT.
3) Iman kepada kitab-kitab Allah SWT.
4) Iman kepada rasul-rasul Allah SWT
5) Iman kepada hari akhir.
6) Iman kepada qodo' dan qadar.
Berikutnya kita akan membahasa tentang :
a. Kebutuhan Doktrin Agama Islam
Agama Islam berkaitan dengan berbagai disiplin ilmu dan mengatur urusan manusia
secara detail. Baik dari hal-hal yang kecil maupun hal-hal yg besar dari persoalan
pribadi sampai hal hal yang umum. Begitu pula dalam hal doktrin agama manusia
wajib mengetahui,menjalankan apa yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Berikut
beberapa doktrin didalam agama islam yang manusia butuhkan :
1. Doktrin terhadap Allah SWT
Ahlak terhadap Allah bersipat totalitas. Mencangkup sisi lahiriah dan batiniah.
Sikap dan perilaku lahir di wujudkan dalam aktivitas jasmaniah yang mengacuh
kepada kepatuhan total dalam menjalnkan segala bentuk ketentuan Allah .
Berikut doktrin-doktrin kepadah Allah :

10
a) Mengesahkan dan mengabdi secara tulus kepada Allah
Mengesahkan Allah dengan ketulusan telukis deari sikap konsisten dan
konsekuen dalam menunaikan semua perintah Allah secara utuh dan
optimal. Sikap yang didorong oleh kesadaran tauhid yang mendalam. Sikap
ini terus dipelihara secara konsisten. Berlanngsung sepanjang hayat. Dalam
kondisi yang bagaimanapun. Senang atau susah, saat memperoleh nikmat
ataupun ketika mengalami musibah.Pengabdian secara tulus terekam secara
jelas dalam perintah Allah “padalah mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadanya dalam
(menjalakan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan
menunaikan zakat, dan demikian itulah agama yang lurus”(QS
Al-Bayyinah/98: 5 ).
b) Tunduk Dan Patuh Kepada Perintah Allah
Taat dan patuh melaksanakan ajaran agama sejalan dengan peritah Allah “Hai
orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul Nya da jangalah
kamu berpaling kepadanya, sedangkan kamu mendengar (perintah-
perintahNya)”(QS. Al-Anfal/8: 20). Dengan demikian, tunduk dan patuh
kepada Allah mewujudkan dalamsikap kepatuhan sosial. Senantiasa
mengutamakan menunaikan perintah Allah dari segala kepentingan lain dari
luar itu. Perintah Allah diposisikan ebagai prioritas utama dalam setiap
aktifitas.
c) Berserah Diri Hanya Kepada Ketentuan Allah
Menyerahkan diri hanya kepada ketentuan Allah, mengandung makna yang
dalam. Menyerahkan diri kepada Allah, karena kita yakin bahwa Allah Maha
sempurna.
d) Bersyukur Kepada Allah
Bagian dari nilai-nilai imani diwujudkan dalam sikap sebagai pernyataan rasa
syukur kepada Allah. Sadar dan yakin sepenuhnya akan pernyataan Allah
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allahlah (datangnya),
dan bila kamu ditimpa kemudharatan maka hanya kepadanya kamu meminta
pertolongan.”(QS. An-Nahl/16: 53).
e) Ikhlas Menerima Keputusan Allah
Adapun sikap yang diperlihatkan oleh orang yang ikhlas ini antara lain adalah
kesediaan menerima kenyataan yang dihadapi. Dalam pengalaman pahitpun,

11
ia tidak mengeluh atau menimpakan kesalahan kepada siapapun atas yang
dialaminya.
f) Penuh Harap Kepada Allah
Penuh harap kedapa Allah dan lazim disebut sebagai “ roja”. Dalam Al-Qur’an
pemakaian kata ini umunya ditujukan unutuk mengajak mauusia kembali
kepada kebenaran.
g) Takut Kehilangan Rahmat Allah
Seseorang yang merasakan takut kehilangan rahmat Allah ini selalu diliputi
oleh rasa khawatir. Terus didera kekhwatiran kalau-kalau ia terluput dari
anugerah rahamat Allah.
2. Iman kepada malaikat kitab dan rasul Allah
a) Malaikat Allah
malaikat merupakan makhluk tuhan yang diciptakan dari nur cahaya, ia
adalah makhluk langit yang mengabdi kepada Allah dengan bermacam-
macam tugas yang diembannya, jumlahnya sangatlah banyak, namun yang
harus kita imani hanyalah 10 (nama) malaikat beserta tugas-tugasnya.
b) kitab-kitab Allah
Iman kepada kitab Allah adlah wajib dan itu merupakan konsekuensi logis
dari pembenaran terhadap adanya Allah, oleh karena itu tidak sepantasnya
seorang mukmin mengingkari kitab-kitab Allah yaitu al-Qur’an, Injil, Taurat,
dan Zabur.
c) Rasul-rasul Allah
Doktrin Islam mengajarkan agar setiap Muslim beriman kepada rasul yang
diutus oleh Allah tanpa membedakan antara satu dengan yang lainnya. 8
3. Dokrin Terhadap Rasulullah SAW
a) Ikhlas Mengakui Muhammad SAW Sebagai Rasul
Wujud dari pengakuan terhadap Rasul secara ikhlas tercitrakan dari ucapan
dari kalimat syahadat. Pengakuan untuk bersaksi bahwa tidak ada yang
berhak disembah selain Allah, dan menyaksikan bahwa Muhammad adalah
Rasul Allah.

b) Taat Kepada Rasul

8
Dr. Atang Abdul Hakim, MA, Dr. Jaih Mubarok Mubarok, Metodologi Studi Islam,(Bandung: Remaja
Rosdakarya,2009), Hlm.190

12
Sikap yang diperlihatkan adalah senatiasa menjalankan perintah dan
tuntunan Rasul SAW, serta tidak mengerjakan segala yang dilarang nya.
Ketaatan penuh dinyatakan secara tegas oleh kitab suci Al-Qur’an. “Dan apa
saja yang diperintah kepada Rasul kepadamu, maka laksanakanlah dan
apaapa yang dilarang nya, maka jauhilah dan jagalah dirimu dari azab Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras siksaan Nya.”(QS. Al-Hasyr/59: 7)
c) Cinta Kepada Rasul SAW
Wujudkan dalam menempatkan kecintaan kepada beliau pada prioritas
utama. Sosok Rasul dijadikan sebagai pilihan satu-satunya untuk dicintai.
Kecintaan yang melebihi kecintaan kepada makhluk lainnya. Kecintaan
puncak ini akan terlihat pada tingkat pengorbanan yang lebih besar dalam
menjalanka perintah Rasul dibandingkan dangan aktifitas lainnya.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang
terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi
ke generasi lainnya dengan tujuan untuk member tuntunan dan pedoman hidup
bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang di dalamnya
mencakup unsur kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya
menimbulkan respon emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut
tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib tersebut. Ada
3 alasan yang melatarbelakangi perlunya agama untuk manusia yaitu fitrah
manusia, kelemahan dan kekurangan manusia, dan tantangan manusia.
Secara terperinci agama memiliki peranan yang bisa dilihat dari: aspek
keagamaan (religious), kejiwaan (psikologis), kemasyarakatan (sosiologis), hakekat
kemanusiaan (human nature), asal usulnya (antropologis) dan moral (ethics).
Keterbatasan panca indra dan akal menjadikan sebagian banyak tanda tanya yang
muncul dalam benaknya tidak dapat terjawab. Hal ini dapat mengganggu perasaan
dan jiwanya dan semakin mendesak pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin
gelisah ia apabila tak terjawab. Hal inilah yang disebut dengan rasa ingin tahu
manusia.
Pada hakikatnya tidak ada ajaran agama (yang benar) bertentangan dengan
akal, oleh karena agama itu sendiri diturunkan hanya pada orang-orang yang
berakal. Maka jelas bahwa manusia tidak akan mampu menanggalkan doktrin
agama dalam diri mereka. Jika ada yang merasa diri mereka bertentangan dengan
agama maka akalnya lah yang tidak mau berpikir secara lebih luas. Seperti yang
sudah kita bahas, agama merupakan sesuatu yang penting di dalam kehidupan.
Dengan adanya agama kehidupan kita menjadi lebih teratur, sejahtera, bahagia
dan sebagainya. Tetapi semua itu tergantung dengan bagaimana bentuk keimanan
kita pada agama.
B. Saran
Berdasarkan penjelasan dari hasil makalah di atas, penulis berharap kepada
para pembaca agar dapat mengetahui serta memahami dengan baik secara

14
keseluruhan, tentang Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama. Semoga makalah
yang penulis buat dapat bermanfaat bagi kita semua.

15
DAFTAR PUSTAKA
A. Hafidh Al-Kaf. Dalam makalah “Manusia dan Agama”.
Bernard Arief Sidharta. 1996. Refleksi Tentang Fundasi dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum
Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia. (Jakarta).
Dr. Jalaludin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada).
Dr. Atang Abdul Hakim, MA, Dr. Jaih Mubarok Mubarok. 2009. Metodologi Studi Islam.
(Bandung: Remaja Rosdakarya).
H. Ali Anwar Yusuf. Studi Agama Islam. (Bandung: Pustaka Setia).
Murtadha Muthohhari. 1984. Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama. (Mizan,
Bandung).
Prof. Dr. H. M. Amin Syukur, MA. 2003. Pengantar Studi Islam. (Semarang: CV. Bima Sakti).

16

Anda mungkin juga menyukai