Anda di halaman 1dari 60

KARAKTERISTIK SENSORIS TEH LIDAH BUAYA (Aloe vera)

DENGAN VARIASI BAHAN TAMBAHAN DI UPT


PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN
HORTIKULTURA

LAPORAN MAGANG KERJA

Oleh :

R. ARSHY IBNU ALWAHIDI


181710101091

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI
PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

2021
KARAKTERISTIK SENSORIS TEH LIDAH BUAYA (Aloe vera)
DENGAN VARIASI BAHAN TAMBAHAN DI UPT
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN
HORTIKULTURA

LAPORAN MAGANG KERJA

disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata


kuliah Magang Kerja pada Program Studi Teknologi Hasil
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Oleh :

R. ARSHY IBNU ALWAHIDI


181710101091

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI
PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

2021

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

: Nama : R. Arshy Ibnu Alwahidi

NIM : 181710101091

Prodi/Fakultas : Teknologi Hasil Pertanian/ Teknologi Pertanian

menyatakan bahwa, laporan magang kerja yang berjudul “Karakteristik Sensoris


Teh Lidah Buaya (Aloe vera) dengan Variasi Bahan Tambahan di UPT
Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura” adalah benar
merupakan hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah disebutkan sumbernya,
belum pernah diajukan pada institusi manapun, dan bukan karya jiplakan. Saya
bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap
ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Jika di kemudian
hari saya terbukti menyalahi isi pernyataan ini, maka Laporan Magang Kerja ini
dapat dilakukan sanksi akademik.

Sidoarjo, Januari 2022

R. Arshy Ibnu Alwahidi


NIM 181710101091

iii
LEMBAR PEMBIMBINGAN

Judul Magang Kerja : Karakteristik Sensoris Teh Lidah Buaya (Aloe vera) dengan
Variasi Bahan Tambahan di UPT Pengembangan
Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
Nama : R. Arshy Ibnu Alwahidi
NIM : 181710101091
Tempat : UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura (PATPH)
Waktu : 22 November 2021 – 5 Januari 2022

Mengetahui, Menyetujui,
Pembimbing Lapang
Dosen Pembimbing

Aji Sukoco S.Pt., M.Si Novie Isnawati,SP.,MAgr.


NIP 196805161992031004 NIP 19771107 200801 2 013

iv
Laporan Magang Kerja dengan judul “Karakteristik Sensoris Teh Lidah
Buaya (Aloe vera) dengan Variasi Bahan Tambahan di UPT Pengembangan
Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura” adalah karya R. Arshy Ibnu
Alwahidi telah diuji dan disahkan pada:

Hari :
Tanggal :
Tempat : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing Magang


Teknologi Hasil Pertanian Kerja Fakultas Teknologi
Fakultas Teknologi Pertanian Pertanian Universitas Jember
Universitas Jember

Dr. Triana Lindriati, S.T., Aji Sukoco S.Pt., M.Si.


M.P. NIP 196808141998032001 NIP 196805161992031004

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember

Dr. Ir. Bambang Marhaenanto


NIP 196312121990031002
RINGKASAN

“Karakteristik Sensoris Keripik Pisang Kepok (Musa acuminata ×


balbisiana) dengan Variasi Perlakuan Oven dan Dehydrator Di UPT
Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan Dan Hortikultura” Rama Dhani
Alamsyah Putra NIM 181710101013 Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Jember.
UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (PATPH)
merupakan salah satu balai atau tempat pusat pengembangan tanaman pangan dan
hortikultura. Hasil produksi tanaman pangan dan hortikultura di UPT PATPH ini
cukup melimpah dari mulai mawar, melati, bunga telang , melon golden langkawi,
semangka, pisang, bawang merah, jagung, bayam, sawi, kangkung, pare, terong,
cabai, apel, jambu, brokoli dan lain sebagainya.
Pisang kepok memiliki sebutan yang bermacam-macam di beberapa daerah.
Buahnya memiliki bentuk agak gepeng pipih dan kulit yang tebal. Berat per
tandan bisa mencapai 20 kg lebih yang terdiri 12-16 sisir, tiap sisir terdiri atas 12-
20 buah. Jika matang warnanya kuning penuh, saat mentah warna hijau. Pisang
kepok terdiri atas dua jenis yaitu kepok kuning dan putih. Daging kepok kuning
berwarna sedikit kuning atau sedikit orange, teksturnya lebih kenyal dan lembut,
manis dan tidak lembek. Kepok kuning paling digemari sehingga harganya lebih
mahal dibanding kepok putih. Kepok putih lebih lembek, ada rasa asam dan
kurang manis. Pisang kepok merupakan tanaman yang dikembangkan di UPT
PATPH lebo Sidoarjo.
Pengolahan pisang kepok kualitas low grade yang tepat yaitu dengan cara
membuat keripik pisang. Pengolahan keripik pisang kepok dapat dilakukan
dengan menggunakan variasi perlakuan oven dan dehydrator. Pengolahan keripik
ini dapat menambah nilai ekonomis dan dapat menambah pengembangan produk
di UPT PATPH. Keripik pisang kepok masih jarang dipasaran, sehingga olahan
keripik pisang kepok ini mempunyai strategi pemasaran yang cukup baik.

vi
PRAKATA

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat melaksanakan Magang Kerja di
UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (PATPH) dan
menyelesaikan laporan hasil magang kerja. Sholawat serta salam tetap tercurah
limpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa kegiatan magang kerja dari awal hingga akhir
telah mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Bambang Marhaenanto, M.Eng. selaku Dekan Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Jember;
2. Dr. Ir. Jayus selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil Pertanian,
Universitas Jember;
3. Dr. Ir. Jayus selaku Dosen Pembimbing Magang Kerja serta Dosen
Pembimbing Akademik yang telah memberikan penulis masukan dan
kesabaran dalam memberikan bimbingan mengenai magang kerja dan
penulisan laporan;
4. Ir. Sumiyanto Aji, M.MA selaku Kepala UPT PATPH Jawa Timur yang
telah memberikan izin untuk melakukan magang kerja;
5. Novie Isnawati, SP., M.Agr. selaku pembimbing lapang dari UPT
PATPH Jawa Timur atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan
selama kegiatan magang kerja;
6. Arif Yantica Susanto, SE dan Ibu Lailani Fitra Rahmadani selaku
anggota sub bagian seksi pemasaran dari UPT PATPH Jawa Timur atas
waktu dan bimbingan yang telah diberikan selama kegiatan magang
kerja;
7. Teman kelompok magang kerja R. Arshy Ibnu Alwahidi dan Teman
dari POLIJE yang telah banyak membantu selama melaksanakan
magang di UPT PATPH;

vii
8. Serta semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang
telah membantu kelancaran dalam terlaksananya magang kerja dan
penyusunan laporan.
Laporan magang kerja ini disusun dengan sebaik-baiknya, akan tetapi
banyak kekurangan dalam penyusunan laporan. Maka dari itu penulis juga
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan magang kerja ini dapat memberikan
manfaat bagi Penulis, dan dapat menambah wawasan atau informasi bagi
pembaca.

Sidoarjo, Desember 2021

Rama Dhani Alamsyah Putra


NIM 181710101016

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................iii
LEMBAR PEMBIMBINGAN.............................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................v
RINGKASAN........................................................................................................vi
PRAKATA............................................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix

BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar belakang......................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................2
1.3 Manfaat.................................................................................................3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4


2.1 Keripik pisang.......................................................................................4
2.2 Bahan- bahan Keripik pisang............................................................5
2.3 Oven.......................................................................................................7
2.4 Dehydrator............................................................................................8
2.5 Uji Organoleptik...................................................................................8

BAB 3. METODOLOGI KEGIATAN...............................................................10


3.1 Tempat dan Waktu............................................................................10
3.2 Metode Kegiatan.................................................................................10
3.3 Tahapan Kegiatan..............................................................................11
3.4 Sasaran Kegiatan................................................................................12
3.5 Bentuk dan Sifat Kegiatan.................................................................12

BAB 4. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN...............................................14


4.1 Sejarah dan Profil UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman
Pangan dan Hortikultura....................................................................14
4.2 Visi dan Misi.......................................................................................16
ix
4.3 Lokasi UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura.......................................................................................17
4.4 Struktur Organisasi UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman
Pangan dan Hortikultura.................................................................18
4.5 Gambaran Umum UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman
Pangan dan Hortikultura.................................................................23

BAB 5. PEMBAHASAN......................................................................................27
5.1 Proses Pembuatan Keripik Pisang Kepok.......................................27
5.1.1 Alat dan Bahan...........................................................................27
5.1.2 Langkah-Langkah Oven dan Dehydrator...................................27
5.1.3 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan...........................................29
5.2 Hasil dan Pembahasan Uji Organoleptik.........................................34

BAB 6. PENUTUP................................................................................................38
6.1 Kesimpulan.........................................................................................38
6.2 Saran....................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39

LAMPIRAN.........................................................................................................41

x
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang mempunyai
keanekaragaman buah dengan nilai cukup tinggi. Salah satu keanekaragaman
buanya yaitu buah pisang. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat, produksi pisang di Indonesia mencapai 8,18 juta ton pada 2020. Jumlah
itu meningkat 12,39% dari 7,28 juta ton pada 2019. Produksi pisang tertinggi pada
2020 terjadi di kuartal IV mencapai 2,36 juta ton dengan tanaman yang
menghasilkan pisang sebanyak 83,50 juta rumpu.
UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
(PATPH) Jawa Timur yang berada di desa Lebo, Sidoarjo merupakan salah satu
balai atau pusat pengembangan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura yang
bergerak di bidang budidaya tanaman pangan hingga pengolahan hasil komoditas
dan pemasaran produk. UPT PATPH berperan dalam peningkatan produksi
pertanian tanaman pangan dan hortikultura dengan menerapkan pertanian semi
modern dan berfungsi sebagai pusat studi, pelatihan, pelayanan agrobisnis
sekaligus tempat agrowisata. Hasil produksi tanaman pangan dan hortikultura di
UPT PATPH ini cukup melimpah seperti mawar, melati, bunga telang , pisang,
melon golden langkawi, semangka, bawang merah, jagung, terong, cabai, apel,
jambu biji, jambu kristal, brokoli dan lainya. Dalam hal ini dapat dijadikan
beberapa produk inovasi salah satunya yaitu dengan bahan pisang.
Pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yang sudah sangat
populer di Indonesia. Namun, budidaya pisang belum dilakukan secara efisien
karena belum diusahakan secara perkebunan yang menguntungkan. Buah pisang
termasuk jenis buah klimaterik, yaitu jenis buah yang mengalami kenaikan
kecepatan respirasi dengan cepat setelah dipanen/dipetik dari pohonnya. Kenaikan
kecepatan respirasi ditandai dengan berbagai perubahan baik fisik maupun kimia
yaitu perubahan warna, tekstur, karbohidrat, gula total dan total asam. Kenaikan
laju respirasi pada pada buah-buahan klimaterik adalah indikasi dimulainya proses

1
2

pematangan (Winarti, 2010). Salah satu pisang yang dapat dimanfaatkan sebagai
produk yang dapat dikembangkan yaitu pisang kapok.
Pisang kepok (Musa paradisiaca L.) merupakan jenis pisang olahan yang
paling sering diolah terutama dalam olahan pisang goreng dalam berbagai variasi,
sangat cocok diolah menjadi keripik, buah dalam sirup, aneka olahan tradisional,
dan tepung. Pisang dapat digunakan sebagai alternatif pangan pokok karena
mengandung karbohidrat yang tinggi, sehingga dapat menggantikan sebagian
konsumsi beras dan terigu (Prabawati dkk., 2008). Olah pisang kepok dapat
dijadikan sebuah produk inovasi seperti keripik pisang. Pemanfaatan pisang kepok
dapat meambah nilai ekonomis dari pisang kepok. Oleh karena itu, dilakukan
pembuatan keripik pisang kepok kualitas low grade menggunakan variasi
perlakuan oven dan dehydrator, untuk meningkatkan umur simpan, cita rasa dan
menambah nilai ekonomis dari buahpisang kepok tersebut.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan magang kerja di UPT. Pengembangan
Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil keripik pisang kepok dengan
menggunakan metode pengeringan oven dan dehydrator di UPT.
Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur.
2. Untuk mengetahui perbedaan karateristik sensoris keripik pisang kepok
dengan perbedaan metode oven dan dehydrator.
3. Untuk meningkatkan nilai ekonomis pisang kepok.

1.3 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan magang kerja di UPT. Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur, sebagai berikut :
1. Memberikan wawasan bagi UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman
Pangan dan Hortikultura Jawa Timur terkait perbedaan hasil keripik pisang
kepok dengan menggunakan metode pengeringan oven dan dehydrator
3

2. Melalui pengolahan buah pisang kepok kualitas low grade menjadi keripik
pisang penulis mengetahui perbedaan karateristik sensoris keripik pisang
kepok dengan perbedaan metode oven dan dehydrator.
3. Melalui pengolahan buah pisang kepok mampu meningkatkan ekonomis
produk pisang kepok.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lidah Buaya


Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan
mudah di aera tropis dengan kondisi tanah berpasir dan sedikit air. Selain itu,
pertumbuhannya juga termasuk cepat dan mudah. Lidah buaya sudah
dimanfaatkan sejak lama sebagai obat-obatan dan kosmetik. Daun lidah bauay
dapat digunakan menjadi berbagai produk siap pakai seperti selai, minuman
berkarbonat, teh, pasta, jus, tepung, gel, dan konsentrat (Wahid, 2000)
Tanaman ini dilansir memiliki banyak elemen yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia seperti vitamin, choline, inositol, asam folat, mineral, dan enzim.
Dalam kulit lidah buaya juga terdapat senyawa anti bakteri sehingga juga bagus
menjadi pengawet alami (Lukman dkk., 2019). Jeli lidah buaya mengandung zat
antijamur yang dapat menstimulasi tiroblasi, yaitu sel-sel kulit yang berfungsi
menyembuhkan luka. Lidah buaya juga mengandung salisilat yang dapat menjadi
peredam rasa sakit dan anti bengkak. Tanaman ini juga memiliki cairan berwarna
kuning yang mengandung aloin di bagian luar kulitnya. Cairan ini sering
digunakan sebagai bahan untuk obat pencahar. Terdapat tiga jenis aloin yang
terkandung di dalamnya, yaitu aloin barbalonin, aloin isobarbalonin, dan
amorpus aloin (Hembing, 1999).

4
5

2.2 Bahan-bahan Tambahan Teh Lidah Buaya


2.2.1 Kayu Manis
Kayu manis (Cinnamon burmannii) merupakan tanaman semak yang
dikenal sebagai cassia di Indonesia. Tanaman ini merupakan tanaman rempah
yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Kulit kayunya biasa digunakan untuk
bahan bumbu masakan (Rismunandar, 2001). Selain sebagai bumbu masak, kayu
manis juga diekstrak unutk diambil minyak atsirinya. Kandungan dalam minyak
atsiri kayu manis antara lain adalah trans sinamaldehid, eugenol, dan kumarin.
Minyak atsiri ini sering digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi,
rokok, fragrance, pewarna, dan lain-lain. Kandungan polifenol dan
sinamaldehidnya juga dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri. Selain itu,
kandungan asam benzoat alaminya juga sangat umum digunakan sebagai bahan
pengawet alami (Rorong, 2013).
Pada bidang pangan atau minuman, kayu manis sering digunakan sebagai
pengkaya cita rasa. Sinamaldehid di dalamnya dapat menjadi flavoring agent yang
mampu memberi rasa tertentu atau menutupi cita rasa yang kurang baik dalam
suatu produk. Salah satu penggunaan kayu serupa adalah pada pasta gigi.
Pirofosfat merupakan salah satu kandungan dalam pasta gigi yang tidak disukai.
Oleh karenanya, minyak kayu manis ditambahkan untuk menutupi rasa tersebut
sehingga konsumen menerima produk pasta gigi tersebut (Barceloux, 2008).

2.2.2 Lemon
Lemon (Citrus lemon) merupakan salah satu famili dari buah jeruk yang
memiki kulit berwarna kuning cerah. Buah ini memiliki karakteristik rasa dan
aroma yang kuat sehingga banyak sekali digunakan di berbagai industri pangan
maupun non-pangan. Buah ini sering digunakan sebagai bahan untuk pewangi,
deterjen, obat, kosmetik, dan aroma terapi. Kandungan minyak esensial di
dalamnya, yaitu hidrokarbon monoterpene memiliki sifat antijamur sehingga juga
sering digunakan untuk pembasmi jamur pada tanaman terutama anggur (Ahmad
dkk., 2018).
Pada bidang pangan, lemon dapat digunakan untuk menjadi penambah
cita rasa pada suaru produk. Aroma dan rasanya yang kuat mampue memberikan
karakter khusus ketika ditambahkan ke dalam makanan atau minuman. Selain itu,
kandungan senyawa dalam lemon juga memiliki manfaat bagi yang
mengkonsumsi. Asam sitrat, asam askorbat, mineral, dan flavonoid merupakan
senyawa fungsional yang terkandung dalam buah ini. Asam askorbat dan
6
flavonoid merupakan senyawa yang memiliki karakteristik antioksidan.
Antikoksidan memiliki peran dalam menangkal radikal bebas dalam tubuh dan
mencegah terjadinya reaksi oksidatif yang dapat menyebabkan berbagai penyakit.
Flavonoid sendiri mampu memberikan efek antikanker dalam tubuh manusia
(Rawson dkk., 2014).
2.2.3 Mint
Daun mint merupakan salah satu tanaman yang sering dimanfaatkan sebagai
bahan tambahan pada suatu produk. Daun ini memiliki kandungan minyak atsiri
yang memiliki senyawa mentol dan menthone di dalamnya. Karena kandungan
ini, daun mint memiliki karakteristik aroma wangi dan cita rasa dingin yang
menyegarkan. Kandungan inilah yang menyebabkan daun ini sering dimanfaatkan
karena karakteristiknya banyak disukai. Daun mint sering digunakan di pasta gigi,
permen, minuman, dan berbagai produk lainnya (Anshori, 2010).
Daun mint memiliki kandungan senyawa fungsional sepert vitamin C,
provitamin A, fosfor, zat besi, kalsium, dan potassium. Selain itu, terdapat juga
kandungan serat, klorofil, dan fitonutrien di dalamnya. Daun ini dipercaya
memiliki manfaat dalam memulihkan stamina tubuh, meredakan sakit kepala,
mencegah demam, antioksidan, dan menjaga kesehatan mata (Maulina, 2012).
7

2.3 Dehydrator
Pengeringan dehydrator menurut James C Atuonwu (2011) pada dasarnya
adalah proses pengurangan kadar air dari suatu bahan atau pemisahan yang relatif
kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas. Hasil dari proses pengeringan
adalah bahan kering yang mempunyai kadar air yang lebih rendah. Pada proses
pengeringan ini air diuapkan menggunakan udara tidak jenuh yang dihembuskan
pada bahan yang akan dikeringkan. Air (atau cairan lain) menguap pada suhu
yang lebih rendah dari titik didihnya karena adanya perbedaan kandungan uap air
pada bidang antar-muka bahan padat-gas dengan kandungan uap air pada fasa gas.
Gas panas disebut medium pengering, menyediakan panas yang diperlukan untuk
penguapan air dan sekaligus membawa air keluar.

2.4 Uji Organoleptik


Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan berdasarkan
kesukaan dan kemauan untuk mempegunakan suatu produk. Uji Organoleptik atau
uji indera atau uji sensori sendiri merupakan cara pengujian dengan menggunakan
indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap
produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan
mutu. Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran
mutu dan kerusakan lainnya dari produk (Shfali Dhingra, Sudesh Jood. 2007).
Adapun syarat-syarat yang harus ada dalam uji organoleptik adalah
adanya contoh (sampel), adanya panelis, dan pernyataan respon yang jujur. Dalam
penilaian bahan pangan sifat yang menentukan diterima atau tidak suatu produk
adalah sifat indrawinya.Penilaian indrawi ini ada enam tahap yaitu pertama
8

menerima bahan, mengenali bahan, mengadakan klarifikasi sifat-sifat bahan,


mengingat kembali bahan yang telah diamati, dan menguraikan kembali sifat
indrawi produk tersebut (Rifky. 2013). Uji organoleptik menggunakan Skala
hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala yang
dikehendaki. Skala hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik dengan
angka mutu menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini dapat dilakukan
analisis secara statistik. Penggunaan skala hedonik pada praktiknya dapat
digunakan untuk mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonik sering digunakan
untuk menilai secara organoleptik terhadap komoditas sejenis atau produk
pengembangan. Uji hedonik banyak digunakan untuk menilai produk akhir
maupun penerimaan suatu produk.
BAB 3. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Tempat dan Waktu


Kegiatan magang kerja dilaksanakan di UPT Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur yang berlokasi di Jalan Raya Lebo
No. 48, Kecamatan Lebo, Kabupaten Sidoarjo yang dipantau secara langsung oleh
Gubernur Jawa Timur karena merupakan Pusat Pengembangan Teknologi
Tanaman Hortikultura di Jawa Timur. Kegiatan magang kerja dilaksanakan
selama 45 hari terhitung sejak 22 November 2021 sampai 5 Januari 2022.

3.2 Metode Kegiatan


Metode yang digunakan dalam kegiatan magang kerja di UPT.
Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur, antara
lain:
a. Magang kerja dilaksanakan mengikuti dan menyesuaikan dengan aktivitas yang
ada di UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa
Timur.
b. Metode observasi yaitu metode pengumpulan data dan pengamatan langsung di
lapangan dalam proses pengolahan komoditas hasil pertanian. Berdasarkan
metode observasi ini, didapatkan data berupa:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan terhadap
obyek pengamatan, misalnya wawancara langsung dengan pihak yang
terkait dan brainstorming.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak perusahaan yang dapat
berupa bukti-bukti dokumentasi (arsip, foto, dan lain-lain), jurnal- jurnal,
atau catatan di UPT.
c. Melakukan studi pustaka dari berbagai literatur.
d. Memberikan laporan hasil kegiatan magang kerja kepada pihak UPT.
Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian.

10
11

3.3 Tahapan Kegiatan


Tahapan kegiatan pada magang kerja terdapat pada Gambar 3.1

Mulai

Pengiriman proposal magang ke kantor pusat UPT PATPH, Jawa Timur

Proses pengajuan proposal magang

Surat balasan izin magang dari UPT PATPH yang dikirim ke jurusan via WhatsApp

Melengkapi persyaratan magang kerja di UPT PATPH, Jawa Timur

Penetapan tanggal masuk magang kerja

Pembuatan jadwal magang kerja

Magang kerja

Pengerjaan laporan magang

Distribusi laporan magang

Selesai

Gambar 3.1 Proses Magang Kerja


12

3.4 Sasaran Kegiatan


Sasaran kegiatan yang ingin dicapai dalam kegiatan magang kerja kali ini
yaitu mahasiswa dapat memahami proses pascapanen hasil pertanian, efesiensi
proses, sistem penyimpanan, produksi, dan penerapan teknologi hasil pertanian di
UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PATPH)
Jawa Timur. Walaupun begitu, semua keputusan terkait sasaran yang ingin
dicapai dapat diatur ulang bersama dengan pihak UPT PATPH. Hal ini dapat
disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember. Kami harap pihak UPT
PATPH dapat menerima usulan kami terkait sasaran yang ingin dicapai untuk
mahasisawa magang.

3.5 Bentuk dan Sifat Kegiatan


Bentuk dan keiatan berupa magang kerja yang bersifat kurikuler. Pada saat
pelaksanaan, mahasiswa mempelajari sekaligus mempraktikan ilmu yang ada
dengan terjun langsung pada instansi terkait untuk mempelajari sistem kerja yang
ada dan menerapkan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk kemudian hari.
Magang kerja dilaksanakan selama 45 hari dengan rencana dan jadwal kegiatan
sebagai berikut:
13
Minggu ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Penerimaan mahasiswa peserta
magang kerja
Orientasi dari instansi
Magang kerja di UPT
Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan
Hortikultura

Penyusunan laporan hasil Magang


kerja

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang Kerja di UPT. Pengembangan Agribisnis


Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur
14
BAB 4. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah dan Profil UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura
Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura (UPT PATPH) berdiri seiring dengan adanya restrukturisasi institusi
di lingkup dinas pada tahun 2008. Institusi ini berupa gabungan antara Kebun
Pusat Pengembangan Agribisnis Hortikultura (PUSPA) Lebo Sidoarjo yang
awalnya bersifat independen dengan Balai Teknologi Pertanian (BTP) Bedali
Lawang.
Pada awalnya, UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura (UPT PATPH) terdapat dua buah unit kerja yakni Kebun Bibit milik
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
Kabupaten Sidoarjo. Pada akhir tahun 90-an, dibangun beberapa unit screen house
kecil untuk pengembangan benih tanaman hortikultura, khususnya tanaman Melon
Golden Langkawi. Pengembangan Kebun Lebo pertama kali mendapat dukungan
dari Gubernur Jawa Timur pada saat itu yaitu Bapak Imam Utomo yang
berkunjung pada tahun 2000. Hal ini terbukti dengan dibangunnya dua unit screen
house yang didapat dari anggaran APBD pada tahun 2002-2003.
Sejak tahun 2005 mulai digunakan nama Pusat Studi dan Pengembangan
Agribisnis Hortikultura (PUSPA) Lebo sebagai identitas UPT PATPH agar
mudah dikenal. Peresmian nama dan kantor PUSPA LEBO dilakukan oleh
Gubernur Jawa Timur periode ke-12 dan 13 yaitu Bapak Imam Utomo pada
tanggal 26 Juni 2006 bertepatan dengan penyelenggaraan Hari Krida Pertanian
(HKP) Jawa Timur yang ke-34.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, penerapan dan
penggunaan sarana produksi (saprodi) juga semakin maju, dari yang manual
kemudian beralih menjadi modern dengan penggunaan alat dan mesin pertanian
mulai dari pengolahan lahan dengan menggunakan traktor sampai dengan
penanaman dengan menggunakan transplanter dan panen dengan menggunakan
combine harvester. Selain itu, sistem pengairan atau irigasi di PUSPA LEBO
menggunakan sistem irigasi drip (tetes) dan jet spray (semprot). Sistem irigasi di
PUSPA LEBO ini sudah menggunakan sistem irigasi yang modern sehingga
semuanya sudah bisa dikontrol dengan alat. Dengan penggunaan sistem irigasi
drip dan jet spray ini dapat lebih efisien karena menghemat waktu dan tenaga
kerja. Sehingga semuanya sudah bisa dikontrol dengan alat.
Pada pertengahan Tahun 2008, kebun PUSPA LEBO digabungkan dengan
15
Balai Teknologi Pertanian (BTP) Bedali, Lawang menjadi sebuah unit kerja baru
yang bernama Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan
dan Hortikultura (UPT PATPH). Pada Tahun 2009, mulai dibuka kunjungan
agrowisata dari sekolah-sekolah baik SD, SMP, SMA, dan juga untuk mahasiswa
yang ingin melakukan penelitian ataupun magang. Kegiatan agrowisata dilakukan
untuk layanan publik, wisata, dan layanan edukasi mengenai kegiatan hulu sampai
hilir.
Pada awal pembentukannya, jenis kegiatan yang dilakukan oleh UPT PATPH
berupa operasional laboratorium (Uji Tanah, Kultur Jaringan, Pengolahan Hasil
Panen) dan pengelolaan beberapa kebun yang berlokasi di Bedali-Lawang, Dau-
Malang, Bulukerto- Batu dan Puspa Lebo-Sidoarjo. Perkembangan yang dikelola
oleh institut ini selanjutnya bertambah menjadi beberapa kebun, dengan
pengembangan komoditas unggulan masing-masing yaitu Kebun Cemengkalang
Sidoarjo, Kebun Dlanggu Mojokerto, Kebun Kebomas Gresik, dan Kebun Pelem
Kediri. Struktur dan tata kelola UPT PATPH pada Dinas di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur di akhir tahun 2016 sesuai dengan Peraturan
Gubernur Nomor 113 Tahun 2016 tentang Nomenklatur, Susunan Organisasi,
Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur. Dengan ini, pengelolaan UPT
PATPH dikendalikan oleh seorang kepala UPT dibantu dengan seorang kepala
sub bagian tata usaha dan seorang kepala seksi pelayanan teknis.
Setelah itu, terjadi perubahan kembali pada struktur dan tata kelola perangkat
dinas di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada akhir 2018 sesuai
dengan Peraturan Gubernur Nomor 61 Tahun 2018 tentang Nomenklatur, Susunan
Organisasi, Uraian Tugas, dan Fungsi serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sehingga pengelolan
UPT PATPH dikendalikan oleh Kepala UPT dibantu dengan Kepala Sub Bagian
Tata Usaha, Kepala Produksi, dan Kepala Seksi Pemasaran.
Kebun UPT Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
yang dikelola seluas ± 38,58 hektar yang berlokasi di beberapa Kabupaten/Kota
dengan pengusahaan aneka jenis tanaman pangan (padi, jagung, kedelai) dan
hortikultura (buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan biofarmaka) yang
disesuaikan dengan potensi lahan dan kondisi agroklimat setempat, masing-
masing sebagai berikut :

1. Kebun Lebo Sidoarjo (PUSPA LEBO), seluas 6 Hektar


2. Kebun Cemengkalang Sidoarjo, seluas 6 hektar
3. Kebun Dau Malang, seluas 7,4 hektar
16
4. Kebun Bulukerto Batu, seluas 0,8 hektar
5. Kebun Dlanggu Mojokerto, seluas 4 hektar
6. Kebun Kebomas Gresik, seluas 6 hektar
7. Kebun Pelem Kediri, seluas 5,5 hektar
8. Kebun Bedali Lawang Malang, seluas 1,6 hektar
9. Kebun Kalianyar Lawang Malang, seluas 1,28 hektar.
Kebun Bedali dan Kalianyar Lawang, Malang pada tahun 2018 sebagian
diluaskan lahannya karena ada pembebasan jalan TOL Malang – Pandaan.

4.2 Visi dan Misi UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura
Kegiatan buddaya yang dilakukan oleh sektor pertanian UPT PATPH Jawa
Timur memiliki visi dan misi yang mengarah ke kelancaran operasional dalam
institut sehingga menhasilkan output yang terbaik. Berikut merupakan visi dan
misi tersebut:

1. Visi
Visi UPT PATPH adalah sebagai pusat pengembangan dan pelayanan
agribisnis tanaman pangan dan hortikultura yang modern dan memiliki daya
saing.
2. Misi
Terdapat dua misi utama yang diemban oleh UPT PATPH untuk
mewujudkan visi tersebut yaitu:
a) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pangan dan
hortikultura yang berdaya saing dan berkelanjutan,
b) Meningkatkan pelayanan agrowisata, laboratorium dan konsultasi agribisnis
bagi masyarakat.

4.3 Lokasi UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan


Hortikultura
Unit Pelaksanaan Teknis Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura (UPT PATPH) merupakan UPT yang berada di bawah Dinas
Pertanian Provinsi Jawa Timur. Lokasi UPT PATPH Lebo, Sidoarjo terletak di 25
km dari Surabaya, tepatnya di Jl. Raya Lebo No. 48 Sidoarjo, Jawa Timur,
Telepon (031) 8065158 Fax. (031) 8065158. UPT PATPH Lebo, Sidoarjo
memiliki luas sekitar 6 Hektar yang terdiri atas kebun Lebo Barat, Lebo Tengah,
Lebo Timur dengan ketinggian tempat 5 mdpl, keasaman tanah pH 6,5 dan jenis
tanah adalah tanah vertisol dengan irigasi menggunakan irigasi teknis. Alamat
kantor pusat UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
17
di Jalan Raya Dr. Cipto No. 17 Bedali Lawang, Malang. Telepon (0341) 426865
Fax. (0341) 4426865
UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
memiliki beberapa kebun di daerah Jawa Timur di antaranya :
1. Kebun Lebo Sidoarjo
2. Kebun Kebomas Gresik
3. Kebun Dlanggu Mojokerto
4. Kebun Bulukerto Batu
5. Kebun Dau Malang
6. Kumbung Jamur Lawang Malang
7. Kebun Pelem Kediri
8. Kebun Cemengkalang Sidoarjo

4.4 Struktur Organisasi dan Tugas Pokok


Perusahaan yang baik tentunya memiliki struktur organisasi yang jelas dan
terstruktur guna mengatur garis komando dan mempermudah koordinasi setiap
komponen-komponennya. Struktur organisasi memiliki peranan yang sangat
penting karena merupakan cerminan dari wewenang dan tanggung jawab di dalam
perusahaan secara vertikal antara atasan dan bawahan, serta cerminan secara
horizontal antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Hal tersebut
bertujuan untuk menunjukkan posisi-posisi dan fungsi-fungsi serta bagian-bagian
di dalam perusahaan yang berbeda.
Struktur organisasi UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura berbentuk line organization atau organisasi garis yang
menghubungkan langsung secara vertikal antara atasan dan bawahan mulai dari
pimpinan tertinggi sampai dengan bawahan. Organisasi garis atau lini merupakan
suatu bentuk struktur organisasi dimana pelimpahan wewenang langsung dari
pimpinan kepada bawahannya.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 61 Tahun 2018 tentang
Nomenklatur, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur,
maka pengelolaan UPT PATPH dikendalikan oleh Kepala UPT dengan dibantu
dengan Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Produksi dan Seksi
Pemasaran. Kepala Sub Bagian Tata Usaha dibantu oleh staf yang bertugas dalam
urusan kepegawaian, keuangan dan perlengkapan, sedangkan Kepala Seksi
Produksi dibantu oleh staf yang bertanggung jawab sebagai pengelola kebun
maupun laboratorium dan Kepala Seksi Pemasaran dibantu oleh staf pemasaran
dan agrowisata. Struktur organisasi selengkapnya dapat digambarkan sebagai
18
berikut :

Kepala UPT Pengembangan


Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura
Ir. Sumiyanto Aji, M.MA

Kepala Sub Bagian Tata Usaha


Kepala Seksi Produksi Kepala Seksi Pemasaran
Trias Ari Wicaksono, SE,
Farida, S.P., M.Agr Novie Isnawati, S.P
MM

Staf Sub Bagian Tata


Staf Seksi Produksi Staf Pemasaran
Usaha

Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPT PATPH Jawa Timur


Sumber : UPT PATPH Jawa Timur, 2021

4.4.1 Deskripsi Jabatan dan Tugas Pokok


UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT
PATPH) mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas teknis dinas dalam
bidang pelaksanaan kaji terap teknologi serta pengembangan agribisnis tanaman
pangan dan hortikultura, tugas ketatausahaan serta pelayanan masyarakat. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, maka UPT PATPH mempunyai fungsi sebagai
berikut:
a. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan percontohan;
b. Pelaksanaan kaji terap teknologi agribisnis tanaman pangan dan hortikultura;
c. Pelaksanaan promosi dan diseminasi edukasi teknologi dalam bidang
agribisnis tanaman pangan dan hortikultura;
d. Melaksanakan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura;
e. Pelaksanaan dan pengelolaan diversifikasi usaha;
f. Pelaksanaan ketatausahaan dan pelayanan masyarakat;
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan;
h. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan;
Berikut merupakan tugas pokok dari masing-masing jabatan, yaitu:
19

1. Tugas pokok dari Kepala UPT PATPH sebagai berikut:


Kepala UPT bertugas mengawasi, memimpin, mengkoordinasi
pelaksanaan kegiatan, memonitoring, evaluasi, analisis dan pengembangan
kebutuhan, pendidikan dan pelatihan, pengelolaan sarana prasarana terkait
ketatausahaan, dan pelayanan masyarakat, serta dalam melaksanakan tugas wajib
Kepala UPT PATPH menerapkan prinsip koordinasi dan sinkronisasi dengan
instansi lain dan para pihak pemangku kepentingan.
2. Tugas pokok dari Sub Bagian Tata Usaha sebagai berikut:
a. Melaksanakan pengelolaan dan pelayanan administrasi umum;
b. Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian;
c. Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan;
d. Melaksanakan pengelolaan perlengkapan dan peralatan kantor
e. Melaksanakan kegiatan hubungan masyarakat;
f. Melaksanakan pengelolaan urusan rumah tangga;
g. Melaksanakan pengelolaan penyusunan program, anggaran dan perundang-
undangan;
h. Melaksanakan pengelolaan kearsipan UPT;
i. Melaksanakan monitoring dan evaluasi organisasi dan tata laksana;
j. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala UPT.
3. Tugas Seksi Produksi, sebagai berikut:
a. Menyusun perencanaan kegiatan seksi produksi;
b. Melaksanakan kaji terap teknologi agribisnis tanaman pangan dan
hortikultura;
c. Melaksanakan pelayanan analisis unsur hara tanah dan kultur jaringan;
d. Melaksanakan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura;
e. Melaksanakan pendampingan teknis agribisnis tanamanaa pangan dan
hortikultura;
f. Melaksanakan diseminasi edukasi teknologi bidang agribisnis tanaman
pangan dan hortikultura;
g. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan;
h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala UPT
20

4. Tugas Seksi Pemasaran, sebagai berikut:


a. Menyusun perencanaan kegiatan Seksi Pemasaran;
b. Melaksanakan pengolahan dan pemasaran hasil produksi tanaman pangan
dan hortikultura;
c. Melaksanakan promosi dan sosialisasi hasil tanaman pangan dan hortikultura;
d. Melaksanakan dan pengelolaan diversifikasi usaha;
e. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT.
Tabel Personalia
Tabel 4.1 Data Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan dan Tingkat
Pendidikan di UPT PATPH
Tingkat Pendidikan
No. Jabatan
S3 S2 S1/D3 SLTA SLTP Total

Kepala UPT
1. Kepala UPT PATPH 1 1
Subbag. Tata Usaha
1. Kepala Subbag. Tata 1 1
Usaha
2. Bendahara Penerimaan 1 1
Pembantu
3. Bendahara Pengeluaran 1 1
Pembantu
4. Penyusun Program Dan 1 1
Anggaran
5. Pengelola Pemanfaatan 1 1
Barang Milik Daerah
6. Pengadministrasi 1 1
Kepegawaian
7. Pemelihara Kebun 1 1
8. Penjaga Keamanan 3 3

Sumber: Data Sekunder UPT PATPH 2021


21

Tingkat Pendidikan
No. Jabatan S1/ SLT Tot
S3 S2 SLTA
D3 P al
Seksi Produksi
1. Kepala UPT PATPH 1 1
2. Pengelola Kebun 1 1
3. Analis Tanah Pertanian 1 1
Pengadministrasi 1 1
4.
Umum
5. Pengelola Kebun 1 1
Seksi Pemasaran
1. Kepala Seksi 1 1
Pemasaran
Penyuluhan Pertanian
1. Penyuluh Pertanian 2 2
PTT-PTK
1. Pengadministrasi 1 1
Umum
2. Petugas Akrual Dan 1 1
SPM
3. Pengelola Lahan 2 1 3
Pertanian
4. Staf Pemasaran 1 1 2
Total 0 6 9 11 0 26

Sumber: Data Sekunder UPT PATPH 2021


22

Tabel 4.2 Data Jumlah Pegawai Berdasarkan Tugas dan Tanggung Jawab

Jumlah Pegawai (orang)


Kantor
No. Tanggung Jawab Kantor
Daerah Jumlah
Lebo
Lain
1. Pegawai 6 10 16
Kantor/Koordinator
Kebun (PNS)
2. Pegawai Kantor/ 1 6 7
Koordinator Kebun
(PTT)
3. Pramu Kantor (PNS) - - 0
4. Petugas Keamanan - 3 3
(PNS)
5. Petugas Keamanan - - 0
(PTT)
Jumlah Keseluruhan 7 19 26

Sumber: Data Sekunder UPT PATPH 2021

4.5 Gambaran Umum UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan


Hortikultura
UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
merupakan instansi yang dinaungi oleh Dinas Pertanian yang berada di Jl. Raya
Lebo No. 48, Kecamatan Sidoarjo, Jawa Timur. UPT PATPH didirikan untuk
mengembangkan komoditas tanaman hortikultura baik berupa sayur, buah,
tanaman hias, dan tanaman obat keluarga. Instansi ini merupakan tempat
pelaksana teknis mulai dari proses budidaya sampai dengan proses pemasaran
yang memiliki total luas 6,1 Hektar dengan pembagian kebun menjadi 3 yaitu:
Lebo Timur, Lebo Tengah, dan Lebo Barat.
23

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh UPT Pengembangan Agribisnis


Tanaman Pangan dan Hortikultura dapat dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Usaha tani hortikultura mulai dari on farm sampai dengan off farm
Usaha tani hortikultura mulai dari on farm sampai dengan off farm yang
meliputi penerapan teknologi budidaya yang baik dan benar, pengujian benih
introduksi, serta budidaya off season (di luar musim), teknik persemaian, teknik
pemanenan dan pemasaran hasil panen serta perluasan target pasar.
2. Pelayanan Analisa Tanah
Pelayanan Analisa Tanah dilakukan di Laboratorium Tanah di Kebun
Bedali Lawang Malang yang ditujulkan untuk masyarakat umum yang ingin
mengujikan kandungan usnsur hara tanah yang akan digunakan untuk budidaya
maupun untuk tujuan penelitian. Pelayanan analisa tanah meliputi unsur pH, C
organic, N-Kjedahl, P Olsen, K2O, KTK, Tekstur, dan kadar air.
3. Pelayanan informasi dan magang
Pelayanan informasi meliputi kegiatan konsultasi agribisnis yang dapat
dilakukan oleh siapa saja yang ingin mengonsultasikan masalah tanaman
hortikultura dan tanaman pangan mulai dari saprodi, teknik budidaya, sampai
dengan panen dan penanganan pasca panen serta pemasaran produk.
kegiatan magang kerja di UPT PATPH menerima mahasiswa dan siswa SMK
yang ingin melakukan praktik kerja lapang untuk menambah ilmu pengetahuan
tentang pertanian dan pengalaman dalam dunia kerja.
4. Agrowisata
Kegiatan agrowisata merupakan salah satu kegiatan pokok yang dalam
setiap bulannya selalu ada kunjungan baik dari TK, SD, SMP, dan SMA. Tujuan
kegiatan tersebut untuk menarik minat para siswa agar tertarik pada bidang
pertanian, memperkenalkan dan menambah wawasan mengenai kegiatan-kegiatan
pertanian. Kegiatan ini juga dilengkapi dengan praktik tanam, panen sayuran,
outbond, dan pengenalan berbagai jenis tanaman hortikultura.
UPT PATPH ini juga dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung setiap
kegiatan yang dilakukan. Adapun fasilitas-fasilitas yang dimiliki, antara lain:
1) Kantor beserta fasilitas kelengkapannya berlokasi kantor Lebo
24

Sidoarjo;
2) Gedung Serbaguna beserta kelengkapannya berlokasi kantor Lebo
Sidoarjo;
3) Kebun produksi beserta sarana dan prasarana yang digunakan untuk
aktivitas usaha tani di masing-masing kebun, berupa green house, alat
mesin pertanian on farm maupun penanganan panen atau pascapanen;
4) Laboratorium beserta kelengkapannya berada di Bedali, Lawang yaitu:
Laboratorium Analisa Tanah, Laboratorium Kultur Jaringan dan
Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian;
5) Packing House dan perlengkapannya sebagai tempat melakukan proses
kegiatan pengolahan dan diversifikasi produk;
6) Sarana Transportasi untuk operasional kedinasan maupun pengangkutan
dan pemasaran hasil panen, berupa kendaraan bermotor roda empat roda
tiga dan roda dua
UPT PATPH memiliki peran strategis dalam upaya mendukung dan
mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur yaitu:
1) UPT PATPH merupakan kebun aneka komoditas tanaman pangan dan
hortikultura yang berfungsi sebagai pusat studi, percontohan, pelatihan, pelayanan
agribisnis sekaligus tempat rekreasi (agrowisata) yang dapat menarik minat
generasi muda untuk menggeluti bidang pertanian.
2) UPT PATPH sebagai sosok etalase kebun tanaman pangan dan hortikultura
yang diusahakan secara modern dan dikelola secara professional mulai dari
aktivitas penanaman, pemeliharaan hingga pemasaran hasil panen yang
selanjutnya disetorkan dan dipergunakan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Beberapa macam produk barang atau jasa yang dihasilkan oleh UPT
PATPH dan ditawarkan secara langsung maupun tidak langsung kepada
masyarakat umum, yaitu:
- Hasil Kebun berupa produk segar maupun olahan
- Layanan Kunjungan Agrowisata
- Layanan Magang
25

- Layanan Laboratorium Uji Analisis Tanah


- Konsultasi Agribisnis
Aktivitas pengusahaan tanaman di kebun maupun pelayanan jasa
agrowisata dan laboratorium mendapatkan sumber anggaran dari APBD Provinsi
Jawa Timur. Anggaran kegiatan kebun ditujukan untuk pengadaan sarana
produksi (benih, pupuk, pestisida), pemeliharaan peralatan pertanian dan upah
tenaga kerja. Anggaran kunjungan agrowisata dan laboratorium ditujukan untuk
kelancaran operasional kegiatan layanan yang dilakukan ke masyarakat umum.
Produk layanan jasa agrowisata maupun laboratorium beserta hasil panen segar
dari kebun merupakan sumber pendapatan yang dihasilkan oleh UPT yang
selanjutnya disetorkan sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD).
28

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Proses Pembuatan Teh Lidah Buaya


5.1.1 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan untuk produksi teh lidah buaya, yaitu pisau,
baskom, dehydrator, sendok, nampan, loyang, timbangan. Bahan-bahan yan
digunakan dalam proses ini diantaranya adalah lidah buaya segar, bubuk daun
mint, bubuk lemon, bubuk kayu manis, kapur sirih, dan teabag.
5.1.2 Langkah-langkah Penggunaan dehydrator
Berikut langkah-langkah pengoperasian mesin dehydrator
 Pasang saluran listrik dehydrator ke stop kontak atau ke sumber listrik lain.
 Putar suhu, lama waktu, dan alur panas sesuai perlakuan yang diinginkan.
 Letakkan bahan yang akan dikeringkan di atas rak kawat yang tersedia, lalu
masukkan ke dalam dehydrator.
 Tutup dehydrator dengan baik dan tunggu hingga proses pengeringan selesai atau
hentikan ketika bahan sudah dirasa cukup kering.

Gambar 5.1 Dehydrator


29

5.1.3 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan


a. Skema Kerja Teh Lidah Buaya

Lidah Buaya

Pemetikan

Pendiaman selama 1 jam

Pencucian

Pengupasan Kulit

Pengecilan ukuran kulit

Larutan Perendaman dalam Larutan


Kapur Sirih Kapur Sirih (±1 jam)

Larutan
Pembilasan
Kapur Sirih

Pengeringan dengan Dehydrator selama 2 jam

Penghalusan dengan Blender

10 g bubuk kayu
manis/lemon/ Pengemasan ke dalam teabag
daun mint

Gambar 5.2 Diagram Alir Pembuatan Teh Lidah Buaya


30

b. Fungsi Perlakuan Pembuatan Teh Lidah Buaya


Lidah buaya yang sudah memiliki ukuran cukup besar dipetik dari pangkal
batangnya dengan bantuan pisau. Setelah dipetik, lidah buaya didiamkan
selama 1 jam untuk membiarkan getahnya yang berwarna kuning keluar.
Setelah itu, lidah buaya dicuci untuk menghilangkan getah berwarna kuning
tersebut.

Gambar 5.3 Pemetikan Lidah Buaya


Setelah dicuci sampai bersih, dilakukan pengupasan terhadap kulit daun lidah
buaya atau bisa juga dikatakan pemisahan gel dari kulit luarnya. Gel tersebut
dipisahkan karena mengandung getah yang dapat menimbulkan rasa sangat pahit.

Gambar Pencucian daun Lidah Buaya


31

Selain itu, gel tersebut juga sebagian besar terdiri dari air saja sehingga tidak
dibutuhkan untuk membuat teh lidah buaya. Setelah dipisahkan, kulit tersebut
dikecilkan ukurannya untuk persiapan proses berikutnya.

Gambar 5.4 Pemisahan Kulit Daun Lidah Buaya

Selanjutnya, dilakukan proses perendaman kulit daun lidah buaya dalam larutan
kapur sirih. Larutan kapur sirih disiapkan dengan cara menyiapkan sejumlah air di
dalam baskom besar, lalu dituangkan lima sendok makan kapur sirih ke dalamnya.
Setelah itu, dilakukan pengadukan sampai larutan tersebut homogen. Kemudian,
potongan daun lidah buaya dimasukkan ke dalamnya dan didiamkan selama
kurang lebih satu jam.

Gambar Perendaman Daun Lidah Buaya dalam Larutan Kapur Sirih

Setelah satu jam, potongan tersebut dibilas untuk menghilangkan sisa larutan
32

kapur sirih. Setelah dibilas sampai bersih, potongan tersebut ditata di atas loyang
dengan rapi dan diletakkan di atas rak kawat besi yang ada di dalam dehydrator.
Kemudian, dehyrator dihidupkan dan diatur panasnya menjadi 70ºC dan lama
pengeringannya selama dua jam. Setelah dua jam, dehydrator dimatikan dan
potongan daun lidah buaya dikeluarkan dari rak besi. Potongan tersebut
didiamkan selama beberapa menit hingga cukup dingin. Setelah dingin, potongan
tersebut dimasukkan ke dalam wadah blender dan dihancurkan hingga halus.

Gambar Penghalusan Daun Lidah Buaya

Tujuan penghalusan ini adalah untuk meningkatkan luas permukaan partikel


supaya mempercepat proses pelarutan kandungan teh lidah buaya saat diseduh
dalam air panas. Setelah dihaluskan, bubuk daun lidah buaya dimasukkan ke
dalam teabag sambil ditambahkan sejumlah bahan penambah cita rasa yaitu
bubuk kayu manis, bubuk lemon, dan bubuk daun mint. Jumlah bubuk daun lidah
buaya yang dimasukkan ke dalam teabag adalah sebesar 40 gram dan 10 gram
untuk bahan tambahannya. Jadi, total berat teh dalam teabag adalah 50 gram.
33

Gambar Pengemasan Teh Lidah Buaya

5.2 Hasil dan Pembahasan Uji Organoleptik

Tabel 5.1 Data Uji Organoleptik Teh Lidah Buaya Kode 122 (Lemon)
Parameter
Keterangan
Warna Aroma Kenampakan Rasa

Tidak suka 0% 10% 0% 0%

Kurang suka 0% 30% 0% 0%

Cukup suka 30% 45% 55% 55%

Suka 40% 15% 45% 45%

Sangat suka 30% 0% 0% 0%


34

Data Uji Organoleptik Teh Lidah Buaya Kode 122 (Lemon)

60% 55%
50% 45% 45% 45%
40%
40% 35%
30% 30% 30%
30%

20% 15% 15%


10%
10% 5%
0%0% 0% 0%0% 0% 0%
0%
Warna Aroma Kenampakan Rasa

Tidak suka Kurang suka Cukup suka Suka Sangat suka

Tabel 5.2 Data Uji Organoleptik Teh Lidah Buaya 369 (Kayu Manis)
Parameter
Keterangan
Warna Aroma Kenampakan Rasa

Tidak suka 0% 10% 0% 10%

Kurang suka 25% 5% 20% 20%

Cukup suka 50% 20% 60% 35%

Suka 25% 40% 20% 30%

Sangat suka 0% 25% 0% 5%


35

Data Uji Organoleptik Teh Lidah Buaya 369 (Kayu Manis)

70%
60%
60%
50%
50%
40%
40% 35%
30%
30% 25% 25% 25%
20% 20% 20% 20%
20%
10% 10%
10% 5% 5%
0% 0% 0% 0%
0%
Warna Aroma Kenampakan Rasa

Tidak suka Kurang suka Cukup suka Suka Sangat suka

Tabel 5.2 Data Uji Organoleptik Teh Lidah Buaya 544 (Daun Mint)
Parameter
Keterangan
Warna Aroma Kenampakan Rasa

Tidak suka 0% 0% 5% 5%

Kurang suka 25% 15% 20% 40%

Cukup suka 45% 45% 30% 40%

Suka 30% 20% 35% 0%

Sangat suka 0% 20% 10% 15%


36

Data Uji Organoleptik Teh Lidah Buaya 369 (Daun Mint)

50%
45% 45%
45%
40%
40%
40%
35%
35%
30% 30%
30%
25%
25%
20%
20% 20%
20%
15% 15%
15%
10%
10%
5% 5%
5%
0% 0% 0% 0%
0%
Warna Aroma Kenampakan Rasa

Tidak suka Kurang suka Cukup suka Suka Sangat suka

Dari data yang didapatkan yaitu hasil uji organoleptik yang


dilakukan dengan jumlah 20 panelis tidak terlatih. Hasil data yang didapat
merupakan panelis dari keripik pisang kepok oven. Berdasarkan gambar
diagram 5.12 dan5.13 diatas, dapat diketahui bahwa pada parameter
warna didapatkan nilai keripik oven 45% cukup suka dan keripik
dehydrator 40% suka. Pada Arorna didapatkan nilai keripik oven 40%
cukup suka dan keripik dehydrator 55% suka. Pada kenampakan
didapatkan nilai keripik oven 45% suka dan keripik dehydrator 55% suka.
Pada parameter rasa didapatkan nilai keripik oven 50% cukup suka dan
keripik dehydrator 40% cukup suka. Parameter tekstur didapatkan nilai
keripik oven 55% cukup suka dan keripik dehydrator 45% cukup suka.

Hasil yang dapat itu pengaruh dari metode pengeringan yang


dilakukan. Pengeringan pangan pada umumnya diinginkan kecepatan
pengeringan yang maksimum. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan pindah panas dan massa tersebut adalah luas permukaan, suhu,
kecepatan pergerakan udara, kelembaban udara, tekanan atmosfir,
37

penguapan air dan lama pengeringan (Desrosier, 1988). Alat pengeringan


dan lama pengeringan menentukan kontak bahan dengan panas. Sebagian
besar bahan pangan sensitif terhadap panas maka waktu pengeringan yang
digunakan harus maksimum, yaitu kadar air bahan akhir yang diinginkan
telah tercapai dengan lama pengeringan yang pendek. Pengeringan dengan
suhu yang tinggi dan waktu yang pendek dapat lebih menekan kerusakan
bahan pangan dibandingkan waktu pengeringan yang lebih lama dan suhu
lebih rendah (Estiasih & Ahmadi, 2009).

Oven merupakan sebuah peralatan berupa ruang termal terisolasi


yang digunakan sebagai pengeringan suatu bahan. Pengeringan
menggunakan oven lebih cepat dibandingkan dengan pengeringan
menggunakan panas matahari. Akan tetapi, kecepatan pengeringan
tergantung dari tebal bahan yang dikeringkan. Penggunaan oven biasanya
digunakan untuk skala kecil. Oven yang kita gunakan adalah elektrik oven
yaitu oven yang terdiri dari beberapa tray didalamnya, serta memiliki
sirkulasi udara didalamnya. ( Saputra A, 2010 ).

Pembuatan keripik pisang dengan alat dehydrator sama dengan


pembuatan keripik pisang pada umunnya, namun pembuatan keripik
pisang dengan dehydrator tanpa menghilangkan rasa dan aroma asli dari
buah tersebut. Pengolahan keripik pisang dengan dehydrator dapat
menyebabkan kadar air yang terkandung dalam pisang cukup rendah
sehingga tekstur pisang semakin renyah. (Prabawati dkk, 2008).

Pembuatan keripik pisang dengan dehydrator dapar


menghasilkan Keripik pisang yang memiliki rasa enak dan manis,
bertekstur cukup renyah dan warnanya kuning menarik meskipun tanpa
tambahan bumbu dan pewarna. Keripik pisang yang disukai panelis adalah
keripik pisang kepok dan kapas. Menurut Didit Haryanto et al (2013)
bahwa penggorengan keripik pisang dengan minyak goreng akan
mendapatkan hasil yang menarik dari segi warna, tekstur dan aroma
dibandingkan dengan metode laiinya seperti oven, vacuum frying, dan
38

dehydrator.
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Pengolahan Keripik pisang dengan menggunakan oven dan dehydrator
memliki perbedaan yang berbeda nyata walaupun dengan lama
pengeringan sama.
b. Hasil uji hedonik pada kedua sampel tidak berbeda nyata. Perbedaan hasil
pada sampel yang paling nyata yaitu pada tingkat kerenyahan dan warna
karena dipengaruhi oleh sifat penggunaan alat penggorengan atau
pengeringan yang digunakan.

c. Dengan melakukan pengolahan buah pisang kepok dapat meningkatkan


nilai ekonomis buah pisang tersebut.

6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pengolahan keripik pisang dengan
metode oven dan dehydrator membutuhkan ketelitian. Kedua alat memiliki
tingkatan rak pemanas yang berbeda, maka oleh karena itu perlu diperhatikan
agar mampu menghasilkan produk dengan kualitas fisik dan sensoris yang
baik dan mengurangi kegagalan proses pembuatan produk.

38
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. K. dan Estiasih. T. 2009. Teknologi pengolahan Pangan. Jakarta. Bumi


Aksara.

Antarlina, S.S. dan Y. Rina. 2005. Pengolahan keripik buah-buahan lokal


Kalimantan menggunakan penggoreng vakum. hlm. 11131126. Dalam J.
Munarso, S. Prabawati, Abubakar, Setyajit. Risfaheri, F. Kusnandar, dan F.
Suaib (Ed.). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen
untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. Buku II: Alsin, Sosek
dan Kebijakan, 78 September 2005. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian
IPB, Bogor

Badan Standarisasi Nasional. 2008 SNI 01-3553-1994. Air. Jakarta: Badan


Standarisasi Nasional

Burhanuddin. 2001. Strategi Pembangunan Industri Garam di Indonesia.


Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi III. Penerjemah


Muchji Mulyohardjo. Jakarta: Universitas Indonesia.

Didit Haryanto, Otik Nawansih dan Fibra Nurain. 2013. Penyusunan Draft
Standard Operating Procedure (Sop) Pengolahan Keripik Pisang (Studi
Kasus Di Salah Satu Industri Rumah Tangga Keripik Pisang Bandar
Lampung. Lampung. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume
18 No.2.

Dinastutie, Rina., Sri Poeranto YS, Dwi Yuni N.H. 2015. Uji Efektifitas
Antifungal Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa acuminata x balbisiana)
Mentah Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Secara In Vitro. Majalah
Kesehatan Fakultas Kedokteran. Vol 2, No 3 (2015).

39
40

Harrison, (2010). pengeringan degan oven mengunakan udara panas. Oven


Laboratorium (Anugrahni agama ndiri blog.2018)

Palupi 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta:ECG

Prabawati, S., Suyanti dan Setyabudi, D.A. (2008). Teknologi Pascapanen dan
Pengolahan Buah Pisang. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian. Dalam seminar Badan Litbang Pertanian.
Departemen Pertanian, Bogor.

Rahmawan, 2011. Pengeringan, pendiginan dan pengemasan komoditas


pertanian”.Direktorat pendidikan kejuaraan. Jakarta . Brooker, D.B; F.W.B
Arena ;c. Hall 1957 .Drying Cereal Grain. The AVI Publishing co inc.,
Wesport, Connecticut .

Saputra A dan Ningrum DK, 2010 “Pengeringan Kunyit Menggunakan


Microwave dan Oven., Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang.

Shfali Dhingra, Sudesh Jood. 2007. Organoleptic and nutritional evaluation of


wheat breads supplemented with soybean and barley flour. Food Chemistry
77 (2001) 479–488.

Standar Nasional Indonesia. 1996. Keripik Pisang. SNI 01-4315-1996. Dewan


Standarisasi Nasional.

Suyanti Satuhu.1994. Penanganan dan Pengolahan Buah. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Winarti, Sri. 2010. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yuliasih F, H., 2016. Penambahan Perasan Kulit Pisang Kepok dan Filtrasi
untuk Menurunkan Kandungan Besi (Fe) dan Kekeruhan Air Sumur Gali.
Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Yogyakarta.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran Dokumentasi


No. Dokumentasi Keterangan

1. Pemotongan pisang kepok.

2 Pengupasan pisang kepok

3. Pengirisan pisang menjadi


keripik

41
42

4. Pencucuian dan perendaman


keripik

5. Penirisan keripik dari


perendamann

6. Penataan keripik dalam


loyang

7. Pengovenan keripik
43

8. Keripik pisang kepok siap


dikonsumsi
44

Lampiran 2. Timeline Kegiatan Magang Kerja


45
46
47
48
49
50
51
52

Anda mungkin juga menyukai