Anda di halaman 1dari 4

Rustan Hadi: Pertanian teknik No. 2, 2011: 77-80 Buletin Teknik Sosialisasi Vol.

16,pembuatan arang tempurung kelapa

77

SOSIALISASI TEKNIK PEMBUATAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN PEMBAKARAN SISTEM SUPLAI UDARA TERKENDALI Rustan Hadi
Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Jalan Samarinda Paal Lima, Kotak Pos 118, Kota Baru 36128, Jambi, Telp. (0741) 7053525, Faks. (0741) 40413 E-mail: bptp-jambi@litbang.deptan.go.id, bptp_jambi@yahoo.com

ari 15 negara anggota Asian Pacific Coconut Community (APCC), Indonesia merupakan negara dengan area tanam kelapa (Cocos nucifera) terluas, yaitu 3,86 juta ha dengan produksi 15,20 juta butir atau setara dengan 3,03 juta ton kopra/tahun (APCC 2007). Di Provinsi Jambi, area tanam kelapa mencapai 117.184 ha dengan produktivitas 700.614 butir/tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan 2007). Sebagian dari area tanam kelapa di Jambi terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yaitu 59.154 ha, dengan produksi 69.445 ton kopra/tahun, yang merupakan area tanam terluas dan produksi tertinggi di Provinsi Jambi. Area tanam terluas di Kabupaten Tanjung Jabung Timur terdapat di Kecamatan Mendahara, yaitu 21.906 ha dengan produksi 25.260 ton kopra/tahun (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanjung Jabung Timur 2005). Data tersebut menunjukkan adanya potensi yang besar dalam usaha pengolahan hasil kelapa, baik kopra maupun produk turunannya. Buah kelapa mempunyai hasil sampingan berupa tempurung yang dapat diolah menjadi arang. Namun, selama ini tempurung kelapa hanya digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak atau dibiarkan sebagai limbah. Menurut informasi dari para perajin kopra di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, tiap pembuatan 1.000 kg kopra kering akan menghasilkan 300-500 kg tempurung kelapa. Dengan demikian, untuk wilayah Kecamatan Mendahara saja, jumlah tempurung kelapa yang dihasilkan berkisar antara 7.57812.630 ton/tahun. Untuk meningkatkan nilai tambah produk kelapa, perlu dilakukan upaya pemanfaatan tempurung kelapa untuk diolah menjadi arang, mengingat kebutuhan arang tempurung kelapa cenderung meningkat sebagai bahan baku pembuatan arang aktif. Arang aktif atau sering juga disebut karbon aktif adalah jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang besar (500 m2/g). Hal ini dicapai dengan proses pengaktifan karbon, baik secara kimia maupun fisik. Pengaktifan juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif (Anonim 2011). Arang aktif digunakan dalam berbagai jenis industri sebagai adsorben dan untuk kegunaan lainnya.

Konsumsi arang aktif di dunia diperkirakan mencapai 300.000 ton/tahun, dan 10,12% bahan bakunya berasal dari arang tempurung kelapa (BPTP Jambi 2006). Hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan yang menarik untuk dikembangkan. Salah satu masalah yang dihadapi dalam memproduksi arang tempurung kelapa sebagai bahan baku arang aktif adalah adanya persyaratan khusus yang wajib dipenuhi, antara lain arang harus bersih, keras/kompak, kadar air 5%, dan tingkat kematangannya sempurna (Lindayanti 2006a). Penduduk setempat selama ini membuat arang tempurung dengan cara membakar tempurung kelapa dengan ditumpuk atau menggunakan lubang atau drum bekas sehingga arang yang dihasilkan berkualitas rendah. Proses pembakaran biasanya diakhiri dengan menyiramkan air untuk mematikan api sehingga arang yang dihasilkan memiliki kadar air yang tinggi, yaitu 15-17%, dan sebagian arang menjadi abu sehingga rendemennya rendah, yaitu 22,5% (Lindayanti 2006b). Untuk menghasilkan arang tempurung kelapa yang berkualitas baik maka proses pembakarannya harus dikontrol. Pembakaran tempurung kelapa dengan menggunakan alat pembakaran tipe drum dengan suplai udara terkendali dapat menghasilkan arang yang berkualitas tinggi sesuai dengan standar untuk bahan baku arang aktif. Pada tahun 2006, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi melakukan sosialisasi dan demonstrasi alat pembakaran tempurung kelapa tipe drum dengan suplai udara terkendali. Alat ini merupakan hasil rakitan Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna - L1PI dan modifikasi dari tipe Balai Penelitian Tanaman Kelapa (Balitka) Manado. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mensosialisasikan alat pembakaran tempurung kelapa tipe drum dengan suplai udara terkendali dalam pembuatan arang tempurung kelapa di tingkat petani dan perajin atau pengusaha arang tempurung kelapa. Dengan menggunakan alat tersebut diharapkan dapat dihasilkan arang tempurung kelapa yang berkualitas tinggi untuk bahan baku arang aktif.

78 BAHAN DAN METODE

Rustan Hadi: Sosialisasi teknik pembuatan arang tempurung kelapa

Penutup cerobong asap

Kegiatan sosialisasi dilaksanakan di Desa Mendahara Ilir, Kecamatan Mendahara, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi pada bulan September 2006. Bahan yang digunakan adalah tempurung kelapa 300 kg, minyak tanah 0,5 l, tanah liat 1 ember, dan bahan lainnya. Alat yang digunakan adalah alat pembuat arang tipe drum, stop watch, timbangan, karung plastik 10 lembar, alat tulis kantor, dan alat bantu lainnya. Alat Pembuat Tempurung Kelapa Tipe Drum Alat pembakaran tempurung kelapa tipe drum terbuat dari bahan plat besi, merupakan drum bekas tempat minyak oli dengan tinggi 90 cm dan diameter 60 cm. Pada bagian atas alat dibuat lubang pembuangan asap berupa cerobong dari bahan pipa seng dengan ukuran tinggi 30 cm dan diameter 10 cm. Bagian atas cerobong dilengkapi dengan penutup yang dapat dibuka dan ditutup. Di sekeliling dinding drum tempat pembakaran dibuat beberapa lubang berdiameter 13 cm yang dapat dibuka dan ditutup sebagai pengatur suplai udara pada saat pembakaran. Jumlah lubang udara sebanyak lima baris dengan jarak antarbaris 18 cm dan tiap baris terdiri atas empat lubang dengan jarak antarlubang 45 cm. Kapasitas alat adalah 90-112 kg tempurung dan usia ekonomis alat 1218 bulan (Gambar 1). Prosedur Pembuatan Arang Tempurung Kelapa Pembuatan arang tempurung dengan sistem suplai udara terkendali pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan cara yang biasa dilakukan petani dan perajin arang tempurung setempat. Namun, terdapat beberapa perbedaan urutan kerja, alat/tempat pembakaran, dan cara memadamkan api. Urutan kerja pembuatan arang tempurung kelapa dengan cara suplai udara terkendali adalah sebagai berikut:

Cerobong asap

Penutup drum/tabung

Lubang pengendali udara (dilengkapi penutup)

Drum/tabung tempat pembakaran

Gambar 1. Bagian-bagian alat pembakaran tempurung kelapa tipe drum dengan suplai udara terkendali yang dimodifikasi dari model LIPI - Balitka Manado dan BPTP Jambi

tidak padam hingga drum penuh (sekitar 32 kg). Penutup drum lalu dipasang, tetapi cerobong asap pada bagian atas drum dibiarkan terbuka.

Asap yang keluar dari cerobong diperhatikan; jika asap


yang keluar cukup banyak berarti proses pembakaran berjalan sempurna.

Dari lubang kendali udara bagian bawah (baris I) yang


terbuka, dapat dilihat tempurung telah terbakar sempurna atau belum. Apabila tempurung sudah menjadi bara, berarti pembakaran tempurung pada bagian bawah sempurna.

Tempurung kelapa sebanyak 7,5 kg dimasukkan ke dalam


drum tempat pembakaran yang telah tersedia hingga mencapai 1/4 bagian drum.

Lubang kendali udara pada baris I ditutup rapat dan lubang


pada baris II dibuka, lalu ditambahkan tempurung kelapa sampai drum penuh (sekitar 12 kg) dengan cara membuka penutup atas drum, kemudian drum ditutup kembali.

Lubang pengendali udara pada drum tempat pembakaran


ditutup rapat, kecuali lubang pada baris paling bawah yang dibiarkan terbuka.

Proses pembukaan dan penutupan lubang kendali udara


dilakukan seiring dengan penambahan tempurung kelapa ke dalam drum. Caranya sama seperti di atas sampai lubang kendali udara pada barisan paling atas (terdapat lima baris lubang).

Dilakukan pembakaran pertama dengan menyalakan sabut


kelapa yang dicelupkan ke dalam minyak tanah sebagai umpan.

Setelah api menyala dengan sempurna, ditambahkan


tempurung ke dalam drum secara perlahan-lahan agar api

Setelah asap yang keluar dari cerobong tidak lagi pekat,


tetapi lebih bening/jernih, semua lubang kendali udara dan lubang cerobong asap ditutup.

Rustan Hadi: Sosialisasi teknik pembuatan arang tempurung kelapa

79 Data pada Tabel 1 menunjukkan, dalam setiap proses pembakaran, alat dapat menampung rata-rata 90 kg tempurung dan menghasilkan rata-rata 28,42 kg arang sehingga rendemen rata-rata 31,58% dan waktu pembakaran rata-rata 413 menit (6 jam 53 menit). Dengan waktu pembakaran tersebut, dalam sehari semalam satu unit alat dapat digunakan untuk tiga kali proses pembakaran. Tahapan paling penting dan paling memengaruhi kualitas arang adalah proses pembakaran dan mematikan api. Pada pembakaran dengan cara seperti yang biasa dilakukan masyarakat setempat, proses pembakaran berlangsung menyeluruh dan terus-menerus tidak terkendali sehingga tempurung yang terbakar lebih dahulu dan sudah menjadi arang, akan terus terbakar mengikuti tempurung yang belum terbakar. Akibatnya, banyak tempurung yang menjadi abu dan sebagian lainnya belum terbakar sehingga rendemen arang hasil pembakaran rendah, yaitu 22,5% (Lindayanti 2006b). Pada pembakaran dengan sistem suplai udara terkendali, proses pembakaran dikendalikan dengan cara mengatur suplai udara ke dalam tabung tempat pembakaran. Pada bagian tempurung yang sudah terbakar menjadi arang, lubang suplai udara ditutup dan lubang pada baris bagian atasnya dibuka sehingga proses pembakaran hanya berlangsung pada bagian yang lubang suplai udaranya terbuka. Begitu seterusnya sampai lubang udara pada baris paling atas. Dengan demikian, pada arang hasil pembakaran tidak ditemukan abu dan sedikit sekali tempurung yang tidak menjadi arang sehingga rendemen arang yang dihasilkan lebih tinggi, yaitu 31,58%. Masyarakat setempat melakukan pemadaman api pada saat pembakaran tempurung dengan cara menyiramkan air dan menutupkan karung basah sehingga arang kurang keras dan kadar airnya tinggi, yaitu 17,5%. Dengan cara suplai udara terkendali, pemadaman api pembakaran dilakukan dengan cara mengondisikan ruang pembakaran menjadi hampa udara dan api akan mati dengan sendirinya sehingga arang lebih kompak/keras dan kadar airnya rendah, yaitu 5,25%.
Tabel 1. Hasil pembakaran tempurung dengan alat pembakaran sistem suplai udara terkendali, Kecamatan Mendahara, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, 2006 Demo Tempurung kelapa (kg) 90 90 90 90 Hasil arang (kg) 28,80 24,45 32,00 28,42 Waktu pembakaran (menit) 392 395 452 413 Rendemen hasil (%) 32,00 27,17 35,56 31,58

Penutupan harus betul-betul rapat dan dipastikan tidak


bocor sehingga di dalam drum menjadi hampa udara. Untuk menjamin tidak ada kebocoran, semua penutup lubang kendali udara dan lubang cerobong asap ditambal dengan tanah liat.

Karena di dalam drum hampa udara, api yang ada di dalam


drum akan padam dengan sendirinya (sekitar 1,5 jam setelah ditutup).

Penutup drum bagian atas dapat dibuka setelah suhu cukup


dingin. Hasil pembakaran berupa arang tempurung lalu dikeluarkan agar menjadi dingin. Arang tempurung yang telah dingin dapat dikemas sesuai keperluan.

Pengamatan Percobaan pengolahan tempurung kelapa dalam sosialisasi teknologi ini menggunakan metode demonstrasi langsung dan melibatkan 20 orang peserta, yang terdiri atas petani kelapa dan perajin arang tempurung kelapa. Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi:

Waktu yang diperlukan untuk sekali proses pembakaran


tempurung (dicatat waktu mulai pemasukan tempurung sampai pembongkaran arang hasil pembakaran).

Jumlah arang yang dihasilkan dalam sekali pembakaran


(ditimbang dalam kg).

Rendemen arang dalam sekali pembakaran (dihitung dalam


%).

Respons penduduk sekitar, terutama peserta demonstrasi,


yang meliputi minat dan kritik/saran terhadap alat yang didemonstrasikan (diperoleh dari hasil wawancara).

Respons pengguna terhadap arang hasil pembakaran


dengan menggunakan alat pembakaran tipe drum dengan sistem suplai udara terkendali (wawancara dengan para ibu rumah tangga yang memasak menggunakan arang tempurung).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembakaran Arang Tempurung Kelapa Kualitas arang tempurung yang dihasilkan dengan alat pembakaran tipe drum dengan sistem udara terkendali secara fisik lebih keras dan mengilap, kadar air 5%, dan rendemen 31,58% (Tabel 1). Arang tempurung hasil pembakaran dengan alat ini dapat langsung menjadi bahan baku arang aktif.

I II III Rata-rata

80 Respons Masyarakat terhadap Penggunaan Alat Peserta yang mengikuti sosialisasi dan demonstrasi alat ini memberikan respons yang berbeda-beda, tetapi sebagian besar tertarik dan berminat untuk menggunakan alat tersebut. Dari hasil wawancara, terdapat 62% peserta yang tertarik, 18,5% peserta tidak tertarik, dan 19,8% peserta mengatakan tidak tahu atau tidak ada respons. Masyarakat tertarik dengan alat ini karena konstruksinya sederhana, bahan baku alat mudah didapat, dapat dipindahkan, tidak memerlukan tempat khusus, harganya murah, dan arang yang dihasilkan kualitasnya lebih baik. Masyarakat yang tidak tertarik beralasan kapasitas alat terlalu kecil dan operasionalnya memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dibandingkan dengan pembakaran secara konvensional. Sebagian besar ibu rumah tangga di lokasi kegiatan menggunakan arang tempurung kelapa sebagai bahan bakar untuk memasak. Setelah mencoba arang tempurung kelapa hasil pembakaran dengan alat yang didemonstrasikan, mereka sangat tertarik karena arangnya lebih keras, lebih bersih, dan lebih awet sehingga lebih hemat dibandingkan dengan arang yang biasa mereka gunakan. Karena kualitas arang yang dihasilkan lebih baik dan rendemennya lebih tinggi, para perajin atau pengusaha arang tempurung kelapa dapat menggunakan alat ini untuk memenuhi pesanan arang dari luar daerah, terutama sebagai bahan baku arang aktif.

Rustan Hadi: Sosialisasi teknik pembuatan arang tempurung kelapa

Berdasarkan permintaan masyarakat, alat ini perlu dimodifikasi agar kapasitasnya lebih besar sehingga arang yang dihasilkan dalam sekali proses pembakaran lebih banyak. Untuk memanfaatkan asap yang keluar pada saat pembakaran tempurung, disarankan alat ini dapat dimodifikasi dengan alat penyulingan (destilasi) sehingga dapat menghasilkan asap cair. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ir. Lindayanti, M.Si sebagai penanggung jawab kegiatan dan semua pihak yang membantu penulis dalam proses pengkajian dan penulisan naskah. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Karbon aktif. http//: id.wikipedia.org/wiki/karbon aktif [3 Agustus 2011]. APCC (Asian Pacific Coconut Community). 2007. Negeri berjuta Cocos. Trubus 469 (Desember 2008/XXXIX): 32. BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Jambi. 2006. Laporan Tahunan 2005. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. hlm. 63. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. 2005. Tanjung Jabung dalam Angka 2005. Kerja Sama Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanjung Jabung Timur. hlm. 134 dan 136. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Baru: Bisnis asap cair. Trubus 469 (Desember 2008/XXXIX): 19. Lindayanti. 2006a. Penanganan pascapanen tanaman kelapa di daerah pasang surut. Prosiding Seminar Kegiatan Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi. Jambi, November 2006. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. hlm. 26. Lindayanti. 2006b. Teknologi Pembuatan Arang Tempurung Kelapa. Liptan Agdex:161/78 No. 01/BPTP Jambi/2006.

KESIMPULAN DAN SARAN Alat pembakaran arang tempurung kelapa tipe drum dengan suplai udara terkendali dapat menghasilkan arang yang berkualitas lebih baik dibandingkan dengan arang hasil pembakaran yang biasa dilakukan masyarakat setempat. Kapasitas alat adalah 90 kg/proses, dengan waktu pembakaran sekitar tujuh jam. Rendemen arang yang dihasilkan 31,6%.

Anda mungkin juga menyukai