Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
KEPULAUAN RIAU
2019
ABSTRAK
Hadist merupakan hukum utama yang ada di dalam agama islam setelah
alquran. Sehingga mempelajari hadist merupakan suatu keharusan untuk umat
islam terkhusus untuk akadimisi yang menuntut ilmu di Sekolah tinggi agama
islam. Kurangnya minat serta pengetahuan para akidimisi menjadi sebaba kusus
pentingnya ilmu hadist ini dibahas. Pada pembahasan ilmu hadist ini penuli
menggunkan teknik pengumplan data melalui buku buku yang ada di
perpustakaan dengan memperoleh hasil yaitu ulumul hadist berati ilmu ilmu
ynang mempelajari tentang hadist.
ii
KATA PENGANTAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu hadist dengan judul
makalah yang kami bahas adalah Hadist Dhoif dan Cabangnya yang insyallah
akan berguna untuk menambah wawasan kita dalam mempelajari dan memahami
tentang hadis itu sendiri.
Atas tersusunya makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada dosen pembimping Zulfa Hudiyani, M.A yang telah
membiming kami dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat
dapat tersusun dengan baik.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
sehingga makalah ini bisa mencapai kesempurnaan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
A. Kesimpulan ...................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................ 9
C. Daftar Pustaka .............................................................................. 10
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja macam-macam hadist dha’if dilihat dari segi terputusnya sanad
beserta alasan terputusnya sanad yang menjadikan kedhaifan hadits
tersebut?
3. TUJUAN
1. Mengetahui macam-macam hadist dhoif dari segi terputus nya sanad
1
BAB II
PEMBAHASAN
ََل اِ ْي َمانَ ِل َم ْن ََل َحيَا َء: ث ِ قَا َل يَ ِز ْيدُ ب ُْن َح
َ ار
3
Disamping itu, sahabat yang menafsirkan sabda Nabi atau firman Allah,
termasuklah kepada mauquf.
b) Hadits Maqthu’
Hadis maqthu’ adalah hadis yang disandarkan kepada tabiin atau orang yang
sebawahnya, baik perkataan atau perbuatan.
Contoh hadits Maqtu’ :
ِ ْب ا
لج َما ِل َ ِِم ْن ت َ َم ِام ْال َحج
ُ ض ْر
قاله اَلعمش
“Haji yang sempurna ialah dengan mengendarai unta.” Ini adalah perkataan
dari salah seorang tabi’in bernama A’masy.
c) Hadits Muallaq
Mu’allaq menurut bahasa adalah terikat atau tergantung. Sedangkan menurut
istilah, hadis mu’allaq adalah hadis yang seorang rawinya atau lebih gugur dari
awal sanad secara berurutan.
Contoh hadits muallaq :
ى يَ ْذ ُك ُر هللاَ على ُك ِل اَحْ وا ِل ِه
ُّ َكانَ النَّ ِب: ع ْن َها
َ عائشة رضي هللا ْ َ قال: قَا َل ْالبُخَارى
َ ت
“Buchari berkata : Aisyah telah berkata : adalah Nabi selalu mengingat Allah
pada segala keadaanya”. (Riwayat Buchari)
Disini Bukhari tidak menyebutkan rawi sebelum Aisyah. Antara Buchari
dengan Aisyah ada beberapa orang yang tidak disebutkan namanya, sebab itu
hadits tersebut dinamakan Hadits Mu’allaq.
d) Hadits Mu’dhal
Adapun menurut istilah muhaditsin, hadis mu’dhal adalah hadis yang putus
sanadnya dua orang atau lebih secara berurutan.
Contoh dari hadits Mu’dhal adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Hakim dalam kitab “Ma’rifat Ulumil Hadits” dengan sanadnya yang terhubung
kepada al-Qo’nabi dari Malik bahwa telah sampai kepadanya bahwa Abu
4
e) Hadits Mursal
Secara etimologi mursal berarti ‘yang dilepaskan’. Menurut istilah, hadis
mursal adalah hadits yang dimarfu’kan (diangkat) oleh seorang tabi’i kepada
Rasulullah saw, baik berupa sabda, perbuatan dan taqrir, baik itu Tabi’i kecil
ataupun besar.
Hadits Mursal adalah hadits yang gugur dari akhir sanadnya, seorang
perawi sesudah tabi’i. Maksud dari defenisi diatas dapat dipahami bahwa seorang
tabi’i mengatakan Rasulullah saw berkata demikian, den sebagainya, sementara
Tabi’i tersebut jelas tidak bertemu dengan Rasulullah saw. Dalam hal ini Tabi’i
tersebut menghilangkan sahabat sebagai generasi perantara antara Rasulullah
SAW dengan tabi’i.
Oleh karena itu, ditinjau dari segi siapa yang menggugurkan dan segi sifat-
sifat pengguguran hadis, hadis ini terbagi pada mursal jali, mursal shahabi, dan
mursal khafi.
5
1. Mursal Jali, yaitu bila pengguguran yang telah dilakukan oleh rawi (tabiin) sangat
jelas untuk diketahui, bahwa orang yang menggugurkan itu tidak hidup
sezaman/semasa dengan orang yang digugurkan yang mempunyai berita.
2. Mursal Shahabi, yaitu pemberitaan sahabat yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW, tetapi ia tidak mendengar atau menyaksikan sendiri apa yang
ia beritakan, karena pada saat itu sahabat tersebut masih kecil atau terakhir
masuknya ke dalam agama Islam.
3. Mursal Khafi, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh tabiin yang hidup sezaman
dengan shahabi tetapi ia tidak pernah mendengar sebuah hadispun darinya.
Contoh hadits mursal :
ُ َ َب ْينَنا َو بَيْنَ ْال ُمنَافِ ِقيْن: قال رسول هللا: َب و هو ِمن التابعين
ش ُهود ِ سيَ س ِعيدٌ ب ُْن ْال ُمَ قال
ُصبْحِ َل َي ْست َِط ْيعُونه ُّ َاء و ال ِ ْال ِعش
Sa’id bin Musayyab berkata... : “Perbedaan antara kita dengan orang-orang
munafik ialah bahwa orang-orang munafik itu tidak suka (malas) mengerjakan
sembahyang ‘Isya dan Subuh”.
f) Hadits Mudallas
Hadis mudallas adalah hadis yang diriwayatkan menurut cara yang
diperkirakan bahwa hadis tersebut tidak bernoda. Dengan kata lain bahwa hadits
mudallas adalah hadis yang diriwayatkan dengan tidak menyebutkan nama orang
yang meriwayatkannya dan menukar namanya dengan orang lain. Rawi yang
berbuat demikian disebut mudallis. Hadis yang diriwayatkan oleh mudallis
disebut hadis mudallas, dan perbuatannya disebut dengan tadlis.
Macam-macam tadlis sebagai berikut :
1. Tadlis Isnad, yaitu bila seorang rawi yang meriwayatkan suatu hadis dari orang
yang pernah bertemu dengan dia, tetapi rawi tersebut tidak pernah mendengar
hadis darinya. Agar dianggap rawi tersebut pernah mendengarnya maka ia
menggunakan lafadz ‘an fulanin atau anna fulanan yaqulu.
6
“Diriwayatkan oleh nu’man ibn rasyid, dari zuhri dari urwah dari aisyah,
bahwasannya rasulullah SAW bersabda tidak pernah sekalikali memukul seorang
perempuan dan juga tidak seorang pelayan, melainkan jika ia berjihad dijalan
Allah”
Keterangan
Kalau diuraikan secara seder hana, maka sanadnya adalah: a. Al-Nu’man, b. al-
Zuhri, c. Urwah, d. Aisyah
Dengan kajian sederhana dari susunan sanad tersebut, maka dapat
disimpulakan bahwa zuhri mendengar riwayat diatas dari urwah, karena memang
biasa zuhri meriwayatkan darinya. Padahal anggapan itu salah, sebab imam hatim
berkata, “zuhri tidak pernah mendengar hadits diatas dari urwah….” hal ini dapat
disimpulkan bahwa antara zuhri dan urwah ada seorang yang tidak disebutkan
oleh zuhri. Oleh karena itu hadits diatas disebut mudallas, tetapi karena samarnya
terjadi pada sandaran sanad hadits maka disebut mudallas isnad.
2. Tadlis Syuyukh, yaitu bila seorang rawi meriwayatkan hadis yang didengarkan
dari sang guru dengan menyebutkan nama kauniyah-nya, nama keturunannya,
atau dengan menyifati guru tersebut dengan sifat-sifat yang tidak/belum dikenal
banyak orang.
3. Tadlis Taswiyah (tajwid), yaitu seorang rawi meriwayatkan hadis dari gurunya
yang tsiqah (dipercaya), yang oleh guru tersebut diterima dari gurunya yang
lemah, dan guru yang lemah ini menerima dari seorang guru yang tsiqah pula,
tetapi si mudallis tersebut dalam meriwayatkannya tanpa menyabutkan rawa-rawi
yang lemah.
Contoh hadits mudallas taswiyah :
7
g) Hadits Munqathi’
Hadis munqathi’, yaitu hadis yang tidak disebutkan seorang rawinya sebelum
sahabat.
Macam-Macam Pengguguran (Inqita’)
1. Perawi yang meriwayatkan Hadits jelas dapat diketahui tidak sezaman hidupnya
dengan guru yang memberikan Hadits padanya.
2. Dengan samar-samar yang hanya diketahui oleh orang yang mempunyai keahlian
saja. Diketahui dengan jalan lain dengan adanya kelebihan seorang rawi atau lebih
dalam Hadits riwayat orang lain.
Contoh hadits munqathi’ :
ُ ب ْال ِع ْل ِم و طا ِل
ب الد ْنيا ِ َمان َل يَ ْشب
ُ عان طا ِل ِ هوْ َم ْن
8
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
A. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Mahmud dan Mahmud Junus. Ilmu Musthalah Hadist. Jakarta: P.T
Djadjamurni. 1958.Mudasir. Ilmu Hadits. Pustaka Setia.
Umi Sumbulah. Buku Ajar Ulumul Hadits I. Mahmud Aziz dan Mahmud Junus,
Ilmu Musthalah Hadist, Jakarta : P.T Djadjamurni, 1958, hlm. 30
Umi Sumbulah, Buku Ajar Ulumul Hadits I. Agus Suyadi, Ulumul Hadits,
Bandung : PT Shantika, 2008, hlm.155. Mahmud Aziz dan Mahmud Junus, Ilmu
Musthalah Hadist, Jakarta : P.T Djadjamurni, 1958, hlm. 34. Ibid. hlm. 35
Agus Suyadi, Ulumul Hadits, Bandung : PT Shantika, 2008, hlm.156 Ibid. hlm.
152 Al-Qaththan. hlm. 137. Rahman. hlm. 215
Mahmud Aziz dan Mahmud Junus, Ilmu Musthalah Hadist, Jakarta : P.T
Djadjamurni, 1958, hlm. 38. Nuruddin, Ulumul Hadits, Bandung : PT Remaja
Posdakarya, 2012. Hlm. 294