Disusun Oleh:
Fenti Nurrul Djannah
41035003181003
NPM : 41035003181003
Menyetujui,
Pembimbing Laporan PKL
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Agroteknologi
Kepala Seksi Benih Padi Kepala UPTD Balai Benih Padi dan Palawija
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Adapun beberapa tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah sebagai
berikut:
1. Untuk memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman, serta
meningkatkan wawasan mahasiswa di bidang pertanian praktis, serta untuk
menambah keterampilan dari dunia kerja di lapangan.
2. Menambah wawasan mengenai usaha produksi padi dan pentingnya
pengendalian gulma, serta dampaknya terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman padi.
3. Mengetahui beberapa metode pengendalian gulma yang dapat diaplikasikan
pada pertanaman padi sawah, termasuk cara kimia atau dengan menggunakan
herbisida.
4. Menambah pengalaman praktis tentang pengendalian gulma dengan
menggunakan herbisida berbahan aktif parakuat diklorida, baik mengenai
dosis, cara, maupun waktu pengaplikasiannya pada beberapa jenis gulma
yang ditemukan di lahan padi sawah.
5. Dengan dibuatnya laporan PKL ini, bagi penulis ini merupakan suatu
pembelajaran berharga tentang bagaimana cara menuangkan pengalaman
praktek kerja yang telah dilaksanakan itu ke dalam sebuah tulisan sebagai
media untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada para pembaca,
khususnya yang terkait dengan pengendalian gulma dengan menggunakan
herbisida berbahan aktif parakuat diklorida.
1.3. Metode
Adapun beberapa metode dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
yang kemudian hasilnya dijadikan sebagai bahan dalam penulisan laporan ini,
sebagai berikut:
1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan/peninjauan secara langsung dalam
rangka pengumpulan data dan/atau informasi yang dapat dijadikan sebagai
bahan pembelajaran.
2. Wawancara, dalam hal ini mahasiswa melakukan wawancara baik dengan
para personil UPTD-BBPP maupun denga para petani sebagai pelaku
penangkaran benih padi di lapangan.
3. Praktek langsung, dimana mahasiswa terlibat langsung dalam praktek
pelaksanaan kegiatan produksi padi di lapangan.
4. Dokumentasi, yaitu melakukan pemotretan pada saat kegiatan berlangsung di
mulai dari setiap tahapan dalam kegiatan di lapangan.
5. Studi pustaka, dengan mencari referensi sebagai data pelengkap dan
pembanding serta konsep dalam alternatif pemecahan masalah. Referensi
tersebut dapat berupa buku, arsip, jurnal, mendownload dari internet dan
lainnya yang bersifat informatif serta relevan.
BAB II
KEADAAN UMUM
UPTD BALAI BENIH PADI DAN PALAWIJA
Tabel 2. Luas Lahan yang Dikelola BPBP Berdasarkan Keputusan Kepala Badan
Pertahanan Nasional Nomor 145/HP/BPN/90 tanggal 2 Mei 1990
Luas Lahan
No Lokasi No. Sertifikat
(m2) (ha)
1. Desa Hegarmanah (Kec. 1.263.270 126,3270 145/HP/BPN/1990
Bojongpicung). Tgl. 2 - 5 - 1990
Visi:
- Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu Terwujudnya Jawa Barat Juara
Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi.
- Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu Terwujudnya Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat Yang Maju dan Tangguh.
- UPTD BBPP yaitu Mewujudkan Mutu Benih Padi dan Palawija Jawa
Barat Juara, Dinamis dan Sejahtera.
- Moto “Mutu Andalanku, Kepuasan Jaminanku”.
Misi:
N
NAMA JABATAN
O
1. Ir. Usep Darojat Pengelola Lahan Pertanian
2. Wawan Hermawan, SP, MP Pengelola Lahan Pertanian
3. Karpi, SP Pengelola Lahan Pertanian
4. Rinrin Sarinungrum,SP. MP Pengelola Data
5. Sofik Ahmad Fajar, SP Pengelola Lahan Pertanian
6. Ahmad Rosidin, SP Analisis Benih
7. Dede Maman Supriatna, SP Pengelola Lahan Pertanian
8. Dedeh Gantini, SP Pengelola Lahan Pertanian
9. Evi Ratnaningsih, S. Sos Pengelola Data
10. Dodi Sunardi, SP Pengelola Lahan Pertanian
11. Yuyun Saepul Uyun Teknisi Instalasi Budidaya
12. Imas Permasih, SP. Pengelola Lahan Pertanian
Yudi Cahyadi, SP Pengelola Budidaya dan
13.
Pengembangan Tanaman Pangan
14. Asep Kariji Abdul Malik, SP Pengelola Pascapanen
15. Asep Haryanto, SP, MP Pengelola Lahan Pertanian
Atty Karmiaty Pengolah Data Sistem Aplikasi dan
16.
Pengolahan Data Sistem Keuangan
17. Wartiman, SST Pengelola Lahan Pertanian
18. Ibrahim, SP. MP Pengelola Lahan Pertanian
19. Ayi Suparman, SP Pengelola Lahan Pertanian
20. Hidayat, SP. MP Pengelola Lahan Pertanian
21. Suzi Yulia Firdaus, SP Pengolah Data Lahan
22. Zainal Asikin Teknisi Instalasi Budidaya
23. Dadang Suryana Teknisi Instalasi Budidaya
24. Dedeh Khodijah Pengadministrasi Umum
25. Warju Teknisi Instalasi Budidaya
26. Yayat Rohiyat, SP Pengolahan Lahan Pertanian
27. D. Jejen Teknisi Instalasi Budidaya
Pengadministrasi Sarana dan
28. Oban Sutiawan
Prasarana
29. Dadang Pengadministrasi Kepegawaian
30. Ujang Upah Operator Mesin
Pengadministrasi Perencanaan dan
31. Tedi Hamdani
Program
32. Budianton Pengadministrasi Umum
33. Bayu Maulana Sagita Operator Mesin
34. Suyanto Teknisi Instalasi Budidaya
35. Otong Mashudin Operator Mesin
36. Akmaludin Teknisi Instalasi Budidaya
37. Asep Mulyadi Operator Mesin
38. Saman Operator Mesin
39. Jamad Operator Mesin
40. Hapidin Operator Mesin
41. Rosadi Operator Mesin
c. Struktur Organisasi UPTD Balai Benih Padi dan Palawija
Struktur Organisasi UPTD Balai Benih Padi dan Palawija berdasarkan
peraturan Gubernur Jawa Barat NOMOR 82 Tahun 2017 Tentang Tugas Pokok,
Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas di
Lingkungan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura.
LUAS
N SATUAN
LAHAN KOMODITAS ALAMAT
O PELAYANAN
(Ha)
UPTD Balai Benih Padi dan Palawija mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. UPTD Balai Benih Padi dan Palawija mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang tertentu di bidang tanaman pangan, meliputi benih padi dan
palawija.
2. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), UPTD Balai Benih Padi dan Palawija mempunyai fungsi yaitu:
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis Pengelolaan
Benih Padi dan Palawija.
b. Penyelenggaraan Pengelolaan Benih Padi dan Palawija meliputi
Benih Padi dan Benih Palawija.
c. Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan UPTD Balai Benih Padi dan
Palawija.
d. Penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
1. Kepala UPTD Balai Benih Padi dan Palawija mempunyai tugas pokok
mengkoordinasikan, membina, mengendalikan, dan memimpin
penyelenggarakan Balai Benih Padi dan Palawija meliputi Pengelolaan
Benih Padi dan Palawija.
2. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Kepala UPTD mempunyai fungsi yaitu:
- Penyelenggaraan pengkajian dan perumusan bahan kebijakan teknis
Pengelolaan Benih Padi dan Palawija.
- Penyelenggaraan Pengelolaan Benih Padi dan Palawija.
- Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan UPTD Balai Benih Padi dan
Palawija.
- Penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
Jumlah SDM UPTD Balai Benih Padi dan Palawija Berdasarkan Tingkat
Pendidikan, Golongan, Lokasi/Penempatan Bekerja adalah Sebagai Berikut:
a. Jumlah SDM UPTD Balai Benih Padi dan Palawija Berdasarkan Tingkat
Pendidikan:
Tabel 5. Jumlah SDM UPTD BBPP Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO LOKASI GOLONGAN
IV III II I JUMLAH
1 Subbagian Tata Usaha 1 2 6 - 9
2 Seksi Benih Padi 1 5 1 1 8
3 Seksi Benih Palawija - 3 2 - 5
4 Satuan Pelayanan UPTD Balai - 3 1 - 4
Benih Padi dan Palawija
Bojongpicung
5 Satuan Pelayanan UPTD Balai - 4 - - 4
Benih Padi dan Palawija
Doktormangku
6 Satuan Pelayanan UPTD Balai - 1 - - 1
Benih Padi dan Palawija Cibeber –
Cianjur
Satuan Pelayanan UPTD Balai
7 Benih Padi dan Palawija Cikarang - 1 - 1 2
– Bekasi
Satuan Pelayanan UPTD Balai
8 Benih Padi dan Palawija Kawalu – - 2 - 1 3
Tasikmalaya
Satuan Pelayanan UPTD Balai
9 Benih Padi dan Palawija Plumbon - 2 2 1 5
– Cirebon
Satuan Pelayanan UPTD Balai
10 Benih Padi dan Palawija - 1 - - 1
Karangpawitan Garut
Satuan Pelayanan UPTD Balai
11 Benih Padi dan Palawija Cikebo – - 1 1 - 2
Majalengka
Satuan Pelayanan UPTD Balai
12 Benih Padi dan Palawija - 1 - 1 2
Panawangan – Ciamis
JUMLAH 2 26 13 4 45
c. Jumlah SDM UPTD Balai Benih Padi dan Palawija Berdasarkan Lokasi/
Penempatan Bekerja:
Batang pada tanaman padi berbentuk bulat, berongga dan beruas. Antara
ruas yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh satu buku. Tanaman padi
memiliki ruas batang yang sangat pendek dan rapat pada awal pertumbuhannya
serta akan memanjang ketika sudah memasuki pada fase generatif. Warna batang
padi berwarna hijau kekuningan. Batang sekunder tanaman padi tumbuh pada
bagian buku yang paling bawah. Tinggi tanaman padi bisa mencapai 160 cm.
Berdasarkan karakteristik tinggi tanaman, varietas yang memiliki tinggi tanaman
yang pendek dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti faktor genetik, iklim
atau faktor lainnya. Semakin tinggi tanaman semakin tinggi pula kecenderungan
untuk rebah. Batang berfungsi sebagai penopang tanaman, mendistribusikan hara
dan air (Donggulo et al., 2017 dalam Ikhsan, 2021).
Tanaman padi memiliki akar serabut, serta sangat efektif dalam penyerapan
hara akan tetapi peka terhadap kondisi tanah yang kering. Akar tanaman padi
memiliki saluran aerenchym yang berfungsi untuk menyediakan oksigen di daerah
perakaran ketika tanaman padi tergenang oleh air (anaerob). Saluran aerenchym
memiliki bentuk yang menyerupai pipa memanjang sampai ujung daunnnya
(Purwono dan Purnawati, 2007 dalam Khanafi, 2018). Sedangkan akar primernya
merupakan akar yang tumbuh dari kecambah benih dan akar seminal tumbuh di
dekat bukunya.
Bunga padi merupakan bagian dari malai yang terdiri atas tangkai bunga,
kelopak bunga lemma (gabah yang paling besar), palea (gabah padi yang kecil),
putik, kepala putik, tangkai sari, kepala sari, dan bulu pada ujung lemma. Bunga
padi memiliki 6 buah benang sari dengan tangkai sari pendek dan dua kandung
serbuk di kepala sari. Bunga padi juga mempunyai dua tangkai putih dengan dua
buah kepala putik yang berwarna putih atau ungu. Sekam mahkotanya ada dua
dan yang bawah disebut lemma, sedangkan yang diatas disebut Palea (Firmanto,
2011 dalam Safitri, 2018).
Gambar 4. Morfologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.).
Sumber: https://agroekoteknologi08.wordpress.com/2013/07/09/morfologi-
tanaman-padi/.
(Diakses Minggu, 08 Mei 2022).
Tanaman padi dapat tumbuh pada iklim tropis dan subtropis. Tanaman padi
tumbuh pada daerah berhawa panas dan banyak mengandung uap air (daerah
iklim panas yang lembab). Curah hujan yang dikehendaki rata-rata 200 mm/bulan
dengan distribusi selama 4 bulan. Curah hujan per tahun rata-rata 1500 mm-2000
mm. Suhu yang dikehendaki untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi
adalah 23oC atau lebih. Suhu sangat berpengaruh terhadap pembentukan gabah
dimana suhu yang tidak cocok dapat mengakibatkan gabah hampa. Tanaman padi
dapat ditanam dan tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Ketinggian
tempat yang paling sesuai untuk tanaman padi antara 0 sampai dengan 650 mdpl
dengan suhu antara 22,5 sampai 26,5oC. Daerah antara 650 sampai 1500 mdpl
dengan suhu antara 18,7 sampai 22,5oC masih cocok untuk tanaman padi. Sinar
matahari sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman padi, apalagi untuk
proses fotosintesis, terutama saat tanaman berbunga sampai proses pemasakan
buah. Proses pembungaan dan kemasakan buah sangat berkaitan dengan intensitas
penyinaran dan keadaan awan. Selain itu, angin juga sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman padi. Tanaman yang tinggi dapat rebah dengan terpaan
angin kencang, namun angin sangat bermanfaat bagi proses penyerbukan tanaman
padi, karena tanaman padi termasuk tanaman menyerbuk sendiri (Rozen dan
Kasim, 2018).
2. Tanah
Tanaman padi menghendaki tanah yang subur, namun juga dapat tumbuh
pada tanah masam (pH 4-7) dengan ketebalan lapisan atas 18-22 cm. Umumnya
lapisan tanah atas untuk lahan pertanian dengan ketebalannya 30 cm dan tanah
gembur dengan warna coklat kehitaman. Pori-pori tanah berisi air dan udara
dengan kandungan 25% (AAK, 1990 dalam Hatta, 2020). Tanaman padi dapat
ditanam di lahan kering dan di lahan basah (sawah), dengan varietas yang
berbeda, untuk dilahan kering biasanya menggunakan varietas padi gogo,
sedangkan dilahan basah (sawah) biasanya menggunakan varietas inpari 32, 48
dan 42.
Padi basah (sawah) biasanya ditanam didaerah dataran rendah yang
memerlukan genangan air dan padi dilahan kering ditanam didataran tinggi.
Struktur tanah yang cocok untuk tanaman padi lahan kering yaitu tanah yang
remah. Tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus,
berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup
banyak. Keasaman (pH) tanah bervariasi dari 5,5 sampai 8,0. Jika pH nya lebih
rendah, maka pada umumnya tanah mengalami gangguan kekahatan (Benti,
2016).
Menurut Rahayu et.al., (2014). Struktur tanah lapisan yang diolah pada tanah
kering yaitu granuler sampai membulat, berukuran halus sampai sedang dengan
tingkat perkembangan yang masih lemah. Pada tanah basah (sawah) lapisan yang
diolah menjadi tidak berstruktur (massif) karena perubahan sifat fisik tanah yang
terjadi pada tanah basah (sawah) merupakan akibat dari pelumpuran.
Pelumpuran dilakukan dengan pengolahan tanah dalam keadaan tergenang air,
ketika tanah dibajak kemudian digaru sehingga agregat tanah hancur menjadi
lumpur yang sangat lunak.
3.3. Gulma
Gulma merupakan salah satu masalah utama dalam budidaya tanaman padi.
Gulma juga menjadi salah satu kendala biologis utama (faktor pembatas) dalam
proses produksi untuk memperoleh hasil yang tinggi sesuai dengan potensi hasil
tanaman. Oleh karena itu, masalah gulma dalam sistem produksi pada budidaya
pertanian tidak dapat diabaikan begitu saja. Secara teknis kehadiran gulma di area
tanaman budidaya, dan tumbuh secara bersama-sama dengan tanaman pokok akan
menjadi saingan terutama dalam hal keperluan unsur hara. Artinya, apabila
pertumbuhan gulma di area lahan budidaya tidak dikendalikan secara baik, maka
unsur-unsur hara (N, P, dan K) yang diberikan ke tanah dalam bentuk pupuk tidak
dapat dimanfaatkan atau diserap oleh tanaman secara maksimal untuk mendukung
pertumbuhannya, akibat terjadinya persaingan dengan gulma. Oleh karena itu,
gulma harus dikendalikan untuk mencegah terjadinya persaingan dalam
memperoleh unsur hara, dan serapan unsur hara tanaman bisa optimum. Jika tidak
dikendalikan, maka sebagian besar unsur-unsur hara akan diserap oleh gulma
karena umumnya gulma memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tanaman budidaya (Ross dan Lembi, 1985 dalam Aulia et.al., 2021).
Salah satu permasalahan yang sering ditemukan di lapangan yang sangat
berpengaruh terhadap produktivitas padi adalah gulma, karena gulma sampai saat
ini masih banyak tumbuh di area lahan pertanaman padi yang bersifat sebagai
mengganggu, sehingga dapat menyebabkan penurunan produksi padi. Keberadaan
gulma dapat mengurangi produksi padi sawah sekitar 17%. Gulma akan
menyaingi tanaman budidaya dalam pengambilan unsur hara, air, ruang, CO2 dan
cahaya. Beberapa jenis gulma dapat mengeluarkan zat allelopati yang bersifat
toksik sehingga menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman di sekitar dan
dapat menjadi inang hama dan patogen (Aldrich, 1984 dalam Sarifin, dan
Suyasdi, 2017). Gulma memiliki sistem perakaran yang sama dengan tanaman
padi, sehingga unsur hara yang diperlukan oleh gulma dan padi berasal dari
lapisan tanah yang sama. Oleh karena itu, terjadi persaingan dalam mendapatkan
unsur hara.
3.4. Jenis-jenis Gulma Pada Padi Sawah
Menurut Gibson et.al., 2002 dalam Dass et.al., 2016, Persaingan antara padi
dan gulma dapat terjadi ketika sistem perakaran, morfologi dan kebiasaan tumbuh
sebagian besar gulma di lahan sawah mirip dengan tanaman padi. Gulma pada
umumnya seperti tanaman budidaya yang juga membutuhkan faktor tumbuh yang
sama. Adanya persamaan kebutuhan tersebut berdampak pada timbulnya interaksi
kompetisi atau persaingan antara gulma dan tanaman budidaya.
Menurut Sastroutomo (1999 dalam Haryanto, 2017), gulma merupakan salah
satu faktor penghambat pertumbuhan tanaman padi untuk memperoleh hasil panen
yang tinggi. Gulma memiliki daya saing yang tinggi terhadap tanaman budidaya
dalam pengambilan unsur hara, air, CO2 dan cahaya sehingga dapat menurunkan
hasil panen.
Berdasarkan penelitian Syaifudin dan Nofa (2020) di Desa Terban Kecamatan
Warungasem Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah terdapat jenis-jenis gulma
yang dominan dan berbeda di persawahan Desa Terban sebanyak 10 jenis
tumbuhan gulma yang terdiri dari: kangkung air (Ipomoea aquatica Forssk),
rumput kawat (Paspalum disticum L.), adas-adasan (Fimbristylis miliacea (Ohwi)
T. Koyama), cacabean (Ludwigia octovalvis (Jacq.) P. H. Raven), tikar bunga
sekam (Alternanthera caracasana Kunth), timunan (Leptochloa chinensis L.
Ness), meniran (Phyllanthus urinaria L.), jukut pendul (Cyperus difformis L.),
ngengat rumput (Anthoxanthum odoratum L.), rumput glagah (Sorghum
halepense (L.) Pers). Sedangkan berdasarkan gulma yang sering dominan di lahan
sawah, yaitu: Ludwigia octovalvis, Salvinia molesta, dan Echinochloa cruss-galli
Ketiga jenis gulma ini termasuk ke dalam gulma penting pada tanaman padi
dan hampir mendominasi atau paling banyak ditemukan di lahan sawah. Selain
itu, gulma Ludwigia octovalvis, Salvinia molesta, Echinochloa cruss-galli
merupakan gulma yang cepat tumbuh dan berkembang, serta sangat mengganggu
pertumbuhan tanaman padi.
3.4.1. Gulma Cacabean (Ludwigia octovalvis)
4.1.8. Ubinan
Ubinan yaitu salah satu cara untuk mengukur hasil gabah yang diperoleh
dari suatu luasan tertentu (ubinan) yang dipanen, dengan menimbangnya. Padi
yang akan dilakukan ubinan adalah padi yang sudah siap panen. Hal-hal yang
harus dipersiapkan dalam kegiatan ubinan secara sederhana seperti tali, meteran,
ajir, alat panen padi (arit), karung, dan timbangan. Tahapan-tahapan dalam
kegiatan ubinan yaitu sebagai berikut:
- Menentukan petakan sawah/lahan yang akan dijadikan sebagai lokasi ubinan.
Kegiatan ubinan minimal dilakukan di 2 lokasi dengan ubinan (petakan)
berukuran 2,5x2,5 m2 per hektar sawah.
- Menentukan letak ubinan dengan cara mengukur dan memberi tanda batasnya
(bisa menggunakan ajir dan tali atau alat ubinan).
- Memanen padi yang ada di dalam ubinan dan lalu memasukkannya ke dalam
karung.
- Keluarkan padi yang sudah dipanen dari karung dan meletakkannya dilantai
jemur atau terpal, lalu memisahkan bulir padi dari batangnya.
- Gabah yang sudah terpisah dimasukkan kembali ke dalam karung untuk
kemudian ditimbang.
- Setelah hasil ubinan ditimbang kemudian dilakukan penghitungan untuk
menentukan hasil gabah kering panen (GKP) per luasan 1 hektarnya.
4.3.4. Penyiangan
Penyiangan dilaksanakan di lahan UPTD Balai Benih Padi dan Palawija Sub
7A Satpel Bojongpicung. Penyiangan ini dilakukan setelah 15 hari setelah tanam
bertujuan untuk memaksimalkan pengendalian gulma pada saat padi masih pada
fase vegetatif, membersihkan gulma agar mengurangi persaingan penyerapan
hara, mengurangi hambatan produksi anakan dan mengurangi persaingan
penetrasi sinar matahari. Penyiangan secara manual dilakukan dengan cara
mencabut dan menginjak gulma untuk dibenamkan ke dalam tanah atau dibuang.
Penyiangan menggunakan alat semi mekanis (gasrok) dilakukan dengan cara
menggasrok gulma sampai tercabut yang kemudian gulma tercabut tersebut
terinjak oleh operator/petani sehingga gulma terpendam atau masuk ke dalam
tanah.
Gambar 13. Penyiangan pada fase vegetatif di lahan UPTD Balai Benih Padi dan
Palawija Sub 7A Satpel Bojongpicung. Sumber: Pribadi (Diambil, 21 Mei 2022).
BAB V
PEMBAHASAN
Hasil dari pengamatan gulma di lahan UPTD Balai Benih Padi dan Palawija,
terdapat gulma yang utama (mendominasi) seperti gulma cacabean (Ludwigia
octovalvis), jajagoan (Echinochloa cruss-galli) serta kiambang (Salvinia molesta)
dan ada juga beberapa gulma yang mengganggu tanaman padi dan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman padi seperti gulma eceng padi atau wewehan (Monochoria
vaginalis), genjer (Limnocharis flava L.) dan ada beberapa jenis gulma lainnya.
Pengamatan di lahan UPTD Balai Benih Padi dan Palawija dilaksanakan setelah
panen, karena setelah 2 minggu setelah panen akan dilaksanakan pengolahan
lahan yang pertama. Di lahan UPTD Balai Benih Padi dan Palawija, padi ditanam
pada lahan persawahan yang suhu rata-ratanya 29oC dan kelembaban 15%,
beririgasi setengah Teknis, yaitu merupakan jaringan irigasi yang dimana air dapat
diatur tetapi tidak dapat diukur, serta memiliki kondisi tanah 80% datar, 15%
bergelombang dan 15% berbukit terjal dengan pH tanah berkisar 6-7 serta
mempunyai jenis tanah podsolik merah kuning (PMK) dan ultisol. Pengaplikasian
herbisida berbahan aktif parakuat diklorida ini dilakukan ketika tanaman padi
sudah di panen.
Pengamatan sebelum pengaplikasian herbisida berbahan aktif parakuat
diklorida, gulma terlihat sangat mendominasi penutupan lahan persawahan. Agar
pengaplikasian herbisida berbahan aktif parakuat diklorida ini lebih efektif
sebelum dilakukannya pengaplikasian, air sawah dikeluarkan terlebih dahulu dari
petakan sawah, setelah sudah tidak ada air yang tergenang baru disemprotkan
herbisida berbahan aktif parakuat diklorida. Dalam pengendalian gulma secara
kimia di lahan UPTD Balai Benih Padi dan Palawija ada beberapa jenis herbisida
yang direkomendasikan seperti Gramoxone, Roundup, Aly biasa, Aly plus dan Ti-
Gold, tetapi petani di sub 7A Satpel Bojongpicung lebih suka menggunakan
herbisida berbahan aktif parakuat diklorida dengan merk dagang Gramoxone.
Pengaplikasian herbisida berbahan aktif parakuat diklorida ini biasanya bertujuan
untuk menekan atau mencegah peningkatan pertumbuhan gulma.
Biasanya petani akan melakukan pengendalian gulma dengan herbisida
berbahan aktif parakuat diklorida ini setelah panen musim tanam sebelumnya dan
sebelum pengolahan tanah untuk musim tanam berikutnya, dengan tujuan untuk
mencegah/menghambat pertumbuhan gulma pada tanaman padi musim tanam
berikutnya. Sebelum aplikasi herbisida, terlebih dahulu dilakukan sanitasi
lingkungan. Dosis penggunaan herbisida Gramoxone yang digunakan oleh petani
di sub 7A Satpel Bojongpicung biasanya untuk lahan seluas 1 hektar
membutuhkan 150 liter bahan semprotan dengan konsentrasi 1 ml/liter air,
sehingga untuk menyiapkannya memerlukan 150 ml herbisida Gramoxon dan 150
liter air.
Hasil pengamatan gulma sesudah aplikasi herbisida berbahan aktif parakuat
diklorida, menunjukkan bahwa gulma terlihat kering dan mati pada 2–3 hari
setelah aplikasi herbisida. Herbisida berbahan aktif parakuat diklorida merupakan
herbisida kontak yang dapat langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian-
bagian gulma yang terkena semprotan herbisida itu. Herbisida berbahan aktif
parakuat diklorida termasuk kedalam herbisida non-selektif, yaitu herbisida yang
diaplikasikan pada beberapa jenis gulma melalui tanah atau daun dan dapat
mematikan hampir semua jenis gulma termasuk ke 3 jenis gulma yang
mendominan pada lahan sawah seperti cacabean (Ludwigia octovalvis), jajagoan
(Echinochloa cruss-galli) serta kiambang (Salvinia molesta). Sehingga herbisida
berbahan aktif parakuat diklorida mampu untuk mencegah atau menghambat
pertumbuhan gulma pada pertanaman padi musim tanam mendatang berikutnya.
Pada fase vegetatif atau setelah 15 hari tanam pengendalian dengan penyiangan
dilakukan untuk memaksimalkan pengendalian gulma pada tanaman padi,
membersihkan gulma agar mengurangi persaingan penyerapan hara, mengurangi
hambatan produksi anakan dan mengurangi persaingan penetrasi sinar matahari.
5.2. Perbandingan Keunggulan Herbisida Bahan Aktif Parakuat Diklorida
Konsep pengendalian gulma secara terpadu dilakukan dengan cara-cara yang
non kimia salah satunya dengan pengendalian mekanis (penyiangan). Konsep
pengendalian hama terpadu (PHT) untuk pengendalian gulma ini bertujuan untuk
menekan populasi gulma. Selain itu, untuk menekan populasi pertumbuhan gulma
dapat dilakukan pengendalian secara preventif (pencegahan). Pengendalian secara
preventif (pencegahan) ini bisa menggunakan dengan herbisida kontak atau
herbisida berbahan aktif parakuat diklorida. Proses pengendalian secara preventif
(pencegahan) dilakukan dengan menggunakan herbisida berbahan aktif parakuat
diklorida ini merupakan suatu tindakan untuk masuknya bagian-bagian gulma
berupa biji, rimpang atau batang ke lahan sawah.
Terdapat beberapa keunggulan dengan menggunakan herbisida berbahan aktif
parakuat diklorida diantaranya yaitu dapat mengendalikan gulma sebelum
mengganggu tanaman budidaya, lebih efektif dalam membunuh gulma, dalam
dosis rendah dapat berperan sebagai hormon tumbuh dan dapat meningkatkan
produksi tanaman budidaya dibandingkan dengan perlakuan pengendalian gulma
dengan cara yang lain. Pengaplikasian herbisida berbahan aktif parakuat diklorida
ini dilakukan sebelum pengolahan tanah dilaksanakan karna herbisida ini bersifat
kontak dan non-selektif, jika di aplikasikan setelah ada tanaman padi maka
tanaman padi yang terkena semprotan herbisida berbahan aktif parakuat diklorida
bisa ikut mati dengan gulmanya. Keunggulan lain dari penggunaan herbisida
berbahan aktif parakuat diklorida yaitu membutuhkan waktu yang lebih singkat,
mengurangi biaya dan tenaga kerja, terhindar dari kerusakkan akar tanaman dan
struktur tanah, serta total biaya lebih rendah dari pengendalian gulma secara
manual, prosesnya pun cepat dan efektif.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
Dibawah ini adalah tabel dan dokumentasi alat dan bahan kegiatan utama
Praktek Kerja Lapangan di lahan UPTD Balai Benih Padi dan Palawija :
3. Air.
4. Sabit.
5. Cangkul.
Lampiran 2
Pembiakan Paenibacillus
2.
polymyxa.
Penanaman tanaman
3.
Refugia
Lampiran 3
~ Apel pagi.
~ Pemaparan tugas
kelompok tentang
masalah solving
Bersama bapak wawan
dan bapak ahmad.
Senin, 21
3. ~ Membantu mengambil
Maret 2022
CBKP di Satpel
Bojongpicung.
~ Pemaparan materi
tentang perlakuan benih
dan pengolahan lahan
persemaian.
4. Selasa, 22 ~ Melakukan
Maret 2022 pengendalian mekanik
Bersama bapak unang,
bapak yudi dan bapak
usep di Sub 11A Satpel
Doktormangku
(pengendalian mekanis
hama penggerek).
~ Mencacah jerami
menggunakan mesin
pencacahnya Bersama
bapak usep, bapak dodi
dan bapak opik.
~ Presentasi tugas
Rabu, 23 tentang masalah solving
5.
Maret 2022 Bersama bapak unang
dan bapak wawan.
~ Membuat program
kelompok uninus 1 yaitu
Kamis, 31 membuat Agensia Hayati
11.
Maret 2022 Paenibacillus polymixa
(EKG) extrak kentang
gula.
~ Melakukan kegiatan
ubinan di Sub 11A 11B
Satpel Doktormangku.
Rabu, 13
~ Memisahkan bulir padi
April 2022
dan menimbang serta
menghitung kadar
airnya.
~ Mengangkut atau
mengambil hasil panen
di Satpel Bojongpicung
Kamis, 14 Sub.
21.
April 2022 ~ Mengangkut atau
mengambil hasil panen
di Satpel Bojongpicung
Sub.
22. Senin, 18 ~ Apel pagi.
April 2022 ~ Mengambil atau
mengangkut hasil panen
di Sub 14-15 Satpel
Doktormangku.
~ Menanam kacang
tanah di lahan
Selasa, 19 emplasemen Balai Benih
23.
April 2022 Padi dan Palawija.
~ Pemindahan semaian
tanaman refugia.
~ Membagikan benih
dan sosialisasi
Kamis, 12 pengendalian OPT di sub
33.
Mei 2022 13 dan 14 A Bersama
pegawai BBPP dan
BAPELTAN.
~ Pengendalian hama
tikus dengan Grapyokan
Jum’at 13 di sub 14 A.
34.
Mei 2022 ~ Post test di ruang Aula
BBPP.
~ Penutup.
https://youtu.be/3ryHx3UJUhw