Disusun Oleh :
Kelompok 7
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
MAKALAH
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
2.1 PENGERTIAN NU
BAB III
KESIMPULAN
REFERENSI BUKU
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan menyusun Makalah ini. Sholawat serta
salam semoga senantiasa di limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat,
tabiin tabiit tabiin, juga sampai pada kita semua selaku umat yang mengikuti ajarannya.
Penulisan makalah yang membahas tentang sejarah lahirnya Nahdlatul Ulama. Bertujuan
untuk memenuhi tugas, dimana suatu kewajiban bagi kami mahasiswa untuk memenuhi tugas
yang diberikan bapak/ ibu dosen kepada kami.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa didunia tidak ada yang sempurna. Begitu juga
penulisan makalah ini yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun, dengan harapan agar dihari esok kami bisa lebih baik. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami pribadi khusnya
dan umum bagi pembaca. Aamiin.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Sebagai Negara dengan penduduk beragama islam terbesar di dunia, Indonesia memiliki
cerita tersendiri soal organisasi-organisasi islam yang berkembang. Termasuk kehadiran
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi islam terbesar di Indonesia yang memiliki sejarah
panjang dalam pengaruhnya bagi penganut islam terbesar di tanah air. Nama Nahdlatul
Ulama berasal dari bahasa arab yakni Nahdlatun yang artinya berdiri, bangkit, atau bergerak.
Nahdlatul Ulama adalah organisasi kemasyarakatan dan keagamaan dengan simbol-simbol
yang menjelaskan tujuan dasar dan cita-cita keberadaan suatu organisasi.
Lambang Nahdlatul Ulama diciptakan oleh KH. Ridwan Abdullah setelah melalui proses
doa dan istikharah . Organisasi ini lahir pada tanggal 31 Januari 1926 sebagai perwakilan
ulama tradisionalis yang mendapat bimbingan ideologis dari ahlussunnah wal jama’ah.
Nahdlatul Ulama lahir pada tanggal 31 Januari 1926 sebagai representative dari ulama
tradisionalis, dengan haluan ideologi ahlussunah wal jama’ah. Kala itu saat kegiatan
reformasi berkembang luas para ulama belum terlalu terorganisasi namun sudah saling
mempunyai hubungan yang sangat kuat. Berdirinya Nahdlatul Ulama tak bisa dilepaskan
dengan upaya mempertahankan ajaran ahlussunah wal jama’ah. Ajaran ini bersumber dari Al-
Qur’an, sunnah, ijma’, dan juga qiyas.
Dengan haluan ideology Ahlussunah wal Jama’ah ini lahirlah alasan yang mendasar,
antara lain pertama: kekuatan penjajah Belanda untuk meruntuhkan potensi islam telah
melahirkan rasa tanggung jawab alim ulama untuk menjaga kemurnian dan keluhuran ajaran
islam. Kedua: rasa tanggung jawab alim ulama sebagai pemimpin umat untuk
memperjuangkan kemerdekaan dan membebaskan diri dari belenggu penjajah. Ketiga: rasa
tanggung jawab alim ulama untuk menjaga ketentraman dan kedamaian bangsa Indonesia.
Ada 3 motif dalam sejarah yang melatar belakangi berdirinya Nahdlataul Ulama,
yaitu:
1. Motif agama. Bahwa penjajah yang dating ke Indonesia, selain untuk mengeruk harta
kekayaan bangsa Indonesia, juga menyebarkan ajaran yang mereka anut seperti
katolik dan protestan. Mereka hendak menjadikan umat islam seluruh Indonesia
menjadi pengkhabar injil, dan berawal dari sinilah pendirian Nahdlatul Ulama
memiliki motif agama.
2. Motif Nasionalisme. Nahdlatul Ulama lahir juga karena dorongan untuk merdeka,
Nahdlatul Ulama berusaha menggalang semangat nasionalisme melalui kegiatan
keagamaan dan pendidikan. Langkah pertamanya adalah pendirian madrasah oleh
KH. Abdul Wahhab Hasbullah yang bernama Nahdlatul Wathan.
3. Motif mempertahankan faham Ahlussunah wal Jamaah. Selain motif agama dan motif
nasionalisme Nahdlatul Ulama juga mendasari semangat untuk mempertahankan
faham Ahlusnnah wal Jamaah. Hal ini adalah sebagai reaksi terhadap gerakan
pembaharuan yang berhembus dari timur tengah. Dan kesan ini tampak begitu kuat
setiap kita membicarakan Nahdlatul Ulama.
Keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang melanda Bangsa Indonesia
saat itu akibat dari penjajahan Belanda menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk
memperjuangkan martabat bangsa dan melawan penjajah, melalui jalan pendidikan dan
organisasi. Gerakan yang muncul pada 1908 tersebut dikenal sebagai gerakan Kebangkitan
Nasional. Semangat kebangkitan memang terus menyebar kemana-mana setelah rakyat
pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai
jawabannya muncullah organisasi pendidikan dan pembebasan.
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan
nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan. Seperti Nahdlatul Wathan,
kemudian di susul dengan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri sebagai
wahana pendidikan sosial politik dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian berdiri
Nahdlatut Tujjar (serikat kaum saudagar). Serikat itu menjadi basis untuk memperbaiki
perekonomian rakyat kala itu. Dengan adanya Nahdlatut Tujjar itu, maka Taswirul Afkar
selain tampil menjadi kelompok studi, juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang
sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota. Organisasi-organisasi tersebut
merupakan embrio cikal bakal sejarah organisasi Nahdlatul Ulama yang kita kenal sekarang
ini.
A. Menolak Wahabi
Raja Ibnu Saud yang hendak menerapkan asas tunggal kala itu yaitu mazhab wahabi
di mekkah. Serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah islam maupun
pra islam, yang selama ini masih menjadi tempat berziarah banyak ummat islam di
dunia. Mereka menganggap praktik ziarah itu bid’ah. Gagasan kaum wahabi tersebut
mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia. Baik kalangan
Muhammadiyah di bawah pimpinan KH.Ahmad Dahlan maupun PSII di bawah
pimpinan H.O.S Tkokroaminoto. Sebaliknya kalangan pesantren yang selama ini
membela keberagaman, menolak pembatasan bermazhab dan penghancuran warisan
peradaban tersebut. Sikapnya yang berbeda tersebut membuat kalangan pesantren di
keluarkan dari anggota Kongres Islam di Yogyakarta pada tahun 1925. Akibatnya
kalangan pesantren juga tidak terlibat sebagai delegasi dalam Muktamar Alam Islami
(Kongres Islam Internasional) di Makkah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.
B. Komite Hijaz
Terdorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermazhab serta
peduli terhadap pelestarian warisan peradaban. Maka Ulama-Ulama dari kalangan
pesantren di Nusantara membuat delegasi sendiri dengan nama Komite Hijaz dengan
KH.Abdul Wahhab Hasbullah sebagai ketua Komite Hijaz. Beliau beserta Syekh
Ahmad Ahmad Ghanim Al-Amiri Al-Mishri menyampaikan materi tuntutan yang
akan disampaikan kepa Raja Ibnu Sa’ud. Adalah sebagai berikut: satu, meminta
kepada Raja Ibnu Sa’ud untuk tetap memberlakukan kebebasan bermazhab empat
yaitu: Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Hambali. Dua memohon tetap diramaikannya
tempat-tempat bersejarah karena tempat tersebut telah diwakafkan untuk masjid,
seperti tempat kelahiran siti Fatimah, bangunan Khaizuran dan lain-lain. Ketiga
memohon agar disebarluaskannya setiap tahun keseluruh dunia mengenai hal ihwal
haji, baik ongkos haji, maupun perjalanan keliling Makkah. Keempat memohon
hendaknya semua hukum yang berlaku di Hijaz ditulis sebagai undang-undang supaya
tidak terjadi pelanggaran hanya karena belum ditulisnya undang-undang. Dan yang
terakhir kalangan pesantren memohon jawaban tertulis yang menjalaskan bahwa
utusan sudah menghadap Raja Ibnu Sa’ud dan sudah pula usul-usul dari kalangan
kaum pesantren. Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam komite
Hijaz dan tantangan dari segulu penjuru umat islam di dunia, Raja Ibnu Sa’ud
mengurungkan niatnya. Hasilnya hingga saat ini di Makkah bebas melaksanakan
ibadah sesuai denga mazhab masing-masing. Itulah peran internasional kalangan
pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermazhab. Hasilnya
mampu dirasakan hingga saat ini.
C. Berdirinya Nahdlatul Ulama
Berangkat dari Komite Hijaz dan berbagai organisasi yang bersifat embrional. Maka
setelah itu perlu adanya untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih
sistematis untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka sejarah Nahdlatul
Ulama semakin menemukan titik terang pendiriannya. Dan setelah berkoordinasi
dengan berbagai Kyai, akhirnya muncullah kesepakatan untuk membentuk organisasi
yang bernama Nahdlatul Ulama (kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344H/31
Januari 1926. Untuk pertama kalinya Hadratussyaikh KH.Muhammad Hasyim
Asya’ari memimpin organisasi Nahdlatul Ulama sebagai Rais Akbar. Dan istilah Rais
Akbar hanya tersemat kepada satu-satunya pendiri dan penggerak Organisasi
Nahdlatul Ulama yaitu Hadratussyaikh KH. Muhammad Hasyim Asya’ari. NU pun
terbentuk dari proses panjang sejarah ini. Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi
NU ini, maka KH. Hasyim Asya’ari merumuskan kitab Muqaddimah Qanun Asasi,
kemudian juga merumuskan kitab I’tiqad Ahlussunah wal Jama’ah. Kitab tersebut
kemudian terejawantahkan dalam Khittah NU yang menjadi dasar dan rujukan warga
Nahdliyyin sebagai pedoman dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial,
keagamaan maupun politik.
Berikut beberapa tokoh yang ikut berperan dalam sejarah panjang dan penuh perjuangan
dalam berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama :
Adapun beberapa ulama maupun kyai yang turut hadir dalam peresmian NU di Surbaya kala
itu serta andil dalam pendirian NU adalah sebagai berikut : KH.Nawawi (Pasuruan jawa
timur), KH.Ridwan (Semarang jawa tengah), KH.Maksum (Lasem, Rembang jawa tengah),
KH.Nahrawi (Malang jawa timur), H.Ndoro Muntaha (Menantu KH.Kholil Bangkalan
Madura jawa timur), KH. Abdul Hamid Faqih (Sedayu,Gresik jawa timur), KH.Abdul Halim
Leuwimunding (Cirebon, jawa barat), KH.Ridwan Abdullah (jawa timur), KH.Abdullah
Ubaid (Surabaya jawa timur), Syekh Ahmad Ghana’im Al-Misri (Mesir) serta banyak tokoh
serta ulama dari kalangan habaib maupun kyai yang hadir yang tak mampu disebutkan satu
persatu secara rinci karena keterbatasan penulis.
BAB III
PENUTUP KESIMPULAN
Organisasi NU juga lahir atas pemikiran, gerakan serta beragam upaya yang
dilakukan ulama-ulama Nusantara, Khususnya KH.Hasyim Asya’ari sebagai pelopor
tercetusnya organisasi Nahdlatul Ulama. Manfaatnya juga terasa bahkan hingga sekarang,
diantaranya menyatukan para pemuda sehingga terbentukalah beragam laskar perjuangan
dalam mengusir dan mempertahankan Nusantara dari penjajah.
Surabaya:Khalista,2007
ISBN 978-979-1353-01-4
ISBN 978-623-91604-0-1
Penulis: Dr.H.Subaidi,M.Pd