Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

ANALISIS MESIN PENGERING FBD (FLUID BED DRIYER)


PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOKS DI PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA VI

WASGINA
J1B116010

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
RINGKASAN

Kebun/Unit Usaha Kayu Aro dibuka pada tahun 1920 oleh perusahaan
Belanda yaitu NV.HVA (Namlodse Venotchaaf Handle Veriniging Amsterdam).
Penanaman pertama dimulai pada tahun 1923 dan pabrik teh didirikan tahun 1925.
Sejak dimulai beroperasi, teh yang dihasilkan adalah jenis teh hitam (orthodoks)
dan sekarang di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro juga
dihasilkan teh hitam CTC (Crushing Tearing and Curling). Teh hitam yang diolah
melalui beberapa tahap pengolahan yaitu dimulai dari proses pelayuan daun
hingga proses pengepakan dan penggudangan. Salah satu proses pengolahan teh
hitam yang sangat penting dan merupakan tahap yang menentukan kualitas bubuk
teh yang dihasilkan yaitu proses pengeringan.
Menurut SOP (Standart Operating Procedur) di pabrik proses pengeringan
di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro dilaksanakan selama
waktu 15-20 menit dan ketebalan hamparan bubuk sekitar 10 cm sehingga
penggunaan trays yaitu untuk membawa bubuk melewati ruang pengeringan
dalam mesin, perlu dilakukan pengaturan terhadap kecepatan perputarannya. Suhu
mesin pengering FBD (Fluid Bed Driyer) yaitu suhu inlet antara 100-120oC dan
suhu oulet antara 90-95oC, untuk standar kadar air bubuk teh kering sekitar 2,5-
3,0%. Panas yang digunakan pada proses pengeringan dihasilkan dari heat
exchanger dengan bahan bakar cangkang sawit. Proses pengeringan teh hitam
bertujuan untuk menghentikan proses oksidasi enzimatis polifenol pada teh dan
untuk mengurangi kadar air bubuk teh kering.
Proses pengolahan teh hitam banyak ditemukan masalah selama proses
pengolahannya salah satu proses pengolahan teh hitam orthodoks yang cukup
banyak mengalami permasalahan adalah pada stasiun pengeringan. Stasiun ini
proses pengeringan banyak mengalami permasalahan dimulai dari mesin atau alat
yang digunakan serta proses selama pengeringan. Permasalahan yang sering
dihadapi dalam proses pengeringan adalah ditemukannya kualitas mutu teh
menjadi rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh waktu pengeringan, suhu inlet dan
outlet yang tidak dikontrol, ketebalan hamparan bubuk yang melebihi kapasitas,
kecepatan putaran trays, serta kadar air bubuk kering yang dihasilkan masih tinggi
atau rendah. Maka dari itu perlu dikaji proses pengeringan teh hitam orthodoks
agar kualitas teh hitam yang dihasilkan tidak menurun.
Meningkatkan kualitas teh hitam orthodoks di PT. Perkebunan Nusantara VI
Unit Usaha Kayu Aro pada proses pengeringannya perlu dilakukan pengendalian
waktu pengeringan, pengaturan tebal hamparan dan kecepatan trays, pengendalian
suhu inlet dan outlet serta pengujian kadar air bubuk kering oleh operator agar
kualitas teh hitam sesuai standar dan tidak menurun.

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Mesin Pengering FBD (Fluid Bed Driyer) Pada


Pengolahan Teh Hitam Orthodoks di PT. Perkebunan
Nusantara VI
Lokasi : PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro,
Kerinci
Nama : Wasgina
NIM : J1B116010
Program Studi : Teknik Pertanian
Fakultas/Universitas : Teknologi Pertanian/Universitas Jambi
Waktu Pelaksanaan : 17 Juni – 09 Agustus 2019
Dosen Pembimbing : Dr. Husda Marwan, S.P.,M.P
Dosen Penguji : Dr. Ir. Hj. Dharia Renate, M.Sc

Jambi, Oktober 2019

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing


Praktik Kerja Lapangan

Saridi Dr. Husda Marwan, S.P.,M.P


Asisten Pengolahan NIP.197103212000121001

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi

Dr.Fitry Tafzi, S.TP.,M.Si


NIP.197209031999032004

ii
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN

Judul : Analisis Mesin Pengering FBD (Fluid Bed Driyer) Pada


Pengolahan Teh Hitam Orthodoks di PT. Perkebunan
Nusantara VI
Lokasi : PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro,
Kerinci
Nama : Wasgina
NIM : J1B116010
Program Studi : Teknik Pertanian
Fakultas/Universitas : Teknologi Pertanian/Universitas Jambi
Waktu Pelaksanaan : 17 Juni – 09 Agustus 2019
Dosen Pembimbing : Dr. Husda Marwan, S.P.,M.P
Dosen Penguji : Dr. Ir. Hj. Dharia Renate, M.Sc

Jambi, Oktober 2019

Masinis Kepala Asisten Kepala

Aspen Hery Kurniawan

Mengetahui
Manajer PT. Perkebunan Nusantara VI

Fadly Wahyudi S.P

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan judul Analisis Mesin Pengering
FBD (Fluid Bed Dryer) Pada Pengolahan Teh Hitam Orthodoks di PT.
Perkebunan Nusantara VI. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu sejak masa pelaksanaan PKL hingga selesai penyusunan
laporan ini. Terimakasih ini penulis ucapkan kepada:
1. Kedua Orang Tua yang telah membesarkan, mendidik, serta memberikan doa
dan dukungan.
2. Ibu Dr. Hj. Dharia Renate, M.Sc selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jambi.
3. Ibu Dr. Fitry Tafzi, S.TP., M.Si selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian
Universitas Jambi.
4. Bapak Dr. Husda Marwan, S.P.,M.P selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja
Lapangan (PKL).
5. Bapak Fadly Wahyudi, S.P selaku Manajer dan bapak Hery Kurniawan selaku
Asisten Kepala PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro, Kerinci.
6. Bapak Saridi selaku Pembimbing Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan seluruh
staf serta karyawan PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro,
Kerinci.
7. Bapak Askep selaku MASKEP di PTPN VI yang telah membimbing kami
selama di lapangan dan pabrik
8. Teman-teman seperjuangan selama praktik kerja lapangan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Praktek Kerja Lapangan ini
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, masukan, saran maupun pendapat
dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan laporan ini.

Jambi, Oktober 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

RINGKASAN ......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN ..................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1


1.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan ......................................................1
1.2. Tujuan Praktik Kerja Lapangan ...................................................................2
1.3. Manfaat Praktik Kerja Lapangan .................................................................2
1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ...........................2

BAB II. TINJAUAN UMUM PELAKSANAAN PKL ........................................3


2.1. Sejarah Perusahaan .......................................................................................3
2.2. Struktur Organisasi Perusahaan....................................................................4
2.3. Kegiatan Umum Perusahaan ........................................................................6
2.3.1. Budidaya tanaman teh ........................................................................6
2.3.2. Proses pengolahan teh hitam ............................................................11

BAB III. PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ......................27


3.1. Bidang atau Unit Kerja ...............................................................................27
3.2. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ........................................................27
3.2.1. Prisip kerja FBD ...............................................................................28
3.2.2. Bagian-bagian pendukung FBD dan fungsinya ................................29
3.2.3. Tipe-tipe pengering FBD .................................................................30
3.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja FBD ..............................33
3.2.5. Mekanisme pengeringan bubuk teh dengan FBD ............................34
3.2.6. Pemeliharaan (Maintance) ...............................................................37
3.3. Stasiun Pendukung .....................................................................................38
3.4. Permasalahan yang Dihadapi .....................................................................38
3.5. Solusi yang Ditawarkan .............................................................................39

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................41


4.1. Kesimpulan.................................................................................................41
4.2. Saran ...........................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................42


LAMPIRAN ..........................................................................................................43

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Susunan manajemen pada PT. Perkebunan Nusantara VI .........................4


Tabel 2. Jenis-jenis teh hitam orthodoks ................................................................18
Tabel 3. Kapasitas kemasan papersack teh hitam orthodoks .................................19
Tabel 4. Klasifikasi mutu teh hitam CTC ..............................................................24
Tabel 5. Isian papersack teh hitam CTC................................................................26
Tabel 6. Spesifikasi mesin pengering FBD ............................................................34

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bangunan pabrik PTPN VI ................................................................... 4


Gambar 2. Kriteria pemetikan ............................................................................... 10
Gambar 3. Penimbangan ....................................................................................... 11
Gambar 4. Penerimaan pucuk basah ..................................................................... 11
Gambar 5. Analisa pucuk ...................................................................................... 12
Gambar 6. Monorail .............................................................................................. 13
Gambar 7. Proses pelayuan Witehring Trough (WT) .......................................... 14
Gambar 8.OTR (Open Top Roller) ...................................................................... 15
Gambar 9. Ruang proses fermentasi ..................................................................... 16
Gambar 10. Pengujian organoleptik ...................................................................... 19
Gambar 11. Penggudangan ................................................................................... 20
Gambar 12. Mesin roll CTC triplex ...................................................................... 21
Gambar 13. Googie ............................................................................................... 22
Gambar 14. Proses oksidasi enzimatis .................................................................. 22
Gambar 15. Mesin Fluid Bed Driyer (FBD) ........................................................ 23
Gambar 16. Mesin sortasi vibro trinick 1 dan 2 .................................................... 24
Gambar 17. Proses pengemasan teh hitam CTC ................................................... 25
Gambar 18. Skema diagram alir sistem pengering FBD ...................................... 28
Gambar 19. Termokople ........................................................................................ 29
Gambar 20. Heat Exchanger ................................................................................. 30
Gambar 21. Hopper ............................................................................................... 30
Gambar 22. Pengering FBD jenis kontinyu .......................................................... 31
Gambar 23. Pengering FBD aliran plug ................................................................ 32
Gambar 24. Pengering FBD bergetar .................................................................... 33
Gambar 25. Pengeringan bubuk teh dengan menggunakan FBD ......................... 36
Gambar 26. Skema model proses pengeringan teh hitam otomatis ...................... 39

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data pengeringan mesin FBD terhadap mutu bubuk teh orthodoks
tanggal 25 Juli–28 Juli 2019 ............................................................ 43
Lampiran 2. Perkembangan produksi selama dasawarsa terakhir ........................ 45
Lampiran 3. Denah Lokasi Pabrik PT. Perkebunan Nusantara VI ....................... 46
Lampiran 4.Denah Pabrik PT. Perkebunan Nusantara VI .................................... 47
Lampiran 5. Denah peta tanaman kopi dan teh ..................................................... 48
Lampiran 6. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara VI .......................... 49

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan


Kekayaan alam Indonesia merupakan suatu sumber daya alam yang harus
dijaga kelestariannya. Salah satunya dibidang perkebunan yang merupakan sektor
perluasan dari bidang pertanian. Teh merupakan tanaman perkebunan yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi, hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah
devisa negara karena telah diekspor ke luar negeri. Adanya nilai jual yang tinggi
tersebut maka tanaman teh banyak dibudidayakan di Indonesia, salah satu nya di
PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro.
PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro merupakan perusahaan
BUMN yang bergerak di bidang pengolahan teh hitam. Teh yang dihasilkan
berupa bubuk teh kering dari proses pengolahan orthodoks. Kualitas teh yang
dihasilkan tergantung dari jenis daun teh yang digunakan pada proses
pengolahannya. Agar mendapatkan kualitas bubuk teh yang baik, maka jenis daun
yang digunakan yaitu pucuk tanaman teh karena daun teh yang baik untuk diolah
adalah daun muda (pucuk daun).
Selain itu, kualitas bubuk teh yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh mesin
yang digunakan pada pengolahan teh. Salah satu mesin yang sangat berperan
penting dalam pengolahan teh adalah mesin pengeringan. Tujuan utama
pengeringan bubuk teh adalah menghentikan oksidasi enzimatis senyawa
polifenol dalam teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai
keadaan optimal. Adanya pengeringan maka kadar air dalam bubuk teh akan
menurun, dengan demikian teh akan tahan lama dalam penyimpanan.
Kapasitas mesin pengering ditentukan oleh kemampuan mesin dalam
menguapkan air dari teh per satuan waktu. Faktor lain yang menentukan kapasitas
mesin pengering yaitu kadar air bubuk teh basah, suhu dan volume udara panas,
ketebalan pengisian, dan kecepatan trays (FBD) (Ompusunggu, 2010). Umumnya
alat pengering bubuk teh yang dipakai di indonesia memakai mesin
berkesinambungan seperti FBD (Fluid Bed Dryer).
Berdasarkan uraian di atas, mengingat pentingnya proses pengeringan dalam
pengolahan bubuk teh, maka penulis menarik suatu rumusan masalah dan

1
menyusun suatu karya akhir dengan judul Analisis Mesin Pengering FBD (Fluid
Bed Driyer) Pada Proses Pengolahan Teh Hitam Orthodoks di PT.
Perkebunan Nusantara VI.

1.2. Tujuan Praktik Kerja Lapangan


Tujuan dari pelaksanaan praktik kerja lapangan ini yaitu:
1. Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai budidaya tanaman teh dan
proses pengolahan teh hitam di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu
Aro, Kerinci.
2. Mengetahui analisis mesin pengering FBD (Fluid Bed Dryer) pada
pengeringan bubuk teh yang di hasilkan di PTPN VI Kayu Aro, Kerinci
3. Mengamati, menganalisa serta memberikan solusi terhadap permasalahan
proses pengeringan teh hitam orthodoks dengan mesin pengering FBD.

1.3. Manfaat Praktik Kerja Lapangan


Manfaat dari pelaksanaan praktik kerja lapangan ini yaitu:
1. Meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman kerja yang nantinya
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan di dunia kerja.
2. Menambah pengalaman dan pengetahuan tentang budidaya tanaman teh dan
proses pengolahan teh hitam di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu
Aro Kerinci
3. Membentuk sikap, perilaku, kedisiplinan kerja, serta inisiatif dan kerjasama.

1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di PT. Perkebunan
Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi yang
dilaksanakan pada tanggal 17 Juni sampai dengan 09 Agustus 2019.

2
BAB II
TINJAUAN UMUM PELAKSANAAN PKL

2.1. Sejarah Perusahaan


Kebun/Unit Usaha Kayu Aro dibuka pada tahun 1920 oleh perusahaan
Belanda yaitu NV.HVA (Namlodse Venotchaaf Handle Veriniging Amsterdam).
Penanaman pertama dimulai pada tahun 1923 dan pabrik teh didirikan tahun 1925.
Sejak dimulai beroperasi, teh yang dihasilkan adalah jenis teh hitam (orthodoks).
Pada tahun 1959, melalui PP No. 19 tahun 1959 tentang “Penentuan perusahaan
pertanian/perkebunan milik Belanda yang dikenakan Nasioinalisasi”, maka
perusahaan tersebut diambil alih pemerintah Republik Indonesia. Sejak itu
berturut-turut Kebun Kayu Aro mengalami perubahan Status/Organisasi dan
Manajemen sesuai dengan keadaan yang berlaku yaitu:
1. Tahun 1959 s/d. 1962 Unit Produksi dari PN Aneka Tanaman VI.
2. Tahun 1963 s/d. 1973 bagian dari PNP Wilayah 1 Sumatera Utara.
3. Mulai tanggal 01 Agustus 1974 menjadi salah satu kebun dari PT. Perkebunan
VIII yang berkedudukan di Jln.Kartini No.23 Medan.
Berdasarkan peraturan pemerintah No.11/1996 tanggal 14 Februari 1996
dan surat keputusan Menteri Keuangan RI No.165/KMK.016/1996, tanggal 11
Maret 1996, seluruh PTP yang ada di Indonesia diadakan konsilidasi Ex.PTP.VIII
dan PTP lainnya yang ada di SUMBAR/Jambi menjadi PTP. Nusantara VI
(Persero). Maka terhitung mulai tanggal 11 Maret 1996, Kebun/Unit Usaha Kayu
Aro telah merupakan menjadi salah satu Unit Kebun dari PTP.Nusantara VI
(Persero) yang berkantor pusat di Jln. Khatib Sulaiman No.54 PO. BOX 349
Padang dan Jln. Zainir Haviz No.1 Kota Baru Jambi dan sekarang berkantor di
Jalan Lingkar Barat Paal X Kenali Asam Bawah Kota Baru-Jambi Telp. 0741-
445603-445604 Fax. 0741-44500, Email: info@ptpn6.com, Website
www.ptpn6.com dan Kantor Perwakilan di Padang Jalan H. Agus Salim No. 15
Padang Sumatera Barat 25121 Telp. 0751-25690 Fax.0751-25690 serta Kantor
Perwakilan di Jakarta Jalan Tebet Utara III No.9 Jakarta Selatan-Indonesia Telp.
021-8354802 Fax. 021-8354805.
Pabrik dan Kebun/Unit Usaha Kayu Aro terletak di Desa Bedeng VIII
Kecamatan Kayu Aro Barat Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Bangunan Pabrik

3
Teh PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1. Bangunan pabrik PTPN VI

2.2. Struktur Organisasi Perusahaan


Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro
(dapat dilihat pada Tabel 1) merupakan pembagian kerja. Masing-masing bagian
merupakan unit yang berdiri sendiri dan terdapat seorang sinder bagian/afdeling
yang menjalankan fungsi pengawasan.
Tabel 1. Susunan manajemen pada PT. Perkebunan Nusantara VI
Nama Jabatan
Fadly Wahyudi,S.P Manajer
Hery Kurniawan Asisten Kepala
Aspen Masinis Kepala
Hince KTU
Kamianto Asisten SDM/Umum
Saridi Asisten Pengolahan
Bagus Probo H. Asisten Pengolahan/Teknik
Imron R. Ginting Asisten Tanaman Afd. A
Arnold H. Saragih Asisten Tanaman Afd. B
Hendrik S.P. Siregar Asisten Tanaman Afd. C
Hilal S. Arifin Lubis Asisten Tanaman Afd. D
Tetra Brata Asisten Tanaman Afd. E
Andika Wardana Asisten Tanaman Afd. F
Sugeng Menjalani MBT
Rosipim Perwira Pengamanan
dr. Robby K. Dokter Polikbun
Pembagian kerja pada perusahaan ini mempunyai beberapa bagian, fungsinya
masing-masing dan tanggung jawab yaitu:
1. Manajer
Manajer memiliki fungsi utama untuk mengelola usaha/unit untuk mencapai
tujuan perusahaan, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengamanan

4
asset perusahaan yang ada di kebun termasuk pembinaan sumber daya manusia.
Adapun tugas dan tanggung jawab seorang manajer adalah mengkoordinir seluruh
kegiatan manajemen diperusahaan, menentukan harga bahan baku, menangani
keluhan pelanggan terhadap mutu produk dan menindak-lanjuti hingga tuntas,
bertanggung jawab terhadap kontrak penjualan dan menentukan kebijakan
perusahaan.
2. Asisten kepala
Asisten kepala memiliki fungsi utama untuk membantu manajer dalam
mengelola produksi di kebun dalam upaya mengoptimalkan potensi tanaman
sesuai kualitas dan kuantitas yang telah ditentukan serta pengendalian biaya untuk
pencapaian tujuan perusahaan. Secara umum tugas dan tanggung jawab asisten
kepala yaitu menyusun rencana anggaran tahunan, merencanakan,
mempersiapkan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengolahan serta aspek
lainnya agar mutu dan efisiensi yang tinggi dapat dicapai dengan biaya yang
ekonomis, dan mengantisipasi kemungkinan kejadian yang dapat merugikan
perusahaan.
3. Kepala Tata Usaha (KTU)
Tugas dan tanggung jawab kepala tata usaha yaitu mengelola semua
kegiatan administrasi dan keuangan dalam lingkungan pabrik untuk mendapatkan
data yang benar dan akurat sehingga menghasilkan laporan dan informasi yang
tepat waktu, relevan dan konsisten sebagai alat pengendalian, pengamanan asset
dan sumber daya serta pengambilan keputusan.
4. Kepala pabrik
Tugas dan tanggung jawab kepala pabrik adalah membantu manajer dalam
mengelola pabrik teh hitam orthodoks untuk mengelola/mengoptimalkan hasil
produksi teh sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang telah ditentukan serta
pengendalian biaya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kepala pabrik langsung
membawahi/mengawasi bagian laboratorium (tester), pengolahan, mekanik,
adrimistrasi pabrik, dan bagian instalasi pabrik.
5. Asisten teknik
Tugas dan tanggung jawab asisten teknik yaitu membuat program perawatan
mesin dan peralatan produksi, melakukan perawatan dan perbaikan mesin, serta
bertanggung jawab terhadap kesesuaian penggunaan mesin-mesin produksi dan

5
sarana-sarana pendukung produksi lainnya sekaligus dalam hal pemeliharaannya
dan perbaikan dalam mendukung kelancaran proses produksi, dan melaporkan
kegiatan operasional pabrik kepada kepala pabrik.
6. Asisten pengolahan
Asisten pengolahan bertanggung jawab dalam melaksanakan pengolahan
sesuai jadwal yang ditentukan. Sehingga mencapai hasil yang optimal dan
melaksanakan absensi karyawan yang menjadi tanggung jawab serta menyusun
laporan harian.
7. Asisten afdeling
Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan tanaman dan pemanenan serta
mengawasi keadaan kebun. Asisten afdeling dibagi disetiap afdeling mulai dari
afdeling A sampai afdeling F.

2.3. Kegiatan Umum Perusahaan


PT. Perkebunan Nusantara VI merupakan salah satu perusahaan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang melakukan kegiatan produksi dari awal
penyediaan bahan baku hingga proses pengolahan bahan baku. Penyediaan bahan
baku yang dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VI terdiri dari beberapa
kegiatan, yaitu:
2.3.1. Budidaya tanaman teh
1. Pembibitan
Pembibitan merupakan tahap pertama yang dilakukan dalam budidaya teh.
Saat ini penyediaan bibit tanaman di PT. Perkebunan Nusantara VI dilaksanakan
dengan cara stek. Alasan dipilihnya budidaya dengan cara stek karena dianggap
efektif untuk memenuhi kebutuhan bibit tanaman teh dalam jumlah banyak. Selain
itu, jenis klon yang dibutuhkan dipastikan akan bersifat sama unggulnya dengan
pohon induknya. Bahan tanam yang berasal dari stek menghasilkan bibit yang
lebih cepat dan teknik perbanyakannya lebih mudah.
Sumber tanah yang digunakan dalam pembibitan diambil dari lahan yang
sudah lama tidak diolah dan letaknya agak miring, pH tanah yang baik untuk
tanaman teh yaitu 4,5-5,5. Tanah untuk pengisian polibag dipisahkan antara tanah
(topsoil) dan tanah bawahan (subsoil). Pengisian polibag dilakukan dengan
mengisi 2/3 bagian bawah dengan topsoil dan 1/3 bagian atas dengan subsoil.

6
Cara pengisian kantong plastik tidak boleh terlalu padat, jangan ditekan, cukup
dengan menjatuhkan beberapa kali sambil dipegang tepi ujung bagian atas.
Selanjutnya polibag disusun dalam bedengan dengan ukuran lebar 1 m, panjang
15 m dan jarak antar bedengan 60 cm.
Adapun pengambilan ranting stek atau stekres mulai dapat diambil 4 bulan
setelah pemangkasan. Tanda bahwa stekres matang ialah apabila pangkal stekres
sepanjang ± 10 cm sudah menunjukkan warna coklat. Ranting dipotong dengan
pisau tajam. Satu stek terdiri dari satu lembar daun dengan ruas sepanjang 0.5 cm
diatas dan 3-4 cm dibawah buku. Stek ditampung dalam satu tempat yang berisi
air bersih. Stek tidak boleh direndam lebih dari 30 menit. Satu ranting stek hanya
digunakan bagian tengahnya saja dan rata-rata diperoleh 3-4 stek yang baik untuk
dijadikan bibit. Cara penanaman stek:
a. Satu hari sebelum stek ditanam, kantong plastik/polibag yang sudah berisi
tanah disiram dengan air bersih sampai cukup basah.
b. Stek dicelupkan dalam larutan Dithane M 45 0,2% selama 1 menit dan Atonik
0,025% selama 2 menit.
c. Stek ditanam dengan mengarah daun ke tangan si penanam. Arah daun miring
ke atas dan tidak boleh saling menutupi satu sama lain.
d. Setelah itu disiram kembali dengan air bersih secara hati-hati agar stek tidak
goyah.
e. Bedengan ditutup dengan sungkup plastik. Sungkup plastik ditutup selama 3-4
bulan tergantung pertumbuhan bibit, dan hanya dibuka untuk keperluan
pemeliharaan saja setelah itu segera ditutup kembali (setelah pemeliharaan
selesai).
2. Penanaman
Bibit siap tanam yang baik adalah bibit yang umur tanam nya maksimal 12
bulan, mempunyai sistem perakaran yang cukup, serta tinggi minimal 25 cm.
Kegiatan penanaman harus memperhatikan penentuan jarak tanam yang tepat,
pengajiran, pembuatan lubang tanam, teknik penanaman dan penanaman tanaman
pelindung yang diperlukan. Pembuatan lubang tanam dilakukan 1-2 minggu
sebelum dilakukan penanaman. Persiapan lahan yang baik akan memperlancar

7
kegiatan penanaman maupun pemeliharaan. Beberapa hal penting yang harus
diperhatikan mulai dari persiapan sampai penanaman tanaman baru yaitu:
a. Tanah harus sudah bebas dari cendawan akar.
b. Lubang tanam untuk tanah yang tidak diolah dibuat dengan ukuran minimal 30
cm x 30 cm dan kedalaman 40 cm. Sebelumnya, gulma disemprot herbisida.
Tanah yang dicangkul, lubang tanam dapat berukuran lebih kecil.
c. Waktu tanam biasanya pada awal musim hujan
d. Jarak tanam 80 cm x 70 cm dan setiap 20 m barisan tanaman dijarangkan 0.5 m
untuk jalan pekerja.
e. Bibit siap tanam yaitu berbatang cokelat, minimal memiliki 7 helai daun dan
tinggi 25 cm.
f. Pada saat penanaman, tanah di polibag tidak boleh pecah dan tanah di sekitar
bibit dipadatkan.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan mengacu pada masa antara bibit
ditanam sampai tanaman siap petik. Kegiatan pemeliharaan tanaman belum
menghasilkan yaitu:
a) Penyisipan
Penyisipan dilakukan pada tanaman yang mati, bertujuan agar populasi
tanaman menjadi penuh. Penyisipan dilakukan mulai 2-4 minggu setelah
penanaman.
b) Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual dan kimiawi.
Pengendalian gulma secara manual dilakukan menggunakan cangkul, sedangkan
secara kimia dengan Chemical Weed Control (CWC). Ditinjau dari sifat racunnya
herbisida ini dibedakan atas herbisida sistemik dan herbisida kontak. Herbisida
sistemik yaitu bahan aktif herbisida tersebut menyerang tanaman melalui akar
sehingga menyebar ke seluruh jaringan tanaman dan mematikan secara perlahan,
sedangkan herbisida kontak yaitu mematikan gulma dalam waktu yang singkat
karena langsung menyerang bagian luar tanaman.

8
c) Pengendalian hama dan penyakit
Hama adalah organisme yang mengambil, memakan dan merusak secara
langsung bagian tanaman, sedangkan penyakit adalah semua patogen yang
merusak fungsi, bentuk dan nilai ekonomi tanaman teh. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan menggunakan insektisida chix untuk mengendalikan hama ulat
bulu dan ulat keling dan fungisida kocide untuk mengendalikan penyakit blister
blight. Dosis yang digunakan yaitu dalam 700 ml air dilarutkan chix sebanyak 7
ml dan pengaplikasiaanya dengan menyemprotkan larutan chix pada tanaman
yang terserang hama menggunakan sprayer. Dosis kocide yang dipakai yaitu
larutan 40 liter air dicampur dengan kocide dengan konsentrasi 0,25%/ha dan
pengaplikasiannya dengan menyemprotkan larutan kocide menggunakan sprayer.
d) Pemupukan
Pemupukan berfungsi menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman, memperbaiki kemasaman tanah, dan dapat menambah jumlah
mikroorganisme tanah. Tanaman tua pemupukan dapat dilakukan dengan
pembuatan lubang disamping penanaman bibit, setelah itu pupuk dimasukkan ke
dalam nya. Pemupukan harus memenuhi 4T yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat
waktu dan tepat cara. Jenis pupuk yang digunakan yaitu pupuk urea, TSP, KCl
dan Kieserit.
4. Pemetikan
Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi
syarat-syarat pengolahan. Pemetikan juga berfungsi sebagai usaha membentuk
kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan.
Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan
pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Pucuk teh di
petik dengan periode antara 6-12 bulan. Disamping faktor luar dan dalam,
kecepatan pertumbuhan tunas baru dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal
pada perdu yang biasa disebut daun pemeliharaan.
Kecepatan pertumbuhan tunas akan mempengaruhi beberapa aspek
pemetikan yaitu jenis pemetikan, jenis petikan, daur petik, pengaturan areal
petikan, pengaturan tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan. Bagian tanaman teh
yang dipetik adalah bagian pucuk, karena pada bagian ini kadar katekin tinggi,

9
dimana katekin ini merupakan senyawa utama yang akan dioksidasi secara
enzimatis. Terdapat dua jenis pucuk teh yang boleh dipetik yaitu:
1. Pucuk peko, merupakan pucuk ujung yang tumbuh aktif atau kuncup tunas
aktif berbentuk runcing yang terletak pada ujung pucuk. Tanaman yang
tumbuh normal mengalami periode pucuk aktif. Setelah menghasilkan 4-7
daun, pucuk mengalami dormansi (memburung).
2. Burung, merupakan periode kuncup atau pucuk dormansi (tunas tidak aktif)
selama 1,5 bulan yang terletak pada ujung pucuk. Pada periode ini pucuk in
aktif mereduksi atau memperlambat pertumbuhan. Keadaan ini selain bersifat
alami, juga karena tekanan lingkungan seperti kekeringan, kekurangan pupuk,
dan petikan terlalu kasar (kandas).
Kriteria pemetikan yang baik adalah berdasarkan rumus petikan (Gambar 2).
Rumus petikan tesebut yaitu:
1. Petikan halus, yakni pucuk teh yang terdiri dari pucuk peko dengan satu daun
muda (P+1M) dan pucuk burung dengan satu daun muda (B+1M).
2. Petikan medium, yakni petikan yang terdiri dari pucuk peko dengan dua daun
muda (P+2M) hingga tiga daun muda (P+3M) serta pucuk burung dengan dua
daun muda (B+2M) hingga tiga daun muda (B+3M). Petikan medium ini
merupakan petikan yang paling bagus untuk diolah menjadi teh hitam CTC.
3. Petikan kasar, yakni petikan yang terdiri dari pucuk peko dengan empat atau
lebih daun (P+4 atau lebih) dan pucuk burung dengan dua atau lebih daun tua
(B+2T atau lebih).

Gambar 2. Kriteria pemetikan

10
2.3.2. Proses pengolahan teh hitam
Proses pengolahan daun teh hingga menghasilkan teh hitam di PT.
Perkebunan Nusantara VI meliputi pengolahan secara orthodoks dan CTC
(Crushing, Tearing and Curling). Berikut cara masing-masing pengolahan nya:
1. Proses pengolahan teh hitam orthodoks
a. Penerimaan Pucuk
Pucuk yang sudah sampai di pabrik harus segera diturunkan dari truk untuk
menghindari kerusakan pucuk, selanjutnya pucuk akan segera ditimbang dan
diangkut ke whitering through untuk dilayukan. Timbangan yang digunakan yaitu
timbangan digital (avery berkel) dengan kapasitas maksimal mencapai 30.000 kg.
Proses penimbangan ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Penimbangan
Penerimaan pucuk basah di pabrik berdasarkan data produksi daun basah
2018-2019, penerimaan pucuk teh basah periode Juni 2018-Juni 2019 secara
umum mengalami fluktuasi seperti terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Penerimaan pucuk basah

11
Berdasarkan gambar di atas penerimaan pucuk basah selama dua bulan
terakhir tidak memenuhi RKAP. Faktor yang mempengaruhinya yaitu curah
hujan, perawatan, pembersihan, pemangkasan, pemetikan, pemupukan, serta lahan
yang ditanam ulang (replanting) merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
produksi pucuk yang dihasilkan.
b. Analisa Pucuk
Analisa pucuk dilakukan untuk mengetahui mutu pucuk yang didapatkan.
Cara analisa pucuk adalah dengan mengambil sampel dari setiap afdeling secara
acak. Proses analisa pucuk pertama-tama diambil sampel pucuk teh sebanyak 250
gram dari withering trough secara acak. Pengambilan sampel dilakukan per
mandor, dalam satu truk terdiri dari 2-3 mandor tergantung dari hasil petikan.
Setelah sampel diambil dilakukan pemisahan dengan kategori yang halus dan
kasar seperti pada Gambar 5. Kategori kasar meliputi memar, rusak, dan tangkai
hasil potesan, sedangkan kategori halus adalah pucuk medium. Analisa pucuk
dilakukan dengan membandingkan pucuk kategori halus dengan banyaknya
sampel, jika didapatkan persentase nya >60% maka pucuk dalam kategori baik.
Menentukan mutu pucuk berdasarkan berat petikan pucuk muda dibagi dengan
total berat sampel.

Gambar 5. Analisa pucuk


c. Pelayuan
Tujuan dari proses pelayuan adalah untuk menguapkan sebagian kadar air
secara perlahan pada pucuk daun teh basah, sehingga daun menjadi lemas dan
mudah untuk dilakukan proses penggulungan. Secara langsung baik atau tidaknya
hasil layuan menentukan kualitas mutu teh yang dihasilkan. Faktor yang
mempengaruhi proses pelayuan yaitu kondisi pucuk daun teh,cuaca, lama
pelayuan, suhu pelayuan, peralatan, dan tebal hamparan (Dimas, 2011). Proses

12
pelayuan merupakan suatu proses pengeringan yang lambat yaitu dilakukan
selama 18-20 jam atau tergantung kondisi cuaca untuk menurunkan kadar air pada
daun hingga 50%-53%. Suhu udara pada proses pelayuan harus dijaga dengan
baik agar daun tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lama layu. Supaya
mendapatkan pelayuan yang baik, maka pada stasiun ini dilengkapi dengan
peralatan, yaitu:
a. Monorail
Monorail adalah suatu alat untuk membawa pucuk teh didalam kantong
fishnet yang diangkut truk dari kebun ke stasiun daun basah. Alat ini terdiri dari
rel, roda-roda baja kecil yang dihubungkan dengan kabel baja dan dibawa nya
dengan digantung kursi tempat kantong pucuk. Tenaga penggeraknya
elektrometer dilengkapi dengan gear box. Kapasitas satu kursi monorail 25–35 kg.
Proses pengangkutan pucuk dengan monorail dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Monorail
b. Witehring Trough (WT)
WT adalah bak empat persegi panjang yang di depannya dipasang kipas
(fan). Alat ini merupakan tempat pembeberan dan pelayuan pucuk yang dibawa
oleh monorail kedalam stasiun pelayuan. Bak empat persegi terbagi atas dua
bagian, pada bagian atas tempat pucuk dibeberkan dan bagian bawahnya, ruangan
tempat udara kering yang dihembuskan oleh kipas. Proses pelayuan dilakukan
selama 18-20 jam atau tergantung kondisi cuaca. Pelayuan dilakukan untuk
mengurangi kandungan air hingga 50-51% dengan persentase kelayuan 49-50%.
Selama pelayuan pembalikkan pucuk (pengirapan) dilakukan 4 jam sekali untuk
mendapatkan layu yang rata dan sempurna. Stasiun ini terdapat 88 unit WT
dengan kapasitas rata-rata 1–1,4 ton/unit dan ukurannya 1,6-33,5 M dengan

13
kapasitas 1.500 kg. Temperatur udara untuk pelayuan 26o-28oC dengan
kelembaban 76%. Proses pelayuan dengan WT dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Proses pelayuan Witehring Trough (WT)

Spesifikasi WT:
1) Panjang atas : 22 m 3) Lebar atas :1,55 m
2) Panjang bawah : 21,65 m
4) Lebar bawah : 1,33 m
c. Heater
Heater adalah suatu alat yang menghasilkan panas nantinya digunakan
untuk membantu proses pelayuan, dimana udara panas berasal dari heater
disalurkan melalui sebuah cerobong ke WT dengan temperatur udara kering 80o-
100oC. Kipas WT udara dari heater dicampur dengan udara luar, diatur oleh klep
stelan udara panas sehingga temperatur dan kelembaban udara yang masuk
kedalam WT dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Udara panas diperoleh dengan
cara memanaskan pipa-pipa besi yang di dalamnya mengalir udara dan dilengkapi
dengan burner sebagai sumber nyala api dan mengalir menggunakan bahan bakar
solar.
d. Ducthing chamber
Dutching digunakan untuk mengalirkan udara panas dari heater ke WT dan
chamber untuk mengatur jumlah udara panas yang mengalir. Lobang chamber
dibuat 1/10 dari luas corong fan WT. Tingkat kelayuan daun yang baik pada
proses pelayuan menggunakan suhu yaitu berkisar antara 28-30⁰C, namun suhu
yang digunakan tidak boleh melebihi dari 30⁰C karena dikhawatirkan daun akan
terlalu layu, karena derajat layu yang baik yaitu berkisar antara 44⁰-46⁰. Ciri-ciri
pucuk layu sesuai dengan yang diharapkan yaitu struktur daunnya menjadi lemas
dan batang daun terasa lentur, dan ketika dihirup daun yang sudah layu dengan

14
baik akan mengeluarkan aroma wangi teh, hal ini berbeda ketika pucuk daun
belum layu dengan baik.
d. Turun daun layu
Turun daun layu adalah proses pemasukan daun layu ke dalam OTR (Open
Top Roller), daun layu dari WT tersebut dimasukkan ke dalam gentong-gentong
berisi ± 25-35 kg daun layu lalu diangkut oleh monorail menuju lantai dua pabrik.
Pada lantai dua terdapat lubang-lubang di permukaan, dimana lubang tersebut
terhubung dengan corong menuju OTR. Kadar air pucuk sangat berpengaruh
dalam proses turun daun jika kadar air nya sudah memenuhi syarat, maka akan
dilakukan proses turun daun layu, dan sebaliknya.
e. Penggulungan dan penggilingan
Proses penggulungan dan penggilingan dimulai dengan turunnya daun layu
melalui cerobong yang akan masuk kebagian bak penampung OTR (Open Top
oller) untuk proses penggulungan seperti pada Gambar 8. Tujuan penggulungan
yaitu untuk memotong, menggiling atau menggulung daun, memeras cairan sel
sebanyak-banyaknya oleh gerakan memutar dari mesin giling serta mengecilkan
daun menjadi partikel-partikel kecil yang bergulung (Ningrat, 2006). Lama
penggulungan di OTR adalah 50 menit dimana 5 menit pemasukkan pucuk, 40
menit penggulungan dan 5 menit pengeluaran bubuk. Kecepatan putar OTR 40-45
Rpm dengan diameter silinder 1183 cm, daa 20 HP dan kapasitasnya 375 kg.

Gambar 8.OTR (Open Top Roller)


Hasil penggulungan ditampung lalu diangkut menggunakan gerobak
pengangkut (trolley) dan dibawa menuju ayakan DIBN (Double India Breaker
Natsorteerder). DIBN merupakan ayakan yang berfungsi untuk memisahkan atau
mensorter bubuk dan menyeragamkan bubuk dari jenis-jenis tertentu, untuk itu

15
ayakan ini dilengkapi dengan saringan (mesh). Ayakan ini terdiri dari dua bingkai
ayakan dan diletakkan diatas frame yang digerakkan oleh as engkol dengan
putaran 125 Rpm, kawat ayakan atau mesh terbuat dari stainless steel, kemiringan
ayakan 5o-6 o dengan kapasitas mesin 4000 kg/jam. Jumlah mesin DIBN sebanyak
tiga unit.
f. Fermentasi
Fermentasi adalah proses pemeraman bubuk dan proses oksidasi enzimatis
yang terjadi pada bubuk untuk menentukan rasa, aroma, dan warna teh jadi.
Fermentasi dilakukan di dalam ruang khusus dimana RH (Relativity Humidity)
atau kelembaban relatif dikontrol menggunakan humidifier yaitu 90-97%,
sedangkan suhu ruang fermentasi berada pada rentang 18-20oC dan suhu bubuk
teh dijaga agar tetap pada kisaran 26-27ᵒC. Proses fermentasi bubuk teh
ditunjukkan pada Gambar 9 di bawah ini.

Gambar 9. Ruang proses fermentasi


Fermentasi untuk bubuk 1 dilakukan selama 65 menit, bubuk 2 dilakukan
selama 35 menit, bubuk 3 selama 15 menit, bubuk 4 selama 5 menit, namun badag
tidak melalui proses fermentasi. Fermentasi dilakukan sampai bubuk berubah
warna menjadi coklat kemerahan. Menentukan keberhasilan pada proses
fermentasi dibutuhkan beberapa perlengkapan yaitu humidifier merupakan alat
yang digunakan untuk mengatur kelembaban udara di dalam ruang fermentasi
agar tetap, kedua baki fermentasi (tambir) berfungsi untuk menghamparkan bubuk
hasil dari sortasi basah yang akan dioksidasi secara enzimatis yang terbuat dari
alumunium anti karat dengan kapasitas 5-7 kg, dan rak fermentasi (trolly) sebagai
alat pemindah bahan yang terdiri dari baki fermentasi dan rak besi sebagai
penyangganya.

16
g. Pengeringan
Pengeringan atau penggorengan bubuk dilakukan dengan mesin pengering
(dryer) dengan tujuan untuk menurunkan kadar air dalam bubuk menjadi 2,5–3%
supaya dapat disimpan lama. Stasiun ini dilengkapi dengan beberapa mesin
pengering, yaitu:
1) Mesin FBD (Fluid Bed Driyer)
Udara panas yang dihembuskan oleh kipas heater (main fan) mengalir dari
bawah, dimana hembusan udara panas yang masuk dryer cukup kuat sehingga
bubuk bergerak mengambang diatas plat yang diberi lobang-lobang supaya udara
dapat menembus plat dan mengeringkan bubuk yang dalam dryer. Mesin ini
merupakan driyer utama yang berfungsi untuk mengeringkan bubuk teh jenis I
sampai IV.
2) Mesin TSD (Two Stage Driyer)
Konstruksi mesin ini juga berbentuk gerbong, namun untuk mesin TSD
lebih lebar. Udara panas dari heater dihembuskan oleh main fan kebawa trays
sekaligus mengeringkan bubuk yang berada diatas trays, didalam mesin dibuat
dua buah trays convenyor untuk membawa masuk secara perlahan bubuk yang
dikeringkan melalui empat tingkat, terakhir bubuk keluar pada tingkat bawah
dalam keadaan kering. Temperatur udara dalam driyer untuk inlet 90-95ºC dan
outlet 40-110ºC. Waktu yang dibutuhkan dalam satu kali pengeringan ialah
selama 20–25 menit dengan kapasitasnya 230 – 250kg/jam. Mesin ini digunakan
untuk mengeringkan badag saja.
3) Mesin conquest
Prinsip kerja mesin ini sama dengan TSD, didalam juga terdapat empat
tingkatan tray convenyor yang berguna untuk membawa bubuk teh selama proses
pengeringan. Selain dari bawah udara panas juga dihembuskan dari atas melalui
saluran udara panas yang terdapat di sisi-sisi mesin. Temperatur udara yang
dibutuhkan yaitu untuk inlet 120-125oC dan outlet 55-60oC. Waktu yamg
dibutuhkan 15-18 menit, dengan kapasitas 500-550 kg/jam.
4) Heater
Heater pada mesin pengering hampir sama dengan proses pelayuan, yang
membedakannya adalah heater ini berada disekitar pipa/diluar pipa dan api berada

17
didalam pipa-pipa besi, sehingga penggunaan semakin banyak bubuk yang
dikeringkan semakin banyak cangkang yang dibutuhkan.
h. Sortasi
Teh yang berasal dari pengeringan masih heterogen atau masih bercampur
baur, baik bentuk maupun ukurannya. Selain itu teh juga masih mengandung
debu, tangkai daun, dan kotoran lain yang sangat berpengaruh pada mutu teh
nantinya. Proses penyortiran atau pemisahan bertujuan untuk mendapatkan suatu
bentuk dan ukuran teh yang seragam sehingga cocok untuk di pasarkan dengan
mutu terjamin (Maulana, 2005). Sortasi kering adalah pemisahan bubuk teh
setelah proses pengeringan dimana kadar air bubuk antara 2-3%. Sortasi yang
dilakukan meliputi pemisahan-pemisahan teh kering menjadi beberapa tingkat
mutu (grade) yang sesuai dengan standar perdagangan teh, menyeragamkan
bentuk, ukuran, dan warna masing-masing grade, dan membersihkan teh dari
tangkai, dan serat. Setelah dilakukan sortasi kering, didapatkan 16 jenis teh yang
siap kemas. Tabel 2 menjelaskan jenis-jenis teh hitam orthodoks yang dihasilkan.
Tabel 2. Jenis-jenis teh hitam orthodoks
Grade I Grade II Grade III
BOP I PF II BROKEN MIX
BOP DUST II FLUFF
BOPF BP II
PF BT II
DUST I DUST III
BP DUST IV
BT FANN II

i. Analisa mutu (tester)


Analisa mutu bertujuan untuk menentukan mutu dengan menguji sifat-
sifatnya, serta untuk mengetahui dan memeriksa kesalahan-kasalahan yang terjadi
dalam proses pengolahan. Teh yang diuji ditimbang masing-masing seberat 3
gram untuk setiap jenis mutu teh yang diuji. Teh diseduh dalam cangkir porselein
yang ditutup selama 5 menit, kemudian airnya dituangkan kedalam mangkuk
dengan cara tutup cangkir tidak dibuat penuh agar ampas teh tidak tertuang ke
dalam mangkok. Ampas teh yang tertinggal dalam cangkir bertutup akan diuji
sifat ampasnya (infused leaf) sedangkan air teh yang dituangkan kedalam

18
mangkok akan diuji sifat seduhannya (liquour). Proses pengujian organoleptik
dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Pengujian organoleptik


a. Appearance, b. Liquor, dan c. Infused leaf
j. Pengemasan
Kemasan yang digunakan di PTP. Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro
adalah papersack untuk mutu ekspor dan polibag untuk mutu lokal. Kemasan
papersack yang digunakan sangat tebal karena memiliki lapisan kertas yaitu ply
standard (paling luar),weth strength auto play, high performance craft dan
alumunium foil (craft laminate) dibagian dalam. Papersack memiliki ukuran 80 x
25 x 120 cm. Berikut ini adalah kapasitas kemasan untuk setiap jenis teh
ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kapasitas kemasan papersack teh hitam orthodoks
Netto Netto
Grade I Netto (kg) Grade II Grade III
(kg) (kg)
BOP I 45 PF II 56 BROKEN MIX 55
BOP 50 DUST II 65 FLUFF 50
BOPF 51 BP II 63
PF 56 BT II 58
DUST I 62 DUST III 69
BP 65 DUST IV 69
BT 40 FANN II 58
FANN III 56
FANN IV 50

k. Penyimpanan
Penyimpanan produk atau penggudangan produk memiliki ketentuan atau
persyaratan dimana produk harus memiliki jarak dengan dinding 5 cm dan jarak
dengan lantai 7-10 cm. Gudang memiliki volume dengan panjang 25 m, lebar 10
m dan tinggi 7 m, sehingga dapat menampung 3000 sack atau 150 chop × 20 sack

19
produk teh kering dalam kemasan. Fasilitas gudang yang tersedia meliputi
penerangan dan ventilasi udara yang dijaga, selain itu gudang dilakukan
pembersihan 2 hari sekali setelah dilakukan pemindahan produk untuk
pengiriman. Material bangunan terbuat dari kayu, semen, dan seng serta untuk
jarak pondasi dengan tanah ± 1 m yang bertujuan menghindari uap dari
penguapan tanah. Penggudangan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Penggudangan


2. Proses pengolahan teh hitam CTC (crushing, tearing, curling)
a. Pelayuan
Proses pelayuan CTC di PTP. Nusantara VI bertujuan untuk menurunkan
kadar air hingga 68-70%. Waktu pelayuan nya adalah 12-28 jam. Pelayuan
dihentikan apabila pucuk layu sudah berwarna kekuningan, tangkai daun lentur
dan tidak patah. Selama proses pelayuan akan terjadi perubahan kimia antara lain
berkurangnya kandungan zat padat, pati, dan gum. Selain itu, terjadi perombakan
protein menjadi asam amino, juga perubahan klorofil menjadi feoforbid. Setelah
pelayuan selanjutnya dilakukan turun layu yakni pemindahan pucuk dari ruang
pelayuan ke proses penggilingan. Pucuk yang sudah dilayukan diangkut menuju
Green Leaf Shifter (GLS). Pucuk yang melalui GLS akan memasuki lorong
menuju ke proses penggilingan.
b. Penggulungan dan penggilingan
Proses penggulungan dan penggilingan merupakan proses yang sangat
penting dalam pembentukan mutu teh secara fisik maupun kimiawi. Pengolahan
secara CTC pucuk akan mengalami tiga aksi yaitu perobekan atau pemotongan,
pengepresan, dan penggulungan. Tujuan dari penggilingan adalah memperkecil
ukuran pucuk teh, mengawali reaksi oksidasi enzimatis dengan cara mengeluarkan

20
cairan sel agar terjadi kontak dengan oksigen, dan mengoptimalkan terbentuknya
inner quality. Selama proses penggilingan CTC, hampir seluruh proses
dipengaruhi alat yang bekerja. Pada ruang penggilingan, suhu udara dikendalikan
sebesar 18-24oC dengan kelembaban udara 90-98%.
Mesin roll CTC (seperti pada Gambar 12) melakukan proses crushing,
tearing, dan curling. Proses crushing merupakan proses menggiling atau
menghancurkan, tearing merupakan proses untuk menyobek pucuk teh, serta
curling yang merupakan proses penggulungan pucuk teh. Mesin roll CTC terdiri
dari tiga buah mesin sehingga disebut triplex roll CTC. Setiap roll memiliki
jumlah gigi yang berbeda. Roll CTC 1 memiliki 8 TPI (Tooth Per Inch),
sedangkan roll CTC 2 dan 3 memiliki 10 TPI.

Gambar 12. Mesin roll CTC triplex


Spesifikasi :
1) Nama : CTC Triple 6) Elektromotor Cut 2 : 25 HP, 18.5
X Kw, 1250
2) Kapasitas : 900 – 1000 Rpm
kg / jam
3) Type : Triple X 12 × 7) Elektromotor Cut 3 : 20 HP, 15
36 Kw, 1465
4) No : Rpm
TH.02.13.CTC
8) Elektromotor Blower: 2,2 HP,
5) Elektrmotor Cut 1 : 30 HP, 22
2840
Kw, 1460
Rpm
Rpm
Setiap bubuk teh yang keluar dan masuk diangkut dengan conveyor
berjalan. Setelah bubuk teh melewati serangkaian proses pada roll CTC, maka
conveyor akan membawa bubuk teh basah memasuki googie. Googie berfungsi
untuk menangkap serat dari bubuk teh basah sehingga terpisah antara bubuk teh
halus (Gambar 13). Penangkapan serat ini menggunakan prinsip listrik statis yang
dihasilkan akibat perputaran googie sehingga serat menempel pada dinding dalam

21
googie. Pembersihan serat di dalam googie dibersihkan secara manual dengan
tongkat sikat pembersih.

Gambar 13. Googie


Spesifikasi googie:
1) Nama : Googie 5) Gearbox : 10 : 1
2) Kapasitas : 900 – 1000 kg / 6) Elektromotor : 2 HP, 955 Rpm
jam 7) Putaran googie: 109,14 Rpm
3) Type : CONES
4) No : TH.01.13.GG
c. Oksidasi enzimatis
Bubuk teh basah yang keluar dari googie akan dibawa oleh conveyor
menuju proses oksidasi enzimatis. Di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha
Kau Aro, proses oksidasi enzimatis ini berlangsung di suatu alat yang bernama
continous fermenting unit. Oksidasi enzimatis merupakan tahapan yang paling
penting dalam pengolahan teh hitam karena proses inilah yang menjadi dasar
perbedaan antara teh satu dengan teh lainnya (Gambar 14).

Gambar 14. Proses oksidasi enzimatis


Proses oksidasi enzimatis terjadi dengan mengkondisikan lingkungan untuk
mengoptimalkan terjadinya proses biokimia dalam bubuk teh. Di PT. Perkebunan
Nusantara VI, faktor yang dikendalikan adalah suhu ruang, RH, lama proses

22
oksidasi enzimatis, dan ketebalan hamparan bubuk teh. Suhu yang dikendalikan
adalah suhu ruang yang besarnya dijaga agar bersuhu 20-25oC. Besarnya RH
dijaga agar bernilai ≥90%, hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya
penguapan selama proses oksidasi berlangsung, sedangkan lama prosesnya adalah
selama 65-75 menit. Akhir proses oksidasi ditandai dengan perubahan warna yang
semula hijau menjadi merah tembaga dan tekstur bubuk teh tidak menggumpal,
serta perubahan aroma dari berbau langu menjadi aroma khas teh. Perubahan
warna bubuk teh menjadi merah tembaga diakibatkan oleh adanya degradasi
klorofil menjadi feofitin.
d. Pengeringan
Pengeringan dilakukan menggunakan mesin Fluid Bed Driyer (FBD) seperti
pada Gambar 15. Prinsip kerja FBD adalah mengeringkan bubuk teh basah pada
bed (tray) di dalam FBD dimana bubuk teh tersebut digetarkan dan terpapar oleh
udara panas dari tungku pemanas atau heater yang dihembuskan oleh main fan.
Udara panas tersebut mengalir melalui lorong yang berada di bawah FBD dan
masuk melalui lubang-lubang pada bed sehingga terjadi penguapan air dari bubuk
teh basah. Uap air hasil pengeringan kemudian dihisap oleh cyclone untuk
dibuang keluar dari FBD.

Gambar 15. Mesin Fluid Bed Driyer (FBD)


Mesin pengering FBD memiliki kapasitas kering sebanyak 280-300
kilogram bubuk teh kering perjam. Bahan bakar yang digunakan sebagai
penghasil panas (heater) adalah cangkang sawit yang dibakar di dalam tungku
sebanyak 4-4,5 m3 cangkang per ton kering teh. Suhu yang dicapai di dalam
tungku adalah sebesar 110-150oC. Panas yang dihasilkan oleh pemanas tersebut
dihisap oleh main fan menuju ke FBD sebagai suhu inlet. Udara panas berjalan

23
dari bawah dan dihembuskan ke hamparan bubuk teh basah melalui lubang-
lubang kecil pada bed di dalam FBD sehingga terjadi penguapan air dari bubuk
teh basah berkadar air 68-70% menjadi bubuk teh kering berkadar air 2,8-3,8%.
Semakin tinggi kadar air teh hasil fermentasi maka kapasitas produksi teh kering
yang dihasilkan pada pengeringan menurun (Sembiring, 2009).
e. Sortasi
Mesin sortasi CTC yang digunakan di PT. Perkebunan Nusantara VI yaitu
vibro jumbo extractor, holding tank, middletone, trinick 1 dan trinick 2, dan
andrew breaker. Proses diawali dengan masuknya bubuk teh ke dalam vibro
jumbo extractor untuk pemisahan serat kering dari bubuk teh, kemudian masuk ke
dalam holding tank untuk ditampung sementara. Selanjutnya bubuk teh
mengalami pemisahan awal berdasarkan ukuran partikel di midlletone, dilanjutkan
dengan pemisahan berdasarkan ukuran mesh pada trinick 1 dan trinick 2 sehingga
didapatkan produk akhir dan produk samping berupa tea waste (Gambar 16).

Gambar 16. Mesin sortasi vibro trinick 1 dan 2


Hasil sortasi TW akan dijadikan mutu 2 atau bisa juga masuk mutu 1
apabila memenuhi standar. Klasifikasi mutu teh setelah melalui serangkaian
proses sortasi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi mutu teh hitam CTC
Ukuran (mesh) Mutu 1 Mutu 2
10 BP 1 -
12 BP 1 -
16 PF Fann
20 PD Fann
24 PD D2
30 D1 D2
50 D 1 dan D 2 -

24
f. Tester (quality control)
Tester dilakukan dengan menggunakan uji inderawi. Uji inderawi
merupakan pengujian mutu berdasarkan bentuk, ukuran, warna, rasa dan aroma.
Pengujian mutu yang dilakukan adalah pengujian keseragaman partikel dan uji
kenampakan. Pengujian keseragaman partikel merupakan pengujian yang
dilakukan dengan membandingkan hasil sortasi dari setiap jenis partikel. Teh yang
bagus, kenampakan warnanya hitam, bentuknya granular dan tidak terdapat serat.
g. Pengemasan
Setelah proses sortasi kering selesai, bubuk teh kering dimasukkan ke dalam
peti miring untuk ditampung sesuai dengan jenisnya. Peti miring yang sudah terisi
penuh kemudian dibuka klep di bawahnya agar teh keluar dan dijalankan oleh
conveyor menuju ke prepacker dengan tujuan untuk membersihkan serat yang
mungkin masih terikut. Setelah melalui pre-packer bubuk teh diangkut oleh
conveyor menuju tea bulker untuk dilakukan blending bubuk teh sejenis.
Selanjutnya bubuk teh berjalan menuju tea packer sesuai standar isi papersack per
jenis mutunya (Gambar 17). Setelah papersack terisi oleh bubuk teh selanjutnya
ditimbang dan diratakan isinya dengan getaran menggunakan alat packer vibrator.

Gambar 17. Proses pengemasan teh hitam CTC


Papersack tersebut berisikan informasi mengenai label nama produk, alamat
pabrik, grade, gross, netto, dan nomor chop. Papersack dikhususkan untuk
mengemas teh mutu ekspor I, yaitu BP1, PF1, PD dan D1, juga untuk mengemas
mutu II ekspor, yaitu fann dan D2, sedangkan pengemas yang digunakan untuk

25
mutu lokal adalah polibag dengan isi sebanyak 40 kilogram. Adapun standard
isian papersack untuk satu chop dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Isian papersack teh hitam CTC
N Grade
Jenis teh Papersack (Kg) Per Chop = 20 PS (Kg)
o
1 BP1 55 1100 I
2 PF1 58 1160
3 PD 65 1300
4 D1 67 1340
5 FANN 55 1100
6 D2 65 1300 II

26
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1. Bidang atau Unit Kerja


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan di PT. Perkebunan
Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro dilakukan di setiap stasiun pengolahan teh
hitam, mulai dari pemanenan daun teh di perkebunan per afdeling sampai ke
proses pengolahan teh hitam orthodoks dan CTC yang dilakukan di pabrik.
Kegiatan tersebut dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan memahami setiap
proses pengolahan teh hitam dimulai dari bagaimana bahan baku dipersiapkan di
kebun hingga proses pengolahan teh hitam orthodoks dan lancar sampai ke proses
pengepakan bubuk teh siap di ekspor.
Kegiatan pada Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan dengan mengamati
mesin-mesin pelayuan, penggulungan, pengeringan, sortasi, pengepakan dan
menganalisa kerusakan-kerusakan mesin serta memberikan analisa terhadap
permasalahan yang berkaitan dengan pengolahan teh hitam terkhususnya
pengolahan teh hitam orthodoks di stasiun pengeringan menggunakan mesin FBD.

3.2. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan


PT. Perkebunan Nusantara VI Kayu Aro merupakan perusahaan Unit
Usaha yang bergerak di bidang pengolahan teh hitam yang diolah dengan sistem
pengolahan orthodoks dan CTC. Produk yang dihasilkan berupa bubuk teh kering
dalam kemasan papersack dan polibag yang akan dipasarkan ke berbagai negara
di dunia. Produk yang di ekspor mencapai 80% dan sisanya untuk dipasarkan di
lokal dengan harga yang mengikuti bursa pasar.
Pelaksanaan praktek kerja lapangan ini dimulai dari mengetahui,
membantu, mempelajari dan memahami tahapan dari proses pengolahan teh hitam
di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro. Pada kegiatan Praktek
Kerja Lapangan penulis mempelajari secara rinci tentang pengolahan teh dengan
menggunakan salah satu mesin pengering yaitu mesin Fluid Bed Driyer (FBD).
Mesin FBD ini terdapat di stasiun pengeringan.
Pengering bed fluidisasi (fluid bed driyer) banyak digunakan untuk
pengeringan bahan berbentuk partikel atau butiran, baik untuk industri kimia,
pangan, keramik, farmasi, pertanian, polimer dan limbah. Pengeringan bubuk

27
dengan FBD terbukti lebih baik dibandingkan dengan jenis lain, seperti rotari,
trowongan, konveyor atau rak berjalan. Data hasil pengeringan bubuk teh dapat
dilihat pada lampiran 1. Berdasarkan data tersebut kadar air yang didapatkan ada
yang memenuhi standar dan ada yang tidak memenuhi, sehingga juga berpengaruh
terhadap warna, rasa, dan sifat ampas. Hal ini juga di pengaruhi oleh temperatur
suhu masuk dan keluar dari mesin FBD, jika temperatur yang masuk tinggi maka
kapasitas pengeringannya juga tinggi, dan sebaliknya. Sesuai dengan penelitian
Ompusunggu (2010), yaitu semakin rendah temperatur udara masuk maka
semakin rendah kapasitas pengeringan FBD per kg/jam. Beberapa keuntungan
pengeringan FBD diantaranya adalah:
a) Laju pengeringan tinggi, karena persentuhan antara partikel dan gas terjadi
sangat baik yang menyebabkan tingginya laju pindah panas dan massa.
b) Luas permukaan aliran lebih kecil
c) Efisiensi panas tinggi, terutama jika bagian energi panas untuk pengeringan
diberikan dengan penukar panas internal.
d) Biaya investasi dan pemeliharaan lebih rendah dibandingkan dengan pengering
rotari.
e) Mudah dikendalikan.
3.2.1. Prisip kerja FBD
Fluidisasi merupakan fenomena yang di akibatkan perlakuan fluida (zat cair
atau gas) terhadap zat padat, sehingga zat padat akan bersifat sebagai cairan atau
gas. Pengeringan bubuk teh dengan menggunakan FBD zat padatnya adalah
partikel teh, sedangkan fluidanya adalah udara. Skema diagram alir sistem
pengering Fluid Bed Driyer dapat dilihat pada gambar 18 dibawah ini.
Outlet 90-95oC

Inlet 100-120oC

Gambar 18. Skema diagram alir sistem pengering FBD

28
Setelah pemanas sudah dinyalakan dan telah mencapai suhu 140ºC yang di
ukur oleh termometer bimetal maka udara segar dialirkan ke pemanas oleh kipas
(blower), setelah itu udara yang sudah panas di dalam heat exchanger di alirkan
ke mesin fluid bed driyer dengan temperatur udara panasnya 100-120ºC melalui
aliran dari bawah FBD, setelah udara panas itu masuk barulah padatan basah di
masukkan ke FBD. Setelah padatan masuk dan proses pengeringan berlangsung,
temperatur udara keluar nya harus 90-95ºC agar hasil pengeringannya baik.
3.2.2. Bagian-bagian pendukung FBD dan fungsinya
Mesin pengering FBD terdiri atas beberapa bagian yaitu:
1. Termokople
Termokople berfungsi sebagai pengontrol temperatur udara masuk (intlet)
dan udara keluar (outlet). Bentuk termokople dapat dilihat pada Gambar 19
dibawah ini.

Gambar 19. Termokople


2. Elemen pemanas (heat exchanger)
Elemen Pemanas berfungsi untuk memanaskan udara sehingga kelembaban
relatif udara pengering turun, dimana kalor yang dihasilkan dibawa oleh aliran
udara yang melewati elemen pemanas sehingga proses penguapan air dari dalam
bahan dapat berlangsung. Elemen pemanas yang digunakan di PT. Perkebunan
Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro dapat dilihat pada Gambar 20.

29
Gambar 20. Heat Exchanger

3. Hopper
Hopper berfungsi sebagai tempat memasukkan bahan yang akan
dikeringkan ke ruang pengering. Hopper yang digunakan dapat dilihat pada
Gambar 21.

Gambar 21. Hopper


4. Kipas (blower)
Kipas (blower) berfungsi untuk menghasilkan aliran udara, yang akan
digunakan pada proses fluidisasi. Kipas juga berfungsi sebagai penghembus udara
panas ke dalam ruang pengering untuk mengangkat bahan agar proses fluidisasi
terjadi.
3.2.3. Tipe-tipe pengering FBD
Ada 3 jenis tipe Pengering Bed Fluidaisasi yang saring digunakan dalam
dunia industri yaitu:
1. Pengering FBD jenis kontinyu
Pengering jenis ini suhu tumpukan seragam dan sama dengan suhu produk
dan suhu udara keluar. Tetapi, karena sifat keragaman sebaran waktu tinggal

30
produk, maka kadar air produk akan beragam mulai dari kadar air awal hingga
nilai yang lebih rendah, salah satu keunggulan pengering kontinyu adalah
kemudahan proses penjatuhan umpan ke dalam tumpukan dan kemudahan
fluidisasi. Skema pengering FBD jenis kontinyu dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22. Pengering FBD jenis kontinyu


2. Pengering FBD aliran plug
Pengering FBD aliran plug biasanya mempunyai rasio antara tinggi dan
lebar sebesar 5:1 atau 3:1. Padatan mengalir secara kontinyu melalui saluran dari
bagian masukan hingga bagian keluaran . Hal ini menjamin keseragaman waktu
tinggal semua partikel tanpa memperhatikan ukurannya. Kadar air partikel yang
hampir bersifat monodispersi bias dipastikan seragam.
Masalah operasional utama terjadi pada pengumpanan, dimana umpan basah
harus difluidisasi secara langsung dari pada dicampur dengan bahan kering seperti
pada jenis tercampur sempurna. Mengatasi masalah ini, beberapa strategi
alternative dapat dilakukan yaitu menggunakan pengaduk di daerah
pengumpanan, mencampur balik padatan, dan menggunakan pengering flash
untuk menghilanglkan air sebelum pengering FBD. Jenis pengering FBD aliran
plug merupakan salah satu pengering yang digunakan di PT. Perkebunan
Nusantara VI. Skema proses pengering FBD aliran plug dapat dilihat pada
Gambar 23.

31
Gambar 23. Pengering FBD aliran plug
Pada akhirnya pengeringan, efisiensi termal mungkin akan lebih rendah
karena pengeringan yang terjadi hanya sedikit sedangkan laju aliran gas harus
tetap tinggi
untuk menjaga fluidisasi. Sehingga suhu udara pengering dan kecepatan, pada
tingkat
yang lebih rendah, menurun dengan cepat bersamaan dengan mengeringnya
bahan,
sangat menguntungkan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi degradasi
termal pada produk.
3. Pengering bed fluidisasi bergetar
Tumpukan yang partikelnya sulit difluidisasi, karena sebaran ukuran yang
sangat luas atau adanya gaya adhesi (sifat lengket) yang kuat antara partikelnya,
dapat digunakan pengering bed fluidisasi bergetar, baik dalam bentuk curah atau
kontinyu. Penerapan getaran mekanis sinusoidal yang hampir tegak (setengah
amplitude 3-5mm, frekuensi 10-50 Hz) dapat menghasilkan fluidisasi semu pada
tumpukan dengan laju aliran udara rendah. Pada kasus ini, kebutuhan
hidrodinamik dan pindah panas/massa dapat dipisahkan secara efektif seperti pada
Gambar 24. Kecepatan udara dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan kinetika
pengeringan, harus lebih kecil dari kecepatan fluidisasi minimum, karena diatas
kecepatan tersebut tumpukan tidak lagi dapat bersentuhan secara kontinyu dengan
lempeng bagi penggetar.

32
Gambar 24. Pengering FBD bergetar
3.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja FBD
Faktor-faktor yang sering mempengaruhi kinerja Fluid Bed Driyer (FBD)
ada empat yaitu:
a. Pengaruh tinggi bed
Bahan dengan mobilitas kadar air internal yang tinggi (seperti, biji besi,
resin penukar ion, silika ger), biasanya pengeringan terjadi didekat lempeng
pembagi. Peningkatan ketinggian tumpukan melebihi nilai tertentu tidak
menyebabkan perbedaan laju pengeringan. Bahan-bahan yang agak sulit
dikeringkan (mempunyai tahanan besar terhadap pengering), seperti biji-bijian,
peningkatan ketinggian tumpukan akan menurunkan laju pengeringan.
b. Pengaruh ukuran partikel
Waktu yang dibutuhkan untuk menguapkan sejumlah tertentu uap air
meningkat sebesar kuadrat dari diameter partikel tersebut, jika seluruh kondisi
lainnya sama.
c. Pengaruh kecepatan udara/gas
Kecepatan gas berpengaruh dominan dalam mengeringkan air permukaan,
tetapi hampir tidak berpengaruh untuk partikel dengan tahanan internal yang
tinggi terhadap perpindahan uap air.
d. Pengaruh suhu bed
Pengaruh ini rumit dan tergantung pada beda antara tahanan internal dengan
tahanan eksternal terhadap perpindahan uap air. Fluks panas eksternal yang lebih
tinggi dapat meningkatkan suhu tumpukan, yang selanjutnya menyebabkan
difusivitas uap air serta laju pengeringan lebih tinggi.

33
3.2.5. Mekanisme pengeringan bubuk teh dengan FBD
Pengeringan adalah proses pengolahan teh untuk mengeringkan bubuk teh
yang telah melewati proses fermentasi sehingga kadar air pada bubuk teh menjadi
2,5– 3% yang dilakukan dengan mesin driyer supaya dapat disimpan lama. Mesin
FBD merupakan driyer utama yang berfungsi untuk mengeringkan bubuk teh
jenis I, II, III, dan IV. Spesifikasi mesin FBD dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Spesifikasi mesin pengering FBD
Uraian Mesin pengering FBD
Panjang 8 meter
Lebar 1,8 meter
Tinggi 3 meter
Kapasitas 300-350 kg
Suhu inlet 100-120oC
Suhu oulet 90-95oC
Bubuk input I, II, III, dan IV
Lama pengeringan 15-20 menit
Bahan bakar Cangkang sawit
Mesin FBD berbentuk gerbong berukuran panjang 8 m, lebar 1,8 m, dan
tinggi 3 m. Bagian dalam mesin terdapat plat yang berlobang – lobang sebagai
tempat atau wadah bubuk teh yang dikeringkan. Mekanisme pengeringan bubuk
teh dengan menggunakan FBD terbagi atas tiga yaitu:
1. Proses pemanasan udara (heat exchanger)
Heat exchanger adalah suatu alat/mesin yang berfungsi untuk menghasilkan
udara panas yang nantinya akan di alirkan menuju tempat pengeringan, bahan
yang digunakan untuk menghasilkan udara panas ini adalah cangkang sawit. Satu
jam pemanasan udara ini akan menghabiskan cangkang sawit sebanyak 200 kg.
Supaya udara tetap rata maka pengisian tungku pemanasan udara ini dilakukan
dengan mengisi berulang-ulang dengan jarak waktu selama 10 menit, selama jarak
waktu itu cangkang di masukkan sebanyak 10 sekop. Udara yang di hasilkan
pemasan udara ini adalah udara yang telah bersih dari arang cangkang dan asap
yang dihasilkan cangkang. Sebelum udara di alirkan menuju tempat pengeringan,
terlebih dahulu asap dan arang dari cangkang telah dihisap menggunakan kipas
blower, untuk asapnya nanti akan di buang ke udara, dan untuk arangnya telah
disediakan tempat khusus, dan udara panas akan di alirkan menuju tempat
penggorengan.

34
Cara kerja pemanasan udara yaitu udara segar dari exchaust fan masuk
melalui saluran menuju ke ruang bakar. Kompor (burner) dihidupkan dan akan
menghasilkan api yang diperoleh dari semprota cangkang sawit. Terjadi
pembakaran, api dihembuskan menuju ruang untuk membakar atau memanasi
udara segar yang telah masuk melalui saluran yang menuju ruang bakar. Setelah
terjadi pemanasan udara, udara panas tadi dihisap oleh sebuah kipas yang
digerakkan elektromotor yang terletak di depan mesin heat exchanger yang
disebut mesin double main fan yang digerakkan oleh elektromotor dengan putaran
1000 rpm. Udara yang dihasilkan dari heat exchanger 250-260oC dihisap oleh
double main fan selanjutnya menuju ruang pengering.
2. Proses pengeringan bubuk teh
Setelah udara panas yang dihasilkan heat exchanger dialirkan ke mesin fluid
bed dryer, barulah konveyor membawa bubuk dari hopper ke mesin FBD
dihidupkan, setelah itu bubuk yang sudah di fermentasi lalu di masukkan ke
dalam hopper, dan setelah bubuk masuk ke FBD bubuk langsung terpapar udara
panas. Udara panas yang dihembuskan kipas heater (main fan) mengalir dari
bawah, dimana hembusan udara panas yang masuk driyer cukup kuat sehingga
bubuk bergerak mengambang diatas plat berforasi (plat yang diberi lobang–
lobang) supaya udara dapat menembus plat dan mengeringkan bubuk teh yang
didalam driyer. Waktu yang dibutuhkan dalam satu kali pengeringan ialah selama
15–20 menit dengan kapasitas 300–350 kg/jam. Temperatur udara dalam driyer
untuk inlet 100-120ºC dan outlet 90-95ºC
Saat terjadinya fluidisasi ada dua siklon pada mesin FBD tersebut yaitu
siklon basah dan siklon kering yang berfungsi untuk menyedot ampas-ampas atau
partikel-partikel kecil. Siklon basah terletak paling depan di dalam mesin FBD
dan paling dekat pada titik jatuh bubuk dari hopper. Hasil sedotan dari siklon
basah langsung di buang ke luar. Sebaliknya hasil dari sedotan siklon kering
masih di tampung, karena ampas hasil sedotannya masih bercampur teh kering
dan harus dipisahkan di mesin sortasi. Skema pengeringan bubuk teh dengan
menggunakan FBD dapat dilihat pada Gambar 25.

35
Gambar 25. Pengeringan bubuk teh dengan menggunakan FBD
Komponen-komponen dari mesin FBD terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a) Motor vibro (eksentrik), berfungsi untuk menggerakkan bed dengan getaran.
Getaran yang dihasilkan eksentrik tersebut adalah sebanyak 264 getaran per
menit.
b) Ball breaker, berfungsi untuk memecah gumpalan teh.
c) Heater, berfungsi sebagai penghasil panas untuk proses pengeringan. Pemanas
yang digunakan adalah tungku pemanas dengan bahan bakar cangkang sawit.
d) Cyclone atau dustractor, berfungsi untuk menghisap udara lembab dari proses
pengeringan dan menarik partikel yang ringan untuk dikeluarkan dari FBD
kemudian ditampung sebagai limbah dari proses pengeringan.
e) Heat exchanger, panas yang dihasilkan dari ruang pembakaran disalurkan
melalui pipa api dan terjadi pertukaran panas dengan udara yang masuk ke
dalam pipa api. Udara panas yang dihasilkan tersebut disalurkan ke mixing
chamber dengan menggunakan main fan.
f) Main fan, berfungsi sebagai fan yang mengalirkan udara panas dari pemanas
menuju FBD.
g) Cold air blower, berfungsi untuk menarik udara segar ke dalam FBD dan
mengeluarkan udara panas jika suhu inlet terlalu panas.

36
4. Parameter operasional FBD
Parameter operasional FBD ada tiga yaitu:
a. Pelat berperforasi
Perforasi pada pelat dirancang sedemikian rupa hingga menimbulkan aliran
udara dengan kecepatan tinggi dan membentuk sudut miring kearah ujung
pengeluaran. Kedua hal ini menyebabkan partikel teh terfluidisasi dengan gerakan
sirkular. Bentuk perforasi merupakan celah yang memanjang dan melintang
terhadap arah aliran fluida dengan kecepatan yang rendah.
b. Kecepatan pengisian
Pengisian teh fermentasi ke dalam FBD harus dilakukan secara
berkesinambungan dan dengan kecepatan yang tetap untuk memperoleh proses
pengeringan yang efektif serta kinerja yang konsisten. Selain itu variasi kadar teh
fermentasi selama proses pengolahan berlangsung harus sekecil mungkin.
c. Volume udara
Partikel teh pada tahap awal proses pengeringan adalah basah dan lengket,
aliran volume udara di ujung pemasukan (tahap awal) harus lebih besar dari pada
di ujung pengeluaran (tahap akhir) volume udara yang rendah akan
mengakibatkan fluidisasi yang kurang baik, dimana gerakan partikel teh terlihat
seperti aliran lumpur dengan kecepatan yang relatif rendah.
3.2.6. Pemeliharaan (Maintance)
Pemeliharaan sangatlah penting untuk keselamatan dan kelancaran produksi
serta menghidari kerusakan yang fatal pada mesin tersebut. Adapun pemeliharaan
yang dilakukan untuk mesin pengering yaitu pemeliharaan harian dan berkala.
1. Pemeliharaan harian
Pemeliharaan harian yang dilakukan yaitu pengecekan pengarah aliran udara
sebelum pengoperasian dan sesudah pengoperasian. Kedua pembersihan lantai
bagian dalam FBD dari kotoran yang melekat. Ketiga pemeriksaan rantai dan van-
belt penggerak conveyor. Keempat pemeriksaan kebersihan bagian dalam mesin.
Kelima pemeriksaan pelumas alat.
2. Pemeliharaan berkala
Pemeliharaan berkala yang dilakukan yaitu pemeriksaan keausan roda gigi
penggerak dan rantai penggerak, pemeriksaan ketegangan van-belt pada main fan

37
bila perlu diganti apabila telah aus, kalibrasi alat-alat ukur yang dipakai pada
mesin pengering, dan periksa bearing-bearing elektro motor dan ganti minyak
pelumas.

3.3. Stasiun Pendukung


Stasiun pendukung yang digunakan yaitu tester. Tester bertujuan disamping
untuk menentukan mutu dengan menguji sifat-sifatnya, juga untuk mengetahui
dan memeriksa kesalahan-kasalahan yang terjadi dalam proses pengolahan.
Pengujian dilakukan terhadap:
a. Kenampakan (appearance) yang meliputi warna dan keseragaman bentuk teh
kering.
b. Sifat seduhan (liquor) yang meliputi warna, rasa dan aroma seduhan.
c. Sifat ampas teh (infused leaf) yang ditekankan pada warna ampas teh.
Kegiatan yang dilakukan di stasiun tester teh yang diuji ditimbang masing-
masing seberat 3 gram untuk setiap jenis mutu teh yang diuji. Teh diseduh dalam
cangkir porselin bertutup selama 5 menit, kemudian airnya dituangkan ke dalam
mangkuk dengan cara tutup cangkir tidak dibuat penuh agar ampas teh tidak
tertuang ke dalam mangkok. Ampas teh yang tertinggal dalam cangkir bertutup
akan diuji sifat ampasnya (infused leaf), sedangkan air teh yang dituangkan ke
dalam mangkok akan diuji sifat seduhannya (liquour).
Pengujian kadar air menggunakan alat pengukur kadar air (sartorius)
dengan cara menimbang sampel sebanyak 2,8 gram, kemudian sampel
dimasukkan ke dalam sortarius lalu ditutup selama 5 menit dengan suhu 110 oC.
Setelah itu hasil kadar air akan tertera pada sortarius. Standar kadar air bubuk
hasil pengeringan antara 2,5-3 %. Kadar air kurang dari 2,5 % menunjukkan
bahwa bubuk mengalami over fired (gosong), sedangkan kadar air yang melebihi
3% menunjukkan bahwa proses pengeringan tidak optimal. Pengambilan sampel
pada hasil pengeringan FBD dilakukan setiap satu jam. Setelah pegujian teh hasil
dari pengeringan, juga dilakukan pengujian terhadap teh yang hendak di kemas.

3.4. Permasalahan yang Dihadapi


Permasalahan yang terjadi pada proses pengeringan teh hitam orthodoks di
PTPN VI kayu aro yaitu:

38
a) Case hardening yaitu bagian luar dari bubuk teh telah kering tetapi bagian
dalamnya masih basah. Peristiwa ini disebabkan suhu outlet yang terlalu tinggi.
b) Bakey atau over fired (gosong) disebabkan suhu inlet yang terlalu tinggi.
c) Smokey disebabkan adanya kebocoran pada bagian alat pemanas sehingga teh
akan memiliki rasa asap .
d) Teh kering kurang masak dapat terlihat dengan dicium atau diraba,
penyebabnya yaitu terlalu tebalnya bubuk teh saat dimasukkan ke dalam mesin
dan waktu pengeringan yang terlalu pendek

3.5. Solusi yang Ditawarkan


Proses pengeringan merupakan salah satu tahap yang perlu mendapatkan
perhatian cukup serius agar sifat-sifat teh yang dihasilkan dari pengolahan
sebelumnya dapat dipertahankan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan mutu
dan kualitas teh hitam orthodoks maka diperlukan pengendalian suhu inlet dan
outlet pada mesin pengeringan agar mutu tetap terjaga. Sehingga solusi yang
penulis tawarkan yaitu proses pengeringan teh hitam secara otomatis. Skema
model pengeringan otomatis dapat dilihat pada Gambar 26.

FBD (Fluid
Bed Driyer)

Gambar 26. Skema model proses pengeringan teh hitam otomatis

39
Berdasarkan skema diatas, proses pengeringan teh hitam dibuat secara
otomatis. Peran dari operator digantikan oleh controller dan control auger. Kadar
air teh hitam yang sebenarnya diukur oleh moisture meter, dibandingkan dengan
nilai setpointnya. Kadar air output dikonversikan ke unit yang sama dengan
setpoint oleh sebuah transducer. Berdasarkan nilai acting error, controller
menghitung perubahan-perubahan yang diperlukan dalam control auger untuk
membuka atau menutup main dumper atau pintu heat exchanger dan selanjutnya
menghilangkan error tersebut. Berdasarkan skema tersebut, mata operator serupa
dengan peralatan acting error, otak berkaitan dengan pengendali otomatis dan otot
operator serupa dengan actuator.
Solusi yang penulis sarankan ini masih berupa rancangan dan belum
dilaksanakan atau diterapkan. Model pengaturan yang ditawarkan secara otomatis,
diharapkan dapat mengurangi kerja operator (manusia) untuk mengatur
penyesuaian suhu inlet dan outlet, serta mengurangi kerusakan dan kesalahan
yang terjadi selama proses pengeringan bubuk teh hitam orthodoks. Penulis juga
menyarankan agar perawatan pada mesin pengering FBD ditingkatkan lagi, untuk
mengurangi kerusakan-kerusakan yang terjadi pada mesin pengering tersebut.

40
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan yang telah dilakukan di PT.
Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Teh yang diproduksi merupakan teh hitam dengan dua sistem pengolahan yaitu
orthodoks dan CTC (Crushing Tearing Curling).
2. Proses produksi teh hitam orthodoks di mulai dari penerimaan bahan baku,
analisa pucuk segar, pelayuan, penurunan daun layu, penggulungan atau
penggilingan, fermentasi, pengeringan, sortasi, dan pengemasan.
3. Fluid Bed Driyer (FBD) merupakan mesin pengering bubuk teh yang telah
melalui proses fermentasi. Pengeringan bubuk teh belum optimal karena mesin
FBD sering mengalami kerusakan, serta suhu inlet dan outlet nya tidak sesuai
dengan yang diharapkan sehingga berpengaruh terhadap mutu teh yang
dihasilkan.
4. Suhu pengeringan untuk mesin FBD yaitu untuk suhu inlet 100-120oC dan
outlet nya 90-95oC menggunakan bahan bakar cangkang sawit. Waktu yang
dibutuhkan untuk pengeringan yaitu 15-20 menit dengan kadar air 2,5-3%.

4.2. Saran
Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan di PT.
Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro saran yang ingin penulis
sampaikan yaitu:
1. Perlunya dilakukan proses pengeringan secara otomatis, diharapkan nantinya
suhu inlet dan outlet nya sesuai standar sehingga mutu teh hitam yang
dihasilkan dengan kualitas baik serta dapat mengurangi kerja operator.
2. Lebih meningkatkan perawatan pada mesin pengering FBD (Fluid Bed Driyer),
untuk mengurangi kerusakan yang terjadi pada mesin pengering tersebut.

41
DAFTAR PUSTAKA

Buku panduan pengolohan teh ortodoks PT.Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha


Kayu Aro Kerinci Jambi.

Dimas, R. 2011. Teknologi Pengolahan Teh Hitam. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Pangan. Hal 14

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal


Perkebunan Kementerian Pertanian. 2017. Pedoman Penanaman Pascapanen
Tanaman Teh: Jakarta

Maulana, M. 2005. Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Mutu Teh Do Unit


Usaha Perkebunan Malabar PT. Nusantara VII Jawa Barat. Pusat Analisis
dan Kebijakan Pertanian Bogor.

Ningrat, R. 2006. Teknologi Pengolahan Teh Hitam. Penerbit ITB. Bandung.

Ompusunggu, Irwan. 2010. Pengeringan Bubuk Teh dengan Menggunakan Fluid


Bed Driyer (FBD) (Aplikasi Ptp.N.Iv Bah Butong Simalungun). Skripsi
Teknologi Instrumentasi Pabrik. Universitas Sumatera Utara. Medan

Sembiring, Netti V. 2009. Pengaruh Kadar Air dari Bubuk Teh Hasil Fermentasi
Terhadap Kapasitas Produksi Pada Stasiun Pengeringan di Pabrik Teh
PTPN IV Unit Kebun Bah Butong. Skripsi Kimia Industri. Universitas
Sumatera Utara. Medan

42
LAMPIRAN

Lampiran 1. Data pengeringan mesin FBD terhadap mutu bubuk teh orthodoks
tanggal 25 Juli–28 Juli 2019
Kad
Infused
N Liquor Colour ar
Tanggal Jam Bubuk leaf (Sifat
o (Seduhan) (Warna) air
ampas teh)
(%)
07.00 3 dan 4 Hars F.bright Baik 5,2
08.00 3 dan 4 F. strenght F.bright Baik 3,5
09.00 3 dan 4 Bitter Grey Baik 5,9
10.00 3 dan 4 Hars bright Baik 5,4
11.00 3 dan 4 Sour grey Baik 4,2
12.00 3 dan 4 F. Strenght bright Baik 4,2
13.00 3 dan 4 F. Strenght bright Baik 2,4
15.00 3 dan 4 Hars bright Baik 4,7
16.00 3 dan 4 Hars bright Cukup 5,0
26-juli- 17.00 3 dan 4 Sour grey Baik 4,4
1
2019 18.00 3 dan 4 Hars bright Baik 5,2
19.00 3 dan 4 F. Strenght bright Baik 3,6
20.00 3 dan 4 Hars bright Baik 4,7
21.00 3 dan 4 F.Strenght bright Baik 3,6
22.00 3 dan 4 F.Strenght bright Baik 3,7
23.00 3 dan 4 Hars bright Baik 5,6
24.00 3 dan 4 F.strenght bright Baik 4,1
01.00 3 dan 4 Hars bright Baik 5,8
02.00 3 dan 4 Hars bright Baik 5,2
03.00 3 dan 4 F.Strenght bright Baik 4,1
04.00 3 dan 4 Hars bright Baik 5,7
05.00 3 dan 4 Hars bright Baik 6,2
06.00 3 dan 4 F. Strenght bright Baik 3,8
07.00 3 dan 4 F. Strenght bright Baik 4,1
08.00 3 dan 4 Hars bright Baik 4,9
09.00 3 dan 4 Hars bright Baik 4,0
10.00 3 dan 4 F. Strenght Grey Baik 4,3
11.00 3 dan 4 Sour Grey Baik 4,0
12.00 3dan 4 Hars Grey Baik 3,7
26-juli- 13.00 3 dan 4 Soft Grey Baik 3,8
2
2019 14.00 3 dan 4 F.Strenght bright Baik 4,2
15.00 3dan 4 Soft Bright Baik 3,5
16.00 3 dan 4 Hars Bright Baik 5,6
17.00 3 dan 4 Hars Grey Baik 5,6
18.00 3 dan 4 F.Strenght bright Baik 4,0
19.00 3 dan 4 F.Strenght Bright Baik 4,6
20.00 3 dan 4 F. Strenght bright Baik 3,6
21.00 3 dan 4 Soft bright Baik 4,3
22.00 3 dan 4 F. Strenght bright Baik 3,2
23.00 3 dan 4 Hars bright Baik 5,4

43
01.00 3 dan 4 Hars bright Baik 5,1
02.00 3 dan 4 Hars bright Cukup 5,7
08.00 3 dan 4 Hars Grey Baik 4,3
09.00 3 dan 4 Hars bright Baik 4,5
10.00 3 dan 4 Hars bright Baik 5,2
11.00 3 dan 4 Hars bright Baik 4,6
12.00 3 dan 4 Hars F.Bright Baik 4,0
13.00 3 dan 4 Hars F.Bright Baik 4,2
14.00 3 dan 4 F.Strenght bright Baik 3,9
27-juli-
3 15.00 3 dan 4 Soft bright Baik 3,6
2019
16.00 3 dan 4 Hars bright Baik 5,6
17.00 3 dan 4 Bitter grey Baik 5,6
18.00 3 dan 4 F. Strenght bright Baik 4,0
19.00 3 dan 4 F.Strenght Bright Baik 3,6
20.00 3 dan 4 F.Strenght Bright Baik 3,9
21.00 3 dan 4 Hars F.bright Baik 5,1
22.00 3 dan 4 Hars F.bright Baik 5,2
08.00 3 dan 4 Hars Bright Baik 5,2
09.00 3 dan 4 F.Strenght Grey Baik 5,0
10.00 3 dan 4 F.Strenght Grey Baik 3,9
11.00 3 dan 4 F. Strenght Grey Baik 5,0
12.00 3 dan 4 Bitter Grey Baik 5,1
13.00 3 dan 4 Hars Bright Baik 4,3
14.00 3 dan 4 F. Strenght Bright Baik 3,0
15.00 3 dan 4 Hars Bright Baik 4,4
28-juli-
4 16.00 3 dan 4 Hars F.Bright Baik 4,7
2019
17.00 3 dan 4 Hars F.Bright Baik 4,2
18.00 3 dan 4 Soft F.Bright Baik 3,9
19.00 3 dan 4 Hars F.Bright Baik 5,2
20.00 3 dan 4 Soft F.Bright Baik 3,4
21.00 3 dan 4 Sour F.Bright Cukup 5,2
22.00 3 dan 4 Hars F.Bright Cukup 4,7
23.00 3 dan 4 Sour F.Bright Cukup 4,2
24.00 3 dan 4 Sour F.Bright Cukup 5,4
Keterangannya:
a. Liquor
Bitter : air seduhan rasanya pahit tetapi tidak sepet
Soft : air seduhan yang sangat tidak segar
F. Strenght : air seduhan cukup kuat
Sour : air seduhan masam
Hars : air seduhan rasanya mentah
b. Colour
Grey : Warna keabu-abuan (seduhan teh keruh karena gesekan pada sortasi)
Bright : Warna merah cerah (seduhan baik)
F. Bringht : Warna hitam pudar

44
Lampiran 2. Perkembangan produksi selama dasawarsa terakhir
Tahun Luas TM (Ha) Daun Basah Teh Kering
1996 2.195,70 24.762.283 Kg 5.378.745 Kg
1997 2.624,69 24.445.865 Kg 5.495.195 Kg
1998 2.624,69 26.266.105 Kg 5.776.052 Kg
1999 2.574,69 24.919.690 Kg 5.480.285 Kg
2000 2.474,69 24.811.260 Kg 5.458.376 Kg
2001 2.474,69 27.268.403 Kg 6.087.940 Kg
2002 2.474,69 26.853.130 Kg 5.966.234 Kg
2003 2.499,69 26.998.470 Kg 5.902.567 Kg
2004 2.509,69 25.595.735 Kg 5.630.250 Kg
2005 2.519,69 26.641.249 Kg 5.867.514 Kg
2006 2.552,69 26.447.905 Kg 5.817.228 Kg
2007 2.592,69 26.245.738 Kg 5.852.905 Kg
2008 2.438,65 26.120.706 Kg 5.762.245 Kg
2009 2.338,65 26.886.878 Kg 5.942.100 Kg
2010 2.338,65 23.871.210 Kg 5.268.991 Kg
2011 2.338.65 25.750.000 Kg 5.703.625 Kg
2012 2.127,43 19.763.275 Kg 4.353.769 Kg
2013 1.827,08 19.505.440 Kg 4.203.663 Kg
2014 1.404,90 15.598.430 Kg 3.554.516 Kg
2015 931,50 9.708.890 Kg 2.167.283 Kg
2016 1.229,29 8.606.920 Kg 1.812.734 Kg
2017 1.880,64 12.581.010 Kg 2.555.259 Kg
2018 1.895,11 18.327.940 Kg 3.680.793 Kg

45
Lampiran 3. Denah Lokasi Pabrik PT. Perkebunan Nusantara VI

46
Lampiran 4.Denah Pabrik PT. Perkebunan Nusantara VI

47
Lampiran 5. Denah peta tanaman kopi dan teh

PETA TANAMAN KOPI & TEH


TAHUN 2019

PETA PTP. NUSANTARA VI


ar
UNIT USAHA KAYU ARO u mb
Ke S
89 90 91 92 93
88

82 83 84 85 86 87
UTARA

107 78 79 80 81

73 74 75 76 77 102 103 104 105 106

68 69 70 71 72 97 98 99 100 101

62 63 64 65 66 67 44 94 95 96 124

57 58 59 60 61 40 41 42 43 122 123

53 54 55 56 36 37 38 39 117 118 119 120 121

50 51 52 32 33 34 35 112 113 114 115 116

47 48 49 30 31 28 29 108 109 110 111

45 46 25 26 27

13 14 22 23 24

11 12 20 21

Afdeling A
9 10 17 18 19
Afdeling B

8 15 16 Afdeling C

Afdeling D
5 6 7
Batas Afdeling Afdeling E

Jalan Lintas / Aspal 1 2 3 4 Afdeling F

Jalan Kebun / Protokol


Ke
Tu Teh Se
i Pe
nu
h

KETERANGAN : Luas Tanaman Teh dan Kopi

Tanaman Menghasilkan TU / TBM


Afd Luas Akhir

Teh Kopi TU Teh TBM Kopi


A 358,78 - - - 358,78
B 317,92 - 58,75 - 376,67
C 418,72 - 58,33 - 477,05
D 470,98 - - - 470,98
E 406,69 - 36,31 - 443,00
F - 300,00 - 200,00 500,00
Jumlah 1.973,09 300,00 153,39 200,00 2.626,48

48
Lampiran 6. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara VI

STRUKTUR ORGANISASI
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VI
UNIT USAHA KAYU ARO

Manajer
Fadly Wahyudi, SP

Asisten Kepala Masinis Kepala KTU


Hery Kurniawan Aspen Hince

Asisten Afd. A ...............


...............
Asisten Afd. E ...............
.............. Asisten Pengolahan ...............Asisten TUK ............... Asisten SDM/Umum ............... Pa. Pam
Imron R.Ginting, SE Tetra Brata, Sp Saridi NN Kamiyanto Resopim

Asisten Afd. B Asisten Afd. F Asisten Teknik/Pengolahan Dokter Polikbun


Arnold. H. Saragih, SP Andika Wardana, SP Bagus Probo Hapsoro, ST dr. ROBBY KURNIAWAN

Asisten Afd. C
Hendrik .S.P Siregar, SE

Keterangan :
Asisten Afd. D Garis Komando
Hilal. S. A. Lubis . . . . . . . . . . Garis Koordinasi

49

Anda mungkin juga menyukai