Anda di halaman 1dari 4

pengertian MUJMAL

Mujmal adalah bentuk ungkapan yang dalam maknanya tersimpan banyak ketentuan dan
berbagai keadaan yang tidak mungkin diketahui secara pasti kecuali melalui pernyataan lain
yang menjelaskan (mubayyin). Al- Bazdawi dalam kitab ushul fiqihnya mengajukan definisi
sebagai berikut : Mujmal ialah

ungkapan yang di dalamnya terkandung banyak makna, namun makna mana yang dimaksud di
antara makna-makna tersebut tidak jelas (kabur). Artinya, apa yang dimaksud tidak bisa
diketahui begitu saja dari ungkapan itu sendiri, tapi harus ditafsiri, diteliti dan dipikir secara
mendalam.

Untuk memahami mujmal dan menemukan bagian-bagian dan berbagai bentuknya mutlaq
diperlukan adanya penjelas (mubayyin) yang menerangkan makna secara rinci. Tapi sesudah
keterangan dan rincian ini, orang masih perlu merenung dan berpikir sebelum sampai pada
kesimpulan.

Banyak ungkapan Al-Qur’an mengenai hukum-hukum taklifi yang berbentuk mujmal, yang
kemudian oleh Sunnah dijelaskan dan dirinci ketentuan-ketentuannya. Perintah shalat, misalnya,
berbentuk mujmal, lalu datanglah Sunnah Nabi dalam bentuk ucapan dan sekaligus tindakan.

Nabi bersabda :
‫ صلوا كما رايتمونى اصلى‬.

Artinya : “Lakukanlah shalat, (dengan cara) sebagaimana kalian lihat ketika aku shalat”.

Demikian pula ibadah haji, Sunnahlah yang menjalankan seperti terdapat pada sabda Nabi :

‫ خذوا عنى مناسككم‬.


Artinya :

“Ambillah dari ku amalan-amalan haji kalian”.

Soal zakat dan jual beli juga begitu, disebut secara mujmal kemudian Sunnah pula yang
menguraikan secara rinci mengenai batasan dan ketentuan-ketentuannya, untuk mengatur tata
pergaulan antar manusia.

Contoh lain adalah jinayat (hukum pidana). Al-Qur’an mula-mula menentukan tentang wajibnya
diyat, lalu Sunnah merinci berapa besarnya dan menerangkan ketentuan-ketentuannya. Al-
Qur’an juga menetapkan, terhadap kasus pencideraan wajib dikenakan qishash, lantas Sunnah
menguraikan ketentuan-ketentuan mengenai tindak pencideraan ini; dirinci perihal kapan
diperbolehkan mengenakan sanksi qishash yang penuh dan kapan mengenakan sanksi qishash
yang kurang berupa diyat berikut jumlahnya.
Demikianlah, tak pernah kita temukan satu mujmal pun kecuali dijelaskan oleh Sunnah dengan
merinci ketentuan-ketentuannya hukumnya sedemikian rupa sehingga tak ada lagi kekaburan
(ibham).

Menurut buku ushul fiqih karangan Moh. Riva’i dijelaskan bahwa Mujmal ialah suatu lafadz
yang belum jelas, yang tidak dapat menunjukkan arti yang sebenarnya, apabila tidak ada
keterangan lain yang menjelaskannya. Penjelasan ini disebut “Al-Bayan”. Ketidakjelasan ini
disebut “Ijmal”.

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

MUJMAL DAN MUBAYYAN


0 comments

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Mujmal

Secara etimologi ada beberapa arti yang diberikan kepada lafaz Mujmal. Pertama, Mujmal diartikan
sebagai global/ umum atau dalam bahasa Arab disebut ‫ الجمع‬. Kedua, Mujmal diartikan dengan ‘samar’
atau dalam bahasa Arab disebut ‫ الشبهة‬. Ketiga, ada pula yang memberi arti Mujmal dengan ‘yang tidak
diketahui
arti’ atau dalam bahasa Arab disebut dengan ‫المبهم‬.
Sedangkan secara terminologi atau secara pengertian istilah Mujmal diartikan sebagai berikut :

1.) Prof.DR. Abdul Wahhab Khallaf mendefinisikan al-Mujmal sebagai berikut, “al- Mujmal menurut
istilah ulama Ushul, ialah lafazh yang shighotnya tidak dapat menunjukan kepada pengertian yang
dikandung olehnya, dan tidak terdapat qorinah-qorinah lafazh atau keadaan yang dapat
menjelaskannya. Maka sebab itu kesamaran di dalam al-Mujmal ini bersifat lafzhi bukan sifat yang baru
datang”.
Ads not by this site

2.) Wahbah al-Zuhaili mendefinisian Mujmal sebagai berikut :


“ Lafaz yang samar maksudnya, yang tidak dapat diketahui kecuali dengan penjelasan dari pembicara
sendiri. Tidak dapat diketahui dengan akal karena hanya bisa diketahui dengan dalil naqli dari pembicara
itu. Maksudnya lafaz itu tidak dapat diketahui kecuali dengan adanya penjelasan dari yang me-
mujmalkan atau al-
Mujmil atau Syari’.
Dari definisi di atas dapat kita tangkap pengertian bahwa, Pertama, al-Mujmal adalah lafazh atau kata
yang tidak jelas ( global ) artinya. Kedua, disamping tidak jelas artinya, tidak pula terdapat petunjuk atau
qorinah yang menjelaskan arti global dari kata tersebut. Jadi ketidak jelasan atau kesamaran arti kata al-
Mujmal berasal dari kata itu sendiri bukan karena faktor eksternal dari luar kata tersebut. Ketiga, jalan
untuk mengetahui maksud Mujmal tidak dalam batas kemampuan akal manusia, tetapi satu-satunya
jalan untuk memahami adalah melalui penjelesan dari yang me-mujmalkan atau dalam hal ini Syari’.

2. Sebab-Sebab Adanya Mujmal

Ijmal terdapat dalam :


1.) kata-kata tunggal, contoh ;
a.) isim : Qur’un dengan pengertian suci atau datang bulan.
Jaun dengan pengertian hitam atau putih
b.) fii l : qaala dengan pengertian berkata atau tidur siang.
Khataba dengan pengertian berpidato atau meminang.
c.) huruf : wawu yang m,enunjukkan huruf athaf ( penghubung) atu huruf isti’naf ( menunjukkan
permulaan kata ), atau sebagai hal.
Ilaa yang menunjukkan ghayah atau berarti beserta ( ma’a )
2. ) Susunan kata-kata ( jumlah atau tarkib ), contoh ;

Artinya : “ atau memaafkan orang yang mempunyai ikatan perkawinan”.


(QS. Al Baqarah : 237)

Menurut Abdul Wahhab Khallaf, ada beberapa kategori dari suatu lafaz yang Mujmal tersebut. Kategori-
kategori yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Termasuk Mujmal ialah lafaz-lafaz yang pengertian bahasa dipindahkan oleh Syari’ dari pengertian
aslinya kepada pengertian-pengertian khusus menurut istilah syara’. Seperti lafaz sholat , zakat, shiyam.
Haji, riba dan lafaz-lafaz lain yang oleh Syari’ dikehendaki dengannya makna syara’ secara khusus,
bukanmakna yang lughawi (menurut etimologi).

Maka apabila di dalam nash syara’ terdapat lafaz diantara lafaz-lafaz tersebut diatas, lafaz itu adalah
mujmal (global) pengertiannya, sampai ada penafsiran terhadap lafaz itu oleh Syari’ sendiri. Karena itu
datanglah Sunnah yang berbentuk amal perbuatan dan ucapan untuk menafsir atau menjelaskan arti
sholat dan menjelaskan rukun-rukunnya serta syarat-syaratnya dan hai’ahnya ( bentuk pelaksanaannya).
Rasulullah SAW bersabda :
‫صلوا‬ ‫كما‬ ‫رايتمونى‬ ‫أصلى‬
“ Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku sedang shalat (seperti shalatku)”
Begitu juga beliau telah menafsir zakat, shiyam, haji, riba dan setiap lafaz yang mujmal (global) di dalam
nash-nash al-Qur’an.
Ads not by this site

2. Termasuk al-Mujmal ialah lafaz asing yang ditafsir oleh nash itu sendiri dengan arti yang khusus,
seperti lafaz (‫)القارعة‬ dalam firman Allah (Q.S al-Qari’ah: 1- 4 )
‫القارعة‬ ‫ما‬ ‫القارعة‬ ‫و‬ ‫ما‬ ‫ادرئك‬ ‫ما‬ ‫القارعة‬ ‫يوم‬ ‫يكون‬ ‫الناس‬ ‫كالفراش‬ ‫المبثوث‬

“Hari kiamat, apakah hari kiamat itu ?. Tahukah kamu apakah hari kiamat itu ? Pada hari itu manusia
adalah seperti anai-anai yang bertebaran

Dan lafaz (‫ ) الهلوع‬di dalam firman-Nya Q.S al-Ma’arij : 19 – 21 yang artinya :


“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia
bekeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir”.

3. Hukum Lafal Mujmal

Apabila terdapat perkataan mujmal baik dalam qur’an maupun hadits, maka kita tidak
menggunakannya, sehingga dating penjelasan. Seperti kata salay, zakat, haji, dan lain-lain yang
dijelaskan oleh Nabi SAW. Tentang cara-cara melakukannya. Demikian pula tentang batas-batas harta
yang terkena zakat.

Anda mungkin juga menyukai