Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TUJUAN PENDIDIKAN

Tugas Ini Di Buat Untuk Memenuhi Tugas Makalah Tafsir Tarbawi


Semester III

DOSEN:

MUFID MAS’UD S.Ag


DI SUSUN OLEH:
KUSTINI
MAR’ATUS SYAFA’AH

PROGRAM STUDI MANAGEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH NAHDLATUL ULAMA (STIT NU)

OKU TIMUR KAMPUS III

2019/2020
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tatkala manusia dibangkitkan dari kuburnya dan dikumpulkan di padang mahsyar tanpa
perlindungan dan pertolongan. Mereka dalam kondisi gelisah dan kebingungan menyelimuti
mereka. Hanya syafa’at dari Rasulullah yang bisa memberi itu. Sebelum itu, mereka meminta
kepada bapak manusia yaitu Nabi Adam as. untuk memberikan syafa’atnya, tetapi nabi Adam
menolak. Ia justru meminta maaf dan menyebutkan kesalahannya kepada tuhan yaitu memakan
buah dari pohon yang diharamkan oleh Allah swt, dan ia menyarankan untuk menemui Nabi
setelahnya dan itu sampai seterusnya hinga berakhir pada Nabi Muhammad saw lah yang
diperkenankan oleh Allas swt memberikan syafa’at dan diampuni dosanya. Itu menunjukkan
betapa pentingnya kedudukan dan tingginya derajat Beliau saw.

#ً‫ي لَهُ قَوْ ال‬ ِ ‫يَوْ َمئِ ٍذ الَتَنفَ ُع ال َّشفَا َعةُ إِالَّ َم ْن أَ ِذنَ لَهُ الرَّحْ َمنُ َو َر‬
#َ ‫ض‬

“Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah
memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya.” (QS. Thahaa: 109).

Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 1 :

َ ‫ْج ِد ْال َح َر ِام إِلَى ْال َم ْس ِج ِد األ ْق‬


َ َ‫صى الَّ ِذي ب‬
ُ‫ار ْكنَا َحوْ لَهُ لِنُ ِريَه‬ ِ ‫ُس ْب َحانَ الَّ ِذي أَ ْس َرى بِ َع ْب ِد ِه لَيْال ِمنَ ْال َمس‬
‫صي ُر‬ِ َ‫ِم ْن آيَاتِنَا إِنَّه هُ َو ال َّس ِمي ُع ْالب‬
                Artinya :” Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam
dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S Al isra’: 1)
                       Perjalanan dari Makkah ke Palestina mengambil masa lebih kurang 40 hari. Ini
adalah suatu perjalanan yang jauh, tetapi dengan kuasa Allah telah dilakukan dalam
masa yang singkat, hanya dalam beberapa jam sahaja. Bagi orang  dahulu, perrjalanan yang
demikian jauh jika dapat dilakukan dalam masa beberapa jam sahaja adalah suatu hal yang luar
biasa dan  tidak dapat diterima oleh akal mereka. Oleh karena itu mereka yang tidak beriman seperti
Abu Jahal dan pengikut-pengikutnya menggunakan peristiwa ini untuk menjatuhkan nama baik
Nabi Muhammad s.a.w. dengan menuduh Nabi s.a.w. seorang pendusta dan berbagai tuduhan keji
lainnya.
                       Dalam peristiwa ini, di samping Nabi melihat tentang kebesaran-kebesaran Allah,
juga diperlihatkannya surga beserta panoramanya dan peristiwa-peristiwa yang lain yang
menakjubkan.Semua amatlah penting untuk dijadikan sebagai referensi renungan di tengah
gelombang kehidupan yang semakin runyam dan begitu dahsyat.Dan hal yang paling utama ialah
diturunkanlah sholat  lima waktu yang  InsyaAllah masih kita jalankan sampai sekarang ini.
Dari sini kami memiliki ketertarikan untuk memaparkan serta menjelaskan pengertian
dan pendalaman materi sebagai berikut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Syafa’at?
2. Apa itu Syafa’at Nabi saw?
3. Macam-macam Syafa’at?
4. Apa pengertian Isra’ Mi’raj?
5. Kapan masa terjadinya Isra’ Mi’raj?
6. Apa saja hikmah yang bisa diambil dari peristiwa Isra’ Mi’raj ?
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN SYAFA’AT
Syafa’at berasal dari kata asy-syafa’ (ganda) yang merupakan lawan kata dari al-witru
(tunggal), yaitu menjadikan sesuatu yang tunggal menjadi ganda, seperti membagi satu menjadi
dua, tiga menjadi empat, dan sebagainya. Ini pengertian secara bahasa. Sedangkan secara
istilah, syafaat berarti menjadi penengah bagi orang lain dengan memberikan manfaat
kepadanya atau menolak mudharat, yakni pemberi syafaat itu memberikan manfaat kepada
orang itu atau menolak mudharatnya.1
Syafaat adalah usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain
atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. Syafa’at yang tidak diterima di sisi Allah
adalah syafaat orang-orang kafir. Syafaat disebutkan pertama kali dalam Al-Qur’an:

َ‫م َعلَى ْال َعالَ ِمين‬#ْ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم َوأَنِّي فَض َّْلتُ ُك‬
ُ ‫يل ْاذ ُكرُوا نِ ْع َمتِ َي الَّتِي أَ ْن َع ْم‬
َ ِ‫يَا بَنِي إِ ْس َرائ‬

“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah
pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat.”

َ ‫س َش ْيئًا َوال يُ ْقبَ ُل ِم ْنهَا َشفَا َعةٌ َوال ي ُْؤخَ ُذ ِم ْنهَا َع ْد ٌل َوال هُ ْم يُ ْن‬
َ‫صرُون‬ ٍ ‫َواتَّقُوا يَوْ ًما ال تَجْ ِزي نَ ْفسٌ ع َْن نَ ْف‬

“Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat
membela orang lain, walau sedikit pun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa`at dan tebusan
daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.” 2

Dalam ayat tersebut terdapat perintah Allah kepada Bani Israil untuk bertaqwa dengan
alasan di akhirat nanti tidak akan ada syafaat (pertolongan) dari siapapun kecuali amal manusia
masing-masing. Syafaat hakikatnya adalah doa, atau memerantarai orang lain untuk
mendapatkan kebaikan dan menolak keburukan. Atau dengan kata lain syafaat adalah
memintakan kepada Allah di akhirat untuk kepentingan orang lain. Dengan demikian meminta
syafa’at berarti meminta doa, sehingga permasalahan syafaat ialah sama dengan doa.

1
Syekh Muhammad hisyam kabbani. Syafa’at, tawassul, dan tabaruk, (Jakarta: PTsreambi ilmu semesta,
2007), 20
2
(QS. 02: 47-48)
B. SYAFA’AT NABI SAW

Syafa’at ialah bantuan atau pertolongan. Sementara, secara sosiologis, syafaat diartikan
dengan sebuah pertolongan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang mengharapkan
pertolongannya; usaha dalam memberikan suatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan
suatu mudarat (bahaya) kepada orang lain. Akan tetapi jika syafaat itu dinisbatkan kepada Allah
maka kata itu bermakna sebuah pengampunan yang diberikan oleh-Nya3

Hal ini sesuai dengan ayat yang artinya: ’Barangsiapa yang memberikan syafaat yang
baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala) daripadanya. Dan barangsiapa memberi
syafaat yang buruk, niscaya ia akan memikul beban (dosa) daripadanya. Allah Maha Kuasa atas
sesuatu.4 Begitu pula dalam hadits Nabi yang diriwayatkan Abu Musya al-Asy’ari, dikatakan,
ketika Nabi Saw kedatangan seorang yang punya hajat (kepentingan), beliau berkata pada
sahabat:”Berilah syafaat (pertolongan) supaya kamu mendapat pahala dan Allah Swt. akan
memutuskan melalui lisan Nabi-Nya apa yang dia kehendaki.5

Dalam khazanah keilmuan Islam, istilah syafaat terkenal di kalangan ahli kalam
(teolog). Disiplin ilmu teologi mengartikan syafaat ialah sebuah pertolongan Nabi Muhamad
Saw. terhadap umatnya -pada hari kiamat- untuk membebaskan atau memberi keringanan atas
hukuman Allah Swt.

Kapasitas rasio tidak mampu memprediksi secara tepat dan benar dengan peristiwa yang
belum terjadi, apalagi yang berkaitan hal-hal metafisik. Itu harus disadarinya karena
keterbatasan dan kemampuan rasio manusia hanya pada sesuatu yang tampak mata. Namun,
atas jasa wahyu, manusia menjadi tahu akan planing (rencana) Allah pada hari kiamat.
Seumpama pemberian syafaat di hari itu Tanpa bantuan wahyu, kesulitan-kalau tidak diakatan
mustahil-manusia akan mengetahuinya. Diakui memang Nabi Muhamad yang membawa kabar
itu, tapi substansinya dari Allah Swt.,wa mâ yanthiqu ’an al-hawâ in huwa illâ wahyun yûhâ.
Karenanya, kebodohan dan keterbatasan akal, bukan alasan untuk menyangkal berita-berita
yang dibawa Nabi. Dari sini pula, ketika antara wahyu dan filsafat (alam pikiran) bertolak
belakang, tentu yang diutamakan ialah wahyu. Dalam ranah ini, meski akal tidak mampu
memberi informasi tentang syafaat, tapi karena Nabi Muhamad sebagai utusan Tuhan, dengan
perintah-Nya telah menyampaikan berita itu maka yang logis justru menjadikan wahyu sebagai
suatu keniscayaan.

Ibnu Arabi menuturkan bahwa pemberi syafaat pertama adalah Nabi Muhamad Saw.
Dalam arti, sebelum Nabi berkenan memberi safaat maka jangan harap akan ada orang lain

3
Syeh Ibrahim bin Muhamad al-Baijuri, Tuhfah al-Murid, (Surabaya:al-Hidayah), 116
4
(QS, 4:85)
5
Imam Nawawi, Riyadus Shalihin, hadis ke-247
yang sanggup memberi syafaat. Pernyataan itu bertendensi pada hadits yang meriwayatkan
bahwa, RasuluLLah ialah pemberi syafaat pertama kali dan pasti akan diterima.

Allah mengukuhkan berita syafaat Demikian bunyi ayatnya:

‫ له قوال‬#‫يومئذ ال تنفع الشفاعة إال من أذن له الرحمن ورضي‬

’’Pada hari itu (hari kiamat) tidak berguna syafaat, kecuali (syafaatnya) seorang yang telah
diizinka Allah Sang Maha Pemurah, dan diridhai perkataannya’’ 6

Pun juga, diperkuat dengan tendensi hadits-hadits Nabi. Dalam ’Ihya Ulum al-Din’
seumpama, al-Ghazali (hujjah al-Islam) mengutip hadits yang diriwayakan sahabat Umar bin
’Ash, bahwa pada suatu hari ketika Nabi membaca doanya Nabi Ibrahim dan Nabi Isa, setelah
selesai dengan tiba-tiba air mata beliau menetes, sembari menyebut: “Umatku (bagaimana
nasib) umatku!”. Karena Allah Swt mengetahui, maka langsung respon dengan mengutus Jibril
untuk menemui Muhamad Saw. Perintah itu, Allah Swt. berkeinginan Jibril menanyakan
kepada Muhamad, apa faktornya dia menangis sedih. Tapi ketika Jibril menanyakannya, Nabi
malah membalas: ’’Allah yang lebih tahu segalanya’’. Setelah Jibril kembali, Allah kemudian
berfirman:’’ Wahai Jibril, pergi dan temui Muhamad!. Sampaikan kalau Aku akan menerima
kehadiran umatnya dan tidak akan berbuat jahat kepada umatnya.  lebih detil lagi, hadits yang
diriwayatkan Abu Harairah. Menurutnya, pada saat kiamat tiba -ketika manusia sudah tidak
kuat menahan derita, resah dan susah- mereka saling tengok, saling bertanya antara satu dengan
yang lain, masing-masing penasaran dengan yang lain; apa juga merasakan kesusahan, mereka
mencari-cari seorang penolong. Di tengah kebingungan, mereka mendengar bahwa sang
penolongnya ialah Adam. Langsung mereka mencari dan menemuinya. Mereka mengadu:
“wahai tuan! Engkau adalah bapaknya semua manusia, bahkan para malaikat disuruh bersujud
kepada engkau, kami mohon mintakan syafaat untuk kami kepada Allah”. Tapi sama saja, ia
juga sedang menyesali pebuatannya karena sewaktu dilarang makan buah khuldi ia tidak
mengindahkan. Adam hanya menunjukkan menemui nabi Nuh. Kemudian menemui Nuh. Ia-
pun sama tidak dapat membantunya, karena menyaksikan Tuhan sedang marah (ghadhab) tidak
seperti biasanya. Disamping itu, nabi Nuh merasa bersalah atas kegagalan menyampaikan
dakwah yang diamanatkan oleh Allah Swt. Padahal, diakui ia seorang rasul yang dinobatkan
banyak bersyukurnya.7

C. MACAM-MACAM SYAFAAT

Syafaat terdiri dari dua macam, yaitu:

6
(QS, 20:109)
7
Dr. Umar Sulaiman al Asygar, Ensiklopedia Kiamat, (Jakarta:PT. SERAMBI ILMU SEMESTA, 2005), 393-394
Pertama: Syafaat yang didasarkan pada dalil yang kuat dan shahih, yaitu yang ditegaskan
Allah Swt dalam Kitab-Nya , atau dijelaskan Rasulullah. Syafaat tidak diberikan kecuali kepada
orang-orang yang bertauhid dan ikhlas; karena Abu Hurairah berkata, “Wahai Rasulullah, siapa
yang paling bahagia mendapatkan syafaatmu?” Beliau menjawab, “Orang yang mengatakan,
‘Laa ilaaha illallah’ dengan ikhlas dalam hatinya.” (HR. Bukhari).

Syafaat mempunyai tiga syarat:

1. Allah meridhai orang yang memberi syafaat.


2. Allah meridhai orang yang diberi syafaat.
3. Allah mengizinkan pemberi syafaat untuk memberi syafaat.

Syarat-syarat di atas secara global dijelaskan Allah dalam firman-Nya,

َ ْ‫ت الَتُ ْغنِى َشفَا َعتُهُ ْم َش ْيئًا إِالَّ ِمن بَ ْع ِد أَن يَأْ َذنَ هللاُ لِ َمن يَ َشآ ُء َويَر‬
‫ضى‬ ٍ َ‫َو َكم ِّمن َّمل‬
َ ‫ك فِي ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬

“Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna kecuali
sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).”8

Kemudian firman Allah: “Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.” (QS.
Al-Baqarah: 255).

َ َ‫يَ ْعلَ ُم َمابَ ْينَ أَ ْي ِدي ِه ْم َو َما َخ ْلفَهُ ْم َوالَيَ ْشفَعُونَ إِالَّ لِ َم ِن ارْ ت‬
َ‫ َوهُم ِّم ْن َخ ْشيَتِ ِه ُم ْشفِقُون‬#‫ضى‬

Kemudian firman Allah: “Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka
(malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada
orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.”9

Agar syafaat seseorang diterima, maka harus memenuhi ketiga syarat di atas. Menurut
penjelasan para ulama, syafaat yang diterima, dibagi menjadi dua macam:

1. Syafaat umum. Makna umum, Allah mengizinkan kepada salah seorang dari hamba-
hamba-Nya yang shalih untuk memberikan syafaat kepada orang-orang yang
diperkenankan untuk diberi syafaat. Syaaat ini diberikan kepada Nabi Muhammad Saw,
nabi-nabi lainnya, orang-orang jujur, para syuhada, dan orangorang shalih. Mereka
memberikan syafaat kepada penghuni neraka dari kalangan orang-orang beriman yang
berbuat maksiat agar mereka keluar dari neraka.

8
(QS. 53: 26).
9
(QS. 21: 28).
2. Syafaat khusus, yaitu syafaat yang khusus diberikan kepada Nabi Muhammad Saw dan
merupakan syafaat terbesar yang terjadi pada hari Kiamat. Tatkala manusia dirundung
kesedihan dan bencana yang tidak kuat mereka tahan, mereka meminta kepada orang-
orang tertentu yang diberi wewenang oleh Allah untuk memberi syafaat. Mereka pergi
kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Tetapi mereka semua tidak bisa
memberikan syafaat hingga mereka datang kepada Nabi saw, lalu beliau berdiri dan
memintakan syafaat kepada Allah, agar menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari adzab
yang besar ini. Allah pun memenuhi permohonan itu dan menerima syafaatnya. Ini
termasuk kedudukan terpuji yang dijanjikan Allah di dalam firman-Nya :

‫ك َمقَا ًما َّمحْ ُمودًا‬ #َ َ‫َو ِمنَ الَّي ِْل فَتَهَ َّج ْد بِ ِه نَافِلَةً لَّكَ َع َسى أَن يَ ْب َعث‬
َ ُّ‫ك َرب‬

“Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang
terpuji.” (Al-Israa’: 79).

Di antara syafaat khusus yang diberikan kepada Rasulullah Saw adalah syafaatnya
kepada penghuni syurga agar mereka segera masuk surga, karena penghuni surga ketika
melewati jembatan, mereka diberhentikan di tengah jembatan yang ada di antara surga dan
neraka. Hati sebagian mereka bertanya-tanya kepada sebagian lain, hingga akhirnya mereka
bersih dari dosa. Kemudian mereka baru diizinkan masuk surga. Pintu surga itu bisa terbuka
karena syafaat Nabi saw.

Kedua. Syafaat batil yang tidak berguna bagi pemiliknya, yaitu anggapan orang-orang musyrik
bahwa tuhan-tuhan mereka dapat memintakan syafaat kepada Allah. Syafaat semacam ini tidak
bermanfaat bagi mereka seperti yang difirmankan-Nya,

Demikian itu karena Allah tidak rela kepada kesyirikan yang dilakukan oleh orang-
orang musyrik itu dan tidak mungkin Allah memberi izin kepada para pemberi syafaat itu,
untuk memberikan syafaat kepada mereka; karena tidak ada syafaat kecuali bagi orang yang
diridhai Allah. Allah tidak meridhai hamba-hamba-Nya yang kafir dan Allah tidak senang
kepada kerusakan.

Ketergantungan orang-orang musyrik kepada tuhan-tuhan mereka dengan menyembahnya dan


mengatakan, “Mereka adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.”10 adalah
ketergantungan batil yang tidak bermanfaat. Bahkan demikian itu tidak menambah mereka
kecuali semakin jauh, karena orang-orang musyrik itu meminta syafaat kepada berhala-berhala
itu dengan cara yang batil, yaitu menyembahnya. Itulah kebodohan mereka yang berusaha
mendekatkan diri kepada Allah, tetapi sebenarnya tidak lain hanya menjadikan mereka semakin
jauh
10
(QS. Yunus: 18),
D. PENGERTIAN ISRA’ MI’RAJ  
      
            Isra’ Mi’raj (Arab : ‫راج‬##‫راء والمع‬##‫اإلس‬, al-’Isrā’ wal-Mi‘rāj) adalah dua bagian dari
perjalanan yang dilakukan oleh  Nabi Muhammad  dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini
merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam , karena pada peristiwa ini Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan shalat  lima
waktu  dalam sehari semalam.
            Isra’secara etimologi atau menurut bahasa artinya berjalan di waktu malam.
            Isra’ secara terminologi atau menurut istilah artinya perjalanan Nabi Muhammad s.a.w.
diwaktu malam hari dari masjidil Haram (di Makkah) ke masjidil Aqsha artinya masjid yang
jauh (di Palestina).
            Mi’roj secara etimologi atau menurut bahasa artinya tangga, atau alat untuk naik dari
bawah ke atas.
            Mi’raj secara terminologi atau menurut istilah adalah perjalanan nabi saw dari alam
bawah (bumi) ke alam atas (langit) sampai langit yang ke tujuh sampai ke sidratul muntaha,
yakni dari Masjidil Aqsha di Palestina naik ke alam atas melalui beberapa langit dan ke sidratul
muntaha dan terakhir sampai ke Arasyi dan Kursy dimana beliau menerima wahyu dari Allah
yang mengandung perintah shalat lima waktu.

      E. MASA TERJADINYA ISRA’ MI’RAJ

            Para ulama tarikh banyak berselisih tentang waktu terjadinya isra’ mi’raj.Sebagian
ulama berpendapat bahwa isra’ mi’raj terjadi pada tanggal 7 Rabiul awal,sebagian lagi pada
tanggal 17 Rabiul awal, sebagian lagi  pada tanggal 27 Rabiul akhir dan sebagian lagi
berpendapat bahwa isra’ mi’raj terjadi pada tanggal tanggal 27 rajab.
            Tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa isra’ mi’raj terjadi  pada tanggal 27
Rajab .
            Sedangkan tahun terjadinya Isra’ Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah
sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Yaitu pada malam 27
Rajab tahun ke-10 kenabian.
Wallahu a’lamu bis-shawab…

   F. KRONOLOGI TERJADINYA ISRA’ MI’RAJ

Suatu hari malaikat Jibril datang  menemui Nabi dan kemudian didatangkan buraq,
'binatang' berwarna putih yang lebih besar daripada keledai. Sekali melangkah langkahnya
sejauh pandangan mata. Dengan buraq itu Nabi melakukan isra' dari Masjidil Haram di Mekkah
ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina.  Nabi  menambatkan buroqnya dengan tali
dimana para nabi sering menambatkan kendaraannya di  tempat itu. Kemudian Nabi
Muhammad SAW salat dua rakaat di Baitul Maqdis, setelah selesai sholat beliau keluar dan
Jibril mendatanginya dengan membawa segelas khamer (minuman keras) dan segelas susu.
Nabi Muhammad SAW memilih susu. Kata malaikat Jibril, "Engkau dalam kesucian, sekiranya
kau pilih khamer, sesatlah ummat engkau."
            Dengan buraq pula Nabi SAW melanjutkan perjalanan bersama Jibril naik ke langit .
Setelah sampai di langit yang pertama,Jibril meminta kepada malaikat penjaga agar dibukakan
pintu langit tersebut, meraka ditanya oleh malaikat penjaga langit, “Siapakah kamu?” Jibril
Menjawab:”Saya Jibril” kemudian malaikat penjaga langit bertanya kembali,”Dan siapa yang
bersamamu?” Jibril menjawab,”Saya bersama Muhammad”, ditanyakan lagi “Apakah
Muhammad sudah diutus oleh Allah untuk datang kesini?”, Jibril menjawab
lagi,”ya,Muhammad sudah diutus oleh Allah”. Kemudian dibukakanlah pintu langit tersebut,
setelah mereka masuk ke langit yang pertama itu, dijumpainya Nabi Adam. Nabi Adam
menyambutnya dengan hangat dan mendoakan baginya kebaikan. Perjalanan diteruskan ke
langit ke dua, dii langit ke dua dijumpainya Nabi Isa dan Nabi Yahya. Di langit ke tiga ada
Nabi Yusuf. Nabi Idris dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi SAW bertemu dengan Nabi
Harun di langit ke lima, dan Nabi Musa di langit ke enam. Di setiap langit, Jibril meminta
kepada malaikat penjaga langit agar dibukakan pintu langit tersebut, mereka juga ditanya oleh
penjaga masing-masing langit dengan pertanyaan yang serupa dengan pertanyaan pada waktu di
langit yang pertama tadi.Nabi-nabi tersebut menyambutnya dengan hangat dan juga mendoakan
kebaikan sebagaimana yang dilakukan nabi Adam tadi. Kemudian Nabi bersama Jibril
melanjutkan perjalanan ke langit ke tujuh,di sana nabi menjumpai nabi Ibrahim yang sedang
menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma’mur.Baitul Ma'mur adalah tempat 70.000 malaikat
shalat tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali memasukinya dan tak akan pernah masuk lagi.
            Perjalanan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Sidratul Muntaha adalah suatu tempat yang
sangat indah, yang tidak bisa dibayangkan keindahannya oleh seorangpun.Dari Sidratul
Muntaha didengarnya kalam-kalam .Dari sidratul muntaha dilihatnya pula empat sungai, dua
sungai non-fisik (bathin) di surga, dua sungai fisik (dhahir) di dunia: sungai Efrat dan sungai
Nil. Lalu Jibril membawa tiga gelas berisi khamr, susu, dan madu, dipilihnya susu. Jibril pun
berkomentar, "Itulah (perlambang) fitrah (kesucian) engkau dan ummat engkau." Jibril
mengajak Nabi melihat surga yang indah.
            Puncak dari perjalanan itu adalah diterimanya perintah salat wajib. Mulanya diwajibkan
salat lima puluh kali sehari-semalam.Kemudian Nabi menemui Nabi Musa,dan Nabi Musa
menyuruh nabi untuk meminta keringanan kepada Allah, karena Nabi musa pernah
memerintahkan hal itu kepada Bani Israil,dan mereka tidak sanggup menjalankannya. Sehingga
Nabi Musa yaqin bahwa ummat Nabi Muhammadpun tidak sanggup menjalankannya. Atas
saran Nabi Musa, Nabi SAW meminta keringanan dan diberinya pengurangan sepuluh- sepuluh
setiap meminta.Akhirnya diwajibkan lima kali sehari semalam. Nabi Muhammad kembali
menemui Musa dan mengatakan bahwa sholat wajib itu menjadi 5x shalat dalam sehari. Nabi
Musa masih menyuruh Nabi Muhammad agar kembali kepada Allah untuk meminta
keringanan, Namun nampaknya Nabi Muhammad enggan dan malu kepada Allah untuk 
meminta keringanan ."Saya telah meminta keringan kepada Tuhanku, kini saya rela dan
menyerah." Maka Allah berfirman, "Itulah fardlu-Ku dan Aku telah meringankannya (menjadi
5x shalat) atas hamba-Ku. Setiap satu sholat (sebagai pengganti dari ) sepuluh sholat, sehingga
genaplah 50 kali sholat. Barang siapa berniat melakukan kebaikan dan tidak melakukannya,
maka diulis baginya satu kebaikan.Dan barang siapa yang berniat kebaikan kemudian dia
melakukannya,maka ditulis baginya sepuluh kebaikan.Dan barang siapa berniat keburukan,dan
ia tidak melakukannya,maka tidak ditulis baginya satu keburukan. Dan barang sapa yang
berniat keburukan.
kemudian dia mngerjakannya, maka ditulis baginya satu keburukan”.Kemudian nabi pulang
dari langit pada malam itu ke Masjidil Haram di Makkah.                

G.HIKMAH ISRA’ MI’RAJ

Hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa Isro’ dan Mi’roj:
a.   Menjaga Sholat 5 Waktu: Allah SWT memberikan hadiah sholat 5 waktu kepada Nabi
Muhammad dan umatnya supaya kita bisa ’berjumpa’ dengan Allah SWT melalui sholat,
betapa besar cinta dan rindu Allah kepada kita sehingga kita diperintahkan untuk sholat 5
waktu. Sebagaimana hadits Rosulullah SAW diriwayatkan didalam Shahih Bukhari : “barang
siapa yang melakukan shalat sungguh ia sedang berbicara dan bercakap-cakap dan menghadap
Allah SWT”. Inniy wajjahtu wajhiya lilladziy fatharassamaawaati wal ardhi….dst “ sungguh
kuhadapkan jiwaku, hatiku, wajah hati ku, kepada yang menciptakan langit dan bumi yaitu
Allah subhanahu wata'ala..”
b.   Mempercayai, membenarkan, dan meyakini semua apa yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad SAW: Sebagaimana Sahabat Abu Bakar ash-Shidiq yang selalu membenarkan
apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Karena pada hakikatnya semua apa yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW berasal dari Allah SWT, dan tidak keluar dari hawa
nafsunya.
BAB III
PENUTUP

Syafaat juga bisa diartikan menjadi tiga. Pertama Syafaat Nabi untuk didunia. Ini
ditandai oleh hadis yang menerangkan suatu ketika Nabi didatangi seseorang yang mengalami
kebutaan. Lalu orang tersebut meminta kepada Nabi Muhammad untuk mendoakannya agar
disembuhkan dari penyakitnya. Lalu setelah beberapa saat, penyakit orang itu sembuh. Lalu
syafaat Nabi di padang mahsyar yang dinamakan syafaat al-Qubra, yaitu safaat ketika umat
manusia memikirkan nasibnya sendiri, kecuali nabi Muhammad yang memikirkan umatnya.
dan syafaat Nabi setelah masa peritungan yang dinamakan dengan syafaat al-Udma, yaitu
syafaat yang diberikan setelah manusia dihisab amal kebaikannya.
Perhitungan amal tersebut sesuai dengan amal perbuatannya di dunia. Bagi orang-orang
yang dimasukkan oleh Allah ke neraka karena dosa-dosa besar mereka didunia, kelak akan
dikeluarkan oleh Allah melalui syafaat Nabi. Keluarnya ahli neraka tersebut disebabkan mereka
masih mengesakan Allah dan meninggal dalam keadaan mu’min walaupun hanya tersisa dalam
hatinya kebaikan dari iman seberat biji sawi.
            Bagaimanapun ilmu manusia tak mungkin bisa menjabarkan hakikat perjalanan isra'
mi'raj. Allah hanya memberikan ilmu kepada manusia sedikit sekali (QS. Al-Isra: 85). Hanya
dengan iman kita mempercayai bahwa isra' mi'raj benar-benar terjadi dan dilakukan oleh
Rasulullah SAW. Rupanya, begitulah rencana Allah menguji keimanan hamba-hamba-Nya
(QS. Al-Isra:60) dan menyampaikan perintah salat wajib secara langsung kepada Rasulullah
SAW.
            Makna penting isra' mi'raj bagi ummat Islam ada pada keistimewaan penyampaian
perintah salat wajib lima waktu. Ini menunjukkan kekhususan salat sebagai ibadah utama dalam
Islam. Salat mesti dilakukan oleh setiap Muslim, baik dia kaya maupun miskin, dia sehat
maupun sakit. Ini berbeda dari ibadah zakat yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang
mampu secara ekonomi, atau puasa bagi yang kuat fisiknya, atau haji bagi yang sehat badannya
dan mampu keuangannya.
            Salat lima kali sehari semalam yang didistribusikan di sela-sela kesibukan aktivitas
kehidupan, mestinya mampu membersihkan diri dan jiwa setiap Muslim. Allah mengingatkan:
            "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut:45)
Daftar Pustaka

 AL-Khaf, Habib Abdullah Zakiy.Manusia, Alam, Roh, dan Alam Akhirat.


Bandung:CV.Pustaka Setia , 2005.
 Ar-Risalah, Markaz. “Syafaat”. (www.al-shia.org).
 Dahlan, Abd. Rahman. Kaidah-kaidah Tafsir, Jakarta:Sinar Grafika Ofseet. 2010.
•      Kitab Nurul Yaqiin Fii siirati Sayyidil Mursalin,karya Syekh Muhammad Al-Khudhari Bek
•      Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
•      Perlengkapan Tarikh Nabi Muhammad,karya K.H Moenawar Chalil
•      Muhammad Haekal, Perjalanan Sejarah Nabi.
•       http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=1170&I temid=1
•       http://ustadzkholid.com/fiqih/peringatan-isra-miraj/
•       http://www.shiar-islam.com/doc8.htm

                               

Anda mungkin juga menyukai