Anda di halaman 1dari 54

RINGKASAN

Teh merupakan minuman yang terbuat dari pucuk tanaman teh (Camellia
sinensis) yang diolah melalui proses tertentu. Teh memiliki aroma yang harum
dan rasa yang khas ini membuat teh memiliki manfaat yang sangat banyak. PT.
Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro dibuka pada tahun 1920 oleh
perusahaan Belanda yaitu NV.HVA (Namlodse Venotchaaf Handle Veriniging
Amsterdam). Penanaman pertama dimulai pada tahun 1923 dan pabrik teh
didirikan tahun 1925. Sejak dimulai beroperasi, teh yang dihasilkan adalah jenis
teh hitam. Saat ini cara pengolahan yang diterapkan yaitu CTC (Crushing Tearing
Curling) dan Ortodox. PT. Perkebunan Nusantara VI ini terletak di Desa Bedeng
VIII, Kecamatan Kayu Aro Barat, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Indonesia.
Pengolahan teh hitam melalui beberapa tahap yaitu mulai dari Penerimaan
Bahan Baku, Analisa Pucuk Segar, Pelayuan, Proses Pencabikan, Pemotongan
dan Penggulungan, Fermentasi, Pengeringan, Sortasi, Analisis Teh Kering
(Tester), pengemasan dan penggudangan. Salah satu proses pengolahan yang
sangat penting dan digunakan sebagai penentuan grade agar bubuk teh dapat
dipasarkan dengan harga setinggi mungkin yaitu proses sortasi khususnya pada
pengolahan teh hitam CTC (Crushing Tearing Curling).
Sortasi merupakan suatu proses untuk mendapatkan ukuran, warna partikel
teh kering yang seragam sesuai dengan standar yang diinginkan oleh konsumen
meliputi pemisahan teh kering menjadi beberapa tingkat mutu sesuai dengan
masing-masing grade dan membersihkan teh dari tangkai, serat serta bahan-bahan
lain seperti logam, debu dan lain-lain. Proses ini dilakukan setelah proses
pengeringan bubuk teh dimana kadar air bubuk antara 2,5 -3,5 %. Sortasi kering
pada pengolahan teh CTC(Crushing Tearing Curling) lebih sederhana dari pada
teh hitam ortodok.
Jenis teh hitam yang dihasilkan dari proses sortasi CTC yaitu BP 1 (Broken
Pekoe 1), PF 1 ( Pekoe Fanning 1), FANN (Fanning) , PD (Pekoe Dust), DUST 1,
DUST 2 dan TW (Teaswis). Alat sortasi kering teh CTC (Chrushing Tearing
Curling) cukup sederhana yaitu terdiri dari vibro jumbo, conveyor, holding tank
(tea been), talang minirol, middelton sifter, vibro trinit 1, vibro trinit 2, vibro trinit
3. Pada pengolahan teh hitam banyak ditemukan permasalahan selama proses
pengolahan salah satunya yaitu pada proses sortasi. Pada stasiun sortasi
mengalami permasalahan dimulai dari mesin dan peralatan sortasi yang digunakan
seperti tidak adanya penutup pada talang minirol ini menyebabkan bubuk teh jadi
tercecer, tidak adanya alat pengukur suhu dan kelembaban udara di ruangan
sortasi ini dapat mempengaruhi umur simpan dan kadar udara dari bubuk teh jadi
dan penumpukan bubuk teh karena keterlambatan papersack dan tidak tersedianya
papersack cadangan ini dapat menurunkan kualitas bubuk teh kerena dapat
terkontaminasi jika tidak langsung dikemas dan dapat menaikkan kadar air dari
teh jika hanya diletakkan di dalam bagor, karena teh memiliki sifat mudah
menyerap air. Maka akan menurunkan kualitas teh jadi dan dapat merugikan
perusahaan.

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Mesin Vibro Trinit pada Bubuk Teh


Hitam CTC (Crushing Tearing Curling) Di PT.
Perkebunan Nusantara VI
Lokasi : PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu
Aro,Kerinci
Nama : Josa Erman
NIM : J1B116091
Program Studi : Teknik Pertanian
Fakultas/Universitas : Teknologi Pertanian/Universitas Jambi
Waktu Pelaksanaan : 17 Juni 2019-09 Agustus 2019
Dosen Pembimbing : Dr.Husda Marwan, S.p,M.P
Dosen Penguji :
Jambi, Agustus 2019

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing


Praktik Kerja Lapangan

Saridi Dr.Husda Marwan, S.p,M.P


Asisten Pengolahan NIP.197103212000121001

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi

Dr. Fitry Tafzi, S.TP.,M.Si


NIP. 19720903199903200

ii
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN

Judul : Analisis Mesin Vibro Trinit pada Bubuk Teh


Hitam CTC (Crushing Tearing Curling) Di PT.
Perkebunan Nusantara VI
Lokasi : PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu
Aro, Kerinci
Nama : Josa Erman
NIM : J1B116091
Program Studi : Teknik Pertanian
Fakultas/Universitas : Teknologi Pertanian/Universitas Jambi
Waktu Pelaksanaan : 17 Juni 2019-09 Agustus 2019
Dosen Pembimbing : Dr.Husda Marwan, S.p,M.P
Dosen Penguji :
Jambi, Agustus 2019

Masinis Kepala Asisten Kepala

Aspen Hery Kurniawan

Mengetahui
Manajer PT. Perkebunan Nusantara VI

Fadly Wahyudi, S.P

iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberi rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
praktek kerja lapangan dan laporan praktek kerja lapangan di PT Perkebunan
Nusantara IV (PTPN), Unit Usaha Kayu Aro, Kerinci. Praktek kerja lapangan
merupakan salah satu usaha mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi dunia
kerja melalui pengingkatan hard skill dan soft skill.
Selama pelaksanaan praktek kerja lapangan dan penyusunan laporan praktek
kerja lapangan, penulis memperoleh banyak bimbingan, bantuan, dan dorongan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang Tua, Kakak, dan keluarga tercinta atas doa, dukungan, semangat
dan kasih sayang yang telah diberikan.
2. Dr. Ir. H. Dharia renate, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jambi.
3. Dr. Fitry Tafzi, S.TP.,M.Si, selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian
Universitas Jambi.
4. Dr.Husda Marwan, S.p,M.P, selaku dosen pembimbing praktek kerja
lapangan.
5. Bapak Kamiyanto selaku OJT. Asisten SDM/ Umum dan yang telah
membantu dalam proses penyediaan sarana dan prasarana selama di
Kerinci.
6. Bapak Saridi, selaku pembimbing lapangan atas semua waktu dan ilmu
yang telah diberikan kepada penulis.
7. Staff , karyawan dan Mandor di PTPN IV, Unit Usaha Kayu Aro, Kerinci
8. Bapak Fadly Wahyudi, SP, selaku manajer di PTPN IV.
9. Bapak Hery Kurniawan selaku Asisten kepala dan bapak Askep selaku
MASKEP di PTPN IV yang telah membimbing kami dalam pemahaman
selama di Lapangan dan di pabrik
10. Bapak Hilal.S.A. Lubis selaku Asisten Tanaman Afd. D dan bapak
Arnold.H.Saragih selaku Asisten Tanaman Afd. B yang telah
membimbing kami selama berada di lapangan

iv
11. Teman seperjuangan selama praktek kerja lapangan: Wasgina, Eka Dini
Islamiah, Anisa Julia, Lutfiatis Maharani, Diah puspita dan RM Fikri
12. Teman-teman dari berbagai universitas yang telah membantu selama
proses praktek kerja lapangan: Universitas Putra Indonesia, Universitas
Bengkulu, Universitas Syiah Kuala dan Universitas Riau
13. Teman-teman seperjuangan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Jambi.
14. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis sangat menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan laporan
praktek kerja lapangan ini karena pengalaman dan pengetahuan yang sangat
terbatas. Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi pembaca agar dapat memajukan ilmu pengetahuan, agama, bangsa dan
negara.

Jambi, Agustus 2019

Penulis

v
DAFTAR ISI
RINGKASAN ......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................. Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viiviii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ivi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Magang .............................. Error! Bookmark not defined.
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan .................. Error! Bookmark not defined.
1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan ................ Error! Bookmark not defined.
1.4 Tempat Praktik Kerja Lapangan .................. Error! Bookmark not defined.
1.5 Waktu Praktik Kerja Lapangan ................... Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN UMUM TEMPAT MAGANG ........................................... 4


2.1 Sejarah Pabrik............................................................................................... 4
2.2. Struktur Organisasi Pabrik .......................................................................... 5
2.3. Kegiatan Umum Perusahaan ....................................................................... 8
2.3.1 Budidaya Tanaman Teh............................................................................. 8
2.3.2 Kegiatan Proses Pengolahan Teh Hitam CTC (Crushing, Tearing, and
Curling) ................................................................................................... 13
2.3.3. Sanitasi Industri ................................................................................... .. 32
2.3.4. Penanganan Limbah ............................................................................... 33

BAB III PELAKSANAAN MAGANG .............................................................. 35


3.1 Bidang Atau Unit Kerja .............................................................................. 35
3.2 Pelaksanaan Magang .................................................................................. 35
3.2.1 Stasiun Sortasi. ........................................................................................ 36
3.2.2 Permasalahan yang dihadapi ................................................................... 42
3.2.3 Solusi yang ditawarkan ........................................................................... 42

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 44


4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 44
4.2 Saran ........................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 45


LAMPIRAN ........................................................................................................ .46

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Areal tanam yang ditanami dan belum / tidak ditanami Error! Bookmark
not defined.
Tabel 2. Karyawan Pimpinan dan golongan .......... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. Standar isian papersack.......................................................................29
Tabel 4. Jenis-Jenis Grade Hasil Sortasi CTC (Chrushing Tearing Curling).......40
Tabel 5. Spesifikasi sortasi....................................................................................41

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pabrik Teh PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro ........ 5
Gambar 2. pemetikan dengan Mesin Petik............................................................12
Gambar 3. Penerimaan Pucuk Segar ..................................................................... 14
Gambar 4. Proses Analisa Pucuk Segar ................................................................ 15
Gambar 5. Proses Pelayuan ................................................................................... 17
Gambar 6. Turunan Daun Layu ............................................................................ 18
Gambar 7. Mesin GLS (Green Leaf Silfer) .......................................................... 19
Gambar 8. Mesin Roter Vane................................................................................ 20
Gambar 9. Mesin Roll CTC Treeplex ................................................................... 22
Gambar 10. Mesin Googie CTC (Chrushing Tearing Curling)............................ 22
Gambar 11. Oksidasi Enzimatis............................................................................23
Gambar 12. Proses Fermentasi Teh Hitam CTC (Chrushing Tearing Curling) ... 24
Gambar 13. Mesin Pengeringan Bubuk Teh FBD (Fluid Bed Dryer) .................. 26
Gambar 14. Sortasi kering teh hitam CTC (Crushing, Tearing and Curling) ...... 28
Gambar 15. Proses Pengepakan Bubuk Teh Kering ............................................. 29
Gambar 16. Proses Pengujian Organoleptik ......................................................... 32
Gambar 17. Pengelolaan Limbah .......................................................................... 34
Gambar 18.Skema Sortasi.................................................................................38
Gambar 19. Vibro Jumbo ............................................................................... .......38
Gambar 20. Vibro Trinit ....................................................................................... 39

viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro ... ....Error!
Bookmark not defined.
Lampiran 2. Denah Lokasi Pabrik Teh PT. Perkebunan Nusantara VI
...............Error! Bookmark not defined.
Lampiran 3. Denah Pabrik Teh PT. Perkebunan Nusantara VI ...........................49
Lampiran 4. Struktur Organisasi Pabrik PT. Perkebunan Nusantara
VI.............Error! Bookmark not defined.

ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor tersebut memegang
peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Sektor pertanian di
Indonesia memiliki peran dan kedudukan yang penting dalam menghasilkan devisa
bagi negara, salah satunya adalah perkebunan teh. Melalui sejarah yang panjang,
perkebunan teh dibudidayakan dan dikelola oleh perusahaan negara, perusahaan
swasta, maupun perkebunan rakyat. Industri teh saat ini sedang mengahadapi
berbagai masalah, antara lain terjadinya over production nasional maupun dunia dan
di sisi lain tingkat konsumsi teh masyarakat masih tergolong rendah. Proses
meningkatkan daya saing produk teh dipasaran domestik dan internasional, produsen
melakukan peningkatan produktivitas dan mutu maupun meningkatkan efisiensi
usaha sehingga biaya produksi dapat ditekan. Penekanan biaya produksi secara
khusus perlu dikatakan penelaahan struktur biaya produksi sebagai landasan efisiensi
usaha.

Teh merupakan tanaman yang berasal dari daerah sub tropis, sehingga sangat
cocok dibudidayakan di daerah dataran tinggi. Suhu udara yang cocok bagi tanaman
teh adalah antara 13-15oC dengan kelembaban relatif pada siang hari yaitu > 70 %
dan curah hujan tahunan tidak kurang dari 2000 mm. Pekebunan teh di Indonesia
berada pada keserasian elevasi yang cukup luas, yaitu sekitar 400-2000 mdpl (Syakir,
2010).
Menurut Yusuf (2009), pengolahan teh hitam harus dilakukan dengan baik
untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan agar selalu sesuai dengan standar
yang telah ditentukan. Pengolahan teh hitam pada dasarnya merupakan suatu
rangkaian proses fisik, mekanis dan biokimia yang berkesinambungan. Apabila
terjadi kesalahan dalam proses pengolahan dapat menurunkan mutu produk yang
dihasilkan. Metode pengolahan teh hitam sangat menentukan suatu produk yang
dihasilkan.

1
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Kayu Aro berberak di bidang
pengolahan teh hitam dimana teh yang dihasilkan berupa bubuk teh yang dikeringkan
melalui pengolaha CTC (Crushing Tearing Curling) dan Orthodoks. Dimana teh
hitam melibatkan banyak proses dalam pengolahannya salah satu dan paling utama
yaitu proses sortasi bubuk teh. Proses sortasi dilakukan untuk menentukan grade teh
dan memenuhi standar pasar yang harus diperhatikan oleh pabrik teh biasanya berupa
warna dan ukuran. Dapat menghasilkan teh dengan harga setinggi mungkin, maka
kualitas teh harus tetap dijaga.
Kegiatan pelaksanaan proses sortasi banyak terdapat permasalahan yang terjadi
yaitu ditemukan mulai dari talang minirol yang rusak, tidak tersedianya alat pengukur
suhu dan penumpukan bubuk teh. Kebocoran pada talang minirol yang
mengakibatkan jenis atau grade yang dihasilkan banyak yang tercampur. Kemudian
setelah proses sostasi selesai, bubuk teh yang telah dikelompokkan sesuai dengan
jenis atau grade tidak langsung di masukkan kedalam tea bin untuk dikemas akibat
keterlambatan kedatangan papersack maka proses tersebut terhambat ini dapat
menyebabkan terkontaminasinya bubuk teh.
Melalui kegiatan magang ini, penulis akan mengamati jalannya proses
produksi teh hitam CTC (Crushing Tearing Curling) di stasiun sortasi yang
merupakan penentuan jenis ataupun grade bubuk teh dihasilkan setelah proses
pengeringan. Juga sangat mempengaruhi mutu teh jadi yaitu pada proses sortasi untuk
dijadikan laporan Magang dengan judul “Analisis Mesin Sortasi Vibro Trinit
Bubuk Teh Hitam CTC (Crushing Tearing Curling) di PT. Perkebunan
Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro Kerinci”.

2
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan
Tujuan dari pelaksanaan praktik kerja lapangan ini yaitu:
1. Menambah pengalaman, pengetahuan dan keterampilan dalam dunia kerja serta
mampu menambah pengetahuan tentang budidaya tanaman teh dan proses
pengolahan teh di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro Kerinci.
2. Menambah pengetahuan tentang mesin-mesin sortasi pada pengolahan teh hitam
CTC (Crushing Tearing Curling)
3. Mengetahui spesifikasi mesin sortasi vibro trinict pada pengolahan teh hitam
CTC (Crushing Tearing Curling) yang dihasilkan di PT. Perkebunan Nusantara
VI Unit Usaha Kayu Aro

1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan


Manfaat dari pelaksanaan praktik kerja lapangan ini yaitu:
1. Meningkatkan wawasan dan pengalaman kerja yang nantinya dapat
dimanfaatkan saat di dunia kerja.
2. Menambah pengetahuan tentang budidaya tanaman teh dan proses pengolahan
teh di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro Kerinci.
3. Menambah pengetahuan mengenai permasalahan-permasalahan yang muncul
pada proses sortasi teh hitam dan menciptakan solusi untuk mengatasinya.

1.4 Tempat Praktik Kerja Lapangan


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara
VI Unit Usaha Kayu Aro Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

1.5 Waktu Praktik Kerja Lapangan


Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan setiap hari Senin-Sabtu pada pukul
07.00-16.00 WIB, dimulai pada tanggal 17 Juni 2019 sampai 09 Agustus 2019.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT MAGANG
2.1 Sejarah Pabrik
Kebun/Unit Usaha Kayu Aro dibuka pada tahun 1920 oleh perusahaan
Belanda yaitu NV.HVA (Namlodse Venotchaaf Handle Veriniging Amsterdam).
Penanaman pertama dimulai pada tahun 1923 dan pabrik teh didirikan tahun 1925.
Sejak dimulai beroperasi, teh yang dihasilkan adalah jenis teh hitam (Ortodoks).
Pada tahun 1959, melalui PP No. 19 tahun 1959 tentang “Penentuan
Perusahaan Pertanian/Perkebunan milik Belanda yang dikenakan Nasionalisasi”,
diambil alih pemerintah Republik Indonesia. Sejak itu berturut-turut Kebun Kayu Aro
mengalami perubahan Status/Organisasi dan Manajemen sesuai dengan keadaan yang
berlaku, yaitu :
1. Tahun 1959 s/d. 1962 Unit Produksi dari PN Aneka Tanaman VI.
2. Tahun 1963 s/d. 1973 bagian dari PNP Wilayah 1 Sumatera Utara.
3. Mulai tanggal 01 Agustus 1974 menjadi salah satu kebun dari PT. Perkebunan
VIII yang berkedudukan di Jln.Kartini No.23 Medan.
Berdasarkan peraturan pemerintah No.11/1996 tanggal 14 Februari 1996 dan
surat keputusan Menteri Keuangan RI No.165/KMK.016/1996, tanggal 11 Maret
1996, seluruh PTP yang ada di Indonesia diadakan konsilidasi Ex.PTP.VIII dan PTP
lainnya yang ada di Sumbar/Jambi menjadi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero).
Maka terhitung mulai 11 Maret 1996, kebun/Unit Usaha Kayu Aro telah merupakan
menjadi salah satu Unit Kebun dari PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero).
Maka terhitung mulai tanggal 11 Maret 1996, Kebun/Unit Usaha Kayu Aro
telah merupakan menjadi salah satu Unit Kebun dari PT. Perkebunan Nusantara VI
(Persero) yang berkantor di Jln.Khatib Sulaiman No.54 PO.BOX 349 Padang dan Jln.
Zainir Hafiz No.1 Kota Baru Jambi dan sekarang berkantor di Jalan Lingkar Barat
Paal X Kenali Asam Bawah Kota Baru-Jambi Telp. 0741-445603-445604 Fax. 0741-
44500, Email: info@ptpn6.com, Website www.ptpn6.comdan Kantor Perwakilan di
Padang Jalan H. Agus Salim No.15 Padang Sumatera Barat 25121 Telp. 0751-25690
Fax.0751-25690 serta Kantor Perwakilan di Jakarta Jalan Tebet Utara III No.9 Jakarta

4
Selatan- Indonesia Telp. 021-8354802 Fax. 021-8354805. Sedangkan Kebun/Unit
Usaha Kayu Aro terletak di Desa Bedeng VIII Kecamatan Kayu Aro Barat
Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Pabrik Teh PT. Perkebunan Nusantara VI Unit
Usaha Kayu Aro dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pabrik Teh PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro

2.2 Struktur Organisasi Pabrik


Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro
terlampir pada Lampiran 8. Pembagian kerja pada PT. Perkebunan Nusantara VI
Unit Usaha Kayu Aro mempunyai beberapa bagian, fungsinya masing-masing, dan
tanggung jawab yaitu:
a. Manager
Manajer memiliki fungsi utama untuk mengelola Unit Usaha di Kebun/Unit
untuk mencapai tujuan perusahaan, meliputi perencanaa, pelaksanaan, pengawasan,
pengamanan aset perusahaan yang ada di kebun termasuk pembinaan sumber daya
manusia.
Adapun tugas dan tanggung jawab seorang manager adalah mengkoordinir
seluruh kegiatan manajemen diperusahaan, menentukan harga bahan baku,
menangani keluhan pelanggan terhadap mutu produk dan menindak-lanjuti hingga
tuntas, bertanggung jawab terhadap kontrak penjualan dan menentukan kebijakan
perusahaan.

5
b. Asisten Kepala.
Asisten kepala memiliki fungsi utama untuk membantu Manager dalam
mengelola produksi di kebun dalam upaya mengoptimalkan potensi tanaman sesuai
kualitas dan kuantitas yang telah ditentukan serta pengendalian biaya untuk
pencapaian tujuan perusahaan. Secara umum tugas dan tanggung jawab asisten
kepala adalah sebagai berikut :
a. Mengelola Pabrik dan seluruh aset, sumber daya dan kegiatan yang berada di
bawah pengawasannya.
b. Menyusun rencana anggaran tahunan.
c. Merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan
pengolahan serta aspek lainnya agar mutu dan efisiensi yang tinggi dapat
dicapai dengan biaya yang ekonomis.
d. Mengantisipasi kemungkinan kejadian yang dapat merugikan perusahaan.
c. Kepala Tata Usaha (KTU)
Mengelola semua kegiatan administrasi dan keuangan dalam lingkungan
pabrik untuk mendapatkan data yang benar dan akurat sehingga menghasilkan
laporan dan informasi yang tepat waktu, relevan dan konsisten sebagai alat
pengendalian, pengamanan asset dan sumber daya serta pengambilan keputusan.
d. Kepala Pabrik.
Tugas dan tanggung jawab Kepala Pabrik adalah membantu manager dalam
mengelola pabrik teh hitam (ortodok) untuk mengelola atau mengoptimalkan hasil
produksi teh sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang telah ditentukan serta
pengendalian biaya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kepala pabrik langsung
membawahi/mengawasi bagian laboratorium (tester), pengolahan, mekanik,
administrasi pabrik, dan bagian instalasi pabrik.
e. Asisten Administrasi
Bagian administrasi memiliki tugas dan tanggung jawab yakni sebagai
berikut:
a. Menjamin dokumen sistem mutu ditetapkan dan tersedia pada semua bagian
yang membutuhkan.

6
b. Menjamin sistem mutu diterapkan oleh semua bagian.
c. Melaporkan kinerja penerapan sistem mutu kepada direktur.
f. Asisten Teknik.
Tugas dan tanggung jawab asisten teknik adalah sebagai berikut :
a. Membuat program perawatan mesin dan peralatan produksi.
b. Melakukan perawatan dan perbaikan mesin.
c. Bertanggung jawab terhadap kesesuaian penggunaan mesin-mesin produksi
dan sarana-sarana pendukung produksi lainnya sekaligus dalam hal
pemeliharaannya dan perbaikan dalam mendukung kelancaran proses
produksi.
d. Melaporkan kegiatan operasional pabrik kepada kepala pabrik.
g. Asisten Pengolahan.
Asisten pengolahan bertanggung jawab dalam melaksanakan pengolahan
sesuai jadwal yang ditentukan. Sehingga mencapai hasil yang optimal dan
melaksanakan absensi karyawan yang menjadi tanggung jawab serta menyusun
laporan harian.
h. Asisten Tanaman.
Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan tanaman dan pemanenan serta
mengawasi keadaan kebun. Asisten tanaman dibagi disetiap afdeling mulai dari
afdeling A sampai afdeling F.
Tabel 1. Karyawan Pimpinan dan Papambun
Golongan Jumlah
OJT 1 orang
IIIB 8 orang
IIIC 1 orang
IIID 1 orang
IVA 2 orang
IVB 1 orang
IVC 0 orang
IVD 0 orang
Perwira Pengamanan 1 orang
Dokter Polikbun 1 orang
Jumlah 16 Orang

7
Tabel 2.Susunan Manajemen PTP. Nusantara VI Unit Usaha KayuAro
Nama Jabatan
Fadly Wahyudi,S.P Manajer
Hery Kurniawan Asisten Kepala
Aspen Masinis Kepala
Hince KTU
Kamianto Asisten SDM/Umum
Saridi Asisten Pengolahan
Bagus Probo H. Asisten Pengolahan/Teknik
Imron R. Ginting Asisten Tanaman Afd. A
Arnold H. Saragih Asisten Tanaman Afd. B
Hendrik S.P. Siregar Asisten Tanaman Afd. C
Hilal S. Arifin Lubis Asisten Tanaman Afd. D
Tetra Brata Asisten Tanaman Afd. E
Andika Wardana Asisten Tanaman Afd. F
Rosipim Perwira Pengamanan
dr. Robby K. Dokter Polikbun

2.3 Kegiatan Umum Perusahaan


Kegiatan umum yang biasa dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit
Usaha Kayu Aro yang bergerak di bidang pengolahan teh hitam CTC (Chrushing
Tearing Curling) dan Ortodox yang pelaksanaan kegiatan di PT. Perkebunan
Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro terdiri dari:
2.3.1 Budidaya tanaman teh
Di perkebunan teh PT. Perkebunan Nusantara VI Kayu Aro ada beberapa
kegiatan pembudidayaan tanaman teh yang terdiri dari beberapa tahapan diataranya
sebagai berikut:
1. Pembibitan Teh.
Kegiatan pembibitan tanaman teh sangatlah penting dilakukan, karena dengan
melakukan kegiatan pembibitan yang baik dan benar dapat menghasilkan mutu teh
yang baik sehingga dapat meningkatkan teh baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Pembibitan teh yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VI Kayu Aro ini
menggunakan sistem pembibitan asal setek berupa klon. Karena, perbanyakan
vegetatif asal setek merupakan cara yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan
bahan tanaman (bibit) dalam jumlah banyak.

8
Bibit teh yang digunakan di PT. Perkebunan Nusantara VI Kayu Aro ini
menggunakan bibit teh klon gambung 1, gambung 3, gambung 5, gambung 7,
gambung 9, gambung 10, gambung 11 dan jenis teh TRI 2025. Bibit siap tanam
umumnya berumur 8-10 bulan. Jenis tanah yang digunakan untuk pembibitan yaitu
jenis tanah sub soil dan top soil.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada penyetekan bibit teh
diantaranya: Pembuatan nauangan pembibitan, persiapan media tanah, pengisian
kantong plastik, pembuatan bedengan dan penyusunan kantong plastik, pembuatan
rangka sungkup untuk plastik selubung, pohon induk, pengambilan ranting setek dan
pemotongan tangkai setek, penanaman setek, pemeliharaan, dan bibit siap tanam.
2. Penanaman Teh.
Setelah bibit berumur 8-10 bulan, bibit teh siap untuk ditanam dilapangan.
Jarak tanam bibit adalah 80 cm x 70 cm antar pokok dan 160 cm untuk jarak antar
gang (jalur). 3-4 hari sebelum penanaman lubang tanam disiapkan terlebih dahulu.
Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 30 cm dan lebar 30 cm. Umumnya sebelum
ditanam, pada lubang akan diberikan asam humit dan dolomit, dengan tujuan untuk
menetralkan pH tanah dan menjaga agar tanah dari polibag tidak buyar saat
dimasukkan kedalam lubang tanam.
3. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM).
Tanaman belum menghasilkan mengacu pada masa antara bibit ditanam
sampai tanaman siap dipetik. Untuk itu, perlu dilakukan pemeliharaan tanaman.
Terdapat beberapa jenis pemeliharaan pada tanaman belum menghasilkan yang
dilakukan PTP. Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro sebagai berikut:
1) Penyisipan
Penyisipan pada areal TBM atau biasa disebut penyulaman merupakan
kegiatan mengganti tanaman yang mati akibat kekeringan, kondisi bibit kurang baik
atau rusak pada waktu penanaman dan gangguan hama/penyakit dengan tanaman
baru. Bibit untuk menyisip adalah bibit terbaik dari varietas yang sama. Penyisipan
dilakukan mulai dari tanaman berumur 0-12 bulan (TBM 1) hingga tanaman berumur
12-24 bulan (TBM 2).

9
2) Centring.
Centring merupakan pemotongan batang utama dengan tujuan untuk
membentuk bidang petik dan mendapatkan produksi tanaman teh.
3) Pengendalian Gulma.
Pengendalian gulma dilakukan dengan penyemprotan (mesin semprot manual)
dengan bantuan tenaga manusia. Pengendalian gulma bertujuan agar tumbuhan bukan
tanaman teh tidak mengganggu pertumbuhan tanaman teh dan tidak menurunkan
produksi tanaman teh.
4) Pemupukan
Pemupukan adalah memberikan unsur-unsur hara ke dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman teh. Pemupukan bertujuan meningkatkan daya dukung
tanah terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman teh. Oleh karena itu,
pemupukan harus dilakukan secara tepat, meliputi dosis, tepat jenis, tepat cara, dan
tepat waktu. Untuk jenis pupuk yang digunakan pada TBM adalah pupuk Urea, Za,
ACA, dan SP. Dan untuk waktu pemupukan TBM dilakukan setiap 3 bulan sekali.
4. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan
Pemeliharaan tanaman menghasilkan adalah serangkaian aktivitas perawatan
pada areal tanaman yang telah berproduksi, tujuan dari pemeliharaan tanaman adalah
untuk menjaga agar tanaman berpotensi produksi normal, mempermudah pekerjaan
pemanenan, pemupukan dan memperkecil losis produksi. Terdapat beberapa jenis
pemeliharaan pada tanaman belum menghasilkan yang dilakukan PTP. Nusantara VI
Unit Usaha Kayu Aro sebagai berikut:
a. Pengendalian Gulma.
Salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman menghasilkan
adalah pengendalian gulma secara kimia (Chemical Weed Control). Pengendalian
secara kimia adalah pengendalian menggunakan herbisida. Pengendalian gulma
dilakukan dengan rotasi 6 kali dalam 1 tahun. Bahan kimia yang digunakan herbisida
(Glifosat).

10
b. Pengendalian Hama dan Penyakit.
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman teh dilakukan dengan
menggunakan bahan kimia berupa insektisida yang digunakan untuk mengendalikan
ulat bulu dan ulat kering serta fungisida jenis Kocide yang digunakan untuk penyakit
blister blight (bercak-bercak hitam pada daun).
c. Pemupukan
Jenis pupuk tabur yang diberikan pada tanaman menghasilkan adalah Urea,
Za, TSP, Mop, Kiserite. Rotasi pemupukan pada tanaman menghasilkan yaitu 6 kali
dalam 1 tahun.
d. Pemangkasan.
Pemangkasan tanaman menghasilkan dilakukan pada tanaman yang
produktivitasnya sudah mulai berkurang. Untuk teknik pemangkasan dilakukan
searah jarum jam dengan kisaran 5o dan kemiringan mengarah ke dalam pangkasan,
hal ini bertujuan agar pemangkasan dapat membentuk seperti mangkok (batang
tanaman tidak pecah) dan saat hujan maka arah aliran air hujan dapat masuk ke dalam
tengah pangkasan. Pemangkasan pada tanaman menghasilkan dilakukan dengan
ukuran pangkasan 50 cm, 55 cm, dan 60 cm.
e. Pemetikan.
Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh dengan tujuan untuk
mendapatkan produksi daun muda yang memiliki kualitas maupun kuantitas yang
memenuhi syarat pengolahan. Pemetikan juga berfungsi sebagai usaha membentuk
kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan.
Pemetikan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dan memerlukan suatu
keterampilan khusus agar diperoleh mutu dan produksi teh tanpa menekan
pertumbuhan tanaman. Di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro, cara
pemanenan yang digunakan meliputi:

1.Pemanenan dengan Menggunakan Tangan atau Manual


Pemetikan manual, mutu daun relatif bisa dikontrol serta permukaan tanaman
tidak terlalu tertekan.Hanca petik dengan menggunakan tangan yakni 11-15 hari.

11
Ketentuan pemetikan menggunakan tangan (manual) yaitu dengan mengepitkan
pucuk daun disela-sela antara jari telunjuk dan tengah dengan teknik penarikan ke
dalam. Alat bantu yang digunakan dalam pemetikan manual yaitu berupa fishingnet
dengan bentuk bulat dan lembaran yang berguna untuk menampung pucuk teh yang
telah dipetik. Kapastias fishingnet petik adalah 25 kg.

2.Pemetikan dengan Menggunakan Mesin


Melakukan teknik pemanenan menggunakan mesin ini dapat sebanding
dengan 25 orang pemetik yang menggunakan tangan. Target minimal yang dipetik
250 kg/unit, rata-rata dalam satu hari jumlah pucuk teh yang dipanen 1,5 ton/hari.
Satu mesin petik dioperasikan oleh 3-5 orang, dua orang untuk menjalankan mesin
dan satu orang mengikuti mesin dari belakang sambil memegang balon yang terbuat
dari kain yang berguna untuk menampung pucuk teh yang dipetik serta satu orang
yang bertugas menggumpulkan pucuk teh dan satu orang yang bertugas untuk
melakukan sortasi sebelum diletakan dalam fishing net . Mutu yang diperoleh dari
pemetikan mesin ini tidak sama dengan yang diperoleh petik manual (tangan).

Gambar 2. Pemetikan dengan Mesin Petik

12
2.3.2 Kegiatan proses pengolahan teh hitam CTC (Crushing, Tearing, and
Curling)
Kegiatan proses pengolahan teh hitam Crushing, Tearing, and Curling (CTC)
di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro adalah sebagai berikut:
2.3.2.1. Penerimaan Pucuk Segar (Fresh Leaf)
Pucuk teh yang bermutu tinggi merupakan bahan baku untuk menghasilkan teh
dengan kualitas yang baik. Kualitas pucuk teh sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, di antaranya sistem pemetikan, gilir petik, hanca petik, kapasitas petik,
organisasi dan ketenagakerjaan pemetikan, serta sarana panen dan transportasi
(Setyamidjaja, 2000).
Teh yang berkualitas baik adalah teh yang diolah dari bahan baku yang
memiliki mutu tinggi serta pengolahan yang benar. Produk teh yang berkualitas baik
akan meningkatkan minat dari konsumen. Salah satu cara adalah memperbaiki sistem
pemetikan yang lebih efisien sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal
(Nazaruddin dan Paimin, 1993)
Tahap awal pada proses pengolahan adalah penerimaan pucuk segar yaitu
penimbangan. Kemudian hasil penimbangan dicatat setelah itu diturunkan dengan
bantuan monorail untuk mengangkut teh dari truk ke whitering trough (WT).
Spesifikasi bahan yang diolah di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro
diupayakan berkualitas tinggi dengan ciri-ciri bahan dasar daun muda yang utuh,
segar dan bewarna hijau. Pucuk teh diangkut ke pabrik menggunakan truk ke masing-
masing afdeling sebanyak tiga kali penimbangan yaitu pagi, siang dan sore.
Penimbangan pertama dilakukan pada pukul 10.00-13.00 WIB, penimbangan kedua
pada pukul 14.00-16.00 WIB, sedangkan penimbangan ketiga pada pukul 16.00-
17.00 WIB, dengan tujuan untuk mendapatkan bahan baku yang segar. Setiba di
pabrik pucuk teh ditimbang kembali. Proses penerimaan pucuk segar dapat dilihat
pada gambar 3.

13
Gambar 3. Penerimaan Pucuk Segar

2.3.2.2. Analisa Mutu Pucuk Segar


Analisis pucuk adalah pemisahan/pengelompokan pucuk berdasarkan kriteria
Memenuhi Syarat (MS) yaitu bagian pucuk muda dan Tidak Memenuhi Syarat
(TMS) yaitu bagian tua pucuk serta pucuk yang mengalami kerusakan. Hasil analisis
pucuk dinyatakan dalam persen dan merupakan dasar pendugaan mutu teh hasil
olahan. Hasil analisis pucuk yang baik adalah pucuk yang memenuhi syarat (MS)
lebih dari 50%. (Arifin dkk, 1997)
PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro memberlakukan analisa
hasil pemetikan yaitu analisa pucuk segar untuk mengetahui mutu pucuk yang
diperoleh setiap hari. Analisa pucuk segar bertujuan untuk menilai kondisi pucuk
yang akan diolah, memperkirakan presentasi teh jadi yang akan dihasilkan dan untuk
menentukan tarif premi di afdeling.
Analisa pucuk adalah pemisahan pucuk didasarkan pada kegetasan pucuk
yang dinyatakan dalam persen dimana pada PT. Perkebunan Nusantara VI Unit
Usaha Kayu Aro pucuk yang layak masuk minimal adalah 65% untuk mutu pucuk
CTC (Crushing, Tearing, and Curling). Tata cara pelaksanaan analisa pucuk segar di
PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro adalah sebagai berikut:
Jumlah pengambilan sampel per mandoran diambil minimal 4 titik sampel
secara acak (± seberat 1 Kg). Kemudian sampel pucuk di bawa ke tempat analisa
untuk dianalisa mutunya. Kemudian pucuk bruto ditimbang seberat 250 gr (yang
diambil dari keranjang 1 Kg). Petugas analisa memisahkan pucuk berdasarkan
kegetasan pucuk setelah diaduk. Pucuk yang sesuai dengan kriteria ditimbang ulang

14
(kegetasan pucuk). Hasil analisa adalah presentase dari berat pucuk sesuai kriteria
kegetasan pucuk dibagi berat bruto sampel.
kegetasan pucuk
Mutu Pucuk = x 100%
berat bruto sampel

Setelah selesai analisa mutu pucuk, pucuk dikembalikan ke WT sesuai dengan


permandoran yang telah diberikan label. Proses analisa pucuk segar dapat dilihat pada
Gambar 4.

Gambar 4. Proses Analisa Pucuk Segar

2.3.2.3. Pelayuan
Pelayuan merupakan langkah pertama dan terpenting dalam pengolahan teh
hitam. Pelayuan adalah proses menguapnya air yang terkandung dalam daun teh
karena perbedaan tekanan antara air dalam daun dan bagian permukaan daun teh.
Proses pelayuan daun teh kehilangan kadar air sebanyak 47% sampai dengan 50%.
Kehilangan masa yang disebabkan oleh kehilangan kadar air ini dapat digunakan
untuk menentukan kelayuan daun teh yang secara kuantitatif dinyatakan dalam
persentase layu dan derajat layu. Persentase layu didefinisikan sebagai perbandingan
antara bobot pucuk teh segar dengan bobot layu (Santoso dkk, 2008).

15
Pelayuan merupakan proses setelah penurunan pucuk segar dari truk. Proses
pelayuan dikenal dua perubahan pokok, yaitu perubahan fisika dan kimia. Perubahan
fisik yang terjadi adalah melemasnya daun akibat menurunnya kadar air. Keadaan
melemasnya daun ini memberikan kondisi mudah digulung pada daun. Selain itu
pengurangan air pada daun akan memekatkan bahan-bahan yang dikandung sampai
pada kondisi yang tepat untuk terjadinya proses oksidasi pada tahap pengolahan
selanjutnya. Perubahan kimia yang terjadi selama proses pelayuan antara lain:
a. Kenaikan aktivitas enzim
b. Terurainya protein menjadi asam amino bebas seperti: alanin, leucin,
isoleucin, valin dan lain-lain
c. Kenaikan kandungan kafein
d. Kenaikan kadar karbohidrat yang dapat larut
e. Terbentuknya asam organik dari unsur-unsur C,H dan O.
Dalam proses pelayuan dilakukan pembeberan. Pembeberan berfungsi untuk
meratakan pucuk segar di WT (Whitering Trough) agar ketebalannya merata.
Penguapan air dipengaruhi oleh ketebalan dan kerataan beberan. Beberan yang terlalu
tebal akan menghalangi aliran udara dari bagian bawah Whitering Trough (WT) ke
pucuk yang terletak dibagian atas sehingga derajat layu tidak seragam.
Pembeberan dilakukan oleh 2 orang pekerja yang berhadapan dengan arah
pembeberan berlawanan arah dengan fan (kipas). Pembeberan dilakukan dengan
menghamburkan pucuk dengan jarak ±30 cm. Fan berfungsi sebagai pengalir udara
segar, fungsi udara segar adalah untuk mempercepat proses pelayuan dan
menghilangkan air dipermukaan daun, serta menghilangkan bau yang tercampur
dipucuk selama pengangkutan pucuk.
Proses pelayuan CTC (Crushing, Tearing, and Curling) di PT. Perkebunan
Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro dilaksanakan selama ± 8-10 jam atau tergantung
kondisi cuaca. Pelayuan dilakukan untuk mengurangi kandungan air hingga 68-70%
dengan persentase kelayuan 30-32%. Suhu ruangan yang digunakan adalah 18-22oC
dengan RH sekitar 70%. Pembalikan dilakukan minimal 2-3 kali. Pembalikan
bertujuan agar udara mengalir rata pada setiap bagian pucuk dan memecah pucuk

16
yang masih menggumpal. Hasil dari pelayuan ini adalah pucuk akan lemas dan lentur
yang akan memudahkan dalam proses penggulungan yang menjadi ciri khas dari teh
CTC (Crushing, Tearing and Curling).
Mesin palung pelayuan (withering trough) sebagai tempat daun teh
dihamparkan. Daun teh segar dihamparkan pada mesin withering trough dengan
ketebalan 30 cm untuk dilayukan oleh udara kering atau dengan aliran udara panas
selama sekitar 20 jam (Ningrat, 2006).
Proses pelayuan dilakukan dengan menggunakan alat WT (Whitering Trough)
dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Panjang atas : 22,00 M
- Panjang bawah : 21,66 M
- Lebar atas : 1.55 M
- Lebar bawah : 1,33 M
- Luas : 31,45 M
- CFM : 24.000 M2
Proses pelayuan pucuk daun dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Proses Pelayuan

2.3.2.4. Turunan Daun Layu


Turunan daun layu merupakan proses pemindahan pucuk dari ruang pelayuan
keruang penggilingan. Setelah pucuk dilayukan, pucuk dimasukkan kedalam getong
dan di distribusikan ke turunan daun layu menggunakan monorail dengan isian rata-

17
rata 1 gentong18-20 kg. Selanjutnya pucuk dilewatkan ke dalam lorong untuk menuju
GLS (Green Leaf Shiffer).
Turunan daun layu dilakukan melalui mesin conveyor yang dilengkapi dengan
spreader agar pucuk layuan mudah terangkut secara merata dengan kapasitas turunan
900 Kg pucuk layu perjam sedangkan gentong perjamnya yaitu 47-50 gentong.
Melalui conveyor pucuk diantarkan ke Green Leaf Shiffer (GLS) dimana disini terjadi
pengayakan pucuk layuan yang dapat memisahkan pucuk layu dengan kotoran-
kotoran yang terbawa saat pemetikan.

Gambar 6. Turunan Daun Layu

2.3.2.5. Proses Pencabikan, Pemotongan dan Penggulungan CTC (Crushing,


Tearing and Curling).
Proses ini merupakan proses penting karena proses pembentukan mutu teh
secara fisik dan kimiawi. Ini dimulai dari ketika pucuk teh layu diturunkan dari ruang
pelayuan keruang penggilingan melalui corong menuju GLS (Green Leaf Sifter).
Menurut Wira (2009) tujuan penggilingan dan penggulungan yaitu:
a. Memperkecil ukuran pucuk teh layu.
b. Menggiling pucuk teh agar cairan sel keluar semaksimal mungkin sehingga
terjadi kontak dengan oksigen, enzim dan substrat sehingga terjadi oksidasi
enzimatis.
c. Mengoptimalkan terbentuknya inner quality.
Di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro, proses ini terdiri dari
GLS (green leaf sifter), Rotorvane, Roll CTC triplex dan Googie.

18
a.GLS (Green Leaf Silfer)
GLS merupakan alat berupa meja getar yang berfungsi untuk
memisahkan pucuk layu dengan kotoran seperti tangkai, pasir, logam
sehingga kotoran tidak merusak pisau CTC (Crushing, Tearing and Curling)
dan membuat macet pisau CTC (Crushing, Tearing and Curling). GLS
(Green Leaf Silfer) dilengkapi lubang-lubang berukuran 9 mm dan magnet
yang akan menangkap kotoran berupa logam dan besi.
Prinsip kerja GLS (Green Leaf Silfer) adalah pemisahan kotoran dari
pucuk layu yang masuk kedalam lubang GLS (Green Leaf Silfer) akibat
gerakan ayakan yang maju mundur. Kotoran terlempar dan ditampung dalam
pembuangan. Getaran tersebut terjadi karena perputaran engkol yang
digerakkan oleh elektromotor. Mesin GLS (Green Leaf Silfer) dapat dilihat
pada gambar 7.

Gambar 7. Mesin GLS (Green Leaf Silfer)


b.Rotorvane
Melalui conveyor pucuk yang lolos dari GLS (Green Leaf Silfer) di
bawa ke rotorvane. Di rotorvane ini pucuk akan dicabik sehingga ukuran pucuk
lebih kecil sehingga pucuk lebih mudah dipotong di Roll Cut CTC (Crushing,
Tearing and Curling). Rotorvane terdiri dari beberapa bagian yaitu: Counting
vane, Screw vane, Forward vane, Reserve vane, Contra Vane dan End plate.
Rotorvane terdapat vane F dan vane R. Vane F (Forward vane)
merupakan bagian yang bekerja secara bersamaan secara bersamaan dengan

19
contra vane memecah pucuk daun teh dengan dorongan dan gesekan yang
akhirnya akan keluar dari end plate. Vane R (Reserve vane) berfungsi untuk
menahan hasil cacahan daun teh antara forward vane dan contra vane agar sari
pucuk daun teh yang keluar dari daun terserap kembali.
Prinsip kerja alat ini adalah pucuk layu dibawa ulir menuju vanes,
pucuk layu bergerak maju. Karena dipinggir RV terdapat resistor, maka pucuk
yang bergerak maju tergencet oleh resistor. Terdapat vanes yang arahnya
berlawanan (review vanes) yang menyebabkan pucuk kembali kebelakang dan
tergencet lagi sehingga ukurannya lebih halus, dan bisa lolos celah antara end
plate (Wira, 2009). Mesin Roter vane dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Mesin Roter Vane

c. Roll CTC (Crushing, Tearing and Curling) triplex


Alat ini berfungsi untuk memotong dan menggulung pucuk layu
sehingga pucuk dapat berbentuk granula. Dipabrik teh hitam CTC (Crushing,
Tearing and Curling) Kayu Aro, satu line produksi menggunakan 3 unit mesin
CTC (Crushing, Tearing and Curling) dimana masing-masing mesin memiliki
2 rol berukuran 13 inch dengan kecepatan yang berbeda yaitu perbandingan 1:
10. Roll 1 memiliki kecepatan 77 rpm sedangkan roll 2 memiliki kecepatan 770
rpm. Roll 1 berfungsi sebagai alas (shoulder) sedangkan roll 2 berfungsi
sebagai pemotong (slope). Kedua roll ini berputar dengan arah yang berbeda.
Masing-masing unit mesin CTC (Crushing, Tearing and Curling), CTC

20
(Crushing, Tearing and Curling ) triplex cut 1,2 dan 3 memiliki tekanan secara
berurutan adalah 22 A, 20 A dan 20 A.
Setiap roll CTC (Crushing, Tearing and Curling) memiliki 2 alur yaitu
alur vertical dan horizontal. Alur horizontal berfungsi untuk mengeluarkan
pucuk yang berada ditengah kedua roll sedangkan alur vertical berfungsi
sebagai pemotong yang membuat pucuk semakin halus. Setiap roll memiliki 18
segmen pisau, 1 segmen pisau memiliki lebar 2 inch dan terdapat 8-10 gigi.
Jenis roll TPI-8 roll memiliki 8 gigi per inch, sedangkan roll jenis TPI-10
memiliki 10 gigi per inch. Setiap masing-masing unit roll CTC triplex, CTC
triplex cut 1,2,dan 3 menggunakan jenis roll berurutan adalah TPI-8, TPI-8 dan
TPI-10.
Prinsip kerja roll CTC (Crushing, Tearing and Curling) adalah
penghancuran, perobekan, dan penggulungan pucuk daun dilakukan oleh roll
CTC (Crushing, Tearing and Curling) yang memiliki kecepatan berbeda. Roll
tersebut digerakkan oleh electromotor, ini menyebabkan pucuk layu yang
sebelumnya sudah di potong di rotorvane dan dipecahkan feeder menjadi
bubuk yang granular. Penggilingan mesin CTC ini mampu menghancurkan
pucuk dengan sempurna, memecahkan sel daun yang menunjang terjadinya
proses oksidasi enzimatis polifenol.
Menjaga ketajaman roll dilakukan pengasahan roll dengan jam kerja
roll cut triplex 1,2 dan 3 secara berurutan 45 jam, 90 jam dan 90 jam dengan
toleransi selama 5 jam. Pengasahan menggunakan alat bernama Milling cuter
dan chiser. Milling cutter berfungsi untuk mengasah alur horizontal pada roll,
sedangkan chiser berfungsi untuk mengasah alur vertical pada roll. Untuk roll
jenis TPI-8 memiliki 80 alur horizontal, sedangkan roll TPI-10 memiliki 100
alur horizontal. Perbandingan pengasahan pada milling cutter dan chiser adalah
0,1 mm dan 0,2 mm. Mesin roll CTC treeplex dapat dilihat pada gambar 9.

21
Gambar 9. Mesin Roll CTC Treeplex
d.Googie
Setelah pucuk melalui mesin CTC triplex, pucuk dibawa ke googie
menggunakan conveyor. Di googie ini pucuk mengalami proses penggulungan
serta mereduksi serat yang ada. Prinsip kerja googie ini adalah mereduksi serat
yang ada sehingga serat yang menempel harus diambil setiap ½ jam sekali dan
serat dikumpulkan untuk dikeringkan diakhir proses untuk dijadikan TW.
Dipabrik Teh Hitam Unit Usaha Kayu Aro, googie dibersihkan setiap
15-20 menit dengan cara menempelkan ujung alat pembersih kedinding googie
dengan berlawanan arah sehingga serat menempel diujung alat pembersih.
Dilakukannya pembersihan googie ini bertujuan agar bubuk tidak tercampur
oleh serat. Mesin googie dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Mesin Googie CTC

22
2.3.2.6. Fermentasi
Bubuk teh basah yang keluar dari Googie akan dibawa oleh conveyor menuju
proses oksidasi enzimatis. Proses oksidasi enzimatis ini berlangsung di suatu alat
yang bernama continous fermenting unit. Oksidasi enzimatis merupakan tahapan
yang paling penting dalam pengolahan teh hitam karena proses inilah yang menjadi
dasar perbedaan antara teh satu dengan teh lainnya. Di dalam proses oksidasi
enzimatis akan terjadi perubahan secara kimiawi antara lain perubahan warna, aroma,
dan rasa yang kuat akan dihasilkan setelah melaui proses oksidasi enzimatis.
Proses oksidasi enzimatis terjadi dengan mengkondisikan lingkungan untuk
mengoptimalkan terjadinya proses biokimia dalam bubuk teh. Proses oksidasi ini
tidak berbeda dengan peristiwa biokimia lainnya yang ditentukan oleh beberapa
faktor yakni air, suhu, kadar enzim dan substrat. Di antara faktor tersebut yang dapat
dikendalikan adalah suhu dan kelembaban (%RH). Di PT. Perkebunan Nusantara VI,
faktor yang dikendalikan adalah suhu ruang, RH, dan lama proses oksidasienzimatis.
Suhu yang dikendalikan adalah suhu ruang yang besarnya dijaga agar bersuhu 20-
25oC. Besarnya RH dijaga agar bernilai ≥90%, hal tersebut dilakukan untuk
mencegah terjadinya penguapan selama proses oksidasi berlangsung. Lama prosesnya
adalah selama 65-75 menit, yang merupakan waktu optimal untuk oksidasi teh hitam
dan dihitung dari awal proses penggilingan karena sudah terjadi proses perusakan sel
pada pucuk sehingga senyawa polifenol telah bertemu dengan enzim polifenol
oksidase.

Gambar 11.Oksidasi enzimatis

23
Akhir proses oksidasi ditandai dengan perubahan warna yang semula hijau
menjadi merah tembaga dan tekstur bubuk teh tidak menggumpal, serta perubahan
aroma dari berbau langu menjadi aroma khas teh. Perubahan warna bubuk teh
menjadi merah tembaga diakibatkan oleh adanya degradasi klorofil menjadi feofitin.
Feofitin inilah yang berperan penting dalam menentukan warna teh
hitam.Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses oksidasi
enzimatis:
a. Suhu ruangan
b. Kelembaban udara (%RH)
c. Lama proses oksidasi enzimatis
d. Ketebalan hamparan bubuk teh
e. Suhu hamparan bubuk teh
f. Sanitasi alat

Gambar 12. Proses Fermentasi Teh Hitam CTC(Chrushing Tearing Curling)

2.3.2.7. Pengeringan
Proses pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air dari bubuk teh
basah menjadi bubuk teh kering. Pengeringan bertujuan untuk menghentikan reaksi
oksidasi enzimatis dari proses sebelumnya yakni dengan pemberian udara panas.
Terhentinya reaksi oksidasi enzimatis dikarenakan denaturasi senyawa polifenol
akibat panas yang digunakan selama proses pengeringan.
Pengeringan yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VI dilakukan
menggunakan mesin Fluid Bed Dryer (FBD). Prinsip kerja FBD adalah

24
mengeringkan bubuk teh basah pada bed (tray) di dalam FBD dimana bubuk teh
tersebut digetarkan dan terpapar oleh udara panas dari tungku pemanas atau heater
yang dihembuskan oleh main fan. Udara panas tersebut mengalir melalui lorong yang
berada di bawah FBD dan masuk melalui lubang-lubang pada bed sehingga terjadi
penguapan air dari bubuk teh basah. Uap air hasil pengeringan kemudian dihisap oleh
cyclone untuk dibuang keluar dari FBD.
Bubuk teh basah yang keluar dari continous fermenting unit dibawa oleh
conveyor masuk ke dalam inlet VFBD dan diratakan oleh spreader. Di dalam VFBD,
bubuk teh terhampar di atas bed yang bergetar sehingga bubuk teh dapat berjalan
menuju outlet VFBD. Getaran pada VFBD dihasilkan oleh motor vibro (eksentrik).
Suhu inlet (masuk) yang digunakan untuk mengeringkan bubuk teh basah adalah
sebesar 110-150oC, disebut dengan T6. Suhu outlet (keluar) yang didapatkan sebesar
80-90oC, disebut dengan T5. Selain T6 dan T5, pada proses pengeringan terdapat
standar ketebalan bubuk teh basah yang masuk ke dalam VFBD yang dinyatakan
dalam satuan suhu (T3) yakni 40-45oC.
Mesin pengering FBD memiliki kapasitas kering sebanyak 280-300 kilogram
bubuk teh kering per jam. Bahan bakar yang digunakan sebagai penghasil panas
(heater) adalah kayu yang dibakar di dalam tungku sebanyak 4-4,5 m3 kayu per ton
kering teh. Suhu yang dicapai di dalam tungku adalah sebesar 110-150oC. Panas yang
dihasilkan oleh pemanas tersebut dihisap oleh main fan menuju ke FBD sebagai suhu
inlet (T6). Udara panas berjalan dari bawah dan dihembuskan ke hamparan bubuk teh
basah melalui lubang-lubang kecil pada bed di dalam FBD sehingga terjadi
penguapan air dari bubuk teh basah berkadar air 68-70% menjadi bubuk teh kering
berkadar air 2,8-3,8%.

25
Gambar 13. Mesin Pengeringan Bubuk Teh FBD (Fluid Bed Dryer)
2.3.2.8. Sortasi Kering
Sortasi ini adalah proses untuk menyortir atau memisahkan bubuk teh yang
telah siap dikeringkan dimesin FBD (Fluid Bed Dryer) untuk menjadi beberapa jenis
yang sesuai dengan permintaan pasar.
Tujuan tahap sortasi kering ini adalah membersihkan teh dari benda-benda
asing selain teh, seperti serat dan debu; memisahkan teh berdasarkan jenis ataupun
gradenya dan memurnikan jenis mutu teh agar memiliki keseragaman ukuran dan
bentuk partikel, seperti berat jenis, ukuran dan warna (Bambang dkk, 1994).
Tahap yang dilakukan didalam sortasi teh hitam kayu aro meliputi:
1. Bubuk teh kering yang keluar dari FBD (Fluid Bed Dryer) dipindahkan ke vibro
Jumbo menggunakan convenyor.
2. Pada vibro jumbo teh di ayak dengan ayakan 8 mesh dan ayakan 6 mesh.vibro
jumbo dilengkapi dengan blank sebagai pengacak bubuk teh kering,minirol yang
akan menangkap batang-batang teh,dan talang minirol sebagai jalan keluar teh dari
vibro jumbo.
3. Teh yang keluar dari vibro jumbo naik ke holding tank (tea bin ) yang berfungsi
untuk mengumpulkan bubuk teh kering (bubuk 1 ).
4. Selanjutnya teh di ayak kembali menggunakan middleton sifter yang terdiri dari
ayakan 24 mesh dan di ayakan 16 mesh.
5. Selanjutnya teh di distribusikan ke vibro trinit.Teh yang lolos ayakan 24 mesh
midleton akan di alirkan ke vibro trinit II,teh yang lolos ayakan 16 mesh akan
dialirkan ke vibro trinit I,sedangkan teh yang tidak lolos ayakan midleton akan

26
dialirkan ke vibro trinit I,sedangkan teh yang tidak lolos ayakan midleton akan di
alirkan ke vibro trinit III.
a. Vibro trinit I
a) Terdiri dari ayakan 18 mesh dan 24 mesh.
b) Menghasilkan mutu jenis PF, PD dan Fann
b. Vibro trinit II
a) Terdiri dari ayakan 30 mesh dan 24 mesh
b) Menghasilkan mutu jenis DI, PD, DII
c. Vibro trinit III
a) Terdiri dari ayakan 30 mesh dan 12 mesh
b) Mutu yang dihasilkan adalah BP1
Bentuk dan ukuran partikel teh hitam CTC (Chrushing Tearing Curling) yang
dihasilkan di pabrik kayu aro adalah sebagai berikut:
1.) BP 1 (Broken peko): lolos ayakan 12 mesh tertahan ayakan 14 mesh,
partikelnya berbentuk butiran agak bulat sampai bulat.
2.) PF 1 ( Peko Fanning): Lolos ayakan 16 mesh tertahan ayakan 24 mesh,
partikelnya berbentuk butiran agak bulat sampai bulat.
3.) FANN (fanning CTC):Lolosan ayakan 16 mesh tertahan ayakan 24 mesh,
partikelnya berbentuk butiran agak bulat sampai bulat.
4.) PD (Peko Dust): Lolos ayakan 24 mesh dan tertahan ayakan 30 mesh,
partiketnya berbentuk butiran agak bulat sampai bulat.
5.) DI (Dust I): Lolosan ayakan 30 mesh dan tertahan ayakan 40 mesh, partikelnya
berbentuk butiran agak bulat sampai bulat.
6.) D2 (Dust 2): Lolos ayakan 30 mesh dan tertahan ayakan 60 mesh, mengandung
hancuran tangkai, serat dan butiran yang lebih kecil.
7.) TW (Teawis): Lolos ayakan 10 mesh 12 mesh dan 14 mesh.
Proses Sortasi kering teh hitam dapat dilihat pada gambar 14.

27
Gambar 14. Sortasi kering teh hitam CTC (Crushing, Tearing and Curling)

2.3.2.9. Pengepakan
Proses pengepakan bubuk teh kering dapat dilihat pada Gambar 15. Proses
pengemasan merupakan upaya untuk menjaga atau mempertahankan kualitas produk
teh. Pengemasan bertujuan untuk mewadahi bubuk teh kering agar terhindar dari
kerusakan dan memudahkan pengangkutan dari produsen ke konsumen. Setelah
proses sortasi kering selesai, bubuk teh kering di masukkan ke dalam peti miring
untuk ditampung sesuai dengan jenisnya. Peti miring yang sudah terisi penuh
kemudian dibuka klep di bawahnya agar teh keluar dan dijalankan oleh conveyor
menuju ke Prepacker dengan tujuan untuk membersihkan serat yang mungkin masih
terikut.
Setelah melalui Prepacker bubuk teh diangkut oleh conveyor menuju Tea
Bulker untuk dilakukan atau blending bubuk teh sejenis. Selanjutnya bubuk teh
berjalan menuju Tea Packer sesuai standar isi papersack per jenis mutunya (Gambar
4.24). Setelah papersack terisi oleh bubuk teh selanjutnya ditimbang dan diratakan
isinya dengan getaran menggunakan alat Packer Vibrator.
Papersack yang digunakan untuk mengemas merupakan papersack berwarna
coklat yang memiliki empat lapis, yakni tiga lapis kertas di bagian luar dan lapisan
aluminium foil di bagian dalam. Papersack tersebut bertuliskan informasi mengenai

28
label nama produk, alamat pabrik, grade, gross, netto, dan nomor chop. Papersack
dikhususkan untuk mengemas teh mutuekspor I, yaitu BP1, PF1, PD dan D1, juga
untuk mengemas mutu II ekspor, yaitu Fann dan D2. Pengemas yang digunakan
untuk mutu lokal adalah karung dengan isi sebanyak 40 kilogram.
Teh kering yang dikemas memiliki densitas standar yang harus dipenuhi. Setiap
kategori mutu teh harus dikemas sesuai dengan ketentuan atau standar yang telah
ditetapkan. Densitas mutu teh dan isi tiap papersack terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Standar isian Paper sack untuk 1 Chop
No Jenis teh Paper sack (Kg) Per Chop= 20 PS(Kg)
1 55 55 1100
2 58 58 1160
3 65 65 1300
4 67 67 1340
5 65 65 1300
6 55 55 1100
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara VI Kayu Aro

Gambar 15. Pengepakan Bubuk Teh Kering

2.3.2.10. Analisa teh kering (tester)


Analisa teh kering berfungsi untuk mengetahui kualitas dari teh kering yang
dihasilkan. Secara umum di Pabrik Teh Hitam CTC Kayu Aro parameter yang
diamati adalah kadar air, densitas kamba, serta organoleptik (aroma, rasa dan
kenampakan).

29
Tester bertujuan untuk menganalisis kualitas teh yang dihasilkan dari proses
pengolahan sebelum dilakukannya sortasi dan pengepakan. Uji tester yang dilakukan
adalah 1) Uji rasa,warna, dan aroma, 2) Uji kadar air.
1.) Langkah-langkah dalam uji rasa, warna dan aroma (uji organoleptik)
a) Pengambilan sampel dari hasil pengeringan yang baru keluar dari FBD (Fluid Bed
Dryer).
b) Masing-masing sampel teh ditimbang 5,6 gram.
c) Kemudian diseduh dengan air mendidih 100oC selama 5 menit dan ditutup.
d) Setelah 5 menit, tuangkan teh yang telah diseduh kedalam mangkuk untuk diamati
warnanya. Sedangkan untuk uji rasa dapat digunakan indera perasa (lidah) dengan
cara mencicipi air seduhan dan untuk uji aroma dapat menggunakan indera
penciuman (hidung) dari cangkir tempat seduhan teh tadi dengan cara membuka
sedikit tutup cangkir.
e) Alat yang digunakan untuk uji rasa, warna dan aroma adalah timbangan,
gelas/cangkir tempat seduhan dan tutup serta mangkuk yang terbuat dari bahan
porselin.
Berikut adalah bentuk kriteria uji warna:
a. Light
Air seduhan yang berwarna pucat, warna pucat dapat disebabkan oleh kuncup-
kuncup daun burung tua, juga mungkin disebabkan karena kesalahan dalam
pengolahan misalnya kurang layu, kurang giling, dan waktu fermentasi yang pendek.
b. Thin
Air seduhan yang berwarna tipis. Teh yang kepekatan rasanya sedikit (tidak
strength) dapat disebabkan oleh karena pelayuan terlalu lanjut dan penggilingan
kurang.
c. Bright
Istilah ini menunjukkan warna air seduhan yang jelas, terang dan segar sebagai
akibat adanya processing yang baik dengan bahan baku yang baik pula sebagai
lawannya adalah dull/dark.

30
d. Coloury
Air seduhan yang berwarna baik.
e. Cream
Adanya lapisan keputih-putihan pada permukaan dan pada dasar cangkir seduhan
bila air seduhan pekat didinginkan. Ini merupakan petunjuk bahwa teh tersebut diolah
secara baik.
f. Dark
Air seduhan yang mempunyai warna keruh, warna air seduhan seperti ini tidak
diinginkan, penyebabnya ialah infeksi bakteri atau terlalu panas pada pelayuan, juga
waktu fermentasi yang terlalu panjang.
g. Dull
Air seduhan lebih gelap dari dark dan air seduhan ini yang sangat jelek yang
umumnya disebabkan oleh over fermentasi, lawannya adalah bright.
2.) Langkah-langkah dalam uji kadar air
a) Uji kadar air menggunakan alat yang bernama sartorius.
b) Kedalam sartorius dimasukkan sampel teh sebanyak 10 gram.
c) Tutup sartorius selama 5 menit. Setelah 5 menit buka tutup sartorius maka akan
muncul kandungan kadar air yang terdapat pada sampel.
d) Kriteria kadar air pada teh adalah:
1. Kadar air <2,5% bubuk terlalu kering (gosong)
2. Kadar air 2,5-3,5% bubuk bagus (standar untuk pengemasan)
3. Kadar air >3,5% bubuk terlalu lembab sehingga mudah berjamur.
3.) Langkah-langkah dalam uji densitas kamba
1. Uji densitas kamba menggunakan alat yang bernama volume cekker 500 ml.
2. Masing-masing sampel teh ditimbang 100 gram.
3. Kemudian dimasukkan kedalam volume cekker 500 ml
4. Dan didapatlah densitas kambanya.
Proses pengujian organoleptik dapat dilihat pada Gambar 16. Diagram Alir
Pengolahan Teh Hitam CTC (Chrushing Tearing Curling).

31
Gambar 16. Proses Pengujian Organoleptik
2.3.3. Sanitasi Industri
Kegiatan sanitasi di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro
meliputi :
a. Sanitasi Pekerja
Sanitasi pekerja bertujuan memberikan kenyamanan kerja untuk pekerja
sendiri. Selain itu juga untuk menjaga kualitas produk mengingat terdapat banyak
sumber pencemaran dari tubuh manusia. Sanitasi pekerja dapat dilihat dari pakaian
kerja yang digunakan, yaitu yang dilengkapi oleh: masker, tutup kepala, celemek,
sarung tangan, dan alas kaki. Untuk memastikan kebersihan pada pekerja, di pintu
masuk bagian sortasi kering terdapat keran dan westafel. Pekerja dapat membersihkan
kaki dan tangan di tempat tersebut. Selain itu disediakan pula sabun agar tangan dan
kaki benar-benar bersih.
b. Sanitasi Mesin dan Peralatan
Pada stasiun pelayuan, pembersihan dilakukan menggunakan sapu lidi, untuk
membersihkan WT pelayuan dan lantai ruang pelayuan. Pada stasiun penggulungan
pembersihan alat dan ruangan dilakukan dengan menyemprotkan air. Selama proses
lantai disapu menggunakan sapu lidi. Pada stasiun fermentasi selama proses ruangan
di sapu dan dipel. Setelah selesai ruangan dan alat dibersihkan menggunakan air
mengalir. Tambir/Loyang yang digunakan sebagai wadah bubuk teh dibersihkan
menggunakan soda api dan dibilas menggunakan air mengalir. Ruang pengeringan
dibersihkan setiap hari setelah proses pengeringan selesai dengan kompresor.
Pembersihan ruangan sortasi dan pengepakan dilakukan dengan tiupan angin

32
(kompresor) dan sapu ijuk sambil menyalakan kipas penghisap debu (blower).
Pembersihan dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah proses sortasi. Tata letak
alat dan mesin didesain dekat dengan kipas penghisap debu (blower), dengan tujuan
untuk mengurangi debu yang berterbangan.
2.3.4. Penanganan Limbah
Proses produksi teh hitam di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu
Aro menghasilkan 4 macam limbah. Limbah yang dihasilkan tersebut adalah limbah
padat, limbah cair, limbah gas, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
a. Limbah Padat
Limbah padat di bagian pabrik sebagian besar berasal dari sisa-sisa pucuk teh
yang tercecer di lantai atau pun di mesin-mesin pengolahan seperti palung pelayuan,
OTR (Open Top Rolller), Conveyor, Rotorvane, DIBN (Double Indian Broken
Nation)., dan peralatan sortasi kering. Untuk limbah dari pucuk teh, dapat ditangani
dengan mengolah menjadi pupuk organik yang dimanfaatkan untuk pemupukan teh
yang ada dikebun dan di areal taman yang ada dipabrik. Selain limbah pucuk teh,
bagian pabrik juga menghasilkan limbah dari bahan bakar yang berupa abu cangkang
kelapa sawit. Pengendalian limbah tersebut ditumpuk digudang kompos agar ikut
terurai secara alami, namun tetap dipisahkan dengan limbah pucuk teh.
b. Limbah Cair
Terdapat beberapa tahapan pengelolaan limbah cair dimulai dari bak kontrol 1
dan 2 kemudian di alirkan ke kolam trap 1 dan 2, kolam inlet, kolam sedimentasi,
kolam aerasi, bak indikator, dan bak outlet. Di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit
Usaha Kayu Aro metode penanganan limbah cair yang digunakan adalah pengolahan
primer (primary treatment) karena limbah cair melalui proses penyaringan,
pengolahan awal, pengendapan, dan penjernihan.
c. Limbah gas
Sumber gas (emisi) bersumber dari pembakaran bahan bakar (cangkang sawit)
pada heater. Pengolahan yang dilakukan adalah dengan menggunakan penyaringan
terhadap emisi yang dihasilkan pada cerobong emisi (asap). Selain itu juga dilakukan
pengelolaan dengan cara pembakaran dengan sempurna agar tidak menghasilkan

33
pembakaran yang menimbulkan asap terlalu tebal. Heater dilengkapi dengan dust
collector sebagai penangkap debu sehingga partikulat yang dihasilkan mencapai balai
baku mutu.
d. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. Perkebunan
Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro mengacu pada peraturan UU RI No.32 Tahun
2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, peraturan pemerintah
RI No. 18/1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya & beracun. Limbah B3
yang dihasilkan di Unit Usaha Kayu Aro berupa oli bekas, filter bekas, lampu bekas,
aki bekas, kain majun dan kemasan terkontaminasi.

Gambar 17. Pengelolaan Limbah

34
BAB III
PELAKSANAAN MAGANG
3.1. Bidang Atau Unit Kerja
Kegiatan Magang yang di lakukan di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit
Usaha Kayu Aro dilakukan di setiap stasiun pengolahan teh hitam ortodok dan CTC
(Chrushing Tearing Curling), mulai dari pemetikan di lapangan afdeling D dan
penanaman bibit di afdeling B, sampai ke pengolahannya yang dilakukan di Pabrik.
Kegiatan tersebut dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan memahami setiap proses
pengolahan teh hitam ortodok dan CTC (Chrushing Tearing Curling) dimulai dari
bagaimana bahan baku dipersiapkan di kebun hingga bagaimana pengolahan
menggunakan mesin agar pengolahan teh hitam berjalan dengan lancar sampai
pengepakan bubuk teh dan siap ekspor.
Kegiatan magang ini dilakukan dengan mengamati mesin-mesin sortasi,
menganalisa kerusakan-kerusakan mesin serta memberikan analisa terhadap
permasalahan yang berkaitan dengan pengolahan teh hitam CTC (Chrushing Tearing
Curling) khususnya di sortasi.
3.2 Pelaksanaan Magang
PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro merupakan perusahaan
Unit Usaha yang bergerak di bidang pengolahan Teh Hitam yang diolah dengan
sistem pengolahan orthodok dan CTC (Chrushing Tearing Curling). Pelaksanaan
kegiatan Magang dimulai dari Senin tanggal 17 Juni 2019 sampai dengan Senin
tanggal 9 Agustus 2019 di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro yang
terletak di Desa Bedeng Delapan, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi
Jambi. Produk yang dihasilkan berupa bubuk teh kering dalam kemasan papersack
yang akan dipasarkan ke berbagai negara di dunia. Produk yang di ekspor mencapai
80% dan sisanya untuk dipasarkan di lokal dengan harga yang mengikuti bursa pasar.
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini dimulai dari mengetahui, membantu,
mempelajari dan memahami tahapan dari proses pengolahan teh hitam di PT.
Perkebunan Nusantara Unit Usaha Kayu Aro. Pada kegiatan PKL penulis

35
mempelajari secara rinci tentang proses sortasi dengan menggunakan salah satu
mesin yaitu Vibro Trinit pada teh hitam CTC (Chrushing Tearing Curling).
3.2.1 Stasiun Sortasi.
Sortasi yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro
dilakukan untuk pemisahan bubuk teh setelah proses pengeringan dimana kadar air
bubuk antara 2,5 -3,5 %. Sortasi kering pada pengolahan teh CTC (Chrushing
Tearing Curling) lebih sederhana dari pada teh hitam ortodok. Karena telah
menggunakan alat, dengan begitu keringan teh CTC (Chrushing Tearing Curling)
ukurannya hampir seragam dan serat-serat yang tercampur keringan tinggal sedikit
karena telah banyak yang dikeluarkan selama pengeringan. Tujuan dari sortasi kering
antara lain:
a. Pemisahan teh yang sudah kering berdasarkan ukuran partikelnya untuk
mendapatkan grade.
b. Membersihkan teh dari benda asing ataupun bagian yang tidak diinginkan seperti
debu, serat, tangkai dan lain-lain.
c. Memisahkan teh berdasarkan warna.
d. Menjadikan teh sesuai dengan permintaan pasar.
Setelah proses pengeringan akhir kemudian dilanjutkan dengan proses sortasi.
Setelah teh kering itu keluar dari mesin pengering, maka akhirnya sampai juga pada
teh yang siap untuk dipasarkan. Tapi sebelum kita melemparkan teh tersebut ke
pasaran, terlebih dahulu harus disortir atau dibedakan jenisnya. Penjenisan ini
biasanya dilakukan dengan alat pengayak yang bermacam– macam, setelah itu masih
juga diperiksa lagi dengan tangan manusia (Muljana, 1983).
Tujuan dari sortasi adalah mengelompokkan bubuk teh kering berdasarkan
ukurannya, serta memisahkan bubuk teh dari tangkai kering dan serat merah. Bubuk
teh dari pengeringan dengan suhu yang masih tinggi tidak langsung disortasi sebab
pada suhu tinggi lapisan vernis yang malapisi teh dan memberi kesan lebih mengkilat
akan segera pecah apabila bergesekan dengan mesin sortasi sehingga kenampakan teh
menjadi kusam (Setyaamidjaja, 2000)..

36
Prinsipnya proses sortasi kering yang di terapkan oleh pabrik PT. Perkebunan
Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro yaitu untuk mendapatkan ukuran, warna partikel
teh kering yang seragam sesuai dengan standar yang diinginkan oleh konsumen
meliputi pemisahan teh kering menjadi beberapa tingkat mutu sesuai dengan masing-
masing grade dan membersihkan teh dari tangkai, serat serta bahan-bahan lain seperti
logam, debu dan lain-lain.
Alat sortasi kering teh CTC (Chrushing Tearing Curling) cukup sederhana
yaitu terdiri dari vibro jumbo, conveyor, holding tank (tea been), talang minirol,
middelton sifter, vibro trinit 1, vibro trinit 2, vibro trinit 3. Bubuk teh yang dihasilkan
yaitu BP 1, PF 1, FANN, PD, DUST 1, DUST 2 dan TW (Teaswis). Proses sortasi
bubuk teh tersebut dihasilkan dari pengayakan yang dilakukan pada vibro jumbo dan
vibro trinit. Vibro jumbo memiliki ukuran ayakan 8 mesh dan 6 mesh. Dilengkapi
oleh blank yang berfungsi untuk pengacakan bubuk teh kering. Batang-batang teh
yang telah di acak akan ditangkap oleh minirol dan keluar melalui talang minirol
sebagai jalan keluar teh dari vibro jumbo.
Bubuk teh yang telah kering akan keluar dari FBD 1, melalui conveyor dan
akan dialirkan menuju vibro jumbo. Vibro jumbo digunakan untuk melakukan proses
pemisahan antara bubuk teh dengan serat-serat teh yang nantinya akan menjadi TW
(Teaswis). Untuk pengambilan TW vibro jumbo ini menggunakan komponen yang
berbentuk slinder yang dilapisi plastik dan bola lampu yang berfungsi untuk
menghangatkan plastik yang terdapat pada sekeliling silinder, dengan motor listrik
sebagai sumber penggeraknya. Vibro Jumbo ini bekerja dengan menggunakan sistem
ayakan. Dengan sistem ayakan maka serat-serat teh tersebut akan dilontarkan ke
slinder, karena slinder telah dilapisi oleh plastik dan juga telah dipanaskan wool
dengan begitu serat-serat terebut akan menempel diseluruh slinder tersebut.

37
Gambar 18.Skema Sortasi

Gambar 19. Vibro Jumbo

38
Gambar 20. Vibro Trinit

3.2.1.1.Spesifikasi mesin vibro trinit


Bubuk teh yang lolos pada vibro jumbo dengan ayakan 8 mesh akan naik ke
holding tank (tea been). Holding tank ini berfungsi untuk mengumpulkan bubuk teh
kering. Setelah itu di ayak kembali menggunakan middleton sifter yang memiliki
ukuran ayakan 24 mesh dan 18 mesh. Bubuk teh yang lolos pada ayakan 24 mesh
akan di distribusikan ke vibro trinit 2, teh yang lolos ayakan 18 mesh akan di alirkan
ke vibro trinit 1, dan yang tidak lolos ayakan middleton sifter akan dialirkan ke vibro
trinit 3. Vibro trinit ini memiliki ayakan:
1. Vibro trinit 1: terdiri dari ayakan 30 mesh, 18 mesh dan 16 mesh, menghasilkan
mutu jenis PF 1, PD, dan FANN.
2. Vibro trinit 2: terdiri dari ayakan 30 mesh, 24 mesh dan 14 mesh, menghasilkan
mutu jenis Dust 2, Dust 1 dan PD.
3. Vibro trinit 3: terdiri dari ayakan 30 mesh, 12 mesh dan 10 mesh, menghasilkan
mutu jenis BP 1 dan BP super.

39
Tabel 4. Jenis-Jenis Grade Hasil Sortasi CTC (Chrushing Tearing Curling)
Grade Jenis Teh
BP 1
PF 1
Grade 1
PD
D1
D2
Grade 2
FANN
Grade 3 TW (Teaswis)
Dari proses sortasi ini tinggi rendahnya persentase serat yang terkandung
dalam keringan teh sangat dipengaruhi oleh tingkat kehalusan pucuk. Makin halus
pucuk makin sedikit seratnya, begitu sebaliknya. Mutu yang dihasilkan dari proses
sortasi dipengaruhi oleh bahan baku, presentasi kelayuan, kekuatan pisau dan kadar
air. Setalah proses sortasi grade teh yang didapat yaitu:
Karakteristik hasil sortasi teh hitam CTC (Chrushing Tearing Curling) :
1. BP 1 (Broken Pekoe 1).
Lolos mesh 12 tertahan dimesh 16, partikel lebih besar dari PF 1 dengan
densitas 300-330 cc/100 gr.
2. PF 1 (Pekoe Fanning 1).
Lolos mesh 16 tertahan di mesh 24, partikelnya lebih kecil dari BP 1 dari
lebih besar partikelnya dari PD dengan densitas 250-295 cc/100 gr.
3. PD (Pekoe Dust).
Lolos mesh 24 tertahan di mesh 30, partikelnya lebih kecil dari PF dan lebih
besar partikelnya dari Dust dengan densitas 250-280 cc/100 gr.
4. D 1 (Dust 1).
Lolos mesh 30 tertahan di mesh 40, partikelnya lebih kecil dari PD dengan
densitas 240-260 cc/100 gr.
5. FANN (Fanning).
Lolos mesh 16 tertahan di mesh 24, partikelnya lebih besar dari PD dan lebih
kecil dari PF 1 densitas 290-310 cc/100 gr.
6. D 2 (Dust 2).
Lolos mesh 30 tertahan dimesh 60, partikelnya lebih kecil dari PD dengan
densitas 235 – 245 cc/100 gr.

40
7. TW (Teaswis).
Lolos mesh 10 -12 -14, dengan densitas Karung Bagor/ Polybag.

3.2.1.2.Cara kerja Mesin


Prinsip kerja Mesin Vibro Trinit adalah dengan menerima olahan dari
mesin Vibro Jumbo yang mana dari mesin Vibro jumbo ini menerima bubuk teh
dari pengeringan tergantung seberapa banyak bubuk teh yang di dapat dalam
pengeringan maka dilanjutkan ke dalam mesin Vibro Jumbo yang nanti nya
dilakukan pengolahan dan pemisahan dengan metode eloktrosatis yang
menggunakan miniroll yang bergesekan dengan woll yang mana akan membuat
minirol tersebut panas dan mampu menarik benda-benda ringan yang di sebut
ampas dari pengolahan.
3.2.1.3 Komponen Mesin
No Nama Alat Fungsi Spesifikasi
1 Siliran Mendinginkandan Jumlah : 2 unit
membersihkan bubuk dari Tenaga : Elektromotor
debu, serat, batu, dan Kapasitas : 1200 kg
bahan bukan teh lainnya
2 Midletone Memisahkan bubuk dari Kapasitas : 800 kg/jam
tangkai Tenaga : Elektromotor 4 HP
Merk : Teha
Jumlah : 2 unit
3 Vibro morres Membersihkan serat, Bahan : Besi baja
tulang daun, dan kotoran Kapasitas : 600 kg/jam
ringan dalam bubuk Merk : Teha
Tenaga : Elektromotor 2 HP
Ukuran mesh : 24x24, 18x18, 12x12
4 Vibro finish Memisahkan bubuk Bahan : Besi baja
berdasarkan jenis Kapasitas : 600 kg/jam
Merk : Teha
Tenaga : Elektromotor 2 HP
Ukuran mesh : 24x24, 18x18, 12x12
10x10
5 Cutter Memotong dan Merk : Gitle Nusantara Mandiri
mengecilkan bubuk badag Kapasitas : 1000 kg/jam
Tenaga : Elektromotor
6 Jackson Memisahkan bubuk jenis Ukuran mesh : 60x60, 28x28, 24x24
dust menjadi bubuk jenis
fann
Tabel 5. Jenis dan Spesifikasi Alat di Stasiun Sortasi

41
3.2.2 Permasalahan yang dihadapi
Pada pengolahan teh hitam proses sortasi sangat penting karena berguna untuk
menetukan grade berdasarkan ukuran, warna dan sesuai permintaan pasar. Pada
proses sortasi ini harus dilakukan secara teliti jika tidak teliti maka jenis bubuk teh
yang dihasilkan dapat di tolak oleh pasar. Permasalahan yang sering terjadi pada
proses sortasi yaitu:
1. Kerusakan Talang Minirol.
Kerusakan pada talang minirol seperti talang yang bolong dan tidak adanya
penutup pada talang minirol yang mengakibatkan tercecernya bubuk teh dilantai dan
tercampurnya jenis atau grade bubuk teh yang satu dengan yang lain.
2. Tidak adanya alat pengukur suhu dan kelembaban udara diruangan sortasi.
Ini dapat mempengaruhi hasil dari teh jadi karena teh memiliki sifat
Higroskopis (mudah menyerap udara) yang dapat mempengaruhi umur simpan dan
mutu bubuk teh jadi. Diketahui bahwa letak Pabrik Teh PT. Perkebunan Nusantara VI
Unit Usaha Kayu Aro ini terletak di dataran tinggi yang memiliki suhu rendah dan
kelembapan yang tinggi maka suhu dan kelembaban di dalam ruangan sortasi harus
diperhatikan.

3.2.3 Solusi yang ditawarkan


1. Keadaan Talang Minirol.
Solusi yang diberikan adalah melakukan perbaikan pada talang minirol dan
sebaiknya talang minirol diberi penutup agar bubuk tidak tercecer saat proses sortasi
agar tercampurnya antara jenis satu dangan jenis yang lain dapat di kendalikan. Lalu
dilakukan pengecekan secara rutin terutama sebelum dan sesudah mesin beroperasi
apakah terdapat komponen mesin yang aus, komponen mesin yang harus perbaiki
atau diganti, penggantian oli, pengecekan kondisi fisik mesin dan lain sebagainya.
Hal ini perlu dilakukan karena jika mesin rusak, proses produksi akan terhambat dan
dapat merugikan proses pengolahan teh berkelanjutan.

42
2. Tidak adanya alat pengukur suhu dan kelembaban udara di ruangan sortasi.
Solusi yang ditawarkan yaitu pemberian alat ukur suhu dan kelembaban udara
di dalam ruang sortasi karena suhu di luar ruangan sortasi sangat mempengaruhi
kadar udara dari bubuk teh jadi. Jika suhu ruangan rendah maka kadar udara bubuk
teh meningkat ini dapat mempengaruhi umur simpan dari bubuk teh. Dan bila
kelembapan udara tinggi maka akan menyebabkan meningkatnya kandungan udara
pada bubuk teh karena bubuk teh bersifat Higroskopis (mudah menyerap udara). Hal
tersebut dapat menyebabkan mutu teh menurun namun keadaan tersebut dapat diatasi
dengan menaikan suhu di dalam ruangan dengan memanfaatkan udara panas dari
proses pengeringan.

43
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari Pelaksanaan Magang yang telah dilaksanakan di PT. Perkebunan
Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sistem sortasi Teh Hitam CTC (Chrushing Tearing Curling) di PT. Perkebunan
Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro menggunakan mesin vibro jumbo,vibro trinit
1,vibro trinit 2, dan vibro trinit 3
2. Sortasi merupakan pemisahan bubuk teh setelah proses pengeringan dimana
kadar air bubuk antara 2,5 -3,5 %. Tujuan sortasi adalah untuk mendapatkan
ukuran, warna partikel teh kering yang seragam sesuai dengan standar yang
diinginkan oleh konsumen meliputi pemisahan teh kering menjadi beberapa
tingkat mutu sesuai dengan masing-masing grade dan membersihkan teh dari
tangkai, serat serta bahan-bahan lain seperti logam, debu dan lain-lain.
3. Proses sortasi di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro belum
optimal karena terdapar kerusakan yang sering terjadi seperti talang minirol yang
bocor, tidak adanya alat pengukur suhu dan kelembaban udara di ruangan sortasi
dan penumpukan bubuk teh setelah sortasi yang cukup lama. Ini dapat
mempengaruhi kualitas dari bubuk teh jadi jika kualitas teh menurun akan dapat
merugikan perusahaan.
4.2 Saran
1. Melakukan pengecekan lobang ayakan agar selalu mendapatkan hasil sortasi
yang sesuai.
2. Dilakukan perawatan dan pembersihan baik pada mesin maupun ruangan agar
mesin tidak mudah rusak dan ruangan tetap bersih dan nyaman.
3. Selalu mengikuti dan menaati peraturan yang ada agar menghasilkan bubuk teh
hitam dengan kualitas dan flavor baik.

44
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Sultoni. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Pusat Penelitian Teh dan
Kina. Gembong. Bandung.
Muljana, Wahyu. 1983. Petunjuk Praktis Bercocok Tanam Teh. Aneka Ilmu.
Semarang.
Nazaruddin, F. Paimin. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. PT. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Ningrat, R. G. S. Soeria Danoe. 2006. Teknologi Pengolahan Teh Hitam. Penerbit
ITB. Bandung.
Santoso J, Suprihatini R, Abas T, Rohdiana D, Shabri. 2008. Petunjuk Teknis
Pengolahan Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung.
Bandung
Setyamidjaja, D. 2000. Budi Daya dan Pengolahan Pasca Panen Tanaman Teh.
Kanisius, Yogyakarta
Setyamidjaya, D. 2000. Teh, Budidaya dan Pengolahan Teh. PT. Penebar Swadya.
Jakarta.
Wira, M, S, P. Pengolahan Teh Hitam Secara CTC Di PT.Perkebunan Nusantara
Viii, Kebun Kertamanah Pangalengan – Bandung. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Yusuf, M. 2009. Perancangan Model Penjadwalan Pemetikan Dan Pengangkaran
Pucuk Teh di PTPN VII Kebun Gedeh Cianjur Jawa Barat. Bogor. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Syakir,M., D.Allorerung, Z.Poeloengan, Syafaruddin, W. Rumini. 2010. Budidaya
Tanaman Teh. Aska Media, Bogor.

45

Anda mungkin juga menyukai