MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas individu Mata Kuliah Aqidah di Madrasah/Sekolah
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
Saya sebagai penulis berterima kasih kepada dosen mata kuliah Aqidah Di
Makalah ini jauh dari sempurna tetapi saya sudah berusaha dengan baik dalam
membantu dalam menyelesaikan makalah ini dan saya juga mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...........................................................................................30
B. Saran.....................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah, dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak
keimanan itu ditanamkan dalam diri seseorang secara dogmatis, sebab proses
keimanan harus disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal manusia
terbatas maka tidak semua hal yang harus diimani dapat di indra dan
Para ulama sepakat bahwa dalil-dalil aqli yang hak dapat menghasilkan
keyakinan dan keimanan yang kokoh. Sedangkan dalil-dalil naqli yang dapat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah
Menurut bahasa kata “aqidah” diambil dari kata al-‘aqdu, yakni ikatan dan
menempel, dan penguatan. Perjanjian dan penegasan juga disebut ‘aqdu. Jual beli
pun disebut ‘aqdu, karena ada keterikatan antara penjual dan pembeli dengan
‘aqdu (transaksi) yang mengikat. Termasuk juga sebutan ‘aqdu unntuk kedua
ujung baju, karena keduanya saling terikat. Juga termasuk sebutan ‘aqdu untik
keputusan pikiran yang mantap, benar maupun salah. Jika keputusan pikiran yang
mantap itu benar, maka itulah yang disebut aqidah yang benar, seperti keyakinan
umat Islam tentang ke Esa-an Allah. Dan jika salah, maka itulah disebut aqidah
yang batil, seperti keyakinan umat Nashrani bahwa Allah adalah salah satu dari
tiga oknum tuhan (trinitas). Istilah aqidah juga digunakan untuk menyebut
kepercayaan yang mantap dan keputusan tegas yang tidak bisa dihinggapi
kebimbingan. Yaitu apa-apa yang dipercayai oleh seseorang, diikat kuat oleh
1
Ibnu Faris, Mu’jam Maqayis Al-Lughah, materi ‘aqada; Lisanul Arab, dan Al-Qamus Al-
Muhith, 383-384
2
Syaikh DR. Nashir Al-Aql, Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, Maktabah Abu Salma
al-Atsari, hal. 9
2
Aqidah Islam yaitu, kepercayaan yang mantap kepada Allah, para
Malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para Rasul-Nya, hari Akhir, Qadar yang baik
dan yang buruk, serta seluruh muatan Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah Ash-
serta apa saja yang disepakati oleh generasi Salafush Shalih (Ijma), dan
kepasrahan total kepada Allah SWT dalam hal keputusan hukum, perintah, takdir,
“aqidah” adalah sebutan bagi sebuah disiplin ilmu yang dipelajari dan meliputi
(loyalitas) dan bara’ (berlepas diri), serta hal-hal yang wajib dilakukan terhadap
para sahabat dan ummul mukminin (istri-istri Rasulullah SAW). Dan termasuk di
dalamnya adalah penolakan terhadap orang-orang kafir, para ahli bid’ah, orang-
orang yang suka mengikuti hawa nafsu, dan seluruh agama, golongan, ataupun
madzhab yang merusak, aliran yang sesat, serta sikap terhadap mereka, dan
3
Syaikh Nashir Al-Aql, Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, hal. 9-10
4
Syaikh Nashir Al-Aql, Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, hal. 9-10
3
Aqidah Islam yang tercermin di dalam aqidah Ahli Sunnah wal
manapun. Hal itu tidak mengherankan, karena aqidah tersebut diambil dari
Sunnah, dan ijma’ Salafush shalih. Jadi, aqidah Islam diambil dari sumber
yang jernih dan jauh dari kekeruhan hawa nafsu dan syahwat.
ideology lainnya di luar aqidah Islam (aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah).
tangan Ali bin Abi Thalib ) dan perkataan imam-imam mereka.Para Ahli
5
Syaikh Muhammad Ibrahim, Aqidah Ahli Sunnah wal jama’ah. (Yogyakarta: Pustaka Elba),
Hal.24
6
Lihat Ar-Rad Al-Kafi ‘Ala Mughalathati Ad-Duktur Ali Abdul Wahid Wafi karya Ihsan Ilahi
Zhahir, hal. 211-216;
4
dan pola pikir orangorang kafir dan atheis yang menjadikan hawa nafsu
Hal itu karena aqidah bersifat ghaib, dan yang ghaib tersebut
bertumpu pada penyerahan diri. Islam tidak akan berdiri tegak melainkan
di atas pondasi penyerahan diri dan kepasrahan. Jadi, iman kepada yang
yang dipuji oleh Allah Ta’ala. Firman-Nya, “Alif laam miin. Kitab ini
tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. Yaitu,
Sebab, akal tidak mampu memahami yang ghaib dan tidak mampu
pun terbatas. Sehingga tidak ada pilihan lain selain beriman kepada yang
dan RasulNya, melainkan tunduk kepada rasio, akal, dan hawa nafsu.
7
Ihsan Ilahi Zhahir, Ar-Rad Al-Kafi ‘Ala Mughalathati, (Surabaya: Amzah), hal. 211-216
8
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, (Jakarta:Pustaka Imam Asy
Syafa’i), hal. 113
5
Padahal, sumber kerusakan umat dan agama tidak lain adalah karena
Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah sesuai dengan fitrah yang sehat
dan selaras dengan akal yang murni. Akal murni yang bebas dari pengaruh
syahwat dan syubuhat tidak akan bertentangan dengan nash yang shahih
melepaskan diri dari segala macam aqidah dan hatinya menjadi kosong
–yang benar maupun yang salah- dengan adil, fair, dan pemahaman yang
bahwasanya orang yang menganggap sama antara aqidah yang benar dan
yang tidak benar adalah seperti orang yang menganggap sama antara
Alhamdulillah tidak ada satu pun di antara pokok-pokok Ahli Sunnah wal
9
Al-Mahdi Haqiqah La Khurafah, Syaikh Muhammad bin Isma’il, hal. 14
10
Syaikh Ibnu Sa’di, Al -Adillah wa Al-Qawathi ’ wa Al-Barahin fi Ibthali Ushul Al-Mulhidin,
hal. 309
6
Jama’ah yang tidak memiliki dasar atau landasan dari Al-Qur’an dan
Aqidah Islam adalah aqidah yang mudah dan jelas, sejelas matahari
berilmu maupun orang awam, anak kecil maupun orang tua. Karena
harinya seperti siang harinya. Tidak ada yang menyimpang darinya selain
orang yang binasa. Salah satu contoh kejelasannya adalah sebuah kitab
yang sangat populer di dalam Hadis tentang Jibril. Hadis ini memaparkan
pokok-pokok ajaran Islam dengan sangat mudah, ringan, jelas dan terang.
makanan yang dimanfaatkan oleh setiap manusia, bahkan seperti air yang
bermanfaat bagi anak-anak, bayi, orang yang kuat maupun orang yang
lemah.
11
Syaikh Muhammad bin Isma’il, Al-Mahdi Haqiqah La Khurafah, hal. 19
7
Dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah demikian nikmat dan jelas,
keyakinan yang benar dan tegas di dalam hati. Tidakkah anda memikirkan
lagi.12
“Sekiranya di langit dan di bumi itu ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah
menciptakan.
Maha
Di dalam aqidah Islam sama sekali tidak ada tempat untuk hal-hal
semacam itu. Bagaimana tidak? Aqidah Islam adalah wahyu yang tidak
12
Ibnul Wazir, Tarjih Asalib Al-Qur’an ‘Ala Asalib Al-Yunan, hal. 21-22
13
QS. Al-Anbiya: 22, QS. Al-Mulk: 14
8
“Andaikata Al-Qur'an itu berasal dari selain Allah, niscaya mereka
yang satu membatalkan bagian yang lain, dan para pendukungnya benar-
benar paradoks.
serampangan.14
Jadi, aqidah Ahli Sunnah bebas dari semua itu. Sedangkan aqidah-
para imam mereka mengetahui apa-apa yang sudah terjadi dan yang akan
terjadi. Tidakada sesuatu pun yang tersembunyi dari mereka. Mereka tahu
kapan mereka akan mati, dan mereka tidak akan mati kecuali dengan
persetujuan mereka.
memiliki sifat-sifat yang bahkan tidak dimiliki oleh para Nabi. Tapi kita
melihat pokok agama mereka yang lain ternyata bertolak belakang dengan
klaim tersebut.
9
mereka akan menjawab, “Taqiyah” (menghindar).” Jika mereka ditanya,
musuh.” Musuh yang mana? Bukankah anda mengklaim bahwa para imam
itu tahu kapan mereka akan mati, dan mereka tidak akan mati kecuali
dengan persetujuan mereka?! Hal yang sama juga tentang kaum sufi.
berasal dari wahyu yang diturunkan, yang tidak berbicara dari hawa nafsu
15
Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, Al -Fikr Ash-Shufi fi Dlau’I Al-Kitab wa As-Sunnah. hal.
38
16
Syaikh Abdurrahman Al–Wakil, Hadzihi Hiya Ash-Shufiyah, hal. 54
10
aksioma dinyatakan mustahil oleh akal. Misalnya, aqidah-aqidah Yahudi
adalah bangsa pilihan Allah. Menurut mereka, Allah telah memilih mereka
ucapan manusia bisa dimengerti kecuali ucapan umat Nashrani. Hal itu
karena orang yang membuatnya tidak bisa memahami apa yang mereka
katakan.
dan Keadaan
zaman, tempat, umat, dan keadaan. Ia berlaku bagi generasi awal maupun
belakangan, bangsa Arab maupun non Arab. Bahkan, segala urusan tidak
17
Syaikh Abdurrahman Al –Wakil, Hadzihi Hiya Ash-Shufiyah, hal. 74-75
18
Lihat Dar’u Ta’arudli Al-Aqli wa An-Naqli, 3/147, Al-Fi raq Baina Auliya’ Ar-Rahman wa
Auliya’ Asy-Syaithon, hal. 89
19
Muhammad bin Ahmad Al-Khathib, Al-Harakat Al-Bathiniyah fi Al-Alam Al-Islami, hal. 365
11
Aqidah Islam adalah aqidah yang kokoh, stabil, dan kekal. Aqidah
sudah rapuh, baranya sudah redup, dan apinya sudah padam, ternyata ia
kembali muda, terang, dan jernih. Aqidah Islam akan tetap kokoh sampai
hari Kiamat dan senantiasa dilindungi oleh Allah. Ia ditransfer dari satu
maupun pengurangan.20
yang destruktif.
ternyata tidak mampu bertahan dalam waktu yang lama setelah melewati
20
Ahmad bin Sa’ad bin Hamdan, Al -Baha’iyah Naqd wa Tahlil, Aqidah Khatmi An-Nubuwwah,
hal. 223
21
Muhsin Abdul Hamid; dan Al-Baha’iyah, Muhibbuddin Al-Khathib, Haqiqat Al-Babiyah wa Al-
Baha’iyah. Hal. 14-15
12
Barangsiapa menganut aqidah Islam lalu pengetahuannya tentang
Hal itu karena aqidah yang benar merupakan hal terbaik yang
didapatkan oleh hati dan dipahami oleh akal. Aqidah yang benar akan
dari kenistaan.22
kepada tujuan tertinggi dan tempat terhormat. Dan kemuliaan itulah yang
kehidupan yang baik bisa diraih di dunia dan kebahagiaan yang kekal bisa
dirasakan di Akhirat. Dasar dan pondasi kemuliaan itu adalah aqidah yang
22
Syaikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin Rohimahullah, al Aqidah Al-Wasithiyah,
(Jakarta:Darul Haq), hal. 218
13
benar yang dibangun di atas pondasi iman kepada Allah, para Malaikat-
Nya, kitab-kitab suci-Nya, para Rasul-Nya, hari Akhir, takdir baik dan
seluruh makhluk.23
AlMujadalah: 11)24
Kemapanan
23
Ibnu Sa’di, Tanzih Ad-Diin wa Hamalatihi wa Rijalihi, hal. 44
24
Lihat QS. Al-Mujadalah: 11
14
paling signifikan dalam merusak eksistensi umat, memecah-belah
menyimpang dari minhaj agamanya yang lurus, mereka tidak lama lagi
memiliki kalimat yang sama kecuali dengan berpegang teguh pada aqidah
Islam pada masa lalu dan pada masa kini. Karena itu, mereka telah dan
aqidah yang tertanam di dalam jiwa umat Islam. Sehingga mereka akan
25
Lihat Naqdlu Al-Mathiq, Ibnu Taimiyah, hal. 48
26
Al-Adhomah, Muhammad Al -Khadlir Husain, hal. 24
15
dipenuhi dengan perselisihan. Walhasil, mereka akan mudah dikalahkan.
14. Istimewa
adalah orang-orang yang istimewa. Karena, jalan mereka adalah lurus dan
bara’ (berlepas diri), cinta dan kebencian. Hal itu karena aqidah yang
benar memberinya tolok ukur yang detil dan tidak pernah salah. Walhasil,
Mereka mengetahui siapa yang harus dijadikan sebagai teman dan siapa
yang harus diposisikan sebagai musuh. Ia juga tahu apa yang menjadi hak
dan kewajibannya.28
Rabb Yang Maha Mengatur dan sebagai Hakim Yang Maha Menetapkan
27
Al-Adillah wa Al-Barahin, hal. 30
28
Drs. Edu Suresman, Aqidah Islam, (Malang:Cmedia), hal. 11
16
hukum. Walhasil, hatinya merasa tenang dengan ketentuan-Nya, dadanya
Nya.
setan dan mengikuti apa yang dibisikkan setan kepada para pemimpin
(Interaksi Sosial)
(ideologi) mereka.
29
Syaikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin Rohimahullah, al Aqidah Al-Wasithiyah,
(Jakarta:Darul Haq), hal. 21
17
perilaku pada ghalibnya adalah buah dari aqidah yang diyakini oleh
Hal inilah yang insya Allah akan dipaparkan dengan jelas pada
manapun ada peluang dosa, mereka akan segera menjauhinya karena takut
akan siksa. Walhasil, kondisi masyarakat menjadi stabil karena salah satu
pondasi aqidah adalah iman kepada hari Kebangkitan dan balasan atas
30
Edu Suresman, Aqidah Islam. Malang, Cmedia, hal. 11
18
Umat (yang memeluk aqidah Islam) akan mengorbankan apa saja
melecehkan.
mengamalkannya.
tepat sekali apa yang dikatakan oleh seorang penyair, Segala kebaikan ada
kehidupan yang mulia. Hal itu karena ia berdiri di atas pondasi iman
Hal.45
19
semata, tanpa beribadah kepada yang lain. Tidak ada keraguan bahwa hal
iman. Sehingga manakala iman tidak ada, keamanan pun tidak ada.
dan petunjuk yang sempurna di masa kini (dunia) dan di masa mendatang
pekerjaan besar yang semula mereka kira kemampuan mereka dan sarana-
20
sarana pendukung yang ada tidak mampu menggapainya. Karena tawakkal
merupakan suatu sarana yang paling kuat dalam menggapai apa yang
menjadi bekal bagi setiap orang untuk menerobos ombak samudera yang
Tawakkal yang paling agung adalah tawakkal kepada Allah dalam mencari
Ahli kebatilan, dan menggapai apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah,
seperti iman, yakin, ilmu, dan dakwah. Ini adalah tawakkal para Rasul dan,
Tekad yang kuat dan benar yang dibarengi dengan tawakkal kepada Allah
keberuntungan.33
(ikhtiar) dengan tawakkal yang kuat kepada Allah pasti memiliki bekal
33
Ahmad Daudy, Kuliah Aqidah Islam, Jakarta, Bulan Bintang. Hal. 56
34
Lihat Al-Fawaid, Ibnul Qayyim, hal. 129-130; Al-Hurriyah fi Al-Islam, hal. 33
21
Aqidah yang benar akan mengantarkan penganutnya kepada
Jika seseorang merasa yakin bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha
orang yang mulia, sedangkan orang yang berlindung kepada selain Dia
adalah orang yang hina, dan bahwa semua makhluk butuh kepada Allah,
bahaya, maka hal itu akan memberinya kekuatan dengan izin Allah.
tidaklah akan meleset darinya, dan apa yang meleset ditakdirkan darinya
mendapatkan keamanan, dan rasa takut kepada makhluk akan hilang dari
22
sajalah yang menjadi pelindung dan penolong baginya. Ia meminta
kecukupan dari Tuhan dan kemudahan dalam segala urusan yang tidak
mendapatkan kekuatan hati yang tidak bisa digapai oleh orang yang tidak
mencapai derajatnya.36
yang bermanfaat, baik dalam konteks dunia maupun Akhirat. Jadi segala
(moralitas), dan menunjukkan kepada jalan yang benar- adalah ilmu yang
bermanfaat.
Ilmu Tauhid dan Ushuluddin, Ilmu Fiqih dan Hukum, Ilmu-Ilmu Bahasa
Arab, Ilmu Ekonomi, Ilmu Politik, Ilmu Perang, Ilmu Perindustrian, Ilmu
masyarakat. Jadi, ilmu apa saja yang bermanfaat –baik dalam bidang
23
syariat (Islam) untuk dipelajari. Sehingga di dalamnya tergabung ilmu-
ilmu agama dan ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu dunia.
agama. Oleh karena itu, tidak mungkin terjadi kontradiksi antara fakta-
fakta ilmiah yang benar dengan teks-teks syar’i (Al-Qur’an dan As-
kontradiksi, maka boleh jadi realitas itu hanyalah klaim yang tidak
ilmiah adalah dua hal yang sama-sama qath’iy (pasti), sehingga tidak
dan kafir. Akal mereka kacau-balau. Akhlak mereka rusak. Hasil ilmu
nutrisi kepada akhlak, dan tidak bisa menyucikan akal maupun ruh.
pondasi agama yang benar dan tidak memi liki keterkaitan dengannya.38
37
Ahmad Syarif, Al-Aqidah Al-Islamiyah, Baina Al-Aqli wa Al-‘Athifah, Hal. 79
38
Lihat Ad-Diin Ash-Shahih Yahullu Jami ’al Masyakil, Syaikh As-Sa’di, hal. 20
24
Tidak ada aspek yang lebih diunggulkan atas aspek lainnya, dan
kepada tubuh secara adil. Salah satu buktinya adalah Allah Ta’ala
yang baik, dan mengeksplorasi apa-apa yang disediakan oleh Allah untuk
orang-orang yang melaksanakan agama yang benar dan aqidah yang sahih
ini, maka ia akan mengetahui betapa besar karunia Allah kepada seluruh
aqidah Islam mulai dari kalangan Ahli khurafat dan kaum paganis hingga
39
Ibnu Sa’di, Ad-Dala’il Al- Qur’aniyah fi Anna Al-Ulum An-Nafi ’ah Dakhilah di Ad-Diin Al
-Islami, hal. 6
25
penganutnya seperti layaknya binatang, bahkan lebih sesat dari binatang.
Manakala agama yang benar meninggalkan hati, maka akhlak yang indah
akan turut meninggalkannya, dan tempatnya akan diisi oleh akhlak yang
nista.
sesaat.40
aktifitasnya.
akalnya dan memilih taqlid buta dalam masalah aqidah (dan lainnya).41
rahasia alam semesta dan fakta-fakta kehidupan. Melalui media itu pula ia
bisa sampai pada banyak masalah aqidah yang berada di dalam batas-batas
kemampuannya.
yang telah menggunakan akal mereka dan memilih mengikuti apa yang
26
pengetahuan. Kendati Islam memiliki pandangan seperti ini terhadap akal,
akan tetapi Islam juga membatasi bidang garap akal. Hal itu dilakukan
dan ditemukan hakikatnya oleh akal. Seperti masalah dzat Tuhan, ruh,
Surga, Neraka dan sebagainya. Karena akal memiliki bidang garap sendiri
keluar dari bidang ini, maka ia akan tersesat dan bergentayangan di dalam
yang bisa dimasuki oleh akal. Akal juga tidak boleh keluar dari apa yang
Benar
aqidah yang dingin dan beku, melainkan aqidah yang hidup. Ia mengakui
27
Aqidah ini mengendalikan perasaan cinta, benci, dan perasaan-
Allah, tidak mau memberi kecuali karena Allah, dan tidak mau menahan
kecuali karena Allah. Walhasil, ia tidak akan terdorong oleh luapan rasa
perilaku yang tidak bisa diterima, atau tindakan yang melampaui batas-
di berbagai penjuru, dan para penghuni berubah menjadi liar dan buas.
43
Ahmad Syarif, Al-Aqidah Al-Islamiyah, Baina Al-Aqli wa Al-‘Athifah, Hal. 98
44
Ahmad Syarif, Baina Al-Aqli wa Al-‘Athifah, Al-Aqidah Al-Islamiyah, Jakarta, hal. 104-105
28
Dengan aqidah ini Allah telah mempersatukan hati yang bercerai-
dari ketakutan.45
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
dan Sunnah.
45
Syaikh As-Sa’di, Ad-Diin Ash-Shahih Yahullu Jami ’al Masyakil, hal. 115
29
tersebut diambil dari wahyu yang tidak tersentuh kebatilan dari
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
30
31