ULUMUL QUR’AN
DAN RUANG LINGKUPNYA
Dosen Pembimbing
Dr. Dudung Abdullah, M.Ag
Disusun oleh:
Ahmad Hairil Aswar
(80500218028)
.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT
yang telah memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya maka penulis tidak akan sanggup
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dan juga ucapan syukur kepada Allah
SWT yang telah melimpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa kesehatan fisik
maupun akal pikiran. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan
Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang
senantiasa ikhtiar di jalan Allah SWT. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Ulumul Qur’an di Pascasarjana Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar dengan judul “Ulumul Qur’an dan Ruang
Lingkupya”.
Penulisan ini dilakukan sebagai bahan pelajaran kepada siapa saja yang
membacanya, serta terlebih kepada Penulis yang membuatnya. Dalam penulisan
makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan dan keterbatasan yang
Penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat Penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Rasul Allah
(Nabi Muhammad SAW). Al-Qur’an dijadikan sebagai pedoman umat Islam dalam menata
dan melaksanakan kehidupan dunia dan akhirat. Al-Qur’an adalah sumber utama dari
segala sumber hukum dalam kehidupan, Al-Qur’an sebagai way of life, untuk itu umat
Islam harus berusaha mengetahui dan memahami isi kandungannya secara komprehensif.
Pengetahuan dan pemahaman terhadap Al-Qur’an semestinya diterapkan dan dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari.
Prinsip kita menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bukan hanya pada tahu
dan paham tentang isi dari kandungannya namun juga pada pengetahuan dan pemahaman
cara mengkaji Al-Qur’an tersebut. Sehingga pemahaman terhadap Al-Qur’an bukan hanya
sebatas materi saja, tetapi berlanjut pada tahap pengkajian terhadap Al-Qur’an itu sendiri
termasuk mendalami ilmu-ilmu yang melandasi dalam penafsiran Al-Qur’an. Sehingga
dengan demikian akan melahirkan sebuah pengetahuan Ilmu Tafsir Al-Qur’an. Al-Qur’an
sebagai lentera kehidupan umat Islam memiliki kesucian, keaslian, dan keluasan
pembahasan yang tidak pernah kering, bahkan tidak terbantahkan lagi seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Eksistensi Al-Qur’an diturunkan Allah sebagai
wahyu-Nya kepada Nabi Muhammad SAW yang berbentuk mushaf memiliki dinamika
yang sangat menarik dan kompleks untuk dipelajari dan diamalkan menjadi penuntun
kehidupan umat manusia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka permasalahan yang
menjadi bahan kajian dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian Ulumul Qur’an?
2. Apa saja ruang lingkup dan pokok bahasan Ulumul Qur’an?
3. Bagaimana sejarah pertumbuhan Ulumul Qur’an?
4. Apa saja karya-karya Ulumul Qur’an era modern?
5. Apa manfaat, urgensi dan tujuan mempelajari Ulumul Qur’an?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Terjemahnya:
“Sesungguhnya kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu
pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah
1
Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an: Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an (Cet. I; Jakarta:
Kencana, 2017), h. 11.
2
Mannâ’ Khalil al-Qaththân, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, ter. Mudzakir AS (Cet. II: Jakarta;
Litera Antar Nusa, 1994), h. 8.
3
Achmad Abubakar, dkk, “Ulumul Qur’an : Pisau Analisis Dalam Menafsirkan Al-Qur’an
- Repositori UIN Alauddin Makassar”, Semesta Aksara, 2019. h. 4.
4
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an: Tafsir Maudhu’i, (Cet. VIII; Bandung:
Mizan, 1998), h.3.
2
3
bacaannya itu”5
Artinya:
Al-Qur’an adalah firman Allah Swt, yang mengandung mukjizat, yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw, yang tertulis dalam mushaf, diriwayatkan
secara mutawatir yang merupakan ibadah bagi yang membacanya.
5
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Tajwid Dan Terjemah (Jakarta: PT
Dharma Karsa Utama, 2015), h. 577.
6
Ahmad Abu bakar, ‘Modul I Pembelajaran Ulumul Qur’an’, UIN Alauddin Makassar,
2018, http://www.ulumulQur’anab.com/2018/11/modul-ulumul-Qur’an.html . Diakses 15
September, Pukul 17.34 WITA.
7
Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an (Cet. I; Jakarta: Mapan,
2009), h. 29.
4
Terjemahnya:
“Dan Kami tidak menurunkan kepada al-Kitab (Al-Qur’an) ini melainkan agarkamu
dapat menjelakan kepada mereka perselisihan itu dan menjadi petunjukdan rahmat
bagi kaum yang beriman”8
Demikian pula firman Allah SWT. QS. Sad/38: 29, sebagai berikut;
Terjemahnya:
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperlihatkan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai pikiran”9
8
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Tajwid Dan Terjemahnya, h. 273.
9
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Tajwid Dan Terjemahnya, h. 455.
5
Qur’an adalah sejumlah pengetahuan (ilmu) yang berkaitan dengan Al- Qur’an baik secara
umum seperti ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa Arab, dan secara khusus adalah kajian
tentang Al-Qur’an seperti sebab turunnya Al-Qur’an, Nuzul Al-Qur’an, nasikh mansukh,
I’jaz, Makki Madani, dan ilmu-ilmu lainnya.10
Ulumul Qur’an secara terminologi oleh ulama didefinisikan sebagai berikut11:
1. Imam al-Zarqani
Artinya:
Sejumlah pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an al karim dari segi turunnya,
urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, tafsirnya, kemukjizatannya,
nasikh-mansukhnya, dan penolakan hal-hal yang meragukannya dan selainnya.
2. Manna’ al-Qaththan
Artinya:
Ilmu yang membicarakan bahasan-bahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an dari sisi
pengetahuan asbab an-nuzul, pengumpulan Al-Qur’an, urutannya, pengetahuan
tentang surat Makkiy dan Madaniy, nasikh-mansukh, muhkam dan mutasyabih dan
bahasan lain yang berhubungan dengan Al-Qur’an.
10
Rusydi Khalid, Mengkaji Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Makassar: Alauddin University Press,
2011), h. 1.
11
Rusdi Khalid, Mengkaji Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, h. 2.
6
3. Imam al-Suyuthi
Artinya:
Ilmu yang membahas keadaan Kitab Al-Qur’an dari aspek turunnya, sanadnya,
adabnya, lafaz-lafaznya, makna-maknanya yang berkaitan dengan hukum dan
selainnya.
Artinya:
Ilmu yang memiliki beberapa pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an al-karim
dari sisi turunnya, urutannya, penulisannya, pengumpulannya, qiraatnya, tafsirnya,
mukjizatnya, nasikh mansukhnya, muhkam mutasyabihnya dan pembahasan yang
tersebut dalam ilmu ini.
12
Oom Mukarramah, Ulumul Qur’an Ed. 1 (Cet. I; Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 4
7
Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam Al-Qur’an, dimana
tiap kata dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam Al-Qur’an mengandung makna dzahir,
batin, terbatas, dan tidak terbatas.
Namun, menurut Hasbi ash-Shidiqie (1904-1975M), berbagai macam
pembahasan Ulumul Qur'an tersebut pada dasarnya dapat dikembalikan kepada beberapa
pokok bahasan saja, antara lain:
1. Nuzul. persoalan tentang tempat turunnya ayat, waktunya dan peristiwanya. Ini
terdiri dari dua belas macam, yaitu al-Makkiy (ayat-ayat yang turun di Makkah),
al-Madaniy (ayat-ayat yang turun di Madinah), al-Safariy (ayat-ayat yang turun
ketika Nabi dalam perjalanan), al-Hadhiriy (ayat-ayat yang turun ketika Nabi
berada di rumah), al-Lailiy (ayat-ayat yang turun pada malam hari), al-Nahariy
(ayat-ayat yang turun pada siang hari), al-Shaifiy (ayatayat yang turun ketika
musim panas), al-Syita’i (ayat-ayat yang turun ketika musim dingin), a1-Firasyi
(ayat-ayat yang turun ketika Nabi berada di tempat tidur), Asbab al Nuzul (sebab-
sebab turun ayat), Awwalu ma Nuzzila (ayat-ayat yang mula-mula turun), Akhtru
ma nuzzila (ayat-ayat yang terakhir turun).
2. Sanad. Aspek ini meliputi hal-hal yang membahas sanad yang mutawatir,syadz,
ahad, bentuk-bentuk qira'at (bacaan) Nabi, para penghapal dan periwayat Al-
Qur’an, serta cara tahammul (penerimaan riwayat).
3. Ada’ al-Qira'ah. Persoalan ada’ al-Qira’ah (tentang cara membaca Al-Qur’an),
ini dari enam macam pula, yaitu waqaf (cara berhenti), ibtida (cara memulai),
imalah, madd (bacaan yang dipanjangkan), takhfif al-hamzah (meringankan
bacaan hamzah), idgam (memasukkan bunyi huruf yang mati kepada bunyi huruf
8
sesudahnya).
4. Aspek persoalan yang menyangkut lafazh-lafazh Al-Qur’an dan ini ada tujuh
macam, yaitu lafazh gharib (pelik), mu’rab (menerima perubahan akhir kata),
majaz (metafora), musytarak (lafazh yang mengandung lebih dari satu makna),
mutaradif (sinonim), isti’arah (asosiasi), dan tasybih (penyerupaan).
5. Persoalan tentang makna-makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum,
dan nilai ada empat belas macam, yaitu al-Am al-Baqi `ala `umumihi (lafazh yang
bermakna ‘am (umum) dan tetap dalam keumumannya), al-‘am al-Makhshus
(lafazh ‘am yang dikhususkan), al-’Am alladzi uridu bihi alkhushus (lafazh yang
bermakna umum tapi yang dimaksudkan khusus), makhashshasa fihi al-Kitabu al-
Sunnata (lafazh am (umum) yang dikhususkan oleh al-Kitab terhadap Sunnah),
ma khashshashat fihi al-Sunnatu al-Kitab (lafazh am (umum) yang dikhususkan
oleh Sunnah terhadap Kitab), mujmal (global), mubayyan (penjelasan), mu’awwal
(ditakwil), mafhum (pemahaman), muthlaq (tidak terbatas), muqayyad (terbatas),
nasikh (menghapus), mansukh (dihapus), nau’ min al-nasikh wa al-mansukh
wahuwa ma`amila bih muddatan mu’ayyanatan, wal amila bihi wahidun min al-
mukallaf (semacam nasikh dan mansukh, yaitu yang diamalkan pada waktu
tertentu dan yang diamalkan oleh seorang saja dari orang-orang mukallaf).
6. Aspek Pembahasan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan lafazh, dan ini
ada lima macam, yaitu, al-Fashl (pisah), al-Washi (nyambung), Ijaz (singkat),
Ithnab (panjang), dan Qashr (pendek).13
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis besar pokok
bahasan Ulumul Qur'an terbagi menjadi dua aspek utama, yaitu: Pertama, ilmu yang
berhubungan dengan riwayat semata-mata, seperti ilmu yang mempelajari tentang jenis-
jenis bacaan (qira'at), tempat dan waktu turun ayat- ayat atau surah Al-Qur’an (makkiah-
madaniah), dan sebab-sebab turunnya al- Qur’an (asbab an-nuzul). Kedua, yaitu ilmu yang
berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara
mendalam, misalnya pemahaman terhadap lafazh yang gharib (asing) serta mengetahui
makna ayat- ayat yang berkaitan dengan hukum.
Ulumul Qur'an tidak lahir sekaligus sebagai ilmu yang terdiri dari berbagaimacam
cabang. Ulumul Qur'an menjadi suatu disiplin ilmu melalui proses pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan kesempatan dan kebutuhan untuk membenahi Al-Qur’an
dari segi keberadaan dan pemahamannya.14 Al-Qur’an yang diturunkan secara berangsur-
angsur kepada Nabi Muhammad SAW mempunyai perjalanan yang panjang baik dari segi
turunnya maupun dari segi perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan Al-
Qur’an ketika itu terus berlangsung karena apa yang diterima Nabi, beliau sampaikan
kepada para sahabat, dan sahabatpun menyampaikannya pula kepada sahabat lainnya.
Proses perkembangan dan pertumbuhan yang begitu cepat disebabkan karena Al-Qur’an
turun dengan menggunakan bahasa Arab, sehingga para sahabat yang memang orang Arab
cepat memahaminya, apabila mereka menemukan kesulitan mereka dapat bertanya
langsung kepada Nabi sehingga perkembangannya cukup menggembirakan.15 Az-Zarqani
mengklasifikasikan sejarah Ulumul Qur’an menjadi tiga tahap perjalanan, 16 sebagai
berikut:
Abdul Wahid Ramli, Ulumul Qur’an (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 15.
14
Syamsu Nahar, Studi Ulumul Qur’an (Cet. I; Medan: Perdana Publishing, 2015), h. 6.
15
sebagainya. Karena itu tidak mudah bagi mereka untuk membukukan atau
mengkodifikasi apa yang mereka dengar dari Rasulullah Saw.
c. Mereka dilarang menulis sesuatu hal selain daripada Al-Qur’an karena
dikhawatirkan tulisan tersebut akan tercampur aduk dengannya. Sebagaimana
ditegaskan Nabi Saw.: Dari Abu Sa'id al-Khudri, bahwa Rasul Saw. bersabda:
“Janganlah kalian menulis (apa pun) dariku. Dan barangsiapa menulis selain
Al-Qur’an, maka sebaiknya ia menghapusnya.” (HR. Muslim)
d. Sahabat adalah orang Arab asli sehingga mereka dapat menikmati Al-Qur’an
secara langsung dengan ketulusan jiwa, mereka juga dapat menerima,
menyerap dan menyampaikan Al-Qur’an dengan cepat.
Karena beberapa sebab itulah, Ulumul Qur’an pada masa ini tidak ditulis.
Kondisi seperti ini berlangsung selama dua masa kepemimpinan khalifah Abu
Bakar ash-Shiddiq dan khalifah Umar bin Khattab. Meskipun demikian, generasi
sahabat tetap merupakan generasi Islam pertama yang memiliki andil cukup
signifikan dalam proses penyebaran ajaran Islam, termasuk di dalamnya Ulumul
Qur’an.
Wilayah Islam pada era khalifah Utsman bin Affan semakin bertambah
luas sehingga terjadi perbauran antara masyarakat Arab dan bangsa-bangsa yang
tidak mengetahui bahasa Arab ('ajam). Keadaan demikian menimbulkan
kekhawatiran sebagian dari sahabat akan tercemarnya keistimewaan bahasa Arab,
bahkan lebih dikhawatirkan akan merusak qira'ah Al-Qur’an yang menjadi standar
bacaan masyarakat arab pada saat itu. Sebagai solusi maka disalinlah dari tulisan-
tulisan aslinya sebuah Al-Qur’an yang kemudian dikenal dengan mushaf imam.
Proses penyalinan Al-Qur’an ini dilakukan dengan model tulisan ar-rasm al-
utsmani. Model penulisan Al-Qur’an yang kemudian dikenal sebagai ilmu ar-rasm
al-Utsmani (ilmu rasm Al-Qur’an) yang disinyalir oleh sebagian ulama sebagai
dasar atau tonggak awal munculnya Ulumul Qur’an.
Lalu pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, lahn (kerancuan) dalam bahasa
dan berbahasa Arab semakin parah. Untuk membentengi bahasa Arab -dan
tentunya Al-Qur’an- dari berbagai kesalahan bacaan, maka khalifah Ali
memerintahkan Abu al-Aswad ad-Du'ali untuk membuat kaidah (gramatikal)
bahasa Arab. Karena peristiwa ini, sebagian ahli kemudian menyebut Ali sebagai
11
3. Masa Kodifikasi
Sebenarnya Ulumul Qur’an dan ilmu-ilmu lainnya belum dikodifikasikan
dalam bentuk kitab atau mushaf sebelum fase kodofikasi. Hanya kitab Al-Qur’an
yang telah dikodifikasikan pada saat itu (Syahbah), bukan ulumul Qur’an. Seiring
berjalannya waktu terus berlangsung sampai ketika Ali bin Abi Thalib
memerintahkan Abu al-Aswad al-Da’uli untuk menulis ilmu Nahwu. Perintah Ali
inilah yang mengawali semangat untuk mengkodifikasikan ilmu-ilmu agama dan
bahasa Arab. Pengkodifikasian ini semakin berkembang ketika kejayaan Islam
berada dibawah pemerintahan Bani Umayyah dan pemerintahan Bani
Abbasiyah. 17 Di era ini, berbagai kitab tentang Ulamul Qur'an pun ditulis dan
dikodifikasikan. Namun, poin yang menjadi prioritas utama para ulama dimasa itu
adalah ilmu tafsir, karena ilmu ini dianggap memiliki fungsi yang sangat vital
dalam proses pemahaman dan penjelasan isi Al- Qur’an. Adapun para penulis
pertama dalam bidang tafsir adalah Syu'bah bin al- Hajjaj (160 H), Wali bin al-
Jarrah (197 H) dan Sufyan bin Uyainah (198 H). Tafsir-tafsir mereka berisi tentang
pandangan dan pendapat para sahabat dan tabi'in. Hal ini menunjukkan betapa
besarnya perhatian dan semangat para ulama untuk memahami dan menggali
Abd Salim, dkk, Metodologi Penelitian Tafsir Maudu’i (Pustaka Arif Jakarta, 2012),
18
h.vi
13
Itulah beberapa karya dalam bidang Ulumul Qur’an di era ini. Sebagian kitab-
kitab di atas ditulis untuk dijadikan sebagai materi mata kuliah di perguruan tinggi atau
universitas-universitas Islam. Dengan beredar dan diterapkannya Ulumul Qur’an sebagai
20
Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi. Ulumul Qur’an, Studi Kompleksitas Al-Qur’an, h.
69-71.
17
salah satu mata kuliah di perguruan tinggi Islam maka diharapkan perhatian umat Islam
terhadap Al-Qur’an terus berlanjut, sehingga al-Qur’an dapat terus terpelihara dengan baik
hingga akhir zaman sebagaimana janji Allah dalam salah satu firman-Nya dalam QS. Al-
Hijr/15:9;
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya”21
21
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Tajwid Dan Terjemah, h.262
18
mushthalah hadis sebagai alat untuk mengkaji hadis Nabi Saw. Tujuan utama Ulumul
Qur’an adalah untuk mengetahuiarti-arti dari untaian kalimat Al-Qur’an, penjelasan ayat-
ayatnya dan keterangan makna-maknanya dan hal-hal yang samar, mengemukakan
hukum-hukumnya dan selanjutnya melaksanakan tuntunannya untuk memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ulumul Qur’an adalah sejumlah pengetahuan (ilmu) yang berkaitan dengan Al-
Qur’an baik secara umum seperti ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa Arab, dan secara
khusus adalah kajian tentang Al-Qur’an seperti sebab turunnya Al-Qur’an, Nuzul Al-
Qur’an, nasikh mansukh, I’jaz, Makki Madani, dan ilmu-ilmu lainnya. Secara garis besar,
pokok bahasan Ulumul Qur'an terbagi menjadi dua aspek utama, yaitu: Pertama, ilmu yang
berhubungan dengan riwayat semata- mata, seperti ilmu yang mempelajari tentang jenis-
jenis bacaan (qira'at), tempat dan waktu turun ayat-ayat atau surah Al-Qur’an (makkiah-
madaniah), dan sebab-sebab turunnya Al-Qur’an (asbab an-nuzul). Kedua, yaitu ilmu yang
berhubungandengan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara
mendalam, misalnya pemahaman terhadap lafazh yang gharib (asing) serta mengetahui
makna ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum.
Sejarah ulumul Qur’an secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahap
perjalanan yaitu tahap sebelum kodifikasi, awal permulaan kodifikasi dan tahap kodifikasi
yang melahirkan banyak ulama dan karya mereka tentang Ulumul Qur’an. Sedangkan
tujuan utama Ulumul Qur’an adalah untuk mengetahui arti-arti dari untaian kalimat Al-
Qur’an, penjelasan ayat-ayatnya dan keterangan makna-maknanya dan hal-hal yang samar,
mengemukakan hukum- hukumnya dan selanjutnya melaksanakan tuntunannya untuk
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Achmad, dkk. Ulumul Qur’an : Pisau Analisis Dalam Menafsirkan Al-Qur’an
- Repositori UIN Alauddin Makassar. Semesta Aksara, 2019.
Bakar, Ahmad Abu. Modul I Pembelajaran Ulumul Qur’an, UIN Alauddin Makassar, 2018
<http://www.ulumulQur’anab.com/2018/11/modul-ulumul- Qur’an.html>.
Drajat, Amroeni. Ulumul Qur’an: Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Cet. I; Jakarta:
Kencana, 2017.
Kementerian Agama Republik Indonesia. Bukhara: Al-Qur’an Tajwid Dan Terjemah.
Jakarta: PT Dharma Karsa Utama, 2015..
Khalid, Rusydi. Mengkaji Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Makassar: Alauddin University Press,
2011.
Lal, Anshori. Ulumul Qur’an: Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta: PT
Raja Grafindo, 2016.
Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an. Cet. I; Jakarta: Mapan,
2009.
Mukarramah, Oom. Ulumul Qur’an. Ed. 1, Cet. I; Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Nahar, Syamsu. Studi Ulumul Qur’an. Cet. I; Medan: Perdana Publishing, 2015.
Qaththân, Mannâ’ Khalil. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, ter. Mudzakir AS. Cet. II: Jakarta;
Litera Antar Nusa, 1994.
Ramli, Abdul Wahid. Ulumul Qur’an. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Rumi, Fahd bin Abdurrahman. Ulumul Qur’an, Studi Kompleksitas Al-Qur’an.
Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996.
Salim, Abd. dkk, Metodologi Penelitian Tafsir Maudu’i. Pustaka Arif Jakarta, 2012.
Shihab, Muhammad Quraish. Wawasan Al Qur’an: Tafsir Maudhu’i. Cet. VIII; Bandung:
Mizan, 1998.
20